Anda di halaman 1dari 14

Step 7

1. Apa pengertian visi , misi, tujuan, value, sasaran, critical strategic issue, dan critical succsess
factor dari rumah sakit? (tambahkan contoh yang ada di RSISA)
- Visi: pernytaan mengenai tujuan masa yang akan datang yg diharapkan dalam kurun waktu
tertentu, visi seharusnya bersifat sederhana dan mudah dimengerti dan dipercayai oleh setiap
sdm di organisasi
- Misi adalah pernyataan bagaimana dapat tercapainya visi organisasi, penjabaran visi ke
dalam tugas, kewajibanm hak, wewenang, dan strateginya.
- Value: nilai2 dasar yang terdapat dalam suatu organisasi dan selaras dengan visi , sekaligus
berfungsi untuk membatasi tujuan organisasi , landasan seluruh sdm untuk berperilaku untuk
mencapai tujuan
- Sasaran : upaya yang dilakukan untuk mewujudkan misi , sasaran yang baik memenuhi
kriteria SMART , sasaraan bersifat spesifik dan terukur
- Critical strategic issue: isu yang berkaitan dengan keterkaitan antara organisasi yang kaji dlm
lingkungan eksternal dan internal, isu2 tsb byk mempengaruhi organisais.
- Critical success factor: factor penting dalam kesuksesan dan merupakan kebutuhan penting
dalam aktivitas untuk mencapai misi dan tujuan yang sebuah organisasi

Sumber : MANAJEMEN RUMAH SAKIT Oleh dr.Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes,
Prof.Dr.Stefanus Supriyanto,dr., M.S

Visi RSISA: Menjadi Rumah Sakit Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan, pendidikan,
dan pembangunan peradaban Islam

misi:
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang selamat  menyelamatkan dijiwai semangat
mencintai Allah menyayangi sesama.
- Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi khaira ummah
- Membangun peradaban islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah

value: Integritas, Profesionalisme, Kasih sayang, Kerja sama, dan inovatif.


2. Apa definisi dari rencana strategis dan faktor faktor yang mempengaruhi rencana strategis?
Strategis:
- rencana yang terintegrsi yang menghubungkan kelebihan strategis suatu organisasi dengan
tantangan lingkungan yang disusun untuk memastikan tujuan organisasi tersebut terlaksana
melalui implementasi yang tepat .
- proses pembuatan rencana oleh pemimpin puncak suatu organisasi yang berfokus pada tujuan
jangka Panjang

rencana strategis ialah alat bantu managemen berupa rencana jangka menengah yang berisi visi,
misi, tujuan, sasaran dan cara mencapainya (berfifat umum dan menyeluruh)

perencanaan strategis rs: proses pimpinan dari rumah sakit memimpikan masa depan dan
mengembangkan prosedur dan operasional yang diperlukan untuk mencapai masa depan tersebut

managemen strategi: suatu set keputusan dan Tindakan yang menghasilkan formulasi dan
implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu organisasi
karakteristik: bersifat jangka Panjang, dinamik, berpaduu dengan managemen operasional,
dimotori oelh unsur2 pada manager tingkat punvak, berorientasi untuk masa depan, dan disorong
dan didukung oelh sumber ekonomi yang ada.

Sumber : buku Manajemen Strategis Oleh Eddy Yunus

3. Apa saja macam macam rencana strategis?


- Model peencanaan strategik dasar
- Model perencanaan berlandas masalah
- Model pelurusan
- Model perencanaan scenario
- Model perencanaan organic atau oengorganisasian diri

Kajian strategi dibagi menjadi 3:

- Corporate level strategi strategi korporasi rs yang berisi visi misi tujuan rumah sakit dan
area layanan yang diterapkan
- Competitive level strategi: unit produksi yang dirawat jalan dan rawat inap menentukan
bagaimana pelakyanan diselenggarakan sehingga memperoleh keungulan kompettiif jsa dan
pridok
- Function level strategi interpretasi peran dari fungsi pusat pelayanan dalam menerapkan
strategi kompetitif)pelayanan interaktif pemberi jasa dan pembeli)

Sumber : MANAJEMEN RUMAH SAKIT Oleh dr.Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes,
Prof.Dr.Stefanus Supriyanto,dr., M.S

Rencana strategis cenderung untuk melihat ke depan beberapa tahun. Bagi rencana operasional,
satu tahun sering kali merupakan periode yang relevan.

