Disusun oleh :
Kelompok 1
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik, maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat
membakar baik berupa asam kuat dan basa kuat (Safriani, 2016).
Luka bakar merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan kulit akibat perubahan
suhu, panas/radiasi, dan zat kimia. Beratnya luka bakar ditentukan berdasarkan luas, letak, dan
dalamnya luka (Sjamsuhidajat, 2012: 103).
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar dengan kerusakan mengenai epidermis dan
sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi (Sjamsuhidajat dkk, 2012:
103).
B. KLASIFIKASI
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang
terjadi (Rahayuningsih, 2017) :
1. Luka bakar derajat I
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal
terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
D. ETIOLOGI
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang
tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus mulai fase awal hingga fase lanjut.
Etiologi terjadinya luka bakar yaitu (Hardisman, 2016):
1. Scald Burns
Luka bakar yang disebabkan karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas dan sering
terjadi dalam masyarakat. Air pada suhu 690C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam
waktu dengan waktu hanya dalam 3 detik.
2. Flame Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh kebakaran rumah seperti penggunaan detektor asap,
kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan cairan yang mudah
terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas
ruangan.
3. Flash Burns Luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas alam, propana, butana, minyak
destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar kain.
4. Contact Burns
Luka bakar yang disebabkan dari logam panas, plastik, gelas atau batu bara panas seperti
setrika, oven, dan bara kayu.
5. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, yang bersifat asam kuat atau basa kuat.
6. Electrical Burns
Luka bakar yang disebabkan oleh benda-benda yang dialiri arus listrik.
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Majid & Prayogi (2013), patofisiologi luka bakar sebagai berikut:
1. Fase Akut
Fase akut disebut juga sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase ini penderita
mungkin dapat mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan ini tidak hanya terjadi segera atau beberapa
saat setelah terjadinya luka bakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam setelah trauma. Cidera inhalasi merupakan penyebab
kematian yang utama pada fase ini. Selain itu, fase ini sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cidera karena panas yang berdampak sistemik.
2. Fase Subakut
Fase subakut berlangsung setelah fase akut teratasi. Masalah yang terjadi adalah
timbulnya kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
3. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung sampai terjadinya jaringan parut dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Permasalahan yang dapat muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Menurut Rahayuningsih (2017), secara umum luka bakar jika tidak ditangani dengan benar,
akan menimbulkan komplikasi yaitu :
a. Syok hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
b. MOF (multi organ failure)
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan
sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme.
Adanya gangguan sirkulasi dan perfusi mengakibatkan sulitnya untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis.
H. GAMBARAN KLINIS
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir
yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi
metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskuler.
Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam, dan derajat
ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema dan nyeri. Luka
bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertai lepuh
dan sangat nyeri. Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis. Luka bakar derajat
ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler dan vena hangus dan
darah ke jaringan tersebut berkurang. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain
mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup
permukaan luka (Tutik Rahayu,2012).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah
yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada
Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluhdarah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atauinflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
4. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbonmonoksida.
5. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan
cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila
mulaidiuresis.
6. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatancairan.
7. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisialatau gangguan pompa,natrium.
8. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan responstress.
9. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edemacairan.
10. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cederajaringan.
11. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
12. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial ataudistritmia.
13. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan lukabakar.
J. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana resusitasi jalannafas:
a. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi
obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas
pemelliharaan jalan nafas.
b. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan
bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
c. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat
patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati
dalam pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan
stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat
vasodilator dan modulator sepsis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan
apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak
hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa
diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C).
data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan
pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalampendekatan
B. Keluhanutama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas.
Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari
setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga
timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansiparu.
C. Riwayat penyakitsekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatanketika dilakukan
pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi
perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang).
2. Pemeriksaanfisik
1) keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai
menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
Pemeriksaan kepala dan leher
3) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka
bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
4) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan
kimia akibat luka bakar
5) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
6) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang
7) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
8) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk
mengataasi kekurangan cairan
9) pemeriksaan thorak /dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal
fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan
egoponi, suara nafas tambahan ronchi
10) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
11) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan
kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
12) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan oto menurun karennyeri
13) Pemeriksaanneurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay
darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
14) Pemeriksaankulit
15) Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and
Browder)
DIAGNOSA KEPERAWATAN COMBUSTIO/ LUKABAKAR
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma Kerusakan permukaan kulit karena
destruksi lapisan kulit,
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan regenerasi jaringan
2) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar
Intervensi:
a. Kaji atau catat ukuran warna kedalaman luka, perhatikan jaringan metabolik dan
kondisi sekitar luka
Rasional :
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area grafik.
b. Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan control infeksi
Rasional:
Menyiapkan jaringan tubuh untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat ;
kerusakan perlindungan kulit
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Implementasikan tehnik isolasi yang tepat sesuai indikasi
Rasional:
Tergantung tipe atau luasnya luka untuk menurunkan resiko kontaminasi silang
atau terpajan pada flora bakteri multiple.
b. Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak ke pasien
Rasional : Mencegah kontaminasi silang
c. Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari batas
yangterbakar
Rasional : Rambut media baik untuk pertumbuhanbakteri
Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher, membran mukosa)
5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan danketahanan
Kriteria Hasil:
1) Menyatakan dan menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam
aktivitas,mempertahankan posisi, fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktor,
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi yang sakit dan atau
menunjukkan tehnik atau perilaku yang memampukan aktivitas.
Intervensi :
a. Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau khususnya untuk luka
bakar diatas sendi.
Rasional :
Meningkatkan posisi fungsional pada ekstermitas dan mencegah kontraktor
yang lebih mungkin diatas sendi.
b. Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali pasif kemudianaktif
Rasional :
Mencegah secara progresif, mengencangkan jaringan parut dan kontraktor,
meningkatkan pemeliharaan fungsi otot atau sendi dan menurunkan kehilangan
kalsium dan tulang.
c. Instruksikan dan Bantu dalam mobilitas, contoh tingkat walker secaratepat.
Rasional : Meningkatkan keamanan ambulasi
2) Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran
darah.
Intervensi:
a. Tinggikan ekstermitas yang sakit dengantepat
Rasional:
Meningkatkan sirkulasi sistematik atau aliran baik vena dan dapat menurunkan
odema atau pengaruh gangguan lain yang mempengaruhi konstriksi jaringan
oedema.
b. Pertahankan penggantiancairan
Rasional : Memaksimalkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan
Nama : An. B
Ruangan :
Klien mengatakan
bahwa nyeri pada
bagian kulit yang luka Kerusakan histamin
bradikinin
Do :
- Klien Nampak
meringis kesakitan Perangsangan nosiseptor
- Klien Nampak
kemerahan dan keluar Saraf afferent
nanah disekitar luka
kaki kanan
- TD : 100/70 mmhg
- N: 80x/menit
- S : 38 c Hipotalamus
Perangsang nyeri
NYERI AKUT
2 Ds : Kerusakan jaringan kulit Kerusakan integritas
kulit
Klien mengatakan
bahwa luka di tangan
kanan, dada kiri, dan Jaringan kulit hipertropi
kaki kanan kurang lebih
3 hari yang lalu tersiram
oleh air panas Elastisitas kulit menurun
Do :
- Nampak nanah
dibagian kaki kanan
- TD : 100/70 mmhg
- RR : 24x/menit
- N: 80x/menit
- S : 38 c
Do :
- Klien nampak
terpasang kateter
- TD : 100/70 mmhg
- RR : 24x/menit
- N: 80x/menit
4. - S : 38 c
Ds :
Do :
Resiko infeksi
- Kulit klien Nampak
kemerahan
- Nampak nanah
dibagian kaki kanan
- TD : 100/70 mmhg
- RR : 24x/menit
- N: 80x/menit
- S : 38 c
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan integritas kulit b.d luka bakar akibat tersiram air panas
No.Med.Rec :-
Ruangan :-
- identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
2. Terapeutik
3. Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
PEMBERIAN ANALGESIK
( l.08243 )
1. Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik dengan
tingkat keparahan nyeri
- Monitor efektifitas
analgesik
2. Terapeutik
- Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia
optimal
- Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus aploid
untuk mempertahankan
kadar dalam serum
- Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukas
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
- Anjurkan menggunakan
teknik sesuai dengan
tingkat energi,
kemampuan, usia, tingkat
perkembangan
bersihkan jaringan
nekrotik
pasang balutan sesuai
jenis luka
3. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
4. Edukasi
PERAWATAN INTEGRITAS
KULIT ( l.11353 )
1. Observasi
- Identifikasi penyebab
gangguan integritas
kulit
2. Terapeutik
- Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada kulit
kering
- Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergi pada
kulit sensitif
3. Edukasi
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
MANAJEMEN NYERI
( l.08238 )
1. Observasi
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
2. Terapeutik
3. Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
meningkat 2. Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan
3. Edukasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
MANAJEMEN NYERI
( l.08238 )
1. Observasi
- Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
2. Terapeutik
3. Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
( l.14572 )
1. Observasi
2. Terapeutik
- Posisikan senyaman
mungkin
- Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
3. Edukasi
- Dokumentasi hasil
pemantauan
3. Edukasi
- Informasikan hasil
pemantauan
PENCEGAHAN INFEKSI
( l.14539 )
1. Observasi
2. Terapeutik
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
3. Edukasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
1.Observasi
- Identifikasi penyebab
luka bakar
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement
- Kolaborasi pemberian
antibiotik
No.Med.Rec :-
Ruangan :-
- Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan A. Masalah teratasi
memperingan nyeri
P. Intervensi Dihentikan
- Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
2. Terapeutik
- Memfasilitasi istirahat
dan tidur
- Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik
PEMBERIAN ANALGESIK
( l.08243 )
1. Observasi
- Memonitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
- Mengidentifikasi
karakteristik nyeri
- Mengidentifikasi
riwayat alergi obat
- Mengidentifikasi
kesesuaian jenis
analgesik dengan tingkat
keparahan nyeri
- Memonitor efektifitas
analgesik
2. Terapeutik
- Mendiskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal
- Mempertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
aploid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
- Mentetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien
- Mendokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek yang
tidak diinginkan
3. Edukas
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai
indikasi
1. Observasi
- Mengidentifikasi pilihan
teknik distraksi yang
diinginkan
2. Terapeutik
- Menggunakan teknik
distraksi ( Mis.
membaca buku,
menonton televisi,
bermain, membaca
cerita, bernyanyi )
3. Edukasi
- Menjelaskan manfaat
dan jenis distraksi bagi
panca indera
- Menganjurkan
menggunakan teknik
sesuai dengan tingkat
energi, kemampuan,
usia, tingkat
perkembangan
- Menganjurkan membuat
daftar aktivitas yang
menyenangkan
- Menganjurkan berlatih
teknik distraksi.
1. Observasi
membaik
- Kemerahan menurun
Memonitor karakteristik - Suhu kulit membaik
luka
- Nekrosis menurun
Membersihkan dengan
cairan NACL atau
pembersih nontoksik
Membersihkan jaringan
nekrotik
Memasang balutan
sesuai jenis luka
3. Kolaborasi
Mengkolaborasi
prosedur debridement
Mengkolaborasi
pemberian antibiotik,
jika perlu
4. Edukasi
PERAWATAN INTEGRITAS
KULIT ( l.11353 )
1. Observasi
- Mengidentifikasi
penyebab gangguan
integritas kulit
2. Terapeutik
- Menggunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
- Menggunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergi pada kulit
sensitif
3. Edukasi
- Menganjurkan minum
air yang cukup
- Menganjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
MANAJEMEN NYERI
( l.08238 )
1. Observasi
- Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
2. Terapeutik
- Memfasilitasi istirahat
dan tidur
- Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian analgetik
- Mengidentifikasi meningkat
adanya nyeri atau - Nyeri menurun
keluhan fisik lainya
- Kekuatan otot meningkat
- Mengidentifikasi 2. Fungsi sensori
toleransi fisik
melakukan - Persepsi stimulus kulit meningkat
pergerakan
A. Masalah Teratasi
- Memonitor kondisi
umum selama
P. Intervensi Dihentikan
melakukan
mobilisasi
2. Terapeutik
- Memfasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Memfasilitasi
melakukan pergerakan
- Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
3. Edukasi
- Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
- Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
MANAJEMEN NYERI
( l.08238 )
1. Observasi
- Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
2. Terapeutik
- Memfasilitasi istirahat
dan tidur
- Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian analgetik
PERAWATAN TIRAH
BARING
( l.14572 )
1. Observasi
- Memonitor komplikasi
tirah baring
2. Terapeutik
- Memposisikan
senyaman mungkin
- Mempertahankan sprei
tetap kering, bersih dan
tidak kusut
- Memasang siderails,
jika perlu
- Memberikan gerakan
aktif atau pasif pada
pasien
- Memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
3. Edukasi
- Menjelaskan tujuan
dilakukan tirah baring.
- Mengatur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Mendokumentasi hasil
pemantauan
3. Edukasi
- Menginformasikan hasil
pemantauan
PENCEGAHAN INFEKSI
( l.14539 )
1. Observasi
2. Terapeutik
- Membatasi jumlah
pengunjung
- Mempertahankan teknik
aseptik pada pasien
- Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Edukasi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu
1.Observasi
- Mengidentifikasi
penyebab luka bakar
- Mengidentifikasi durasi
terkena luka bakar dan
riwayat penanganan luka
sebelumnya
2. Terapeutik
- Menggunakan teknik
aseptik selama merawat
luka
- Melepaskan balutan
lama dengan
menghindari nyeri dan
perdarahan
- Membersihkan luka
dengan cairan steril
- Melakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
3. Edukasi
- Menganjurkan pasien
untuk mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
4. Kolaborasi
- Mengkolaborasi
prosedur debridement
- Mengkolaborasi
pemberian antibiotik
Daftar pustaka