Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal

dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah

menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya

sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam

jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker

serviks.

kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua

perempuan,terbukti di dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena

kanker serviks sedangkan di asia pasifik setiap 4 menit seorang perempuan

meninggal karenakanker serviks. kanker ini juga merupakan kanker yang paling

banyak diderita oleh perempuan asia dan lebih dari setengah perempuan asia yang

menderita kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000 perempuan

yang didiagnosaterkena kanker serviks sebanyak 143.000 perempuan meninggal

karenanya( american cencer society, 1989).

Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah

satu penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-

negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia

baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka

akan sulit untuk  mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal

tersebut membuat penderita sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.


1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks

2. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks

3. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks

6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim

sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan

merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang

abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah

keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam

status sexually active.

2.1.1 Etiologi

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan

hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada

usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.

Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat

karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti

pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks

ini.
4. Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus

kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah

mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan

kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah

umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi

imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita

yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non

sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan

smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan

pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari

adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa

radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya

kanker serviks.

2.1.2 Klasifikasi

1. Klasifikasi klinis

a. Stage 0: Ca.Pre invasive

b. Stage I: Ca. Terbatas pada serviks


c. Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara

histopatologis

d. Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I

e. Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul

telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian

proksimal

f. Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah

vagina

g. Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

1. Mikroskopis

a. Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.

Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat

dibedakan dengan karsinoma insitu.

b. Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh

lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma

insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa

kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

c. Stadium karsionoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat

pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana

basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari


membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya

ditemukan pada skrining kanker.

d. Stadium karsinoma invasive

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel

menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif

muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas

ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan

parametrium dan korpus uteri.

e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah

vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke

dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan

perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus

dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke

korpus uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang

lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

2. Markroskopis

a. Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

b. Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

c. Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio


d. Stadium lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya

seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

2.1.3 Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi

yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)

berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma

insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya

perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat

muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat

trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan

keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut

menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks

dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan

luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi

dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat

menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel

permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko

lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki,

menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga

terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

2.1.4 Tanda dan Gejala


1. Keputihan

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker

ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering

ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau

busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,

pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.

2. Perdarahan

Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai

perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada

tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.

Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,

amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering

atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan

yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk

mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi

pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan

dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi.

Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi

dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi

karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit

lanjut.

3. Nyeri

Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.

Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi,
sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina

serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan

nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar

sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi

ureter.

2.1.5 Penatalaksanaan

1. Radiasi

a. Dapat dipakai untuk semua stadium

b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2. Operasi

a. Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II

b. Operasi histerektomi vagina yang radikal

3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan

bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi

berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,

disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran

darah. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang

radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap

radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih

tetap sama.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

2.2 Pengkajian

1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai

keputihan menyerupai air.

b. Riwayat kesehatan sekarang

pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu,

baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :

perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal

c. Riwayat kesehatan dahulu

Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus,

infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

1) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

2) Wajah : tidak ada oedema

3) Mata : konjunctiva tidak anemis

4) Hidung : simetris, tidak ada sputum

5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen


6) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,

tidak terdapat lesi

7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada

pembesaran kelenjer getah bening

b. Dada

1) Inspeksi : simetris

2) Perkusi : sonor seluruh lap paru

3) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

4) Auskultasi : vesikuler

c. Cardiac

1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

2) Palpasi : ictus cordis teraba

3) Perkusi : pekak

4) Auskultasi : tidak ada bising

d. Abdomen

1) Inspeksi : simetris, tidak ascites

2) Palapasi : tidak ada nyeri tekan

3) Perkusi : tympani 

4) Auskultasi : bising usus normal

e. Genetalia

1) Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau

f. Ekstremitas

2) Tidak oedema
5. Analisa Data

No Data penunjang Etiologi Masalah kep


1. Ds : mengungkapkan secara -     Agen-agen Gangguan rasa

verbal atau isyarat cidera nyaman: nyeri

Do :

-     gerakan menghindari

nyeri

-     Perubahan nafsu makan

dan makan

-     Perilaku ekspresif

-     Berfokus pada diri sendiri


2. Ds : - haus -     Perdarahan Defisit volume

Do : yang berulang cairan

-  perubahan TD

-  Penurunan haluaran urine

-  Penurunan turgor kulit

-  Penurunan BB yg tiba-tiba
3. Ds : - -       Supresi Resiko infeksi

Do : - sum-sum

tulang

-       Penurunan

leukosit
4. Ds : -       Gangguan Pola nafas tidak

          dispnea pengembanga efektif

          Napas pendek n paru

Do : -       Pertukaran
          perubahan gerakan O2 dan CO2

dada terganggu

          Penurunan tekanan

inspirasi /ekspirasi

          Napas cuping hidung

          Penggunaan otot bantu

nafas
5. Ds : - -    Perdarahan Resiko cidera

Do : - berulang

-    anemia
6. Ds :           Keputihan Gangguan harga

          pengungkapan rasa dan bakteri diri

malu/ bersalah           Bau khas

          Pengungkapan rasa ca serviks

negative diri

Do :

          menyangkal

permasalahan

          Membesar-besarkan

permasalahan

          Merasionalisasi

kegagalan diri
7. Ds :           Asupan Gangguan

          nyeri abdomen cairan dan eliminasi fekal

          Nyeri tekan pada serat kurang

abdomen           konstipasi


          Anoreksia

          Mual

          Nyeri saat defekasi

Do :

          perubahan pada suara

abdomen ( borborigmi)

          Perubahan pola defekasi

          Penurunan frekuensi

          Distensi abdomen

          Mengejan saat defekasi

          Muntah

2.2.1 Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase

neoplasma.

2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia pasca tindakan kemoterapi.

3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status

kesehatan serta ancaman kematian.

4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau

busuk nekrosis jaringan cerviks.

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan

kemoterapi.

2.2.2 Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1.Nyeri b.d -    Setelah -      Kaji tingkat nyeri. -   Untuk
infiltrasi saraf dilakukan -      Berikan rasa mengkaji data
akibat infiltrasi tindakan nyaman pada pasien dasar.
metastase keperawatan dengan pengaturan -   Mengalihkan
neoplasma. pasien akan posisi dan aktivitas fokus
mampu hiburan (musik). perhatian.
mengurangi rasa -      Ajarkan teknik -   Meningkatkan
nyeri dengan manajemen nyeri relaksasi untuk
kriteria hasil: (relaksasi, mengurangi
-    Pasien merasa visualisasi, nyeri.
nyaman. distraksi). -  
-    Nyeri berkuran -      Kolaborasi Memungkinka
-    Mampu pemberian analgetik. n pasien
mendemonstrasik berpartisipasi
an keterampilam aktif dalam
relaksasi, kontrol nyeri.
-   Kontrol nyeri
maksimum.
2.Gangguan -   Setelah -     Pantau intake dan -   Identifikasi
perubahan dilakukan output makanan tiap defisiensi
nutrisi kurang tindakan hari. nutrisi.
dari kebutuhan keperawatan -     Ukur BB tiap hari. -   Memantau
b.d anoreksia diharapkan -     Dorong pasien peningkatan
pasca tindakan kebutuhan nutrisi untuk diet tinggi BB.
kemoterapi. dapat tercukupi protein. -   Kebutuhan
dengan kriteria jaringan
hasil: metabolik
-   Pasien adekuat oleh
mengungkapkan nutrisi.
pentingnya
nutrisi.
-   Peningkatan BB
progresif.
3.Ketakutan/ -      Setelah -       Dorong pasien -    Memberikan
cemas dilakukan untuk kesempatan
berhubungan tindakan mengungkapkan untuk
dengan keperawatan pikiran dan perasaan. mengungkapka
ancaman ketakutan/ -       Berikan n
perubahan kecemasan lingkungan yang ketakutannya.
status kesehatan berkurang sampai aman dan nyaman. -    Membantu
serta ancaman menghilang -       Komunikasi mengurangi
kematian dengan kriteria terapeutik dan kecemasan.
hasil: kontak sering dengan -   
-      Pasien pasien. Meningkatkan
mendemonstrasik -       Bantu kepercayaan
an koping efektif mengembang-kan pasien.
dalam koping menghadapi -   
pengobatan. rasa takutnya. Meningkatkan
-      Pasien tampak kemampuan
rileks dan kontrol cemas.
melaporkan
cemas berkurang.
4.Ganguan body -    Setelah -     Diskusikan dengan -  Membantu
image dilakukan pasien bagaimana mengidentifika
berhubungan tindakan pengobatan si masalah
dengan keperawatan mempengaruhi untuk
perubahan diharapkan kehidupan pasien. menemukan
struktur tubuh gangguan body -     Jelaskan bahwa pemecahannya.
sekunder image dapat tidak samping terjadi -  Membantu
terhadap teratasi dengan pada pasien. pasien untuk
kemoterapi kriteria hasil: -     Berikan dukungan menyiapkan
-    Pasien mampu emosi. diri
mengembangkan -     Gunakan sentuhan beradaptasi.
mekanisme selama interaksi dan -  Membantu
koping. pertahankan kontak klien untuk
-    Pasien mampu mata. percaya diri.
memahami -  Meningkatkan
tentang perubahan kepercayaan
struktur tubuh. diri pasien.
5.Gangguan -     Setelah -      Kaji kulit terhadap -     Efek
integritas kulit dilakukan efek samping terapi kemerahan
berhubungan tindakan kanker, observasi dapat terjadi
dengan efek keperawatan adanya pada terapi
radiasi dan diharapkan kerusakan/perlambat radiasi.
kemoterapi integritas kulit an penyembuhan -    
dapat terjaga luka. Mempertahank
dengan kriteria -      Mandikan dengan an kebersihan
hasil: air hangat dan sabun kulit tanpa
-     Pasien ringan. mengiritasi
berpartisipasi -      Dorong pasien kulit.
dalam mencegah untuk menghindari -     Membantu
komplikasi. menggaruk kulit. menghindari
-     Tidak terjadi -      Ubah posisi tubuh trauma kulit.
kerusakan kulit. dengan sering. -    
Meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit.

2.2.3 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).


Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang

ditemukan pada klien.

2.2.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya

komplikasi perdarahan.

2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh

3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat

dapat diatasi.

7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap

perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi

perubahan peran.

8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari

pemberian terapi

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
sJakarta

Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis


Company.
Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.

http:// http://www.medicastore .com/med


Asuhan Keperawatan kanker Serviks

A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.
Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks
(kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim
yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi
wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi
“mesin pembunuh” di kalangan kaum wanita. Kasus kanker tersebut sangat
mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan
pasien baru kanker leher rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-
800 pasien baru. Kebanyakan pasien yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi
relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan
data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker ginekologi di RSCM adalah
kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut (stadium II-III), dan
merupakan penyebab kematian terbanyak di antara kematian kanker ginekologik
yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).

C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar
data epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
seksual. Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV)
yang dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70%
penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan
sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang
menjadi kanker serviks (Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan
seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).
D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum
diketahui, namun kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor
ekstrensik, yang penting meliputi:
1.      Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus
pertama pada usia muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar
OUE (osteum uteri eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks
(Wiknjosastro, 2006).
2.      Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering
menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan
terjadinya kanker serviks (Wiknjosastro,2006)
3.      Berganti-ganti pasangan seksual,
4.      Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5.      Kebiasaan merokok,
6.      Higiene seksual yang buruk,
7.      Status sosial ekonomi yang rendah,
8.      Kontrasepsi oral

E. Stadium Pada Kanker Serviks


Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan
prognosis, menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari
berbagai stadium dapat dibandingkan. Menurut Cunningham (2010), Stadium
klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan oleh Federation
International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai berikut :
1.      Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih
dangkal, hanya tumbuh dilapisan sel serviks.
2.      Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar
kemanapun, stadium ini dibedakan menjadi:
a.       Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop,
kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
b.      Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya
antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
c.       Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak
lebih besar dari 4 cm.
d.      Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih
besar dari 4 cm.
3.      Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul.
Stadium II dibagi menjadi :
a.       Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke
jaringan yang lebih dalam dari vagina.
b.      Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks,
namun belum sampai ke dinding panggul.
4.      Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks
sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung
kemih.
5.      Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh,
seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
a.       Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih
dan rektum.
b.      Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-
paru.

