Anda di halaman 1dari 30

PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tujuan: untuk penegakkan diagnosis penyakit kulit


 Pemeriksaan laboratoriun untuk infeksi bakteri, jamur, maupun virus
 Untuk mengetahui hasil pengobatan: jamur, lepra, dan GO.
e
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan a.l:
1. Biopsi,
2. Kultur,
3. Pemeriksaan mikroskopis:
Langsung : KOH  mengetahui elemen jamur
Pengecatan : Gram  mengetahui infeksi bakteri
Tzanck  mengetahui multinucleated giant cell dan
sel akantolitik
ZN (Ziehl Neelsen)  mengetahui infeksi BTA.
Mikroskop medan gelap: untuk mengetahui Treponema
4. Tes-tes kulit : patch test, scratch test, intracutan test.

1
PEMERIKSAAN KOH

Tujuan
Solutio KOH yang alkalis menghancurkan sel-sel corneocyte. Dengan
pembersihan/penghancuran tersebut memungkinkan untuk identifikasi/melihat
di bawah mikroskop bahan-bahan exogenous non protein misalnya hypha,
spora dan serabut fiberglass.

Nilai diagnostik
1. Dermatomycosis superficialis (Tinea sp.)
2. Candidosis (Candida albicans)
3. Tinea versicolor (Malassezia furfur)
4. Chromonycosis
5. Dermatitis fiberglass

Informed consent
 Meminta Persetujuan Pasien dan keluarga Pasien untuk melakukan
pemeriksaan
 Menjelaskan tentang tujuan Pemeriksaan yang akan dilakukan kapada
pasien dan keluarga pasien
 Menjelaskan teknik pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien
dan keluarga pasien

Bahan dan alat yang dibutuhkan


1. Scalpel untuk melakukan kerokan kulit
2. Gelas obyek dan penutup
3. Reagen KOH
4. Lampu Busen
5. Aceton (pengganti alkohol)

Prosedur
1. Di daerah kulit yang telah dipilih di bersihkan dengan aceton (alkohol
kurang baik hasilnya), untuk menghilangkan bahan salep  dengan
pengambilan bahan kerokan dari daerah tersebut.

2
2. Kerokan kulit ditampung langsung ke atas gelas obyek dan
dikumpulkan di bagian tengah tipis-tipis.
a. Lesi kulit : di tepi lesi yang aktif
b. Rambut : dicabut
c. Kuku : dipotong
3. Teteskan KOH 30% keatasnya kerokan yang telah dipersiapkan.
4. Tutup gelas obyek dengan gelas penutup.
a. Lesi kulit : tunggu 5-10 menit
b. Rambut : tunggu 15-20 menit
c. Kuku : tunggu 1-2 hari
5. Panaskan slide tersebut dan hindari pemanasan yang berlebihan yaitu
jangan sampai menguap, karena dapat menimbulkan artefak.
6. Periksa di bawah mikroskop, dimulai dengan pembesaran 100 kali
sampai 400 kali.

Intepretasi hasil pemeriksaan


 Hypha dermatophytes (Tinea sp.)

Bentuknya seperti benang panjang lurus atau berlekuk yang seringkali


bercabang-cabang. Diameternya uniform, warna terang dengan tepi
agak gelap.

 Hypha & budding blastospora Candida

3
Disebut juga pseudo-hypha berbentuknya seperti benang yang panjang.
Lurus atau bengkok. Bentukan sel bulat atau oval dan budding &
Blastospora

 Hypha dan spora T. Versicolor (Malassezia furfur)

spagetti & meatballs: Bentuknya berupa benang-benang pendek-


pendek dan panjang disertai dengan spora yang berkelompok dengan
ukuran yang sama.

