Anda di halaman 1dari 35

STEP 1:

BOR: Bed Ocupansy Rate : Angka penggunaan tempat tidur, digunakan utk mengetahui tingkat
pemanfaaatan tempat tidur di rs/ BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut DepKes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sedangkan menurut Barber Johnson angka ideal
untuk nilai BTO adalah lebih dari 30 kali.
LOS:  LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of inpatient
dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak
dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS
yang ideal adalah antara 6-9 hari (DepKes, 2005). Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari.
TOI: Turn Over Interval : Rata rata hari tempat tidur tidak ditempati dari telah didisi hingga telah terisi
berikutnya, dimana idelanya tempat tidur kosong 1- 3 hari/ TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi
penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Tabel 2.1 Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut DepKes dan Grafik Barber
Johnson

Standar

Grafik Barber
No Indikator DEPKES Johnson

BOR ( Bed Occupancy


1 Rate) 60-85% 75-85%

2 LOS (Length Of Stay) 6-9 hari 3-12 hari

3 TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari 1-3 hari

40-50
4 BTO (Bed Turn Over) kali >30 kali

Sumber : Instalasi Rekam Medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


STEP 2:
1. Pengertian atau definisi rumah sakit
2. Visi misi dan tujuan rumah sakit
3. Syarat rumah sakit
4. Fungsi rumah sakit
5. Struktur organisasi rumah sakit
6. Indikator pelayanan rumah sakit
7. Tipe rumah sakit
8. Komponen dan definisi manajemen rumah sakit
9. Bagaimanakah mekanisme kinerja masing masing komponen manajemen dalam rs
10. Langkah langkah manajemen rumah sakit
11. Ruang lingkup manajemen rumah sakit
12. Jenis pelayanan rumah sakit
13. Faktor yang menyebabkan BOR rumah sakit
14. Definisi angka readmisi pasien
15. Mengapa angka pasien readmisi tinggi
16. Nilai standard readmisi
17. Apa sajakah komponen dalam manajemen keperawatan dirumah sakit
18. Apa sajkah komponen dalam manajemen penunjang medis
STEP 3:
1. Pengertian atau definisi rumah sakit

 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
• Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal
di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah
hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel
dan hospitality (keramahan).
 Klasik

• Institusi (fasilitas) yang menyedikan pelayanan pasien rawat inap

 UU No.44 th 2009

• Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan


secara paripurna yang menyedikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat

 American Hospital Assosiation 1978

• Institusi yang memberikan pelayanan pasien diagnostic dan terapeutik untuk berbagai
penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah atau non bedah kuratif dan
rehabilitatif

 SK Menkes

• Sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan


mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian

2. Visi misi dan tujuan rumah sakit


Visi dan Misi

a. Visi

 Visi RSISA: RS Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan yang selamat dan menyelamatkan,
pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi khaira ummah dan pembangunan
peradaban Islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah.  Kuliah residensi oleh
Dr. H. Makmur Santosa, MARS

b. Misi

 Misi RSISA:

i. Mengembangkan pelayanan kesehatan

ii. Membangun SDI

iii. Mengembangkan pelayanan untuk pendidikan

iv. Mengembangkan pelayanan untuk penelitian dan pengembangan

v. Mengembangkan pengabdian masyarakat

vi. Mengembangkan gagasan, kegiatan dan kelembagaan

Kuliah
residensi oleh Dr. H. Makmur Santosa, MARS

Visi rumah sakit merupakan kekuatan memandu rumah sakit untuk

mencapai status masa depan rumah sakit, mengomunikasikan sifat dari

keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, lingkup usaha/kegiatan dan

kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan

antara rumah sakit dan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan
luas dari kerja rumah sakit (Siregar, 2004).

Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang

alasan keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk

memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk

memenuhi maksud tersebut (Siregar, 2004).