F. Efek pada Maternal dan Neonatus


Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan
untuk mengangkat lesi besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain
kemandulan, sering pula terjadi pada abortus akibat infeksi, perdarahan, dan
hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. Kematian janin
dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan kala satu
mengalami hambatan. Ada kalanya tumornya lunak dan hanya terbatas pada
sebagian serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir
spontan. Selain itu, dapat pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam
masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu disangka bahwa kehamilan menyebabkan
tumor bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk.
Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker
serviks (Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita,
nantinya akan menjadi beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan
perkiraan beban biaya yang diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit
servikal prainvasif dan invasif untuk menunjukkan jumlah biaya yang
dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu, selain memberikan efek langsung
pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap keluarga, yaitu
dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien.

G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel
skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara
epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya
mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada
saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas.
Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal
dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa
human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami
mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal
epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan
karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai
karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan,
2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks
(NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS
1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk
displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang
dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa
30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena
tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan
mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas
sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

H. Tanda dan Gejala


Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan
melalui tes Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal
ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai
berikut:
1.      Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan
tidak sembuh-sembuh
2.      Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi
yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan
seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.
3.      Rasa sakit saat hubungan seksual
4.      Cepat lelah
5.      Kehilangan berat badan
6.      Anemia

7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar


panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan
sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor
keluar serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain
seperti, nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan
ureter, dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan
nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang
air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat
menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi
penyumbatan kedua ureter (Wiknjosastro, 2006).

I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani
screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di
bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu
di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga tidak perlu di-
screening.
1.      Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan
melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan
untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker
leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker
serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal
yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).

2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan
metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam
asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika
tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks
(Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan
tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan
kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan
lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak
dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek
dokter atau klinik. 
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat
praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah
mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput
sampel kecil jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong,
bulat tipis dari jaringan serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk


sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter
mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut.
Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat
apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim.
Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan
perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga
merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter dapat
meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).

J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1.      Bedah krio
2.      Elektrokauter
3.      Laser
4.      LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5.      Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi
(limfadenektomi bilateral) atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi
primer dengan radiasi saja. Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif, oksigen
hiperbarik, dan hipertermia diberikan bersamaan dengan terapi radiasi (Gale,
2000).

Terapi selama kehamilan


Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut
dengan kolposkopi dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA dapat dipantau dengan
pap-smear, kolposkopi dan biopsi. Pada kasus kanker invasif terapi harus
dilakukan segera. Bagia wanita dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu,
kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi dapat dipakai
sebagai terapi primer (Gale, 2000).

K. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks


I. Pengkajian
a.       Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b.      Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal
diagnosis, perasaan putus asa.
c.       Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi
urinarius misalnya : nyeri.
d.      Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, bahan pengawet, rasa).
e.       Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f.       Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g.      Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h.      Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i.        Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari
usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j.        Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang
fungsi/tanggung jawab peran.
k.      Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya (Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan
a.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e.       Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan.
f.       Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan
perawatan diri (Doenges, 2000).

3. Intervensi Keperawatan
a.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut dan cemas
Intervensi:
1)        Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan
pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep
berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
2)        Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta
kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3)        Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan/ pilihan berdasarkan realita.

b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung
jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi
diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh,
penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
1)        Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan
pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi
penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
2)        Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses
adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk
tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3)        Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan
fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek
kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama
periode ini.
4)        Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk
pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada
berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
c.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk
berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi
kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1)        Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering
dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
2)        Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh
ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas
simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
3)        Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom,
penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya
berkemih.
4)        Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5)        Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter
intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien
mempunyai jahitan parineal.
6)        Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan
kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan
pengaruh minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1)      Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas
(skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2)      Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung)
dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
3)      Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan
terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan
rasa kontrol nyeri
4)      Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan
indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual
berbeda-beda.

e.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1)      Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2)      Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3)      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f.       Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan
pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah
persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan
aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1)      Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2)      Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang
diperlukan
3)      Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada
kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a.       Ansietas pasien berkurang
b.      Meningkatkan harga diri pasien
c.       Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d.      Nyeri hilang/berkurang
e.       tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f.       pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).

Daftar Pustaka

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england.
British Journal of Nursing , Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri
dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-
159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones ,
Volume 17, 272-280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian
kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarw

Anda mungkin juga menyukai