4
PEWARNAAN GRAM

Indikasi
Untuk mengidentifikasi bakteri Gram Positif dan Negatif

Nilai diagnostik
1. Impetigo Krustosa & Ulseratif, Erisipelas, Selulitis: Streptococcus β
hemolyticus Grup A
2. Impetigo Bullosa & Ulseratif, Folikulitis superfisialis, Furunkel,
Karbunkel : Staphylococcus aureus
3. Eritrasma : Corynebacterium minutissimum
4. Kusta : Mycobacterium leprae
5. Sindrom duh tubuh: Gonore: Neisseria gonorrhoeae
6. Sifilis : Treponema pallidum
7. Sindrom duh tubuh: non spesifik: Chlamydia trachomatis
8. Vaginosis Bakterialis: Gardnerella vaginosis

Informed consent
 Meminta Persetujuan Pasien dan keluarga Pasien untuk melakukan
pemeriksaan
 Menjelaskan tentang tujuan Pemeriksaan yang akan dilakukan kapada
pasien dan keluarga pasien
 Menjelaskan teknik pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien
dan keluarga pasien

Persiapan pre-prosedural
 Jenis spesimen untuk Pemeriksaan Gram diperoleh:
 Dengan cara Swab Vagina/Uretra/Serviks
Langkah pengambilan spesimen pada pasien perempuan dengan
gejala duh tubuh pada uretra
1. Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan
pemeriksaan dengan spekulum serta pengambilan
spesimen.

5
2. Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak
dilakukan pemeriksaan dengan spekulum (akan merusak
selaput daranya)  bahan pemeriksaan hanya diambil
dengan sengkelit stenil dari vagina dan uretra.
3. Pada pasien perempuan yang belum menikah namun sudah
aktif berhubungan seksual, perlukan inform consent
sebelum melakukan pemeriksaan dengan spekulum.
4. Beri Informn consent
5. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah
dibasahi larutan NaCl.
6. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup
dengan posisi tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah
seluruhnya masuk kemudian putar pelan-pelan sampai
daun spekulum dalam posisi datar/horizontal  Buka
spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina  cari
serviks  Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks
terfiksasi.
7. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan
pengambilan spesimen:
a. Serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan
kasa steril  ambil spesimen duh tubuh serviks
dengan sengkelit/swab steril untuk pembuatan
sediaan apus & dengan swab yang lain dibuat
sediaan biakan.
b. Forniks posterior: dengan sengkelit/swab steril
untuk pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes
amin.
c. Dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril
untuk sediaan apus.
d. Uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan apus.
8. Oles spesimen yang telah diperoleh pada kaca objek yang
telah disiapkan.
9. Lepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan 
spekulum dalam posisi tertutup  putar spekulum 90 

6
daun spekulum dalam posisi tegak  keluarkan spekulum
perlahan-lahan.
 Langkah pengambilan spesimen pada pasien laki-laki dengan gejala
duh tubuh pada uretra.
1. Informn consent
2. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna
sampai kedalaman 1-2 cm  putar swab (untuk sengkelit tidak
perlu diputar tapi cukup menekan dinding uretra)  tarik
keluar perlahan-Iahan.
3. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan
(milking) oleh pasien
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan.

 Alat dan Bahan:


1. Material kuman yang akan diselidiki
2. Gelas objek
3. Ose
4. Lampu Spirtus
5. Mikroskop & minyak imersi
6. Alkohol 70% & kapas
7. Cat yang akan digunakan
- Carbol gentian Violet (gram A)
Terdiri dari : Alkohol Gentian violet 10 ml
Carbol 5% 90 ml
- Larutan lugol (gram B)
Terdiri dari : Yodida 1 gram
Kalium Yodida 2 gram
Aquades 300 gram
- Alkohol absolut 96% (gram C)
- Larutan Air fucshsin (gram D)

Cara kerja
1. Desinfektan objek glas dengan alkohol 70%
2. Desinfektan ose dengan memanaskan ose sampai membara.

7
3. Setelah dingin dengan ose steri kita ambil materal kuman.
4. Sediaan difiksasi dengan pemanasan.
5. Sediaan dituangi Gram A  dibiarkan selama 1 menit
6. Sisa bahan pewarna dibuang dan dibilas dengan air.
7. Sediaan dituangi dengan Gram B sebagai mordant  dibiarkan selama
1 menit.
8. Sisa lugol dibuang dan dibilas dengan air.
9. Sediaan dituangi dengan Gram C sebagai peluntur (decolorization)
selama 5-10 detik sampai cat tampak hampir larut
10. Sediaan ditetesi Gram D selama 1-2 menit
11. Sediaan kemudian cuci dan keringkan
12. Periksa di bawah mikroskop, dengan pembesaran lemah (10 kali) 
pembesaran kuat (100 kali) disertai minyak imersi

Pewarnaan Gram
Larutan dan urutan Reaksi dan tampang bakteri
penggunaannya Gram positif Gram negatif
1. Ungu kristal (UK) Sel berwarna ungu Sel berwarna ungu
2. Larutan yodium (Y) Kompleks UK-Y
terbentuk di dalam sel,
sel tetap berwarna
ungu
3. Alkohol Dinding sel mengalami Lipid terekstraksi dari
dehidrasi, pori-pori dinding sel, pori-pori
menciut, daya rembes mengembang, komplek
dinding sel dan UK-Y keluar dari sel,
membran menurun, sel menjadi tak
UK-Y tak dapat keluar berwarna.
dari sel, sel tetap ungu
4. Safranin Sel tak terpengaruhi, Sel menyerap zat
tetap ungu pewarna ini, menjadi
merah

Interpretasi Hasil Pemeriksaan


 Gram Positif
8
Mengikat carbol gentin violet & lugol dengan kuat sehingga tidak
dapat luntur oleh alkohol absolut

Bakteri Gram Positif


(Warna Biru Keunguan)
Streptococcus β hemolyticus Grup A
(Impetigo Krustosa & Ulseratif, Erisipelas, Selulitis)

Gambaran bulat berderet


Staphylococcus aureus
(Impetigo Bullosa & Ulseratif, Folikulitis superfisialis, Furunkel,
Karbunkel)

Gambaran bulat bergerombol seperti anggur


Corynebacterium minutissimum
(Eritrasma)

9
Gambaran batang/silinder
Mycobacterium leprae
(Kusta)

Gambaran batang/silinder

 Gram Negatif
Dinding bakteri akan larut dengan gentin violet & lugol  akan
terwarnai oleh carbol fuschin atau safranin
Bakteri Gram Negatif
(Warna Merah)
Neisseria gonorrhoeae
(Sindrom duh tubuh: Gonore)

Gambaran diplokokus (biji kopi bulat berpasangan), intraseluler &


ekstraseluler dengan leukosit PMN yang banyak
Treponema pallidum
(Sifilis)

10
Gambaran spiral
Chlamydia trachomatis
(Sindrom duh tubuh: non spesifik)

EB-----------RB
Terdapat:
leukosit PMN yang banyak tanpa diplokokus gram negatif
Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm), terletak
ekstraseluler
Badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraseluler
Gardnerella vaginosis
(Vaginosis Bakterialis)

sel clue, yaitu sel epitel vagina yang dikelilingi oleh bakteri

 Khusus M. tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis
(Skrofuloderma/TB Kulit)

11
Gambaran batang ramping lurus/bengkok seperti rantai
(hasil rancu karena bakteri tahan asam  perlu Pewarnaan ZIEHL NEELSEN

12
PEMERIKSAAN TZANK SMEAR (Pengecatan Giemsa)

Tujuan
pemeriksaan terhadap sel-sel yang berasal dari bulla. Untuk melihat adanya
 Pemfigus : sel akantolitik
 Varicella dan Herpes : mulinucleated giant cell (sel raksasa berinti
banyak)

Nilai diagnostik
1. Pemfigus (penyakit bula autoimun yang menyerang kulit dan/atau
membran mukosa, secara histologi ditandai dengan terjadinya bula
intraepidermal karena proses akantolisis pada lapisan suprabasal)
2. Varisella (virus Varicella zooster)
3. Herpes Zoster (virus Varicella zooster)
4. Herpes Simplek (Herpes Simplex Virus)
5. infeksi staphylococcus

Bahan dan alat yang dibutuhkan


 Scalpel
 Gunting
 Mikroskop
 Alkohol 70% & kapas
 Alkohol absolute
 Pengecatan wright atau paragon multiple stain (cat giemsa)

Persiapan pre-prosedural
kerokan dasar erosi bulla sampai dengan stratum korneum
vesikel terletak pada intraepidermal, epidermal yang terpengaruh dan inflamasi
dermis menjadi infiltrate dengan leukosit dan eksudat serous yang merupakan
kumpulan sel yang terakumulasi dalam stratum korneum membentuk vesikel.

Cara kerja
1. Pilih bula yang utuh dan terinfeksi  desinfeksi
2. Pecah bula dengan mata pisau  bersihkan isinya.
13
3. Buka atap bula, kerok dengan lembut pada dasar bula untuk pembuatan
preparat, usapkan spesimen ke gelas obyek.
4. Fiksasi dengan alkohol absolute  tunggu kering
5. Cat dengan Giemsa, biarkan 20 menit  cuci dengan air mengalir
6. Keringkan, periksa dengan mikroskop, dengan obyektif 10x 
kemudian 100x dengan menggunakan minyak emersi.

Interpretasi
 Sel achantolytic (Pemfigus)

Epidermis yang terbentuk bulat dengan pengecatan berwarna


gelap. Cytoplasma di bagian tepi yang tampak padat dan sel ini hampir
tidak pernah dijumpai berkelompok, biasanya soliter, intinya terlihat
gelap dibagian tepinya dan intinya relative berukuran besar
dibandingkan dengan kelompok cytoplasma.
 Multinucleated giant cells (sel raksasa berinti banyak)

Sel- sel ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sel epidermis dengan
mengandung inti terbanyak didalam suatu sel.

Pengelolaan pasca tindakan medik

14
 jika ditemukan bulla pasien dianjurkan jangan menggaruk supaya bulla
tidak pecah sehingga diharapkan tidak menyebabkan sikatrik
 pasien disarankan untuk kontrol ulang, untuk menilai hasil pengobatan
dan melihat jika kemungkinan terjadi komplikasi

15
PEWARNAAN Ziehl Neelsen (ZN)

Tujuan
Untuk mengidentifikasi Bakteri Tahan Asam mycobacteria: leprae &
tuberculosis

Nilai diagnostik
1. Lepra (Kusta) (Mycobaterium leprae)
2. Tubercolusis Kutis (Mycobacterium tuberculosa)

Alat dan Bahan


1. Material kuman yang akan diselidiki
a. Mycobacterium tuberculosa : sputum
b. Mycobacterium leperae : kerokan kulit
2. Gelas Objek
3. Ose
4. Lampu spiritus
5. Mikroskop & minyak imersi
6. Alkohol 70% & kapas
7. Cat yang akan digunakan :
a. Carbon fuchsin 10 ml (Ziehl Neelsen A)
b. HCI 3% dalam alkohol absolute 96% (Ziehl Neelsen B)
c. Methylen biru (Ziehl Neelsen C)

Cara Kerja
1. Objek glass yang kering dan bersih  dibersihkan dengan kapas
alhokol 95%
2. Ambil Ose steril yang telah dipanaskan di atas api spiritus sampai
merah membara  setelah ose steril dingin  masukan ke dalam
tabung yang berisi material kuman cair untuk mengambil kuman 
Ratakan pada obyek glass secara tipis-tipis  tunggu sampai kering
3. Bila material kuman dalam bentuk padat  diencerkan dengan setetes
air steril dengan koloni di atas objek glass  biarkan kering
4. Ose dipanaskan lagi agar kuman mati.

16
5. Fiksasi preparat dengan cara memanaskan preparat tadi diatas api
spiritus sebanyak 2-3 kali, agar kuman menempel di objek glass 
Preparat siap diwarnai.
a. Setelah direkatkan, preparat digenapi dengan carbol fuchsia
selama 5 menit dipanaskan diatas nyala api sampai terjadi
penguapan akan tetapi jangan sampai mendidih
b. Sisa cat dibuang  cuci dengan larutan HCL 3% dalam
alkohol absolute sehingga cat tampak larut semua
c. Cuci dengan air
d. Genangi dengan methylen blue atau malachite green 1-2 menit
e. Cuci dengan air dan biarkan menjadi kering
f. Sediaan ditetesi minyak imersi dan dilihat di bawah mikroskop
dengan lensa obyektif pembesaran 97-100 x.

Hasil pemeriksaan

- Kuman tahan asam alkohol tampak warna merah


- Kuman tak tahan asam alkohol tampak warna biru/hijau.

Interpretasi
Jumlah Basil Hasil yang dilaporkan
(-) BTA / 100 LP 0 (-)
1-9 BTA / 100 LP 1-9 BTA / 100 LP (tulis jumlah)
10-99 BTA / LP 1+ (+ / positif 1)
1-10 BTA / LP 2+ (++/positif 2)
> 10 BTA / LP 3+ (+++/positif 3)

17
PEMERIKSAAN LAMPU WOOD

Pendahuluan
Memberikan fluoresensi tertentu dengan cara sinar yang diarahkan ke lesi akan
dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme
penyebab  menimbulkan indeks bias berbeda  pendaran warna tertentu
Pada kelainan pigmen kulit, sinar wood diserap kuat oleh melanin
Tujuan
Untuk mengidentifikasi infeksi jamur & kelainan pigmen

Nilai diagnostik
1. Hipopigmentasi
2. Depigmentasi
3. Hiperpigmentasi
4. Presudomonas
5. Ptiriasis versicolor (Malessezia furfur)
6. Tinea (Tinea sp.)

Alat dan Bahan


1. Lampu Wood

Cara Kerja
1. Ruangan benar benar gelap
2. Jarak lampu ke kulit 10-15cm

Interpretasi
1. Hipopigmentasi: Makula ash leaf: biru terang agak putih
2. Depigmentasi: Vitiligo: biru terang agak putih
3. Hiperpigmentasi: Melasma: Kontras warna kurang jelas (dermal)/ jelas
(epidermal)
4. Presudomonas: Hijau
5. Ptiriasis versicolor (Malessezia furfur): Putih kekuningan, kuning
keemasan
6. Tinea: biru-hijau

18
TES CUKIT (PRICK TEST)

Tujuan
Tujuan tes kulit pada alergi ini untuk menentukan macam alergen
(alergen hirup dan makanan) sehingga di kemudian hari bisa dihindari dan juga
untuk menentukan dasar pemberian imunoterapi.

Indikasi
 Rinitis Alergi: Apabila gejala tidak dapat dikontrol dengan
medikamentosa sehingga diperlukan kepastian untuk mengetahui jenis
alergen maka di kemudian hari alergen tersebut bisa dihindari.
 Asthma : Asthma yang persisten pada penderita yang terpapar
alergen (perenial).
 Kecurigaan alergi terhadap makanan: Dapat diketahui makanan
yang menimbulkan reaksi alergi sehingga bisa dihindari.
 Kecurigaan reaksi alergi terhadap sengatan serangga

Informed Conset
 Persetujuan
Sebelum melakukan tindakan prick test kepada pasien, sebelumnya
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan dari tindakan
tersebut dan kemudian meminta persetujuan kepada pasien atau
keluarga pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan.
 Prosedural
Prick tes atau tes cukit yaitu salah satu jenis tes kulit sebagai alat
diagnosa yang banyak digunakan para klinisi untuk membuktikan
adanya IgE spesifik yang terikar pada sel mast kulit. test biasa
dilakukan untuk menentukan alergi oleh karena alergen inhalan,
makanan atau bisa serangga.

Persiapan Pre-prosedural
 Persiapan bahan/material ekstrak alergen.
a) gunakan material yang belum kedaluwarsa
b) gunakan ekstrak alergen yang terstandarisasi
19
c) Bahan-bahan alergen yang digunakan untuk tes cukit berupa
alergen hirup dan makanan.
Dibawah ini terdapat beberapa contoh
Hirup
- bulu-bulu binatang (kucing, anjingm kuda, dll)
- debu rumah
- serpihan kulit manusia
- tepung sari bunga, rumput, dan tanaman lainnya
- spora jamur
Makanan
- ikan laut (udang, kerang, kepiting)
- biji2an (kacang tanah, kacang mete)
- beberapa macam buah
- sayur
- bumbu-bumbu
- lain-lain : susu, coklat, keju, telor
 Persiapan probandus
a) Hentikan minum antihistamin non sedative (antihistamin
generasi terbaru) minimal 2-6 minggu sebelum test
b) Hentikan minum antihistamin sedative 5-7 hari sebelum test
c) Hentikan minum obat tricyclic antidepressant (amitriptyline)
d) Hentikan minum heart burn (cimetidine dan ranitidin)
e) Jangan lakukan tes cukit pada penderita urticaria, SLE, dan
adanya iritasi / lesi kulit yang luas.
f) Usia: pada bayi dan usia lanjut tes kulit kurang memberikan
reaksi.
g) Pada penderita dengan keganasan, limfoma, sarkoidosis, &
diabetes neuropati juga terjadi penurunan terhadap reaktivitas
terhadap tes kulit ini.
 Persiapan pemeriksa
a) Teknik dan ketrampilan pemeriksa perlu dipersiapan agar tidak
terjadi interpretasi yang salah akibat teknik dan pengertian
yang kurang difahami oleh pemeriksa.
b) Ketrampilan teknik melakukan cukit

20
c) Teknik menempatkan lokasi cukitan karena ada tempat2 yang
reaktifitasnya tinggi dan ada yang rendah. Berurutan dari lokasi
yang reaktifitasnya tinggi sampai rendah: bagian bawah
punggung > lengan atas > siku > lengan bawah sisi ulnar > sisi
radial > pergelangan tangan.
Pada dewasa dilakukan di lengan bawah sisi volar (forearm) ulnar /
radial
Pada anak-anak pada bagian punggung (upper back)

Teknik Prosedur Tindakan Medik


 Lokasi
Pada dewasa dilakukan di lengan bawah sisi volar (forearm) ulnar / radial
Pada anak-anak pada bagian punggung (upper back)
 Alat
 Lanset/jarum suntik
 spidol
 Bahan
 Alkohol 70%
 Nacl 0,9 % ( garam fisiologis) (kontrol negatif) atau buffer
 Histamin (kontrol positif)
 Ekstrak alergen
 Cara kerja
1) Disinfektan lokasi kulit tempat tes cukit dengan alkohol 70% tandai
tempat yang akan dilakukan tes cukit dengan spidol berupa garis-
garis paralel sepanjang kurang lebih 1 inci.

21
2) Teteskan kontrol negatif, kontrol positif pada ujung-ujung garis
cukit kulit tunggu 15-20 menit
3) Bila hasil sudah terbaca teteskan ekstrak alergen yang akan di test
pada ujung-ujung garis
4) Cara cukit kulit dengan kemiringan 450 ditiap-tiap tetes bahan
dengan ujung lancet yang berbeda-beda (untuk mengindari
crossreaksi)

5) Setelah 15-20 menit amati kulit yang dicukit, apakah timbul flare
(warna kemerahan) dan wheal (bentol)

Pengelolaan Pasca Tindakan Medik


Intepretasi
Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of
Northern (Scandinavian) Society of Allergology dengan membandingkan bentol
yang timbul akibat alergen dengan bentol positif histamin dan bentol negatif
larutan kontrol. Adapun penilaiannya sebagai berikut:
a) Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)
b) Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-)
c) Derajat bentol + (+1) dan ++ (+2) digunakan bila bentol yang timbul
besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol.
d) Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bentol
histamin dinilai ++++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti
dikutip Rusmono sebagai berikut :
-0 : reaksi (-)
22
- 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)
- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)
- 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)
- 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.

Edukasi
 menyampaikan hasil kepada pasien dan memberikan edukasi terhadap
hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (+), maka pada pasien
tersebut alergi terhadap bahan alergen ( alergen hirup atau makanan) yang
di ujikan.
 Menghindari bahan alergen tersebut yang dapat membuat alergi atau
muncul ruam-ruam pada kulit pasien
 Segera kontrol ke dokter apabila didapati alergi untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (-), maka pada pasien
tersebut tidak didapatkan alergi terhadap bahan alergen yang diujikan.

23
PACTH TES

Tujuan
Mengetahui atau memastikan adanya alergi kontak dan tidak digunakan untuk
menegakkan diagnosis dermatitis kontak.

Indikasi
 Kecurigaan terhadap Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
 Dermatitis kronis dengan sebab yang tidak dapat diketahui khususnya
pada tangan dan kaki
 Dermatitis atopi atau kondisi-kondisi lain yang memburuk atau hanya
bereaksi sebagian terhadap pemberian terapi yang memadai
 Jika dokter atau penderita membutuhkan ketetapan tentang alergi kontak
tersebut.

Kontra indikasi
 Dermatitis akut dan luas, karena dapat menyebabkan eksaserbasi. Kulit
tempat uji harus bebas dari dermatitis sekurang-kurangnya 2 minggu.
 Bahan yang memberi efek toksik sistemik atau korosif dengan konsentrasi
tinggi misalnya peptisida atau bahan baru yang belum diketahui atau
masih dalam penelitian
 Penderita sedang mendapat prednison sistemik lebih dari 20 mg sehari
atau kortikosteroid lain yang setara. Kortikosteroid topikal pada tempat uji
mempengaruhi hasil reaksi. Antihistamin tidak mempengaruhi reaksi uji
tempel.

Informed Consent
 Persetujuan
Sebelum melakukan tindakan prick test kepada pasien, sebelumnya
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan dari tindakan
tersebut dan kemudian meminta persetujuan kepada pasien atau
keluarga pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan.
 prosedural

24
patch test adalah tes kulit yang digunakan sebagai alat bantu untuk
mencari atau memastikan adanya alergi kontak dan tidak digunakan
untuk mendiagnosis dermatitis kontak. Alergen yang digunakan untuk
tes terbuat dari reagen khusus dan dilekatkan pada kulit melalui pita
perekat. Jika timbul dermatitis maka orang tersebut dinyatakan alergi
terhadap bahan kontaktan tersebut.
Sebelum melakukan tindakan jelaskan kepada penderita bahwa ia harus
menghindari pembasahan kulit tempat dilakukan test, bergerak
berlebihan, dan berkeringat berlebihan setelah patch test dipasang.
Penderita harus kembali ke dokter 48 jam setelah pemasangan untuk
dilepas dan ditafsirkan hasilnya.

Persiapan Pre-Prosedural
Persiapan penderita
1) 4 minggu sebelum patch test punggung tidak boleh terpapar sinar matahri
secara langsung.
2) Selama test tidak boleh berenang atau melakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan selotipe terlepas
3) Selama kegiatan punggung harus tetap kering tidak boleh melakukan
kegiatan yang menyebabkan keringat banyak.
4) 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau
anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.

Teknik Prosedur Tindakan Medik


 Lokasi
Patch test dilakukan pada kulit yang normal pada daerah kulit punggung.

 Alat
25
o Aluminium discs diameter 1 cm
o Hypoalergenik selotipe
o Spidol
 Bahan
o Alkohol 70%
o Ekstrak alergen
o Vaselin/jelly/soft parafin

Cara kerja
Tahap 1
- aluminium discs ditempelkan pada hypoalergenik selotipe
dengan susunan paralel dan berjajar rapi
- susbtansi yang diperiksa dicampur vaselin/jelly/soft parafin
kemudian dimasukkan ke aluminium discs
- disinfektan kulit punggung dengan alkohol 70%
- tempelkan selotipe yang berisi aluminium discs ke punggung
dan biarkan menempel selama 48 jam
Tahap 2
- selotipe yang berisi aluminium discs dilepas
- lakukan penilaian dan tandai bekas-bekas tempelan aluminium discs
dengan spidol
- biarkan selama 48 jam
Tahap 3
4 hari (96 jam) setelah penempelan amati kembali daerah yang ditandai,
apabila diperlukan boleh menandai ulang daerah yang diperlukan antara
tahap 2 dan tahap 3

Pengelolaan Pasca Tindakan Medik


Intepretasi
Negatif (-) : tidak ada reaksi
+? : hanya timbul eritem pucat
+ : eritema, indurasi, dan kemungkinan papula.
++ : eritema, indurasi papula, vesikel
+++ : reaksi pelepuhan atau ulcus
26
NT : tidak dites, tanda ini jika catatan-catatan menyebutkan bahwa
banyak jenis alergen yang digunakan
IR : kecurigaan adanya reaksi iritan (bukan cenderung alergi). Jika
ada kecurigaan tentang adanya reaksi iritan maka dibutuhkan pengamatan
lebih lanjut.

Edukasi
 menyampaikan hasil kepada pasien dan memberikan edukasi terhadap
hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (+), yaitu akan timbul
bercak kemerahan dan melenting pada kulit, maka pasien tersebut
alergi terhadap bahan kontaktan tersebut.
 Menghindari kontak dengan bahan iritan atau bahan alergen yang
menyebabkan terjadinya dermatitis kontak.
 Memakai alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka
yang bekerja dengan bahan iritan , sebagai salah satu upaya
pencegahan.
 Segera kontrol ke dokter apabila didapati adanya ruam kulit setelah
kontak dengan bahan alergen atau bahan iritan tertentu, sehingga dapat
segera mendapatkan pengobatan
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (-), maka pada pasien
tersebut tidak alergi terhadap bahan kontaktan tersebut

27
Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain :
a. karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika
dibandingkan dengan zat pembawa berupa air.
b. Mudah dialaksanakan dan bisa diulang bila perlu.
c. Tidak terlalu sakit dibandingkan suntik intra dermal
d. Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang
masuk ke kulit sangat kecil.
e. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini
mampu dilaksanakan kurang dari 1 jam.

Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu
karena tehnik yang salah atau faktor material/bahan ekstrak alergennya
yang kurang baik.
Jika Histamin ( kontrol positif ) tidak menunjukkan gambaran wheal/
bentol atau flare/hiperemis maka interpretasi harus dipertanyakan ,
Apakah karena sedang mengkonsumsi obat-obat anti alergi berupa anti
histamin atau steroid. Obat seperti tricyclic antidepresan,
phenothiazines adalah sejenis anti histamin juga.
Hasil negatif palsu dapat disebabkan karena kualitas dan potensi
alergen yang buruk, pengaruh obat yang dapat mempengaruhi reaksi
alergi, penyakit-penyakit tertentu, penurunan reaktivitas kulit pada bayi
dan orang tua, teknik cukitan yang salah (tidak ada cukitan atau cukitan
yang lemah ).1 Ritme harian juga mempengaruhi reaktifitas tes kulit.
Bentol terhadap histamin atau alergen mencapai puncak pada sore hari
dibandingkan pada pagi hari, tetapi perbedaan ini sangat minimal.
Hasil positif palsu disebabkan karena dermografisme, reaksi iritan,
reaksi penyangatan (enhancement) non spesifik dari reaksi kuat alergen
yang berdekatan, atau perdarahan akibat cukitan yang terlalu dalam.
Dermografisme terjadi pada seseorang yang apabila hanya dengan
penekanan saja bisa menimbulkan wheal/bentol dan flare/kemerahan.
Dalam rangka mengetahui ada tidaknya dermografisme ini maka kita
menggunakan larutan garam sebagai kontrol negatif. Jika Larutan
garam memberikan reaksi positif maka dermografisme.

28
Semakin besar bentol maka semakin besar sensitifitas terhadap alergen
tersebut, namun tidak selalu menggambarkan semakin beratnya gejala
klinis yang ditimbulkan. Pada reaksi positif biasanya rasa gatal masih
berlanjut 30-60 menit setelah tes.

Hasil negatif dan positif palsu


Patch test dapat menjadi non reaktif jika cara pengujiannya salah
1. substansi tes yang diberikan terlalu sedikit jumlahnya
2. oklusinya tidak cukup
3. bagian kulit yang dipilih tidak tepat
4. pemeriksaan hasil tes terlalu awal
5. konsentrasi alergen terlalu rendah atau bahan pencampurnya/
pelarutnya tidak dapat melepas substansi alergen (khususnya
alergen buatan sendiri yang tidak standar)
patch yang non reaktif karena sebab-sebab yang tidak berhubungan
dengan cara pengujiannya:
1. tingkat sensitifitasnya sangat rendah
2. penderita dalam keadaan ”phase refractory”
3. penggunaan steroid sistemik dosis tinggi
hasil positif palsu dapat menyesatkan penggunaan substansi yang
sesungguhnya menyebabkan alergi

patch test pada penderita non alergik dapat menghasilkan reaksi palsu
karena kesalahan dalam cara pengujian :
1. patch test dibiarkan menempel terlalu lama
2. bahan tes terkontaminasi dengan bahan iritan atau bahan lainnya.
Tutup botol tertentu dapat menjadi sumber kontaminasi
3. terlalu banyak bahan tes yang dipakai
4. pada kulit yang ditempel terdapat keradangan sebelumnya
5. lokasi kulit yang dites sebelumnya pernah dipakai untuk tes yang
sama atau telah dibersihkan sebelumnya dengan substansi yang
dapat menyebabkan iritasi jika di oklusi
6. kulit lokasi tes terlalu dini diperiksa hasilnya segera setelah patch
tes dilepas.

29
7. konsentrasi bahan terlalu pekat (terutama jika digunakan antigen
buatan sendiri yang tidak standar)
patch tes dapat bereaksi palsu karena sebab yang tidak berhubungan
dengan cara pengujian
1. reaksi disebabkan oleh tekanan pada kulit oleh suatu bahan tes
yang keras
2. patch tes adaah iritan
3. penderita mengalamai dermatitis akut di bagian lain tubuh dan
lokasi tes bersifat hiperaktif.

30

Anda mungkin juga menyukai