3. Syarat rumah sakit


4. Fungsi rumah sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan kesehatan promotif adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan, pelayanan kesehatan preventif
adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit, dan pelayanan kesehatan kuratif adalah kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin, serta pelayanan kesehatan rehabilitatif
adalah kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

5. Struktur organisasi rumah sakit

Struktur organisasi rumah sakit umumnya terdiri atas badan pengurus


yayasan, dewan pembina, dewan penyantun, badan penasehat dan badan
penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite
medik, satuan pengawas dan berbagai bagian dari instalasi. Sebuah rumah sakit
bisa memiliki lebih dari seorang wakil direktur, tergantung pada besarnya rumah
sakit. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik,
wakil direktur penunjang medik dan keperawatan, serta wakil direktur keuangan
dan administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada di bawah koordinasi
komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis dari
semua disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah
nonstruktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF (Siregar dan Lia,
2004).

a. Direktur Utama
b. Direktur
c. Manajer
d. Instalasi – Penanggung Jawab
e. Bagian – Sub Bagian
f. Komite – Sub Komite
g. Staf Medik Fungsional
h. Satuan Pengawas Internal
Kuliah Pakar Dr. H. Makmur Santosa, MARS: Organisasi RS.

SO RS kelas A a. direktur
b. wakil direktur yang terdiri dari :
 wadir pelayanan medik dan keperawatan
 wadir penunjang medik dan instalasi
 wadir umum dan keuangan
 wadir komite umum
c. komite medik (KM) berfungsi untuk menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala staf
medik fungsional / SMF Tugas komite medik :

 Menyusun standar pelayanan medik


 Memberikan pertimbangan kepada direktur
 Masa jabatan wadir KM adalah 3 tahun
SO RS kelas B
Susunan organisasi RS kelas B sama dengan kelas A, bedanya hanya terletak pada jumlah dan
jenis masing- masing SMF, RSU kelas B tidak ada subspesialisnya
SO RS kelas C dan D
Susunan organisasi tidak ada wakil direktur tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurusi
keuangan dan asuransi

 Struktur ORGANISASI RS berdasarkan kelas

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum, terdiri dari :


1. Direktur.
2. Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan, terdiri dari :
a. seksi pelayanan medis;
b. seksi pelayanan keperawatan;
c. seksi bina asuhan, mutu dan ketenagaan.
3. Bidang Perencanaan dan Pengembangan, terdiri dari :
a. seksi penyusunan program.
b. seksi monitoring dan evaluasi.
c. seksi pendidikan dan latihan (diklat)
4. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
a. sub bagian umum.
b. Sub bagian kepegawaian.
c. sub bagian keuangan.
5. Unit – unit non struktural, terdiri dari :
a. satuan pengawas intern.
b. komite.
i. instalasi, terdiri dari : ii. instalasi
rawat jalan;
iii. instalasi rawat inap;
iv. instalasi rawat darurat; v. instalasi bedah sentral;
vi. instalasi perawatan intensif;
vii. instalasi radiologi;
viii. instalasi farmasi;
ix. instalasi patologi klinis;
x. instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit;
Tugas Dan Fungsi Dari Struktur Organisasi, antara lain :
Kepegawaian
• Direktur RSUD, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Seksi diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang – Undangan yang berlaku;
• Direktur RSUD adalah Jabatan Struktural Eselon III. a.
• Kepala Bidang dan Kepala Bagian adalah Jabatan struktural Esselon III b.
• Kepala Seksi dan Kepla Sub Bagian adalah Jabatan struktural Esselon IV b.
Satuan Pengawas Intern
• Satuan Pengawas Intern adalah Satuan Kerja Fungsional yang bertugas melaksanakan
pengawasan intern rumah sakit.
• Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan bertanggung-jawab kepada pimpinan rumah
sakit.
• Satuan Pengawas Intern dibentuk dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Komite
• Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dibentuk untuk
memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan
dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
• Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit,
sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta Komite Etik dan Hukum.
• Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit.
Instalasi
• Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
• Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit.
• Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan
rumah sakit.
• Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenagatenaga fungsional dan
atau non medis.
Kelompok jabatan fungsional
• Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan
tungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas
berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
• Masing-masing tenaga fungsional sebagaimana dimaksud berada di lingkungan unit kerja
rumah sakit sesuai dengan kompetensinya.
• Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja;
• Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud diatur berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
Staf medik fungsional
• Staf medik fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan
fungsional.
• Staf medik fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan, pencegahan
akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan.
• Dalam melaksanakan tugasnya, staf medik fungsional menggunakan pendekatan tim dengan
tenaga profesi terkait.
Rumah sakit tipe A :
• Direktur
• Wakil Direktur yang terdiri dari:
* Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
* Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
* Wadir Umum dan Keuangan
* Wadir Komite Medik
Tiap wadir diberikan tanggung jawab untuk mengatur beberapa bidang pelayanan dan
keperawatan serta instalasi. Beberapa instalasi yang terdapat pada RS kelas A: Instalasi
rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif, bedah sentral, farmasi, PA, PK,
gizi, laboratorium, perpustakaan, pemeliharaan sarana RS, pemulasaran jenazah,
Sterilisasi sentral, pengaman dan ketertiban lingkungan