Kedua, cakupan. Rencana strategis mempengaruhi aktivitas organisasi secara luas, sedangkan
rencana operasional mempunyai cakupan yang sempit dan terbatas.

Ketiga, tingkat rincian. Seringkali sasaran strategis dinyatakan dalam istilah yang tampaknya
menyederhanakan dan umum. Tetapi cakupan yang luas ini perlu untuk mengarahkan orang
dalam organisasi untuk memikirkan operasi perusahaan secara keseluruhan. Sebaliknya,
rencana operasional, yang diturunkan dari perencanaan strategis, dinyatakan dalam rincian.

Jurnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 2, Nopember 2014 : 102 - 209

4. Mengapa rumah sakit membuat rencana strategis?


Pentingnya managemen startegi:
- Manfaat keuangan: organisasi yang menggunakan konsep managemen strateggi lebih
menguntungkan dengan ditunjukannya perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profit dan
produktivitas.
- Manfaat nonfinansial: meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman dari luar , memahami
startegi lawan, meningkatkan produktivitas kerrja sdm,
Sumber : buku Manajemen Strategis Oleh Eddy Yunus

5. Apa saja tujuan dari renestra?


Perencanaan strategis merupakan rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan
rumusan arah organisasi atau perusahaan, dan prosedur pengalokasian sumberdaya untuk mencapai
tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.

Perencanaan strategis juga merupakan proses pemilihan tujuan-tujua organisasi, penentuan


strategi, kebijaksanaan, program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-tujuan
tersebut.

Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program program yang akan dilaksanakan oleh
organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan pada setiap program jangka
panjang selama beberapa tahun ke depan. Hasil dari proses perencanaan strategi berupa dokumen
yang dinamakan strategic plan yangberisi informasi tentang program-program beberapa tahun
yang akan datang (Badrudin, 2013 : 96).

Tujuan:
- Melaksanakan dan eval strategi yang dipilih Secara efektif efisien
- Eval kinerja dan tinjau Kembali strategi yang sudah ada
- Memperbarui strategi dan mneyesuaikan dengan kondisi internal dan perubahan esternal
- Meninjau Kembali SWOT organisasi

6. Apa saja aspek aspek yang ada di rencana strategis rumah sakit?
- Lingkungan dan strategi rumah sakit
- Rencana strategis dan kepemimpinan
- Visi dan strategi
- Isu pengembangan rs

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

7. Bagaimana langkah langkah yang diperlukan untuk menyusun dari rencana strategis?
1. Formulasi misi dan tujuan
2. Pengkajian lingkungan
3. Tujuan jangka Panjang
4. Penyusunan strategi
5. Perumusan isu strategi
6. Pelaksanaan strategi
7. Evaluasi dan pengendalian strategi
Sumber: pengantar managemen pertama oleh ernie dan saefullah
Menurut rivai proses managemen strategi dibagi menjadi 3 pokok:
1. Perumusan strategi pengembangan visi misi dan identifikasi peluang dan
ancaman dari eksternal dan kelebihan kelemahan dari internal perusahaan,
menetapkan tujuan jangka Panjang, merumuskan alternatif strategi dam
menetapkan strategi yang akan diimplementasikan
2. Penerapan strategi implementasi, menyusunan struktur organisasi , siapkan
anggaran m mengembangkan siistem informasi , keberhasilan ditentukan oleh
manager yang memotivasi karyawan
3. Evaluasi meninjau ulang fakrot eksternal dan internal, mengukur kinerja dan
ambil Tindakan korektif

Sumber : buku Manajemen Strategis Oleh Eddy Yunus

8. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan rencana strategi rumah sakit?


Proses evaluasi dan pengendalian ditujukan untuk memastika tujuan yang telah ditetapkamn.
Langkahnya yaitu dengan membandingkan antar kinerja yg diinginkan dengan hasil. Hasil
evaluasi diharapkan bisa memberikan feedback yang diperlukan untuk perbaikan kinerja rs
9. Bagaimana pedoman penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip syariah?

