OLEH :
AHMAD SETYO ABDI
30101507355
PEMBIMBING :
dr. Lusito, Sp.PD
Pada Human Leukocyte Antigen (HLA) profil Donor Antibodi Spesifik (DSA) sudah di
lakukan tes.
Pada hari transplantasi, induksi dilakukan dengan anti-thymocyte globulin (ATG) dan
glukokortikosteroid.
Setelah transplantasi, plasmapheresis dengan ATG dilakukan
Selanjutnya plasmapheresis dilakukan pada hari pertama dan kedua setelah
transplantasi
Pasien memiliki diuresis pada hari pertama setelah transplantasi, yang secara
bertahap menurun pada hari kedua dan ketiga
Pada hari keempat pasien anurik.
Setelah pemberian ke-lima ATG, limfosit menurun sementara trombosit tetap stabil.
Setelah 14 kali plasmaphereses selama 14 hari sudah negatif dan pengobatan ATG
sudah ditangguhkan. Diberikan Dosis penuh tacrolimus dan mikofenolat mofetil selama
pengobatan.
Empat hari setelah perawatan keadaan pasien stabil, tetapi hari berikutnya status klinis
pasien memburuk dengan dispnea dan demam.
Pemeriksaan mikroskopissputum ditemukan spora spesies Aspergillus secara dan hasil
CT thoraks menunjukkan gambaran khas cavernous space di basal paru kanan
(Gambar b).
Bahkan dengan perawatan ini, tidak ada perbaikan dalam gambaran klinis. Sementara
CT scan paru menunjukkan abscess collection di paru kanan. Oleh karena itu, terapi
pembedahan diusulkan.
Lobektomi dilakukan dan abscess collection ditemukan (Gambar c).
Terapi tidak memberikan hasil, jumlah limfosit menurun dan graft-nefroktomi harus
dilakukan.
Setelah satu bulan diagnosis, hasil tes Galactomannan (GM) negatif. Meski negatif
hasil, terapi vorikonazol tetap dilanjutkan untuk dua bulan berikutnya. Terapi dialisis
dilakukan tiga kali per minggu dengan monitoring pasien terus menerus, yang secara
klinis sudah stabil dengan nilai laboratorium yang memadai.
DISCUSSION
Terapi kortikosteroid yang berkepanjangan, kegagalan cangkok
yang membutuhkan hemodialisis, lamanya dari dyalisis,
leukopenia dan potent imunosupresif terapi menjadi faktor risiko
terjadinya Invasif Aspergilosis (IA) setelah transplantasi ginjal.