Komite Medik juga diberikan jabatan Komite Medik (nonstruktural yang fungsinya
menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala Staf Medik Fungsional (SMF).
• KM diberikan dua tugas utama yaitu:
o Menyusun standar pelayanan medis o Memberikan pertimbangan
kepada direktur dalam hal:
Pembinaan, pengawasan, dan penelitian mutu pelayanan medis, hakhak klinis khusus
kepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta penelitian
dan pengembangan (litbang), Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap
pembinaan profesi.

Untuk RS kelas A, jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yaitu

• Bedah
• Kesehatan Anak
• Kebidanan dan Penyakit Kandungan
• Penyakit Dalam
• Mata
• Radiologi
• Patologi Klinik
• Patologi Anatomi
• Penyakit Saraf
• Penyakit Kulit danKelamin
• THT
• Gigi dan Mulut
• Kedokteran Kehakiman
• Rehabilitasi Medik
• Anestesi

* RS kelas B
Susunan organisasinya hampir sama dengan kelas A
* Bedanya hanya terletak pada jumlah dan jenis masingmasing SMF.
* Untuk RS kelas B tidak ada subspesialisnyaRS kelas C dan D
* Lebih sederhana jika dibanding dengan RS kelas Adan B.
* Tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan stafkhusus yang mengurusi administrasi.

6. Indikator pelayanan rumah sakit

2.4.1   Pengertian Indikator Statistik Rumah Sakit


     Indikator statistik rumah sakit merupakan pengumpulan data di rumah sakit yang dikumpulkan setiap
hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien
setiap hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk
perencanaan memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit.

     Beberapa istilah yang telah dikembangkan, seperti:

1. Hospital patient, seorang individu yang mendapatkan layanan medis rumah sakit.
2. Hospital inpatient, seorang pasien yang telah mendapatkan layanan rumah sakit, berupa
menginap, perawatan, pengobatan dan umumnya pasien tersebut telah menginap 1 malam.
3. Hospital newborn inpatient, bayi yang dilahirkan di rumah sakit. Umumnya bayi baru lahir ini
dihitung terpisah karena mereka mendapatkan layanan yang berbeda.
4. Inpatient hospitalization, periode dalam kehidupan pasien yang ketika ia dirawat di satu rumah
sakit terus menerus, tidak terputus kecuali cuti perawatan.
5. Inpatient admission, prosedur penerimaan untuk pasien menginap di rumah sakit termasuk
ruangan, perawatan dimana pasien menginap.
6. Inpatient discharge, akhir dari periode pasien menginap sampai keluar dari rumah sakit setelah
disetujui oleh rumah sakit. Umumnya melalui persetujuan bersama dokter yang merawat, pergi
menemui penasihat pengobatannya, dirujuk ke fasilitas lain atau meninggal.
7. Hospital outpatient. Pasien rumah sakit yang mendapatkan layanan di satu atau lebih dari fasilitas
rumah sakit, ketika tidak dirawat atau dalam home care patient. Seorang pasien rawat jalan dapat
diklasifikasikan pada pasien yang datang pada fasilitas gawat darurat atau dapat juga datang untuk ke
klinik.
2.4.2  Indikator Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit
     Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu
dan efisiensi pengelolaan rumah sakit. Beberapa indikator penilaian pelayanan rumah sakit menurut
Irwandy (2007), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Gross Death Rate (GDR)


     Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah pasien yang keluar, hidup atau meninggal.
Kematian merupakan akhir dari periode perawatan. Pada kematian dibedakan kematian secara
keseluruhan atau gross death rate, kematian yang telah disesuaikan dengan lebih dari 48 jam perawatan
dikenal sebagai net death rate, kemudian kematian bayi baru lahir atau yang dikenal dengan newborn
death rate, lalu kematian bayi lahir meninggal atau fetal death rate, kematian atas ibu melahirkan atau
kematiannya yang berhubungan dengan melahirkan atau selama masa kehamilan, dikenal maternal death
rate.
     Dasar dari angka kematian kasar rumah sakit adalah merupakan kematian dari fasilitas kesehatan.
Perhitungan yang didapati dengan cara:

Rumus:

  ∑ pasien rawat yang meninggal termasuk  

bayi baru lahir dalam satu periode waktu tertentu

GDR = ∑ pasien yang keluar (dewasa + anak bayi x 100

  baru lahir yang meninggal) pada waktu yang sama  


1. Bed Occupancy Rate (BOR)
     BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in
a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan
fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau
penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang ideal adalah antara 60-85% (DepKes RI, 2005),
sedangkan menurut Barber Johnson nilai BOR yang ideal adalah 75-85%.
Rumus:

1. Length Of Stay (LOS)


     LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of inpatient dischargedduring
the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat
dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS
yang ideal adalah antara 6-9 hari (DepKes, 2005). Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari.
Rumus:

∑ lama rawat

LOS = ∑ pasien keluar (hidup + mati)


1. Turn Over Interval (TOI)
     TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus:

1. Bed Turn Over (BTO)


     BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay”. BTO menurut DepKes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sedangkan menurut Barber Johnson angka ideal untuk nilai BTO adalah
lebih dari 30 kali.
Rumus:

∑ pasien keluar (hidup + mati)

BTO = Kapasitas tempat tidur


1. Net Death Rate (NDR)
     Net death rate adalah rate kematian yang telah disesuaikan dengan menghitung kematian yang hanya
diatas 48 jam (dihitung apakah dewasa + anak-anak + bayi baru lahir). Mengapa kematian di bawah 48
jam tidak masuk pada perhitungan net death rate karena waktu tersebut tidak cukup untuk mengukur
perawatan dari rumah sakit.
Rumus:

∑ kematian setelah 48 jam dan lebih

dalam jangka waktu tertentu

NDR = ∑ seluruh penderita rumah sakit x 100%


2.4.3 Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit
     Standar efisiensi indikator pelayanan rumah sakit yaitu standar Departemen Kesehatan (DepKes) dan
standar Grafik Barber Johnson. Berikut adalah tabel standar DepKes dan standar Grafik Barber Johnson:
Tabel 2.1 Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut DepKes dan Grafik Barber
Johnson

Standar

Grafik Barber
No Indikator DEPKES Johnson

1 BOR ( Bed Occupancy Rate) 60-85% 75-85%

2 LOS (Length Of Stay) 6-9 hari 3-12 hari

3 TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari 1-3 hari

4 BTO (Bed Turn Over) 40-50 kali >30 kali


Sumber : Instalasi Rekam Medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

7. Tipe rumah sakit


• Klasifikasi

• Berdasarkan Jenisnya :
o Rumah Sakit pendidikan dan Rumah Sakit non pendidikan RS pendidikan : : adalah

Rumah Sakit umum atau Rumah

Sakit khusus yang menyelenggarakan dan/atau digunakan

untuk pelayanan, pendidikan, dan penelitian secara terpadu dalam bidang

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan
kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan
dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.
Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah
satu wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi

o Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit khusus

• Rumah sakit umum (general hospital), dimana semua jenis pelayanan kesehatan
diselenggarakan

rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit contoh RS karyadi, RISA
Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan
darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam
waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu
negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun
jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah
plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas
ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan),
biasanya melayani seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa
menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa
klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit

 Rumah sakit khusus (speciality hospital), dimana hanya ada satu jenis pelayanan
kesehatan saja yang diselenggarakan

rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit
atau kekhususan lainnya; contoh RS kusta

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau
rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric
hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.
Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.

o Rumah Sakit Negri dan Swasta

 Menurut pemilik :
1. Rumah sakit pemerintah, pada dasarnya ada 2 macam  pemerintah
pusat yang dimaksud yaitu :
 Departemen kesehatan :
Beberapa rumah sakit yang langsung dikelola oleh departemen kesehatan ct. RSCM,
rumah sakit dr. sutomo di Surabaya
 Departemen lain :
Departemen pertahanan dan keamanan, departemen pertambangan, departemen
perhubungan jug mengelola rumah sakit sendiri. Pernan departemen kesehatan disini
adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan saja, yang harus dipakai sebagai
landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan. Beberapa pengecualian memmang
dibenarkan asalkan tidak bertentangan dengan kebijakan pokok bidang kesehtan yang
telah dirumuskan.
 Rumah sakit daerah :
Sesuai dengan UU PEMDA no.5 tahun 1979, maka rumah sakit yang berada di daerah dikelola
oleh pemerintah daerah. Pengelolaan yang dimaksud tidak hanya dalam bidang pembiayaan
saja tetapi juga dalam bidang kebijakan, seperti : yang menyangkut pembangunan sarana,
pengadaan peralatan, dan ataupun penetapan tarif pelayanan
Peranan departemen kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok upaya kesehatan
saja, disamping dalam batas- batas tertentu juga turut membantu dalam bidang pembiayaan,
tenaga dan ataupun obat- obatan yakni dalam rangka menjalankan asas perbantuan dari system
pemerintahan di Indonesia
2. Rumah sakit swasta
Rumah sakit ini pada dasarnya dikelola secara komersil serta yang berorientasi untuk mencari
keuntungan
 Menurut filosofi yang dianut
1.Rumah sakit yang mencari keuntungan ( Non profit hospital ) 2. Rumah sakit
yang tidak mencari keuntungan ( profit hospital )

 Berdasarkan Kelas :

a. Rumah sakit kelas A


Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
secara luas.oleh pemerintah. Rumah sakit kelas A telah ditetapkan sebagai pelayanan
rujukan tertinggi dan disebut sebagai rumh sakit pusat
Tersedia pelayanan spesialistik RS kelas A yang luas
termasuk subspesialistik.
b. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis
secara terbatas. Rumah sakit ini didirikan di setiap ibukot propinsi yang menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk
kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B minimal 11 spesialistik dan
subspesialistik terdaftar
c. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pelayanan
ini termasuk penyakit dalam, pelayann bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan
kebidanan dan kandungan. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupten yang
menampung pelayanan rujukan dari PUSKESMAS
Minimal memiliki empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, anak).
d. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit yang bersifat transisi Karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah
sakit kelas C. pada saat ini rumah sakit D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum
dan gigi. Rumah sakit D
juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari PUSKESMAS
-hanya terdapat pelayanan mediss dasar
Pengantar administrsi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H

8. Komponen dan definisi manajemen rumah sakit

a. Manajemen RS koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses perencanaan,


pengorgansasian, ada kemampuan pengendalian mencapai tujuan.

• Tujuan manajemen RS

a. Menyiapkan sumber daya

b. Mengevaluasi efektivitas

c. Mengatur pemakaian pelayanan

d. Efisiensi

e. Kualitas

• H. Koontz & O,Donnel dalam bukunya “Principles of Management” mengemukan sebagai


berikut : “manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui
dan dengan orang-orang lain” (Management involves getting things done thought and with
people).

• Mary Parker Folllett mendefinisikan “manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain.
• George R. Terry dalam bukunya “Principles of Management” menyampaikan pendapatnya :
“manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas ; perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar
dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Management is a distinct
process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, utilizing in each both
science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives)

• James A.F. Stoner dalam bukunya “Management” (1982) mengemukakan “manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
yang telah ditetapkan”

3. Lingkup MARS

4. Kegiatan administrasi
a. Melakukan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dan fungsi
pengawasan

5. Objek dan subjek administrasi


a. Objek dan subjek administrasi adalah system keshatan : yang merupakan suatu kumpulan
dari berbagai faktor komplek dan saling berhubungan dan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perorangan , keluarga, kelompok serta
masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan

Pengantar administrsi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H


b. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) RS
c. Manajemen Keperawatan
d. Manajemen Farmasi Rumah Sakit
e. Manajemen Logistik Rumah sakit
f. Manajemen Pemasaran Rumah Sakit
g. Manajemen Keuangan & Akuntansi Rumah Sakit
h. Manajemen Informasi Rumah Sakit
i. Manajemen Resiko & Keselamatan Kerja Rumah Sakit
j. Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Rumah Sakit
k. Dll
Kuliah Pakar Dr. H. Masyhudi AM, M.Kes.: Pengantar Manajemen RS & Gambaran Umum RS.

9. Bagaimanakah mekanisme kinerja masing masing komponen manajemen dalam rs

Terintegrasi
rumah sakit memang merupakan sebuah organisasi yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi akibat
adanya hubungan-hubungan tersebut, dimana otoritas formal yang direpresentasikan oleh
Administrator atau CEO ( manajemen) harus mengakomodasi otoritas keilmuan dan keahlian yang
dimiliki oleh kelompok dokter, dimana secara historis mereka memegang peran yang sangat besar
dalam organisasi ruamah sakit dan mendapatkan otoritasnya dari Governing Body.Untuk menjaga
agar hubungan ketiganya berjalan harmonis, maka sejak lama di Amerika telah mengaturnya dalam
Hospital bylaws masing-masing rumah sakit yang pada prinsipnya menetapkan dan mengatur tentang
tugas, kewenangan, hubungan funsional dan hubungan tanggung jawab antara Governing Body,
Admistrator ( CEO) dan Medical Staff di rumah sakit. Tiga organ ini diibaratkan sebagai kaki dari
sebuah kursi berkaki tiga yang bersama-sama menentukan mantap tidaknya tempat duduk itu
.Ketiganya adalah pemegang kekuasaan yang sumbernya berbeda, sehingga haruslah diatur dengan
baik.

10. Langkah langkah manajemen rumah sakit

 Fungsi POACE:

 Plan (perncanaan) merencanakan kegiatan yang akan datang

 Organizing (pengorganisasian) mengatur agar setiap kegiatan dan sumber daya agar
terorganisasi dengan baik

 Actuating (pelaksanaan) melaksanakan dengan penuh tanggung jawab, terus menyesuaikan


dengan situasi

 Controlling (pengendalian) mengendalikan agar pelaksanaan selalu sesuai dengan rencana


dan mengarah pada pencapaian tujuan

 Evaluation (evaluasi) menilai apakah rencana bisa didiskusikan dengan baik dan tujuan
dapat dicapai, biaya penyimpangan, apa sebabnya dan bagaimana agar tidak terulang.

11. Ruang lingkup manajemen rumah sakit


12. Jenis pelayanan rumah sakit

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis tentang penyusunan
dan penetapan Standar Pelayanan Minimal

13. Faktor yang menyebabkan BOR rumah sakit


Penedekatan analisi utilitas : fasilitas
Pendekatan sistem : input (sarpras, tenaga, anggaran, metode), proses (keperawatan, waktu
playanan,) output (indikator)
Pendekatan pemasaran: cara dan penilaian konsumen
14. Definisi angka readmisi pasien
15. Mengapa angka pasien readmisi tinggi
16. Nilai standard readmisi
17. Apa sajakah komponen dalam manajemen keperawatan dirumah sakit

Manajemen Keperawatan yakni salah satu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan suatu pelayanan
keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Manajemen keperawatan harus juga dapat diaplikasikan dalam suatu tatanan pelayanan nyata, yaitu di
Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasi.

Konsep manajemen keperawatan pada suatu perencanaan berupa sebuah rencana strategi melalui
pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah perencanaan,
pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam suatu pelaksanaan metoda asuhan keperawatan,
melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang lengkap.

Elemen Manajemen Keperawatan

Elemen manajemen keperawatan, dalam sistem terbuka yaitu sebagai berikut :

1.  Input

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain sebuah informasi, personel, peralatan dan
fasilitas.

2.  Proses

Proses adalah jumlah kelompok manajer atau dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke
perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk dapat melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

3.  Output

Dari proses manajemen keperawatan adalah suatu asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

4.  Kontrol

Dalam proses manajemen keperawatan termasuk suatu budget keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, standar prosedur, dan akreditasi.
5.  Umpan Balik

Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan suatu hasil audit keperawatan.

18. Apa sajkah komponen dalam manajemen penunjang medis

Pelayanan penunjang medis di organisasi penyelenggara kesehatan meliputi pelayanan


diagnostik, pelayanan terapetik, dan pelayanan komunitas. Pelayanan Penunjang Medik
diagnostik meliputi :
 Laboraturium : kimiawi, hematologi, histopologi, bakteriologi, virologi, otopsi dan kamar
jenazah.
 Diagnostik imaging : radiologi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan CT scan
 Laboraturium kardiopulmoner : elektrokardiografi, tes fungsi paru dan kateterisasi
jantung.
 Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi dan audiologi.
Pelayanan Penunjang Medik terapeutik meliputi :
 Farmasi
 Ruang operasi : anastesi, ruang bedah, ruang pulih
 ruang melahirkan/persalinan
 unit gawat darurat
 bank darah
 rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.
 Pelayanan sosial
 radioterapi
 psikologi klinik
 terapi di rumah penderita : homecare, hospice
Pelayanan Penunjang Medik di Masyarakat umum meliputi :
 Imunisasi
 Program skrining berbagai penyakit tertentu
 pelatihan resusitasi kardiopulmoner
 Keluarga berencana dan KIA
 Program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan (Griffith, 2006).
STEP 4:

Anda mungkin juga menyukai