Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga tahun 2004, 11 juta kasus luka bakar memerlukan
perawatan medis di seluruh dunia dan menyebabkan 300.000
kematian. Hal ini membuat luka bakar menjadi penyebab cedera utama
keempat setelah kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, dan tindak
kekerasan. Sekitar 90% luka bakar terjadi di negara berkembang. Hal ini
sebagian disebabkan oleh kepadatan penduduk yang berlebihan dan
kondisi memasak yang tidak aman. Secara keseluruhan, hampir 60% dari
luka bakar yang bersifat fatal terjadi di Asia Tenggara dengan tingkat
kejadian 11,6 per 100.000 penduduk.
Di negara maju, tingkat mortalitas karena luka bakar pada pria
dewasa dua kali lebih tinggi dari wanita. Hal ini kemungkinan terjadi
karena pria dewasa memiliki pekerjaan dan aktivitas dengan risiko lebih
tinggi. Namun, di banyak negara berkembang wanita berisiko dua kali
lebih tinggi daripada pria. Hal ini sering dikaitkan dengan kecelakaan di
dapur dan kekerasan rumah tangga. Di kalangan anak-anak, kematian
karena luka bakar terjadi lebih dari sepuluh kali lebih tinggi di negara
berkembang dibandingkan di negara majuSecara keseluruhan, luka bakar
merupakan salah satu dari lima belas penyebab utama kematian di
kalangan anak-anak. Dari tahun 1980an hingga 2004, banyak negara sudah
mengalami penurunan dalam tingkat kematian karena luka bakar yang
bersifat fatal dan luka bakar pada umumnya.
Kulit yang merupakan barier antara dunia luar dengan dunia yang
dibungkus kulit. Oleh karena itu, kulit memiliki fungsi yang sangat
penting diantaranya dapat menghindari terjadinya kehilangan cairan, yang
salah satunya adalah bila terjadi luka bakar. Luka bakar akan
menyebabkan kulita mengalami denaturasi protein, sehingga
2

mengakibatkan kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang hilang,
akan semakin berat kahilangan cairan.
Saat ini luka bakar masih merupakan masalah yang besar dan
serius. Pertolongan pertama yang tepat dan baik akan sangat membantu
dalam prognosis dan penyembuhan korban. Memelihara kebersihan dan
sterilitas selama pertolongan pertama merupakan salah satu kunci
keberhasilan penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengerti luka bakar?
2. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
3. Apa saja penyebab luka bakar?
4. Bagimana penggolongan derajat luka bakar?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian luka bakar
2. Mengetahui patofisiologi luka bakar
3. Mengetahui penyebab luka bakar
4. Mengetahui penggolongan derajat luka bakar
5. Memahami asuhan keperawatan pada klien luka bakar






3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
A. Kulit terdiri dari :
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar.
Ketebalan lapisan epidermis kurang lebih 1 mm. Lapisan yang
hanya setebal 1 mm ini ternyata mempunyai lima lapisan
didalamnya. Yaitu, stratum lusidum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, stratum korneum, stratum basale.
Epidermis kulit memiliki sel utama, yaitu keratinosit yang berubah
menjadi keratin akibat adanya proses diferensiasi.
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit manusia. Memiliki
ketebalan yang sedikit lebih dari tebal epidermis. Bagian dalamnya
terdiri dari serabut kolagen elastis dan kolagen retikulin yang lentur dan
kuat. Pada lapisan dermis kulit manusia terdapat pembulih darah dan
titik-titik saraf. Serta terdapat juga limposit, sel mast, histiosit, dan
leukosit. Dermis juga memiliki adneksa yang menjadi tempat asal mula
tumbuhnya rambut, kuku, juga serta sebagai tempat terdapatnya apokrin
dan sebasea.
c. Lemak subkutan
Fungsi lemak subkutan pada tubuh adalah sebagai penyimpan
energi dan penyeimbang keadaan antara suhu tubuh dengan lingkungan.
Pada lemak subkutan ini terdapat juga kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea.
B. Fungsi Kulit
Selain dilihat dari segi kesehatan, fungsi kulit juga berkenaan
dengan penampilan seorang. Kulit bisa melambangkan ras seorang
manusia. Fungsi kulit tersebut diantaranya sebagai proteksi atau
4