Fatwa dewan syariah nasional-majelis ulama indonesia


No: l07/dsn-muiix/2016
Tentang: pedoman penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip syariah
1. Rumah Sakit, pasien dan penanggung jawab pasien wajib mewujudkan akhlak karimah.
2. Rumah Sakit wajib menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, risywah, zhulm dan hal-
hal yang bertentangan dengan syariah.
3. Rumah Sakit waj ib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
4. Rumah Sakit wajib mengikuti dan merujuk fatwa Majelis Ulama Indonesia terkait dengan
masalah hukum Islam kontemporer bidang kedokteran (al-masa'il al-fiqhiyah al-waqi
'iyah al-thibbiyah).
5. Rumah Sakit wajib memiliki panduan terkait tatacara ibadah yang wajib dilakukan pasien
muslim (antara lain terkait ketentuan tata cara bersuci dan shalat bagi yang sakit).
6. Rumah Sakit wajib memiliki panduan terkait standar kebersihan Rumah Sakit.
7. Rumah Sakit wajib menggunakan obat-obatan, makanan, minuman, kosmetika, dan
barang gunaan halal yang telah mendapat sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI);
8. Apabila obat yang digunakan belum mendapat sertifikat Halal dari MUl, maka boleh
menggunakan obat yang tidak mengandung unsur yang haram;
9. Dalam kondisi terpaksa (dharurat), penggunaan obat yang mengandung unsur yang
haram wajib melakukan prosedur informed consent.

standar dalam sertifikasi dibagi ke dalam 5 bab besar yang dibagi dengan bobot standard dan
elemen penilaian yang berbeda. 5 bab besar yang dimaksud meliputi :

 Hifz Al – Din (32 standar dan 108 elemen penilaian)


 Hifz Al – Nafs (6 standar dan 17 elemen penilaian)
 Hifz Al – Aql (6 standar dan 18 elemen penilaian)
 Hifz Al – Nasl (2 standar dan 7 elemen penilaian)
 Hifz Al – Maal (4 standar dan 11 elemen penilaian)

Kemudian, dalam masing-masing bab tersebut dibagi ke dalam dua kelompok standar yaitu,
pada aspek manajemen dan kelompok standard pada aspek pelayanan. Dalam aspek kelompok
manajemen meliputi penilaian tentang :

Buku Standar Sertifikasi Rumah Sakit Syariah versi 1441 Hijriah membagi menjadi 12 bab
standar: (managemen dan pelayanan)
10. Bagaimana keuangan rumah sakit syariah sesuai dengan akad syariah?

11. Apasaja tugas pokok dan fungsi serta wewenang dari DSN-MUI dan mukisi ? Yang berhubungan
dengan akreditasi syariah

DSN-MUI:

Tugas
1. Menetapkan fatwa atas sistem, kegiatan, produk, dan jasa LKS, LBS, dan LPS lainnya;
2. Mengawasi penerapan fatwa melalui DPS di LKS, LBS, dan LPS lainnya;
3. Membuat Pedoman Implementasi Fatwa untuk lebih menjabarkan fatwa tertentu agar tidak
menimbulkan multi penafsiran pada saat diimplementasikan di LKS, LBS, dan LPS lainnya;
4. Mengeluarkan Surat Edaran (Ta’limat) kepada LKS, LBS, dan LPS lainnya;
5. Memberikan rekomendasi calon anggota dan/atau mencabut rekomendasi anggota DPS pada
LKS, LBS, dan LPS lainnya;
6. Memberikan Rekomendasi Calon ASPM dan/atau mencabut Rekomendasi ASPM;
7. Menerbitkan Pernyataan Kesesuaian Syariah atau Keselarasan Syariah bagi produk dan ketentuan
yang diterbitkan oleh Otoritas terkait;
8. Menerbitkan Pernyataan Kesesuaian Syariah atas sistem, kegiatan, produk, dan jasa di LKS, LBS,
dan LPS lainnya;
9. Menerbitkan Sertifikat Kesesuaian Syariah bagi LBS dan LPS lainnya yang memerlukan;
10. Menyelenggarakan Program Sertifikasi Keahlian Syariah bagi LKS, LBS, dan LPS lainnya;
11. Melakukan sosialisasi dan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan, bisnis, dan
ekonomi syariah; dan
12. Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan keuangan pada khususnya.
Wewenang
1. Memberikan peringatan kepada LKS, LBS, dan LPS lainnya untuk menghentikan penyimpangan
dari fatwa yang diterbitkan oleh DSN-MUI;
2. Merekomendasikan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan
tidak diindahkan;
3. Membekukan dan/atau membatalkan sertifikat Syariah bagi LKS, LBS, dan LPS lainnya yang
melakukan pelanggaran;
4. Menyetujui atau menolak permohonan LKS, LBS, dan LPS lainnya mengenai usul penggantian
dan/atau pemberhentian DPS pada lembaga yang bersangkutan;
5. Merekomendasikan kepada pihak terkait untuk menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan,
bisnis, dan ekonomi syariah; dan
6. Menjalin kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri untuk
menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan, bisnis, dan ekonomi syariah.

*Lembaga Keuangan Syariah (LKS), Lembaga Bisnis Syariah. (LBS) dan Lembaga
Perekonomian Syariah (LPS) 

MUKISI didirikan dengan tujuan:

 Mewujudkan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan upaya kesehatan yang profesional dan
Islami
 Membina, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia anggota
 Ikut berperan serta dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam sistem kesehatan
nasional melalui pelaksanaan fungsi – fungsi penghubung, sumber, dan distribusi informasi
kesehatan, penggerak sumber daya, koordinasi serta mewakili lembaga upaya kesehatan Islam
dalam forum nasional dan internasional.

12. Bagaimana Fatwa MUI tentang RS syariah?

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA


NO: l07/DSN-MUIIX/2016
Tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah,
Menimbang :
a. Bahwa masyarakat memerlukan penjelasan tentang pedoman penyelenggaraan rumah sakit
berdasarkan prinsip syariah;
b. Bahwa ketentuan hukum mengenai pedoman penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip
syariah belum diatur dalam fatwa DSN-MUI;
c. Bahwa atas dasar pertimbangan huruf a dan b, DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa
tentang pedoman penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip syariah untuk dijadikan pedoman;
Mengingat :
1. Firman Allah swt.:
a. Q.S. an-Nisa' (4): 29:
b. Q.S. al-Baqarah (2): 275:
c. Q.S. al-Ma'idah (5): 1:
d. Q.S. an-Nisa' (4): 58:
e. Q.S. asy-Syu'ara (26): 80:
f. Q.S. al-Isra (17): 82:
g. Q.S. Ali 'lmran (3): 159:
h. Q.S. al-Ma'idah (5): 2:
i. QS al-Tawbah (9): 105:
J. Q.S. al-Maidah (5): 3:
2. Hadis Nabi saw.:
a. Hadis Nabi saw. riwayat Imam al-Tirmidzi dan Ibnu Majah: Dari Amr bin Auf al Muzani bahwa
Rasulullah saw. bersabda: "Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mufakat) dapat
dilakukan di antara kaum muslimin kecuali sulh yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. "
dll
3. Kaidah fikih :
"Pada dasarnya, segala bentuk muamalat diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya
atau meniadakan kebolehannya ".
"Kemudaratan harus dihilangkan. "
"Keadaan darurat (menyebabkan) dibolehkannya (hal-hal) yang terlarang. "
"Keperluan (akan sesuatu) dapat menempati posisi (setara dengan) darurat. "
4. Aqwal ulama:
a. Pendapat al-Syathibi: "Sedangkan perbuatan itsar (mendahulukan orang lain) atas diri sendiri ialah
pengguguran hak (kepentingan) pribadi yang paling berat, yaitu meninggalkan kepentingan diri
sendiri demi untuk kepentingan orang lain, yang didasarkan pada keyakinan yang benar dan
senantiasa tulus dalam bertawakkal kepada Allah, dan menanggung kesulitan diri sendiri dalam
rangka menolong saudaranya yang seiman atas dasar cinta karena Allah; dan hal itu merupakan
manifestasi akhlak yang terpuji dan perbuatan yang mulai. Hal ini merupakan perbuatan dan akhlak
Rasulullah saw. yang diridhai .... "
Setelah mendasarkan argumentasinya dengan sejumlah hadis, al-Syathibi menjelaskan:
"Kesimpulannya bahwa perbuatan itsar didasarkan pada pengorbanan kepentingan pribadi seseorang
yang bersifat pragmatis, sehingga ia bersedia menanggung kesulitan yang menimpa dirinya
disebabkan ia mendahulukan kepentingan orang lain, tindakan ini tidak tercela selama tidak
melanggar tujuan syariah (maqashid al-syariah). Namun demikian, Jika tindakan terse but melanggar
tujuan syariah maka tidak dipandang sebagai pengguguran hak atau kepentingan pribadi dan juga
bukan perbuatan terpuji menurut syariah.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
FATWA TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH.
Pertama Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerJukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Pemasok Alat Kesehatan adalah pemasok instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk man
usia.
5. Pemasok Obat adalah entitas yang menyediakan atau memasok obat.
6. Pelayanan Rumah sakit adalah pelayanan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
7. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
8. Penanggungjawab pasien adalah keluarga pasien atau pihak lain yang menyatakan kesanggupannya
untuk bertanggungjawab secara finansial terkait pengobatan pasisen. 9. Lalai adalah meninggalkan
perbuatan yang harusnya dilakukan (tafrith/taqshir), atau melakukan perbuatan yang seharusnya tidak
dilakukan (ifrath/ta 'addi).
9. Akad ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu dengan pembayaran atau upah.
10. Akad Ijarah Muntahiyyah bit Tamlik adalah perjanj ian sewa menyewa yang disertai dengan janji
pemindahan hak milik atas bend a yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
11. Akad Bai' (jual-beli) adalah pertukaran harta dengan harta yang menjadi sebab berpindahnya
kepemilikan obyekjual beli.
12. Akad Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
(malik, shahibul mal) menyediakan seluruh modal sedang pihak kedua bertindak selaku pengelola
(amil, mudharib), dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai nisbah yang disepakati.
13. Akad Musyarakah Mutanaqishah adalah akad musyarakah atau syirkah yang kepemilikan aset
(barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh
pihak lainnya.
14. Akad wakalah bi al-ujrah adalah akad pemberian kuasa dengan imbalan (ujrah).
15. Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap pasien.
16. Panduan Praktik Klinis (PPK) adalah istilah teknis sebagai pengganti Standar Prosedur
Operasional (SPO) dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran.
17. Clinical Pathway (Alur Klinik) adalah alur yang menunjukkan detail tahap-tahap penting dari
pelayanan kesehatan, termasuk hasil yang diharapkan.
Kedua Ketentuan Hukum
Penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan pnnsip syariah wajib mengikuti ketentuan yang terdapat
dalam fatwa ini.
Ketiga Ketentuan terkait Akad dan Personalia Hukum
1. Akad antara Rumah Sakit dengan Tenaga Kesehatan adalah akad Ijarah atas jasa pelayanan
kesehatan; Rumah Sakit sebagai pengguna jasa (Musta 'jir), dan Tenaga Kesehatan sebagai pemberi
jasa (Ajir),
2. Akad antara Rumah Sakit dengan Pasien adalah akad ijarah; Rumah Sakit sebagai pemberi jasa
(Ajir), dan Pasien sebagai pengguna jasa (Musta 'jir), dalam upaya pengobatan penyakit yang dialami
pasien.
3. Akad antara Rumah Sakit dengan Pemasok Alat Kesehatan dan Pemasok Alat Laboratorium
(selanjutnya disebut Pemasok) dapat berupa:
a. Akad ijarah; Rumah Sakit sebagai penyewa (musta'jir), dan pemasok sebagai pihak yang
menyewakan (mu'jir);
b. Akad ijarah muntahiyah bi al-tamlik; akad sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan
barang sewa dari mu 'jir kepada musta 'jir;
c. Akad bai '; Rumah Sakit sebagai pembeli (musytari), dan pemasok sebagai penjual (ba'i );
d. Akad mudharabah; Rumah Sakit sebagai pengelola (mudharib), dan pemasok sebagai pemilik
modal (shahib ai-mal); atau
e. Akad musyarakah mutanaqishah; rumah sakit dan pengelola menyatukan modal usaha dan porsi
kepemilikan modal pemasok berkurang karena pemindahan kepemilikan modal kepada rumah sakit
secara bertahap.
4. Akad antara Rumah Sakit dengan Pemasok Obat dapat berupa:
a. Akad bai '; rumah sakit sebagai pembeli (musytari), dan pemasok obat sebagai penjual (ba'i'), baik
secara tunai (naqdan), angsuran (taqsith), maupun tangguh (ta Jil); atau
b. Akad wakalah bi al-ujrah; Rumah Sakit sebagai wakil, dan pemasok obat sebagai pemberi kuasa
(muwakkil) untuk menjual obat kepada pasien.
Keempat Ketentuan terkait Akad
1. Dalam hal para pihak menggunakan akad ijarah, maka berlaku ketentuan dan syarat akad ijarah
yang terdapat dalam fatwa DSN-MUl Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
2. Dalam hal para pihak menggunakan akad jual-beli, maka berlaku ketentuan dan syarat akad jual-
beli yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUIIIV/2000 tentang Murabahah.
3. Dalam hal para pihak menggunakan akad al-Ijarah Muntahiyyah bi al-Tamlik, maka berlaku
ketentuan dan syarat akad Ijarah Muntahiyyah bi al-Tamlik yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI
Nomor 27IDSN-MUIIIII12002 tentang al-ljarah al-Muntahiyyah bi al-Tamlik.
4. Dalam hal para pihak menggunakan akad Musyarakah Mutanaqishah, maka berlaku ketentuan dan
syarat akad Musyarakah Mutanaqishah yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 73/DSN-
MUIIXII2008 tentang Musyarakah Mutanaqishah.
5. Dalam hal para pihak menggunakan akad mudharabah, maka berlaku ketentuan dan syarat akad
mudharabah yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 07/DSN-MUIIIV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).
6. Dalam hal para pihak menggunakan akad Wakalah bi al-Ujrah, maka berlaku ketentuan dan syarat
akad Wakalah bi al-Ujrah yang terdapat dalam substansi fatwa DSN-MUI Nomor IO/DSN-
MUI/IV12000 tentang Wakalah, dan fatwa DSN-MUI Nomor 52/DSN-MUTlIII12006 tentang Akad
Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
Kelima Ketentuan terkait Pelayanan
1. Rumah Sakit dan semua pihak yang bekepentingan (stakeholders) wajib memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan sebaik-baiknya.
2. Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan yang sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK),
clinical pathway dan atau standar pelayanan yang berlaku.
3. Rumah Sakit wajib mengedepankan aspek kemanusiaan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien, tanpa memandang ras, suku, dan agama.
4. Rumah Sakit wajib berkornitmen untuk selalu bersikap amanah, santun dan ramah, serta senantiasa
berusaha untuk memberikan pelayanan yang transparan dan berkualitas.
5. Rumah sakit wajib mengedepankan aspek keadilan, dan kewajaran dalam membuat perhitungan
biaya yang akan dibebankan kepada pasien.
6. Rumah Sakit waj ib memberikan pelayanan dan konsultasi spiritual keagamaan yang sesuai
kebutuhan untuk kesembuhan pasien.
7. Pasien dan Penanggung Jawab pasien wajib mematuhi semua peraturan dan prosedur yang berlaku
di Rumah Sakit.
8. Rumah Sakit, pasien dan penanggung jawab pasien wajib mewujudkan akhlak karimah.
9. Rumah Sakit wajib menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, risywah, zhulm dan hal-hal yang
bertentangan dengan syariah.
10. Rumah Sakit waj ib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
11. Rumah Sakit wajib mengikuti dan merujuk fatwa Majelis Ulama Indonesia terkait dengan
masalah hukum Islam kontemporer bidang kedokteran (al-masa'il al-fiqhiyah al-waqi 'iyah al-
thibbiyah).
12. Rumah Sakit wajib memiliki panduan terkait tatacara ibadah yang wajib dilakukan pasien muslim
(antara lain terkait ketentuan tata cara bersuci dan shalat bagi yang sakit).
13. Rumah Sakit wajib memiliki panduan terkait standar kebersihan Rumah Sakit.
Keenam Ketentuan terkait Penggunaan Obat-obatan, Makanan, Minuman, Kosmetika, dan
Barang Gunaan
1. Rumah Sakit wajib menggunakan obat-obatan, makanan, minuman, kosmetika, dan barang gunaan
halal yang telah mendapat sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI);
2. Apabila obat yang digunakan belum mendapat sertifikat Halal dari MUl, maka boleh menggunakan
obat yang tidak mengandung unsur yang haram;
3. Dalam kondisi terpaksa (dharurat), penggunaan obat yang mengandung unsur yang haram wajib
melakukan prosedur informed consent.
Ketujuh Ketentuan terkait Penempatan, Penggunaan dan Pengembangan Dana Rumah Sakit
1. Rumah Sakit wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya penyelenggaraan
rumah sakit, baik bank, asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga penjaminan, maupun dana pensiun;
2. Rumah Sakit wajib mengelola portofolio dana dan jenis-jenis asset lainnya sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah;
3. Rumah Sakit tidak boleh mengembangkan dana pada kegiatan usaha dan/atau transaksi keuangan
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. .
4. Rumah Sakit wajib memiliki panduan pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.
Kedelapan Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 29 Dzulhijjah 1436 H
1 Oktober 2016 M
DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA

13. Apa pengertian pembuatan ringkasan eksekutif?


Executive summary report: ringkasan kelayakan, yang berfungsi sebagai highlight perencanaan
bisnis dam mamapu menentukan keputusan dalam bekerja sama dengan pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai