Anda di halaman 1dari 21

STEP 1:

1. Bulla : termasuk kedalam salah satu kelainan kulit dimana manifestasinya berbentuk bulat dan
berisi cairan  cairannya serous  terjadi akibat perpindahan cairan ke intersitial
2. Escar : Jaringan mati yang terlepas berasal dari kulit tebal diakibtakan karena luka bakar,
warna cokelat/ hitam
STEP 2:
1. Bagaimana Anatomy dan Fisiologi Kulit ?
2. Sebutkan dan Jelaskan Derajat dari Luka Bakar di scenario masuk pada derajat?
3. Bagaimana Cara Menghitung Luas Luka Bakar ?
4. APa saja yang dapat menyebabkan luka bakar ?
5. Bagaimana Proses Patologis yang terjadi setelah Kejadian Luka Bakar ?
6. Bagaimana Interpretasi dari Pemeriksaan Klinis di Skenario (Hasil Pf TTV dan Pemeriksaan
Klinis ( Suara Serak, Batuk Berdahak dan berwarna hitam , didapatkan bulla , lengan kiri
didapatkan escar , pasien didapatkan kesemutan dan nyeri pada tangan kiri , dan setelah
dipasang kateter urinnya didapatkan 5cc dan berwarna kemerahan ) ?
7. Bagaimana Fase Fase Penyembuhan Luka Bakar ?
8. Apa saja factor factor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar ?
9. Bagaimana Primary Survey dan tatalaksana yang dilakukan pada kasus di scenario ?
10. Apa saja Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
11. Apa saja Komplikasi ( Sistemik dan Lokalisata) yang dapat timbul dari kasus di scenario ?
12. Apa saja Indikasi Perawatan Luka Bakar di Rumah Sakit ?
13. Kapan kita curiga/ Indikasi adanya Trauma Inhalasi ?
STEP 3:
1. Bagaimana Anatomy dan Fisiologi Kulit ?

Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang mengkhususkan diri pada pertukaran bahan antara sel dan
lingkungannya. Setiap bahan yang masuk atau keluar tubuh harus melewati suatu sawar epitel. kulit
hanya dapat mempertukarkan sedikit bahan antara tubuh dan lingkungan luar sehingga kulit berperan
sebagai lapisan pelindung.

Trenggono, Retno Iswari. 2007. BP: Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar:
1) Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel. Kelenjar-kelenjar kulit
merupakan kelenjar epitelial.
2) Terdapat beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan sel-sel
lemak pada dermis.
3) Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos, yaitu otot penegak
rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah, sedangkan jaringan otot
bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.
4) Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa ujung
saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan badan Pacini.

Kalangi, Sonny J. R. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik Volume 5, Nomor 3,


Suplemen, hlm. S12-20. Universitas Sam Ratulangi Manado
2. Sebutkan dan Jelaskan Derajat dari Luka Bakar di scenario masuk pada derajat?
Berdasarkan kedalaman jaringan luka bakar yang rusak, luka bakar dibagi menjadi 3
klasifikasi besar
 Luka bakar derajat I (superfisial)/epidermal :Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan
epidermis. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula, dan
terasa nyeri. Penyebab tersering luka bakar ini adalah matahari.
 Luka bakar derajat II : reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat
bula dan terasa nyeri akibat iritasi ujung-ujung saraf sensoris.
A. Dangkal/superfisial/superficial partial thickness
Kerusakan jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak
kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri. Masih dapat ditemukan folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan
sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep antibiotika.
B. Dalam/deep partial thickness
kerusakan jaringan terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan
dengan dasar luka eritema yang basah, Permukaan luka berbecak merah dan
sebagian putih. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal
sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan
jaringan parut.
 Luka bakar derajat III (full thickness) : Kerusakan jaringan permanen yang meliputi
seluruh tebal kulit hingga jaringan subkutis, otot, dan tulang. kulit yang terbakar
berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang
merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang
sensasi akibat kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.

Anggowarsito, Jose L. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2
No.2 Oktober 2014

Klasifikasi dari derajat kedalaman luka bakar yang digunakan oleh Emergency Managament
Severe Burn course oleh Australian & New Zealand Burn Association (ANZBA).
Klasifikasi lanjut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/555/2019 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar
Anggowarsito, Jose L. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2
No.2 Oktober 2014

Pada Skenario :
- Wajah :Ditemukan Ada warna merah pucat, Bulu Hidung terbakar (Derajat 2B)
- Dada: merah, melepuh, dan Bula (Derajat 2)
- Lengan Kiri :Gosong Escar Melingkar ( Derajat 3)
3. Bagaimana Cara Menghitung Luas Luka Bakar ?
 Dewasa
Rule of Nine Wallace yang membagi sebagai berikut:
kepala dan leher 9%, lengan kanan 9%, lengan kiri 9%, badan bagian depan 18%, badan
bagian belakang 18%, tungkai kanan 18%, tungkai kiri 18%, dan genetalia/ perineum 1%.
Sedangkan untuk mengestimasi luas luka bakar pada luka bakar yang tidak luas dapat
menggunakan area palmar (jari dan telapaktangan) dari tangan pasien yan g dianggap
memiliki 1% total body surface area (TBSA). Metode ini sangat berguna bila pasien memiliki
luka bakar kecil yang tersebar sehingga tidak dapat menggunakan metode “Rule of Nine”.

 Anak Anak
Lung dan Browder, membedakan pada anak usia 15 tahun, 5 tahun, dan 1 tahun.
Anggowarsito, Jose L. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2
No.2 Oktober 2014

Dari Skenario : DEWASA Rule of Nine


 Wajah : 3%
 Dada : 9%
 Lengan Kiri :9%
TOTAL = 21%
4. Apa saja yang dapat menyebabkan luka bakar ?
 Cairan panas (air, minyak, kuah)
 Api (Bensin, Minyak tanah, Gas LPG)
 Listrik (PLN, Petir )
 Zat kimia (Asam, Basa, Kosmetik )
 Radiasi (Matahari, Radioterapi, Bom)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/555/2019 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar
o Luka Bakar dangkal : Sinar Uv, papaaran nyala api ( tampak : kering,merah,pucat
tanpa penekanana tdk ada skar , nyeri )
o Luka Bakar sebagian dangkal : Tumpahan atau percikan nyala api ( Gelembung
berisi cairan , kering,pucat, Potensial perubahan pigmen kulit )
o Luka Bakar Sebagian dalam : Cairan / Uap panas, Minyak Panas ( gelembung berisi
cairan , putih-Merah, tdk memucat dgn penekaanan, Jaringan Parut  bisa
menyebabkan Kontraktur )
o Luka Bakar seluruh lapisan : Bahan kimia, Listrik Tekanan Tinggi ( Putih- Abu abu ,
kering , tdk elastin , nyeri hnya dgn penekanan yg kuat , Jar . Parut
5. Bagaimana Proses Patologis yang terjadi setelah Kejadian Luka Bakar ?

Respon Lokal, 3 zona luka bakar:


1. Zona Koagulasi : zona yang terdalam. Pada zona ini sirkulasi darah telah berhenti dan
terdapat koagulasi nekrosis seluler yang sangat luas karena area ini mendapatkan
kerusakann yang paling parah oleh paparan panas yang ekstrim.Sel –sel telah mati dan
tidak bisa beregenerasi secara mandiri. Maka dari itu, pada zona ini dibutuhkan
tindakan operatif seperti eksisi dan cangkok kulit.
2. Zona Stasis : Zona ini melingkari zona koagulasi dan merupakan zona dengan resiko
tinggi terjadinya nekrosis seluler karena aliran darah pada zona ini sangat berkurang.
Kelangsungan hidup kulit pada zona ini bergantung pada resusitasi cairan yang tepat dan
penatalaksanaan yang tepat pula untuk dapat bertahan. Penatalaksanaan pada 24 jam
sampai 72 jam pertama merupakan hal yang sangat penting.
3. Zona Hiperemi : zona dengan kerusakan yang minimal. Respon dari kulit pada zona ini
adalah mengeluarkan mediator inflamasi seperti sitokin yang menyebabkan
terjadinya vasodilatasi. Vasodilatasi menyebabkan masuknya nutrisi yang diperlukan
untuk membantu pemulihan dan pengeluaran zat –zat sisa. Jaringan di sini akan selalu
pulih kecuali ada sepsis parah atau hipoperfusi berkepanjangan.
manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
a. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler mengakibatkan kehilangan Na, air
dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung.
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
b. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
c. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini
disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin
terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen,
muntah dan aspirasi. Sering terdapat ileus paralitik dan “Curling Ulcer” yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena.
d. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam
luka..

Shehan Hettiaratchy. Pathophysiology and types of burns. BMJ. 2004 Jun 12; 328(7453): 1427–1429.
Perjalanan :
1) Fase akut/syok/awal Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan
perawatan di IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka
bakar mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi segera
atau beberapa saat seteah trauma, namun obstruksi jalan nafas akibat juga dapat terjadi
dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada luka bakar adalah penyebab
kematian utama di fase akut. Ganguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit
akibat cedera termal berdampak sitemik hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga
keadaan hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi.
2) Fase subakut/flow/hipermetabolik Fase ini berlangsung setelah syok teratasi.
Permasalahan pada fase ini adalah proses inflamasi atau infeksi pada luka bakar,
problem penutupan lukan, dan keadaan hipermetabolisme.
3) Fase lanjut Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun memerlukan kontrol
rawat jalan. Permasalahan pada fase ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan parut
yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur.
Anggowarsito, Jose L. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2 No.2
Oktober 2014
6. Bagaimana Interpretasi dari Pemeriksaan Klinis di Skenario (Hasil Pf TTV dan Pemeriksaan
Klinis ( Suara Serak, Batuk Berdahak dan berwarna hitam , didapatkan bulla , lengan kiri
didapatkan escar , pasien didapatkan kesemutan dan nyeri pada tangan kiri , dan setelah
dipasang kateter urinnya didapatkan 5cc dan berwarna kemerahan ) ?
Hasil Pf TTV
Nadi : 100x ( Meningkat )
Tensi : 100/ 70
RR : 28 x ( Meningkat) ; Kebakaran ruang tertutup  edem lring (suara serak) gej. Sesak
nafas (DahakGelap ), Co afinitas mengikatnya lebih tinggi )  RR Tinggi
Luka Bakar  Kerusakan jaringan  menyebabkan pelepasan mediator Inflamasi 
Peningkatan permeable kapiler dar intravaskuler ke intrersisitial  jika ke kulit ( BULLA )
Jika luka bakar luas  Penurunan Vol Plasma  Hipoperfusi Jaringan  ke Otot (Lemas) 
ke otak ( penurunan kesadaran)
Cairan Intravaskuler turun  CO turun
Lengan Kiri didapatkan Escar dan Nyeri + kesemutan :
Escar Melingkar  penekanan pada lengan  lengan atas / bawah terdapat kompartemen yg
dapat terdesak  Kompartemen Sindrom ( 5P Pain palor Pulsless Parasthesis Paralisis )
Urin didapatkan 5cc dan berwarna Kemerahan :
Urin berkurang ( hipovolemi) GFR turun  urin yg dihaslkan sedikit
Kemerahan  Pemecahan Mioglobin  sehingga Mioglobin akan dibawa ke Ginjal  terjadi
kerusakan  wara urin merah gelap
Mioglobulin yg menunjukan adanya kerusakan otot dan iskemia jika dilepaskan menghambat
di TKP  menyebabkan Nekrosis  Hematuria
7. Bagaimana Fase Fase Penyembuhan Luka Bakar ?
1. Fase Hemostasis : Platelet , cascade dari Cloting cascade  Akan mengeluarkan spt Faktor
EGF ,PDGF, TGF B, Aktifasi Keratinosit, Makrofag akan melakukan
2. Fase Inflamatory : Makrofag akan mengaktifkan monosit dan mengeluarkan
med.Inflamasi ) Il1-IL 8), TNF Alfa aka mulai keluar dan berfungsi menghapuskan debris
 Muncul Pertumbuhan Vaskuler krn VEGF
3. Fase Ploriferasi : setelah pengaktifan Keratinosit, Lama kelamaan dia akan berproliferasi
dan mengubah mnjd Jar.Ikat , Sel radang membentuk Granulasi
4. Fase Remodelling: Ada MMPS yang membentuk dari matris ekstraseluler dan TIMPS sbg
Penghambat MMPS tadi jika deposisi nya salah  keloid
8. Apa saja factor factor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar ?
Kedalaman Luka Bakar : Lihat derajat luka bakar ( Makin dalam makin … )
Luas Luka Bakar : Lihat dr metode rule of nine dan Lund and browder
Lokasi Luka Bakar : Dipengaruhi lokasi yang mengenai kepala, Leher , dada , terkait
Komplikasi Pulmoner , Wajah  Abrasi Kornea , Perineal terkontaminasi urin dn feses
Jenis Jenis Penyebab Trauma Thermal : Listrik , Kimia , Api ,dll
9. Bagaimana Primary Survey dan tatalaksana yang dilakukan pada kasus di scenario ?
prinsip dasar resusitasi trauma:
• Lakukan survei primer singkat dan segera atasi permasalahan yang ditemukan
• Singkirkan pakaian dan perhiasan yang melekat
• Jika pernafasan dan sirkulasi telah teratasi, lakukan survei sekunder

Primary survey Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan


manajemen emergensi.
a. (Airway) : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen trauma cervical
b. (B reathing): Pernapa san dan ventilasi
c. (Circulation): Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
d. (Disability) : Status neurogenic
e. (Exposure): Pajanan dan Penge ndalian lingkungan
10. Apa saja Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
11. Apa saja Komplikasi ( Sistemik dan Lokalisata) yang dapat timbul dari kasus di scenario
hk
12. Apa saja Indikasi Perawatan Luka Bakar di Rumah Sakit ?
13. Kapan kita curiga/ Indikasi adanya Trauma Inhalasi ?
14. Kontraktur, bagaimana mencegahnya pada luka bakar persendian ?
15. Perhitungan Cairan Baxter / yg lain?
16. Dan bagaiman Resusitasi cairan yang dilakukan ?
MAPPING :

Anda mungkin juga menyukai