perlindungan, absorbsi atau istilah mudahnya penyerapan, eskresi atau
pembuangan (keringat), persepsi atau sistem sensor, pengaturan suhu
tubuh pembentuksn pigmen, pembentukan vitamin D, serta proses
keratinisasi. Kelenjar yang terdapat disekitar kulit rupanya bukan
kelenjar keringat saja, tapi ada juga kelenjar lain seperti kelenjar ekrin,
kelenjar apokrin, dan kelenjar sebasea.
2.2 Patofisiologi
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak, sel darah yang
didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula
denan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1%
luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss
meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas yaitu: gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan
cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine menurun (kegagalan
fungsi ginjal).
4. Pada kekebalan daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas
karena gas, asap atau uap panas yang tersisa. Gejala yang timbul adalah
sesak nafas, takipneu, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena
jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO
akan meningkat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat
oxygen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, bingung, pusing,
mual, dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 %
hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.
5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali
yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa
lambung atau duodenum dengan gejala yang sama gejala tukak peptic.
5

Kelainan ini dikenal dengan Tukak Curling yang dikhawatirkan pada
tukak Curling ini adalahy pendarahan yang timbul sebagai hematemesis
melena.

2.3 Penyebab Luka Bakar
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis
penyebab, antara lain:
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom

2.4 Derajat Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada
derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita.
Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya
dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
a. Luka bakar derajat 1
Terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hipermik berupa
eritem, tidsk dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujug-ujug saraf sensorik
teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
b. Luka Bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-
ujung saraf sensorik teritasi. Dibedakan atas 2 (dua) bagian:
1) Derajat II dangkal /partial Thickness
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari
corium/dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
6

sebacea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk cicatrik.
2) Derajat II dalam/full Thickness
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa
jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi
lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam
sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit
mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai
bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai
berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal sebagai ekser. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi karena ujung-ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak terjadi epitelisasi spontan.


Gambar 1.1 Derajat luka bakar

7

2.5 Luas Luka Bakar
Luas luka bakar harus segera dapat diketahui, karena akan masuk dalam
laporan medik. Menduga luas luka bakar dapat dihitung dengan cara Rule of
Nine (rumus 9), yaitu ada 11 daerah masing-masing 9% dengan perineum
1% (total 100%). Kesebelas daerah ini adalah sebagai berikut:


Gambar 1.2 perhitungan luas luka bakar pada dewasa menurut Rule Of Nine

2.6 Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar

Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka Bakar Berat
8

Luka bakar
derajat II <15%
Luka bakar
derajat II <10% pada
anak-anak
Luka bakar
derajt III <25%
Luka bakar derajat
II 15-25% pada orang
dewasa
Luka bakar II 10-
20 % pada anak-anak
Luka bakar derajat
III <10%
Luka bakar
derajat II 25% atau lebih
pada orang dewasa
Luka bakar
derajat II 20% atau lebih
pada anak-anak
Luka bakar
derajat III 10% atau
lebih
Luka bakar
mengenai tangan, wajah,
mata kaki dan
genitalia/perineum.
Luka bakar
dengan cedera inhalasi,
listrik disertai trauma
lain.
Sumber : American Burn Associated

2.7 Penatalaksanaan Luka Bakar Fase Akut
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita
trauma-trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistemik. Manajemen
luka bakar dimulai pada saat kali pertama korban ditemukan.
1. Penatalaksanaan ditempat kejadian
Luka bakar karena api, pada saat korban ditemukan, biasanya api sudah mati.
Dan apabila korban masih dalam keadaan terbakar, maka dapat dilakukan
tindakan atau cara-cara sbb :
a. Menyiram dengan air dalam jumlah banyak. Apabila api disebabkan
karena bensin atau minyak tanah, karena bila jumlah air dalam penyiraman
hanya sedikit akan mengakibatkan api semakin besar.
9

b. Menggulingkan korban gawat darurat, kalau bisa dalam selimut basah.
Dengan cara ini penolong harus waspada jangan sampai turut terbakar.
c. Hentikan proses luka bakar. Luka bakar akan mengalami pendalaman,
walaupun api sudah mati. Untuk mengurangi proses pendalaman ini, luka
dapat disiram dengan air bersih untuk pendinginanannya. Proses pendalaman
ini hanya akan berlangsung selama 15 menit. Sehingga apabila pertolongan
tiba setelah 15 menit usaha ini akan sia-sia. Bila masih ada pakaian yang
menyala atau membara, harus segera dilepaskan, demikian pula semua jenis
perhiasaan. Karna perhiasan atau pakaian akan menyimpan panas dan
mempercepat pendalaman luka, termasuk bila ada kawat gigi.
d. Luka bakarnya sendiri tidak perlu dilakukan apa-apa, selain menutup
dengan kain bersih. Menyemprot dengan air dingin hanya dilakukan bila tiba
sebelum 15 menit setelah kejadian. Catatan : di negara yang amat dingin,
tidak boleh menyiram dengan air dingin karena korban gawat darurat akan
hipotermia. Jangan memecahkan bula atau vesikula.
2. Evaluasi Pertama
a. Air way, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi
airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan
intubasi endotrakeal, pemasangan infus untuk mempertahankan volume
sisrkulasi.
b. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar ringan atau
sedang. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk
menentukan luas luka bakarnya. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat
kedalaman)

3. Penanganan diruang emergency
a) Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan
penderita
b) Bebaskan pakaian yang terbakar
10

c) Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan
adanya trauma lain yang menyertai
d) Bebaskan jalan nafas. Pada luka bakar dengan distres jalan nafas dapat
dipasang endotracheal tube. Traheostomy bila ada indikasi. Gangguan
breathing atau pernafasan dapat timbul segera atau setelah beberapa saat
kemudian. Gangguan pernafasan yang timbul cepat dapat disebabkan karena :
Inhalasi partikel-partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan
edema pada saluran jalan nafas ynag paling kecil. Mengatasi sesak yang
terjadi adalah dengan penanganan yang agresif.
Keracunan CO (carbon monoksida). Asap dari api mengandung CO.
Apabila korban gawat darurat berada dalam ruangan tertutup yang terbakar,
maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya sulit (apalagi
fase Pra-rumah sakit). Kulit yang berwarna merah terang biasanya belum
terlihat. Pulse oksimeter akan menunjukkan tingkat saturasi O
2
kurang dari
95% maka ini merupakan indikasi mutlak untuk segera intubasi.
Bila diduga kemungkinan keracunan CO, maka diberikan O
2
100% dengan
menggunakan non breathing mask, ataupun bila perlu ventilasi tambahan
dengan BVM yang ada resrvoir O
2

e). Walaupun dehidrasi akan terjadi agak lambat, namun pemasangan infus
pada luka bakar diatas 15% merupakan suatu keharusan. Pemasngan
intravenous kateter yang cukup besar sangat dianjurkan.
Pemberian cairan dengan menggunakan rumus baxter
Rehidrasi dilakukan dengan perhitungan sbb :
4 cc/Kg BB X % luka bakar/24 jam.
Separuhnya diberikan dalam 8 jam pertaman dan separuhnya lagi
diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Rumus ini pun tidak mutlak tepat karena banyak faktor tidak
diperhitungkan, misalnya luka bakar yang dalam.
Contoh :
11

Korban gawat darurat dengan BB 50 kg, luas luka bakar 20%. Maka korban
gawat darurat akan mendapat 50 x 20 x 4 cc/24 jam = 4000 cc/ 24 jam.
Separuhnya 2000 cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama.
Catatan : 2000 cc x 20 (tetes infus set) = 80 tetes/menit, 8 (jam) x 60 (menit).
Rumus ini hanya merupakan patokan awal dan menilai cukupnya cairan yang
lebig tepat dengan menilai produksi urine setiap jamnya yaitu 30-50 cc setiap
jam pada orang dewasa atau dapat menggunakan ukuran 1-1,5 cc/kg BB/jam.
Contohnya korban yang Bbnya 50 kg, maka produksi urinnya normal antara
50-75 cc/jam.
f). Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine
produksi. ` Dicatat jumlah urine/jamnya.
g). Di lakukan pemasangan nasogastrik tube untuk untuk gatric dekompresi
dengan intermiten pengisapan.
h). Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan
jangan secara intramuskuler.
i). Timbang BB
j). Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid
booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
k). Pencucian luka dikamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka
dicuci debridement.
4. Survei Sekunder
Survei sekunder dilakukan dalam bentuk :
a. Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal sekitar ejadian. Tidak jarang
terjadi bahwa disamping luka bakar akan ditemukan pula perlukaan lain yang
disebabkan usaha melarikan diri dari api dalam keadaan panik.
b. Pemeriksaan ujung ranbut-ujung kaki (head to toe)
12

Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,
bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula
mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan
adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung/spine.

2.8 Luka Bakar Listrik
Luka bakar karena listrik masih sering ditemukan, bahkan cenderung
meningkat. Yang harus diperhatikan pada korban luka bakar karena sengatan
listrik adalah penyebab kematian adalah kuat arus (ampere) dan bukan
voltase. Apabila korban ditemukan dalam masih keadaan terkena arus litrik,
maka matikan listrik dari sumbernya dan apabila tidak mungkin, maka coba
lepaskan korban gawat darurat dengan perantara kayu kering, baju kering atau
bahan non konduksi listrik.
Apabila listrik sudah mati, tetapi kita ingin meyakinkan, maka selalu
meraba dengan
punggung tangan, jangan dengan telapak tangan. Karena bila masih ada arus
listrik, maka tangan akan selalu fleksi.
Pada korban luka bakar karena sengatan listrik maka menimbulkan bahaya
gangguan irama jantung, betapa pun kecil arus listrik. Karena itu selalu
monitor irama jantung dengan EKG. Bila ada kelainan , berikan terapi yang
sesuai.
Catatan : terapi obat pada gangguan jantung hanya boleh diberikan oleh
tenaga kesehatan terlatih, atau bila perawatan terlatih advamced (level III).
Bila korban gawat darurat sudah meninggal, selalu lakukan RJP (kecuali bila
ada tanda kematian pasti). Masalah luka karena luka arus listriknya : di
anggap sebagai luka bakar. Patut ditambahkan bahwa luka bakar karena arus
listrik akan masuk ke kulit (yang daya hantar rendah sehingga luka kecil
saja), lalu ke subkutan dengan daya hantar yang lebih besar sehingga pada
subkutan luka lebih besar, lalu masuk melalui otot dengan daya hantar yang
jauh lebih besar sehingga luka bakarnya sangat besar, lalu keluar lagi ke kulit.
13

Dengan demikian mungkin luka listrik masuk dan keluar hanya kecil,
sedangkan luka bakar di dalam jauh lebih luas.

2.9 Luka Kimia
Luka bakar dapat pula disebabkan oleh zat kimia. Zat yang bersifat basa lebih
berbahaya dibandingkan zat bersifat asam. Semakin asam atau basa, maka
semakin berbahaya pula. Klasifikasi bahan kimia :
a) Alkalis/basa
Hidroksida, sodakaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan-
bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.
b) Acids/asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam
renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
c) Organic Compounds
Fenol, creosote, petrokleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.

Apabila menemukan korban gawat darurat luka bakar karena zat kimia
yang masih dalam keadaan terkena zat kimia, maka kali pertama harus selalu
menggunakan alat pelindung diri (APD). Apabila zat kimia besift cair, langsung
semprot dengan air mengalir. Untuk zat kimia bersifat asam diguyur air selama 30
menit, apabila bersifat basa maka lebih lama lagi.
Lebih baik agak lama memberi pertolongan di TKP dengan usaha
membersihkan zat kimia daripada langsung membawa korban kerumahsakit
dengan masih ada zat kimia yang menempel ditubuh. Hal ini akan memeprparah
kondisi korban luka bakar tersebut.
Apabila zat kimia besifat bubuk, sapu dulu sampai zat kimia sampai tipis,
kemudian disiram dengan air mengalir. Luka karena zat kimia, maka luka tersebut
diperlakukan sebagai luka bakar.

14

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN LUKA BAKAR

3.1 Pengkajian
1. Dapatkan riwayat luka bakar. Tanyakan tentang:
Penyebab luka bakar-kimia, termal atau listrik
Waktu luka bakar-penting karena kebutuhan resusitasi cairan
dihitung dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tibanya
kerumah sakit.
Tempat dimana luka bakar terjadi-area terbuka atau tertutup
Adanya masalah medis yang menyertai
Alergi, khususnya sulfa karena banyak antimikrobial topikal
mengandung sulfa
Tanggal terakhir imunisasi tetanus
Obatobatan yang digunakan bersamaan
2. Lakukan pengkajian umum. Dapatkan BB dasar.
3. Lakukan pengkajian luka bakar:
Luka luas (presentasi) dengan menggunakan fasilitas metoda, yang
mungkin grafik Lund dan Browder atau Aturan Sembilan
Kedalaman luka, yang dapat:
a. Ketebalan parsial superfisial-melibatkan epidermis,
dikarakteristikan oleh nyeri tekan, sedikit bengkak dan eritema
yang memucat dengan tekanan.
b. Kekebalan partial-meliputi epidermis dan dermis;
dikarakteristikkan oleh eritema, kering atau luka lembab nyeri,
edema, dan pembekuan lepuh.
c. Kekebalan penuh-meliputi semua lapisan kulit sering meluas
jaringan subkutan dan otot; dikarakteristikkan oleh luka kering,
keras, tak nyeri, berkulit yang berwarna putih atau hitam.
15

4. Kaji terhadap cedera inhalasi asap pada luka bakar api pada muka,
kepala, leher, atau dada. Lihat:
Hangus pada rambut hidung dan wajah
Mukosa bukal merah
Rales pulmonal
5. Periksa hasil pemeriksaan laboraturium:
JDL mengkaji hemokonsentrasi
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terhadap
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arfteri (GDA) dan sinar x dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cidera inhalasi
asap.
6. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang tindakan, masalah,
dan perasaan tentang cedera.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Karboksi hemoglobin : peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan
keracunan karbonmonoksida/cedera inhalasi.
b. Elektrum serum: kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cidera jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal;
hipokalemia dapat terjadi bila mulai diuresis; magnesium mungkin
16

menurun. Natrium pada awal mungkin menurun pada kehilangan air;
hipernatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
c. Alkalin fosfat: peningkatahn sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial/gangguan pompa natrium.
d. Glukosa serum: peninggian menunjukkan respons stres.
e. Albumin serum: rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan
dengan kehilangan protein pada edema cairan.
f. BUN/kreatinin: peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi
ginjal; namun kreatinin dapat meningkat karena cidera jaringan
g. Urine: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein (khususnya mungkin terlihat
pada luka bakar serius). Warna hitam kemerahan pada urine
sehubungan dengan mioglobulin. Kultur luka: mungkin diambil
untuk data dasar dan diulang secara periodik.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi trakeobronkhial: edema
mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap)
Kriteria Evaluasi :
Frekuensi pernafasan 12-24 per jam, warna kulit normal, GDA dalam
batas normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.

Intervensi Rasional
1. Awasi frekuensi, irama, kedalaman
pernafasan, sianosis
Menentukan intervensi medik
selanjutnya
2. Latihan nafas dalam dan perubahan
posisi sering
Meningkatkan ekspansi paru,
memobilisasi dan drainase sekret
3. Awasi / gambarakan seri GDA Mengidentifikasikan kemajuan /
penyimpanan dari hasil yang
17

diharapkan
4. Pertahankan posisi semi fowler,
bila hipotensi tak ada
Untuk memudahkan ventilasi
dengan menurunkan tekanan
abdomen terhadap diafragma
5. Anjurkan pernafasan dalam dengan
menggunakan spirometri insentif
setiap 2 jam selama tira baring
Pernasan dalam mengembangkan
alveoli, dapat menurunkan resiko
atelektasis


2. Kekurangan volume cairan b.d luka bakar luas yang ditandai dengan TD
rendah disertai dengan takikardi dan takipnea, penurunan haluaran urine,
haus, hematokrit dan natrium serta diatas rentang normal.
Kriteria hasil: mendemonstrasikan status cairan dan biokimia membaik.

Intervensi Rasional
1. Pantau
- Tanda tanda vital setiap jam
selama periode darurat, setiap 2
jam selama periode akut, dan setiap
4 jam selama periode rehabilitasi
- Warna urine
- Masukan dan haluaran setiap jam
selama periode darurat, setiap 4
jam selama periode akut, dan setiap
8 jam selama periode rehabilitasi
- Hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit
- Berat badan setiaphari
- CVP (tekanan vena sentral) setiap
Mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
Periode darurat (awal 48 jam
pascaluka bakar) adalah
periode kritis yang ditandai
oleh hipovolemia yang
mencetuskan individu pada
perfusi ginjal dan jaringan
takadekuat.
Komplikasi paling mungki n
untuk terjadi selama periode
akut, yang menandai fase
pemulihab. Periode rehabilitatif
18

jam bila diperlukan
- Status umum (apendiks F) setiap 8
jam
mulai pada penerimaan
dirumah sakit dan berlanjut
sampai masuk kembali ke
masyarakat.
2. Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan
semua pakaian dan perhiasan dari area
luka bakar.
Inspeksi adekuat dari luka
bakar
3. Mulai treapi Iv yang ditentukan dengan
jarum lubang besar (18G), yang disukai
melalui kulit yang telah mengalami
luka bakar luas dan hipovolemik, bantu
dokter dengan pemasangan kateter
vena sentral untuk pemantauan tekanan
vena sentral (CVP).
Penggantian cairan cepat
penting untuk mencegah gagal
ginjal. Kehilangan cairan
bermakna terjadi melalui
jaringan yang terbakar dengan
luka bakar luas. Pengukuran
tekanan vena sentral
memberikan data tentang status
volume cairan intravaskuler.
4. Beri tahu dokter tentang hal berikut:
haluaran urine kurang dari 30mL/jam,
haus, takikardia, CVP kurang dari 6
mmHg, bikarbonat serum dibawah
rentang normal, gelisah, Td dibawah
rentang normal, urine gelap atau encer
gelap.
Temuan-temuan ini
menandakan hipovolemia dan
perlunya peningkatan cairan.
Pada luka bakar luas,
perpindahan cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang
interstisial, menimbulkan
hipovolemia. Juga jumlah besar
cairan dan klorida kalium
hilang selama fase diuretik saat
cairan berpindah dari ruang
interstisial ke intravaskuler.
Urine gelap menunjukan
mioglobinuria atau
19

hemoglobinuria. Urirne encer
gelap menandakan urine pekat.


3. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d kehilangan integritas kulit yang
disebabkan oleh luka bakar.
Kriteria evaluasi: tidak ada demam, pembentukan jaringan granulasi,
pulang dengan RLP untuk KDB.

Intervensi Rasional
1. Pantau
Penampilan luka bakar (area luka
bakar, sisi donor dan status balutan
diatas tandur bila tadur kulit
dilakukan) setiap 8 jam
Suhu setiap 4 jam
Jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan
Mengidentifikasi indikasi-
indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan
lepaskan jaringan nekrotik
(debridemen)sesuai pesanan. B erikan
mandi kolam sesuai pesanan;
imolememntasikan perawatan yang
ditentukan untuk sisi donor yang dapat
ditutup dengan balutan Vaseline atau
OpSite.
Pembersihan dan pelepasan
jaringan nekrotik
meningkatkan
pembentukan granulasi.
3. Lepaskan krim lama dari luka sebelum
pemberian krim baru. Gunakan sarung
tangan steril dan berikan krim antibiotik
topikal yang diresepkan pada area luka
Antimikroba topikal
membantu mencegah
infeksi. Mengikuti prinsip
aseptik melindungi dari
20

bakar dengan ujung jari. Berikan krim
secara menyeluruh diatas luka.
infeksi. Kulit yang gundul
menjadi media yang baik
untuk kultur pertumbuhan
bakteri.
4. Beritahu dokter bila demam drainase
purulen atau bau busuj dari area luka
bakar, sisi donor, atau balutan sisi tandur.
Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotik
IV sesuai ketentuan.
Temuan-temuan ini
menandakan infeksi. Kultur
membantu mengidentifikasi
patogen penyebab sehingga
terapi antibiotik yang tepat
dapat diresepkan. Karena
balutan sisi tandur hanya
diganti setiap 5-10 hari, sisi
ini memberikan media
kultur untuk pertumbuhan
bakteri.
5. Tempatkan pasien pada ruangan khusus
dan lakukan kewaspadaan perawatan
perlindungan balik untuk luka bakar luas
yang mengenai area tubuh. Gunakan linen
tempat tidur steril, handuk , dan skort
untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung
tangan , dan penutup kepala dengan masker
bila memberikan perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau televisi pada ruangan
pasiean untuk menghilangkan kebosanan.
Kulit adalah lapsan pertama
tubuh untuk pertahanan
infeksi. Teknik steril dan
tindakan perawatan
perlindungan ain
melindungu pasien
terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai
rangsang eksternal dan
kebebasan bergerak
mencetuskan pasien pada
kebosanan.
6. Bila riwayat imunisasi takadekuat, berikan
globulin imun tetanus manusia (Hyper-Tet)
sesuai pesanan.
Untuk melindungu terhadap
tetanus.

21


4. Nyeri akut b.d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema
Kriteria evaluasi:
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol
Menunjukkan ekspresi wajah /postur tubuh rileks.
Berpartiipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-1)
Perubahan lokasi atau
intensitas, karakter nyeri dapat
mengindikasikan terjadinya
komplikasi
2. Pertahankan suhu lingkungan
nyaman, berikan lampu penghangat,
penutup tubuh hangat

Pengaturan suhu dapat hilang
karena luka bakar dan untuk
mencegah menggigil
3. Jelaskan prosedur / berikan informasi
yang tepat, khususnya pada
debridemen
Membantu menghilangkan
nyeri / meningkatkan relaksasi
4. Dorong penggunaan teknik
manajemen strees contoh relaksasi
progresi, nafas dalam, dll
Memfokuskan kembali
perhatian, meningkatan teknik
relaksasi dan untuk
meningkatkan rasa kontrol
5. Berikan analgesik (narkotik dan non
narkotik ) sesuai indikasi
Menghilangkan rasa nyeri
6. Berikan aktifitas terapeutik tepat
untuk usia / kondisi
Membantu mengurangi
konsentrasi rasa nyeri ,
memfokuskan kembali
perhatian
7. Berikan tempat tidur yang nyaman Peninggian linen dari luka
22

sesuai dengan indikasi membantu mengurangi rasa
nyeri.


5. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan/interupsi aliran darah
arterial/vena. Contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
Kriteria evaluasi pasien:
Mempertahankan nadi parifer teraba dengan kualita/ kekuatan sama;
pengeisian kapiler baik dan warna kulit normal pada area yang cidera.


Intervensi

Rasional
Mandiri
1. Kaji warna, sensasi, gerakan, nadi
perifer (melalui Dopler) dan pengisian
kapiler pada ekstremitas luka bakar
melingkar. Bandingkan dengan hasil
pada tungkai yang tak sakit.


Pembentukan edema dapat secara
cepat menekan pembuluh darah,
sehingga mempengaruhu sirkulasi
dan meningkatkan statis
vena/edema. Perbedaan dengan
tungkai yang tak sakit membantu
membedakan masalah sistemik
dengan lokal (contoh
hipovolemia/penurunan curah
jantung)
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit,
dengan tepat. Lepaskan perhiasan/jam
tangan. Hindari memplester sekitar
ekstremitas yang terbakar.
Meningkatkan sirkulasi
sistemik/aliran balik vena dan
dapat menurunkan edema atau
pengaruh gangguan lain yang
mempengaruhi konstriksi jaringan
edema. Peninggian yang lama
dapat mengganggu perfusi arterial
23

bila Td turun atau tekanan
jaringan meningkat secara
berlebihan.
3. Ukur TD pada ekstremitas yang
mengakami luka bakar. Lepaskan
manset TD setelah mendapatkan hasil.
Bila pembacaan TD diambil pada
ekstremitas yang cidera, dibiarkan
manset pada tempatnya dapat
meningkatkan pembentukan
edema/penurunan perfusi dan
mengubah luka bakar ketebalan
parsial menjadi cedera lebih
serius.
4. Dorong latihan rentang gerak aktif pada
bagian tubuh yang tidak sakit.
Meningkatkan sirkulasi lokal dan
sistemik.
5. Selidiki nadi secara teratur. Disritmia jantung dapat terjadi
sebagai akibat perpindahan
elektrolit, cedera listrik, atau
menghilangkan faktor depresan
miokard. Pengaruh pada curah
jantung/perfusi jaringan.
Kolaborasi
6. Pertahankan penggantian cairan per
protokol.

Memaksimalkan volume sirkulasi
dan perfusi jaringan.
7. Awasi elektrolit, khususnya natrium,
kalium, dan kalsium. Berikan terapi
penggantian sesuai indikasi.
Kehilangan elektrolit ini
mempengaruhi potensial membran
mukosa, sehingga mengubah
konduksi miokard, potensio risiko
disritmia, dan menurunkan curah
jantung/perfusi jaringan.
8. Hindari penggunaan injeksi IM/SC Perubahan perfusi jaringan dan
pembentukan edema mengganggu
24

absorbsi obat. Injeksi pada sisi
donor kurang menyerap karena
pembentukan hematoma.
9. Ukur tekanan intrakompartemen sesuai
indikasi.
Miositis iskemia dapat terjadi
karena penurunan perfusi.
10. Bantu / siapkan untuk eskarotomi /
fasiotomi, sesuai indikasi
Meningkatkan sirkulasi dengan
menghilangjan konstriksi yang
disebabkan oleh jaringan kaku
(jaringan parut) atau embekuan
edema.




6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d status hipermetabolik
yang ditandai dengan penurunan berat badan total, kehilangan massa
otot/lemak subkutan, dan terjadinya keseimbangan nitrogen negatif.
Kriteria evaluasi pasien:
Menujukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolik dibuktikan oleh berat badan stabil/massa otot terukur,
keseimbangan nitrogen positif, dan regenerasi jaringan.

Intervensi rasional
Mandiri
1. Auskultasi bising usus, perhatian
hipoaktiftak ada bunyi.
Ileus sering berhubungan dengan
periode pasca luk =a bakar dalam
36-48 jam dimana makanan oral
dapat dimulai.
2. Pertahankan jumlah kalori ketat.
Timbang tiap hari, kaji ulang persen
area permukaan tubuh terbuka/luka
Pedoamn tepat untuk pemasukan
kalori tepat. Sesuai penyembuhan
luka, persentase area luka bakar
25

tiap minggu dievaluasi untuk menghintung
bentuk diet yang diberikan dan
penilaian yang tepat dibuat.
3. Awasi massa otot/lemak subkutan
sesuai indikasi.
Mungkin berguna dalam
memperkirakan perbaikan
tubuh/kehialnag dan keefektifan
terapi.
4. Berikan makanan dan makanan
kecil sedikit dan sering.
Membantu mencegah distensi
gaster/ ketidaknymanan dan
meningkatkan pemasukan.
5. Dorong pasien untuk memandang
diet sebagai pengobatan dan untuk
membuat pilihan
makanan/minuman tinggi
kalori/protein.
Kalori dan protein untuk
mempertahankan berat badan,
kebutuhan memenuhi metabolik,
dan meningkatkan penyembuhan.
6. Pastikan makanan yang disukai /
takdisukai. Dorong orang terdekat
untuk membawa makanan dari
rumah yang tepat.
Memberikan pasien/orang terdekat
rasa kontrol;meningkatkan
partisipasi dalam perawatan dan
dapat memperbaiki pemasukan.
7. Dorong pasien untuk duduk saat
makan, dan dikunjungi orang lain.
Duduk dapat mencegah aspirasi
dan membantu pencernaan
makanan yang baik. Sosialisasi
meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan pemasukan.
8. Berikan kebersihan oral sebelum
makan.
Mulut/palatum bersih
meningkatkan rasa dan membantu
mafsu makan yang baik.
9. Lakukan pemeriksaan glukosa strip
jari, klinites/asetes sesuai indikasi.
Mengawai terjadinya
hiperglikemia sehubungan dengan
perubahan hormonal/kebutuhan
26

atau penggunaan hiperalimentasi
untuk memenuhi kebutuhan kalori.
Kolaborasi
10. Rujuk ke ahli diet/tim dukungan
nutrisi
Berguna dalam membuat
kebutuhan nutrisi individu
(berdasarkan berat bdan dan
cedera area permukaan tubuh) dan
mengidentifikasi rite yang tepat.
11. Berikan diet tinggi kalori/protein
dengan tambahan vitamin.
Kalori (3000-5000/hari), protein
dan vitamin yang dibutuhkan untu
memenuhi peningakatan
kebutuhan metabolik,
mempertahankan berat badan dan
mendorong regenerasi jaringan.
Catatan: rute oral paling baik
untuk mengembalikan fungsi GI.
12. Berikan hiperalimentasi parenteral
sesuai indikasi.
Hiperalimentasi akan
mempertahankan pemasukan
nutrisi/memenuhi kebutuhan
metabolik pada adanya komplikasi
berat atau berlanjutnya cidera
esofageal/gastrik yang tidak
memungkinkan makan perenteral.
13. Awasi pemeriksaan laboraturium,
contoh albumin serum, kreatinin,
transferin, nitrogen urea urine.
Indikator kebutuhan nutrisi dan
ketidakadekuatan diet/terapi.
14. Berikan insulin sesuai indikasi Peningkatan kadar glukosa serum
dapat terjadi sehubungan dengan
respons stres terhadap cedera,
pemasukan tinggi kalori, kelelahan
pankreas.

27

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kulit yang merupakan barier antara dunia luar dengan dunia yang
dibungkus kulit. Oleh karena itu, kulit memiliki fungsi yang sangat penting
diantaranya dapat menghindari terjadinya kehilangan cairan, yang salah
satunya adalah bila terjadi luka bakar. Luka bakar akan menyebabkan kulit
mengalami denaturasi protein, sehingga mengakibatkan kehilangan fungsinya.
Semakin banyak kulit yang hilang, akan semakin berat kahilangan cairan.

4.2.Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikan ke dalam asuhan keperawatannya. Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu mohon, kritik dan sarannya. Atas
perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.














28

DAFTAR PUSTAKA

Gadar Medik Indonesia. 2005
Barbara
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
http://wikipedia.org/ Diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 05.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai