Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA GINJAL

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
          Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul"Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal”, yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mengetahui bahaya penyakit
ini..
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

                                                                                                                     

DAFTAR ISI :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii - iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang…………………………………………………. 1
B Tujuan……………………………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
A Definisi…………………………… …………………………………………………..…1
B Etiologi……………………………………………………………………………………..1
C Patofisiologi……………………………………………………………………………..2
D Anatomi fisiologi ginjal……………………………………………………….……3
E Komplikasi…………………………………..…………………………………………..8
F Penatalaksanaan.........................................................................9
G Klasifikasi………………………………………………………………………………..11
H Manifestasi klinis…………………………………………………………………….12
I Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………………..13
BAB III PEMBAHASAN
A Pengkajian……………………………………………………………………………….1
B Diagnosa keperawatan…………………………………………………………….5
C Intervensi keperawatan……………………………………………………..……6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….36
B. Saran………………………………………………………………………………………………..37
C. Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh.
Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-
12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi
ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien,
mendiagnosis trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat
mungkin. Penanganan yang efisien dengan tehnik resusitasi dan
pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan
manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang
sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang
besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari
radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan
angiografi dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dar
trauma, radiologi harus menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan
para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis digunakan dalam evaluasi
trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.
B.  Tujuan
1. Tujuan umum
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien trauma
ginjal
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami defenisi trauma ginjal
b. Mampu memahami etiologi trauma ginjal
c.  Mampu memahami manifestasi klinis trauma ginjal
d. Mampu memahami anatomi fisiologi trauma ginjal
e. Mampu memahami klasifikasi trauma ginjal
f. Mampu memahami patofisiologis trauma ginjal
g. Mampu memahami WOC trauma ginjal
h. Mampu memahami penatalaksanaan trauma ginjalMampu memahami
pemeriksaan diagnostik trauma ginjal
i.  Mampu memahami komplikasi trauma ginjal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yang memberikan
manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan pada struktur. (Arif Muttaqin,
2011)
Cedera ginjal dapat terjadi secara:
1) Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang. 
2) Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi
akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga
retroperitoneum. (Basuki B. Purnomo, 2003).
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.
B. Etiologi
Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalah
sebagai berikut.
1) Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau
tikam) menyebabkan trauma pada ginjal sehingga terjadi syok akibat
trauma multisistem.
2) Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalulintas,
akibat pukulan) menyebabkan ginjal malposisi, dan kontak dengan iga
(tulang belakang).
3)  Cedera iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal,
prosedur perkutaneus pada ginjal).
4) Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal lavage).
5) Lainnya (misalnya: penolakan transplantassi ginjal, melahirkan[dapat
menyebabkan laserasi spontan ginjal]. (Arif Muttaqin, 2011)
Trauma ginjal adlah cedera yang mengenai ginjal yang memberikan
manifestasi memar,laserasi, atau kerusakan pada struktur
C. Patofisiologi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.
Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah
kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin
meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma
berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya
jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba
di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan
tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang
terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh
pedikel pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang
bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia Gerota. Fascia
Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom , tidak
sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas kebawah
sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta
vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan
hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga
retroperitoneal.(Guerriero, 1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah
mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselerasi
mendadak, yang bisa menyebabkan trauma seperti avulsi collecting
system atau sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi
parsial maupun komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat
terperangkap didalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi.
Keadaan ekstrem ini sering terjadi pada pasien yang datang di ruang gawat
darurat dengan kondisi stabil sementara terdapat perdarahan
retroperitoneal. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat. Trauma
yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan
pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma
yang tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak
ventral aorta sehingga luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan
trauma pada kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara
pankreas dan pole atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal
kanan bisa menyebabkan trauma kombinasi pada pankreas, duodenum dan
ginjal.. Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau
tumor maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh adanya trauma
ringan.(McAninch,2000).
Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, otot
punggung posterior, lapisan dinding abdomen, serta visera anterior. Oleh
karena itu, cedera ginjal tidak jarang di ikuti oleh cedera organ-organ yang
mengitarinya.
Adanya cedera traumatic, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga
paling bawah sehingga terjadi kontusi dan ruptu.fraktur iga atau fraktur
prosesus transverses lumbar vertebrata atas dapat dihubungkan dengan
kontusi renal atau laserasi.Cedera dapat tumpul ( kecelakaan lalu lintas,
jatuh, jedera atletik, akibat pukulan) atau penetrasi ( luka tembak, luka
tikam).
Ketitadak disiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman akan
memberikan reaksi goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum dan
menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan
tunika intima arteri renalis. Robekan ini akanmemacu terbentuknya
bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan thrombosis
arteri renalis beserta cabang-cabangnya. Kondisi adanya penyakit pada
ginjal seperti hidrnefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal akan memperberat
suatu trauma pada kerusakan struktur ginjal.
Cedera ginjal akan memberikan manifestasi kontusi, laserasi, rupture
dan cedera pedikel renal, atau laserasi internal kecil pada ginjal. Secara
fisiologis, ginjal menerima setengah dari aliran darah aorta abdominal; oleh
karena itu meskipun hanyaterdapat laserasi renal yang kecil, namun hal ini
dapat menyebabkan perdarahan yang banyak.
Cedera ginjal akan memberikan berbagai manifestasi masalah
keperawatan.Mekanisme munculnya, masalah keperawatan pada trauma
ginjal.
D.  Anatomi fisiologi ginjal
A. Anatomi Ginjal
1) Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot
besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar
vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa  berukuran panjang 11-
12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan
manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh
atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
2) Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke
dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada
ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan
ginjal kiri untuk memberi tempat  lobus hepatis dexter yang besar.  Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap,
dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urinyang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-
piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap
piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
3) Mikroskopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2
juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang
mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut
dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang
berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui
pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan
dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya
akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin.

4) Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena
kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis
masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris
yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata
kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen
pada glomerulus (Price, 1995).
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian
bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan
disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis,
vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai
vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari
90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi
aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik
yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan
tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).
5) Persarafan Pada Ginjal
Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis
(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal”.
B. Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari.
1. Fungsi Ginjal
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
dan
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
e) Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f) Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah
merah
E. Komplikasi
a. Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera
1. Urinoma
2. Delayed bleeding
3. Urinary fistula
4.  Abses
5.  Hipertensi
b. Komplikasi Lanjut
a. Hidronefrosis
b. Arteriovenous fistula
c. Piolenofritis
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini
dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh),
kemungkinan adanya penambahan masa di pinggang, adanya pembesaran
lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan perubahan warna urin
pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan hematuri akan
berhenti dan sembuh secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri
berhenti.
2. Pembedahan
Penatalaksanaan pembedahan di lakukan pada truma ginjaldengan tanda-
tanda syok yang sangat jelas tujuan untuk segera menghentikan
perdarahan.
3.  Eksplorasi
a.  Indikasi Absolut
Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang
ditandai oleh adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan
berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada
pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b.      Indikasi Relatif
1. Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif
untuk dilakukan eksplorasi.
2. Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila
ekstravasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah. 
3. Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan
pemeriksaan imaging untuk menilai derajat trauma ginjal. Adanya
incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging dahulu atau
eksplorasi /rekonstruksi ginjal.  Pada pasien dengan kondisi tidak
stabil yang memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan
imaging yang bisa dilakukan hanyalah one shot IVU di meja
operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya
perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal.
4. Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter
dibutuhkan eksplorasi segera dan revaskularisasi.
5. Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah
perdarahan arteri persisten. Hampir semua trauma tembus renal
dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah trauma ginjal tanpa
adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah
posterior linea aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera
organ lain.(Brandes, 2003)
H.  Klasifikasi
a) Trauma renal minor mencakup kontusi, hematom dan beberapa laserasi
dikorteks ginjal.
b) Cedera renal mayor mencakup laserasi mayor disertai rupture kapsul
ginjal.
c)  Trauma vaskuler (renal kritikal) meliputi laserasi multiple yang parah pada
ginjal disertai cedera panda suplay vaskuler ginjal
Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang
dimodifikasi oleh Federle:
Grade I
Lesi meliputi :
a) Kontusi ginjal
b)  Minor laserasi korteks dan medula tanpa gangguan pada
sistem pelviocalices
c) Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang –
kadang)
d) 75 – 80 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade II
Lesi meliputi :
a) Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus
kolektivus sehingga terjadi extravasasi urine
b) Sering terjadi hematom perinefron
c) Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke
medulla
d) 10 – 15 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade III
Lesi meliputi
a) Ginjal yang hancu
b) Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal
c)  5 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu:
a) Avulasi pada ureteropelvic junction
b)  Laserasi pada pelvis renal
I.    Manifestasi klinis
Anda kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang
dapat bersifat massif atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat
diukur dengan volume hematuria atau tanda-tanda luka. Tanda lainnya
ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadang-kadang dengan
rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien datang dengan
kontur pinggang yang kecil dan datar, kita dapat mensuspeknya dengan
hematoma perinefrik. Pada kasus perdarahan atau efusi retroperitoneal,
trauma ginjal kemungkinan dihubungkan dengan ileus paralitik, yang bisa
menimbulkan bahaya karena membingungkan untuk didiagnosis dengan
trauma intraperitoneal.
Dokter harus memperhatikan fraktur iga, fraktur pelvis atau trauma
vertebra yang dapat berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan
vomiting dapat juga ditemukan. Kehilangan darah dan shock kemungkinan
akan ditemukan pada perdarahan retroperitoneal.
a) Nyeri
b)  Hematuria
c) Mual dan muntah
d) Distensi abdomen
e)  Syok akinat trauma multisystem
f) Nyeri pada bagian punggung
g) Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
h) Massa di rongga panggul
i) Ekimosis
j) Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
J.  Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian Diagnostik
PIV
Pemeriksaan PIV dilakukan jika pada anamnesis didapatkan riwayat
mekanisme cedera
1) Luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal
2) Cedera tumpul ginjal memberikan tanda-tanda hematuria makrospik,dan
3) Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik
dengan desrtai syok
CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila denagn pemeriksaan PIV belum di dapat
diagnosis yang menerangkan kondisi keadaan ginjal pascatrauma.

Ada beberapa tujuan pemeriksaan diagnostik pada pasien yang dicurigai


menderita trauma ginjal:
a) Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penanganan yang
tepat dan menentukan prognosinya.
b) Menyingkirkan keadaan ginjal patologis dan pre trauma
c) Mengevaluasi keadaaan ginjal kontralateral
d) Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainya.
 Foto pols abdomen
 IVP →bila pasien tidak syock
 CT Scan Abdomen
 USG ginjal → Dicurigai adanya hematom
BAB III
PEMBAHASAN
A.      Pengkajian
Tanggal pengkajian                     :
Ruangan                                       :
1.      Identitas klien
a.       Nama                                :
b.      No. MR                            :
c.       Umur                                :
d.      Pekerjaan                          :
e.       Agama                              :                      
f.       Jenis kelamin                    :
g.      Alamat                             :
h.      Tanggal masuk RS           :
i.        Alasan masuk RS             :
j.        Cara masuk RS                :
k.      Penanggung jawab           :
l.        Riwayat alergi                  :
m.     Obat                     :
n.      Makanan              :
o.    Alat bantu yang terpakai  :
2. Riwayat kesehatan
a.  Keluhan utama
Keluhan utama yang paling sering adalah nyeri bagian pinggang
b.  Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami nyeri bagian abdomen, Hematuria, Distensi
abdomen, Syok akinat trauma multisistem,Nyeri pada bagian punggung,
Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar,Massa
di rongga panggul, Ekimosis, Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan
rongga panggul
c.   Riwayat kesehatan dahulu
Beberapa tahun sebelumnya pasien mengalami benturan mengenai
daerah pinggang, baik Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka
tembak, luka tusuk atau tikam), Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera
atletik, kecelakaan lalulintas, akibat pukulan) Cedera iatrogenik
(misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal, prosedur
perkutaneus pada ginjal).Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal
lavage). Dan juga penolakan transplantassi ginjal, dan melahirkan
d.  Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang mempunyai penyakit seperti yang
dialami pasien,dan apakah keluarga pasien ada memiliki riwayat
hipotensi, jantung, ginjal, DM, dan penyakit menular, atau menurun
lainnya.
3. Tanda- tanda vital
TD                : biasanya lebih dari 130/90, meningkat (hipertensi)
RR                :biasanya lebih dari 24 x/i, kusmaul
N                   : biasanya lebih dari 80 x/ menit, takikardi
S                    : bisanya lebih dari 35-37.5 meningkat (demam)
4. Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada
lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema
b.  Wajah
Biasanya simetri kiri dan kanan, tidak ada edema/hematome, tidak ada
lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil
mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d.  Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung,
tidak ada polip, dan tidak ada lesi
e.  Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f.  Mulut
Biasanya berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis,
tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g.  Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax :
Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
rochi, wheezing, ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan reflek batuk dan menelan.
i.   Kardiovaskuler : 
Inspeksi           : ictus cordis terlihat
Palpasi             : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi            : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak
Auskultasi       : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
j.  Abdomen :
Biasanya Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung,
k.  Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Anus kadang
terdapat incontinensia atau retionsio urine.
l.   Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang
gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena nyeri,  
m.  Sistem Persyarapan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
5.  Pola kebiasaan sehari-hari
a.    Makanan dan cairan
Biasanya pasien  Anoreksia, mual dan muntah, Intoleransi makanan,
sehingga menyebabkan Penurunan berat badan, kakeksia,
berkurangnya masa otot, Perubahan pada kelembaban/trugor kulit.
b.    Eliminasi
Perubahan eliminasi urinaryus, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada
saat berkemih,  hematuria, sering berkemih. Sehingga menyebabkan 
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
c.    Aktivitas / istirahat
Kelemahan atau keletihan, Perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur , Keterbatasan partisipasi dalam hobi atau latihan
B. Diagnosa keperawatan
1. Aktual/risiko syok hipovelemik b.d pengeluaran darah massif pada
arteri renal.
2. Nyeri b.d. aktifitas peristaltic otot polos system kalises, peregangan
dari terminal saraf efek sekunder dari adanya kerusakan struktur
ginjal akibat trauma ginjal, renspons pasca bedah.
3. Pemenuahan informasi b.d. adanya intervensi bedah
4. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka pascabedah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.intake
nutrisi yang tidak adekuat.
6. Kecemasan b.d. prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostic.
7.  Nyer
8. intoleransi aktivitas
9. Gangguan rasa nyaman
10. Risiko infeksi

C.    Intervensi keperawatan
Untuk intervensi pada masalah keperawatan nyeri, pemenuhan
informasi, ketidakseimbangan nutrisi dan kecemasan dapaty disesuaikan
dengan masalah yang sama pada pasien batu ginjal.
Aktual/resiko tinggi syok hipovolemik b.d. pengeluaran darah massif pada arteri
renal
Tujuan: Dalam waktu 1x 24 jam gangguan volume dan syok hipovolumi teratasi.
Criteria evaluasi:
 Klien tidak mengeluh pusing,membrane mukosa lembap,turgor kulit
normal,TTV dalam batas normal ,CRT <3 detik,urine > 600 ml/hari.
 Laboratorium:nilai hematokrit dan protein
serummeningkat,BUN/kreatinin menurun
INETERVENSI RASIONAL
Monitoring status cairan ( turgot Jumlah dan tipe cairan pengganti
kulit,membrane mukosa urine ditentukan dari keadaan status cairan.
output). Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya produksi
urine <600 ml/hari karena merukan
tanda-tanda terjadinya syok
hipovolemik.
Kaji perubahan dalam. Perdarahan harus dikendalikan.
Auskultasi TD.Bandingkan kedua Hipotensi dapat terjadi pada
lengan, ukur dalam keadaan hopovolemik yang memberikan
berbaring,duduk,atau berdiri bila manifestasi sudah terlibatnya system
memungkinkan. kardiovaskuler untuk melakukan
kompensasi mempertahankan tekanan
darah.
Kaji warna kulit,suhu, sianosis, nadi Mengetahui adanya pengaruh adanya
parifer,dan diaphoresis secara teratur. peningkatan tahanan perifer.
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjuk kan komplikasi disritmia.
Kolaborasi Jalur yang paten penting untuk
 Pertahankan pemberian cairan pemberian cairan cepat dan
secara intravena memudahkan perawat dalam
 Pembedahan perbaikan melakukan control intake dan output
cairan.
Pembedahan ditujukan pada trauma
ginjal mayor dengan tujuan untuk
segera menghentikan
perdarahan.Selanjutnya mungkin perlu
dilakukan debridemen,reparasi ginjal
( berupa renorafi atau penyambungan
vaskuler ) atau tidak jarang harus
dilakukan nefrektomi parsial bahkan
nefrektomi total karena keruskan ginjal
yang sangat berat.

Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port den entrée dari luka pembedahan
Tujuan:Dalam waktu 12x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada
integritas jaringan lunak.
Kriteria evaluasi:
 Jahitan dilepas pada hari ke 12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan
 Leukosit dalam batas normal.TTV dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji jenis pembedahan, hari Mengidentifikasi kemajuan dan
pembedahan dan apakah adanya penyimpangan dari tujuan yang
order khusus dari tim dokter bedah diharapkan.
dalam melakukan perawatan luka.
Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan Mencegah penekanan setempat yang
tiap 2 jam berlanjut pada nekrosis jaringan lunak.

Risiko tinggi infeksi b.d.adanya port den entrée dari luka pembedahan
INTERVENSI
Lakukan perawatan luka: Perawatan luka sebaiknya tidak setiap
 Lakukan perawatan luka steril hari untuk menurunkan kontak
pada hari ke-3 operasi dan tindakan dengan luka yang dalam
diulang setiap 2 hari sekali. kondisi steril sehingga mencegah
 Bersihkan luka dengan cairan kontaminasi kuman ke luka bedah.
antiseptic jenis iodine providum Pembersihan debris ( sisa
dengan cara swabbing dari arah fagotosis,jaringan mati) dan kuman
dalam ke luar. sekitar luka dengan mengoptimlkan
kelebihan dari iodine providium
 Bersihkan bekas sisa iodine sebagai antiseptic dan denagn arah
providum dengan alcohol 70% dari dalam keluar dapat mencegah
atau normal saline dengan cara kontaminasi kuman ke jaringan luka.
swabbing dari arah dalam ke Antiseptik iodine providum
luar mempunyai kelemahan dalam
menurunkan proses epitelisasi
 Tutup luka dengan kasa steril jaringan sehingga memperlambat
dan tutup dengan plester pertumbuhan luka, maka harus
adhesif yang menyeluruh dibersihkan dengan alkohol atau
menutupi kasa normal saline.
Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari kontaminasi dari benda
atau udara yang bersentuhan dengan
lulka bedah.

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


.
1. Nyeri v  Pain level Pain managemen
Definisi : Pengalaman v  Pain kontrol ·         Tentukan riwayat
sensori dan emosional v  Compor level nyeri, misal: lokasi
yang tidak Kriteria hasil nyeri, frekuensi,
menyenangkan yang v  Mampu mengontrol durasi, dan intensita
muncul akibat nyeri (tahu penyebab (skala 0-10), dan
kerusakan jaringan yang nyeri, mampu tindakan penghilangan
aktual atau potensial menggunakan teknik yang digunakan
atau digambarkan non-farmakologi ·         Evaluasi/ sadari
dalam hal kerusakan untuk mengurangi terapi tertentu misal:
sedekimikian rupa nyeri, mencari radiasi, pembedahan,
(international) bantuan ) kemoterapi, bioterapi,
Association for the v  Melaporkan bahwa ajarkan pasien atau
studay of pain: awitan nyeri berkurang orang terdekat apa
yang tiba-tiba atau dengan yang diharapkan
lambat dari intensits menggunakan ·         Berikan tindakan
ringan hingga berat manajemen nyeri kenyamanan dasar,
dengan akhir yang v  Mampu mengennali misal: resposisi,
dapat diantisipasi atau nyeri ( skala gosokan punggung dan
diprediksi > 6 bln intensitas, frekuensi, aktifitas hiburan misal:
Batasan karakteristik dan tanda nyeri) musik dan televisi
·         Perubahan selera Menyatakan rasa ·         Dorong
makan nyaman setelah nyeri penggunaan
·         Perubahan tekanan berkurang keterampilan
darah manejemen
·         Perubahan nyeri(misal: teknik
frekuensi jantung relaksasi, visualisasi,
·         Perubahan bimbingan imajinasi),
frekuensi pernafasan tertawa, musik dan
·         Laporan isyarat sentuhan teraupetik.
·         Diaforesis ·         Evaluasi
·         Prilaku distraksi penghilangan
(mis, berjalan mondar- nyeri/kontrol nilai
mandir mencari orang aturan pengobatan
lain atau aktivitas lain, bila perlu
aktivitas yang berulang)  
·         Mengekskresikan
prilaku (mis, gelisah,
merengek, menangis)
·         Masker wajah (mis,
mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau
tetap pada satu fokus
meringis)
·         Sikap melindungi
area nyeri
·         Fokus menyempit
(mis, gangguan persepsi
nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan
·         Indikasi nyri yang
dapat diamati
·         Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
·         Sikap tubuh
melindungi
·         Dilatasi pupil
·         Melaporkan nyeri
secara verbal
·         Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan
Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
2. Intoleransi aktivitas v  Energy conservation Aktivity therapy
Definisi : v  Activity tolerance -   Kolaborasikan
Ketidakcukupan energi v  Self care :ADLs dengan tenaga
psikologis dan fisiologis Kriteria hasil : rehabilitasi medik
untuk melanjutkan atau v  Berpartisipasi dalam dalam merencanakan
menyelesaikan aktivitas aktivitas fisik tanpa program terapi yang
kehidupan sehari-hari disertai peningkatan tepat
yang harus atau yang tekanan darah, nadi -   Bantu klien untuk
ingin dilakukan dan RR mengidentifikasi
Batasan karakteristik : v  Mampu melakukan aktivitas yang mampu
·       Respon tekanan aktivitas sehari-hari dilakukan
darah abnormal (ADLs) secara mandiri -   Bantu untuk memilih
terhadap aktivitas v  Tanda-tanda vital aktivitas konsisten
·       Respon frekuensi normal yang sesuai dengan
jantung abnormal v  Energy psikomotor kemampuan fisik,
terhadap aktivitas v  Level kelemahan psikologis, dan social
·       Perubahan EKG v  Mampu berpindah : -   Bantu untuk
yang mencerminkan dengan atau tanpa mengidentifikasi dan
aritmia bantuan alat mendapatkan sumber
·       Perubahan EKG v  Status yang diperlukan untuk
yang mencerminkan kardiopulmonari mendapatkan aktivitas
iskemia adekuat yang diinginkan
·       Ketidaknyamanan v  Sirkulasi status baik -   Bantu untuk
setelah beraktivitas v  Status respirasi : mendapatkan alat
·       Dipsnea setelah pertukaran gas dan bantuan aktivitas
beraktivitas ventilasi adekuat sperti kursi roda, krek
·       Menyatakan rasa -   Bantu untuk
letih mengidentifikasi
·       Menyatakan rasa aktivitas yang disukai
lemah -   Bantu klien untuk
Faktor yang membuat jadwal ltihan
berhubungan : diwaktu luang
·         Tirah baring atau -   Bantu
imobilisasi pasien/keluarga untuk
·         Kelemaham umum mengidentifikasi
·         Ketidakseimbangan kekurangan dalam
antara suplai dan beraktivitas
kebutuhan oksigen -   Sediakan penguatan
·         Imobilitas positif bagi yang aktif
·         Gaya hidup beraktivitas
monoton -   Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
-   Monitor respon fisik,
emosi, sosial, dan
spiritual
3. Gangguan rasa nyaman v  Ansiety Ansiety Reduction
Definisi : merasa kurang v  Fear level (penurunan
senang, lega dan v  Sleep deprivation kecemasan)
sempurna dalam v  Comfort, Readines -   Gunakan pendekatan
dimensi fisik, for Enchanced yang menenangkan
psikospiritual, Kriteria hasil : -   Nyatakan dengan
lingkungan dan sosial v  Mampu mengontrol jelas harapan terhadap
Batasan karakteristik kecemasan pelaku pasien
·         Ansietas v  Status lingkungan -   Jelaskan semua
·         Menangis yang nyaman prosedur dan apa yang
·         Gangguan pola v  Mengontrol nyeri dirasakan selama
tidur v  Kualitas tidur dan prosedur
·         Takut istirahat adekuat -   Pahami prespektif
·         Ketidakmampuan v  Agresi pengendalian -   Pasien terhadap
untuk rileks diri situasi stress
·         Iritabilitas v  Respon terhadap -   Temani pasien untuk
·         Merintih pengobatan memberikan
·         Melaporkan rasa v  Control gejala keamanan dan
dingin v  Status kenyaman mengurangi rasa takut
·         Malaporkan rasa meningkat -   Dorong keluarga
panas v  Dapat mengontrol untuk menemani anak
·         Melaporkan ketakutan -   Lakukan back/neck
perasaan tidak nyaman v  Support social rub
·         Melaporkan gejala v  Keinginan untuk -   Dengarkan dengan
distress hidup penuh perhatian
·         Malaporkan rasa -   Identifikasi tingkat
lapar kecemasan
·         Melaporkan rasa -   Bantu pasien untuk
gatal mengenal situasi yang
·         Melaporkan kurang menimbulkan
puas dengan keadaan kecemasan
·         Melaporkan kurang -   Dorong pasien untuk
senang dengan situasi mengungkapkan
tersebut perasaan, ketakutan,
·         Gelisah persepsi
·         Berkeluh kesah -   Berikan obat untuk
Faktor yang mengutrangi
berhubungan : kecemasan
·         Gejala terkait Environment
penyakit Management Confort
·         Sumber yang tidak Pain Management
adekuat
·         Kurang
pengendalian
lingkungan
·         Kurang privasi
·         Kurang kontrol
situasional
·         Stimulasi
lingkungan yang
mengganggu
·         Efek samping
terkait terapi (mis,
medikasi, radiasi)
 
4. Resiko infeksi v Imune status Infection Control
Definisi : mengalami v Knowledge : (Kontrol Infeksi )
peningkatan resiko infection control -   Bersihkan lingkungan
terserang organisme v Risk control setelah dipakai pasien
patogenik Kriteria hasil : lain
Faktor-faktor resiko: v  Klien bebas dari -   Pertahankan teknik
·       Penyakit kronis tanda dan gejala isolasi
-   Diabetes melitus infeksi -   Batasi pengunjung
-   Obesitas v  Mendeskripsikan bila perlu
·       Pengetahuan yang proses penularan -   Instruksikan pada
tidak cukup untuk penyakit, faktor yang pengunjung untuk
menghindari mempengaruhi mencuci tangan saat
pemanjanan patogen penularan serta berkunjung dan
·       Pertahan tubuh penatalaksanaannya, setelah berkunjung
primer yang tidak v  Menunjukkan meninggalkan pasien
adekuat kemampuan untuk -   Gunakan sabun
-   Gangguan peritalsis mencegah timbulnya antimikrobia untuk
-   Kerusakan integritas infeksi cuci tangan
kulit (pemasangan v  Jumlah leukosit -   Cuci tangan setiap
kateter intravena, dalam batas normal sebelum dan sesudah
prosedur infasif) v  Menunjukkan tindakan keperawatan
-   Perubahan sekresi pH perilaku hidup sehat -   Gunakan baju,
-   Penurunan kerja sarung tangan sebagai
siliaris alat pelindung
-   Pecah ketuban dini -   Pertahankan
-   Pecah ketuban lama lingkungan antiseptik
-   Merokok selama pemasangan
-   Statis cairan alat
-   Trauma jaringan (mis, -   Ganti letak IV perifer
trauma destruksi dan line central dan
jaringan) dressing sesuai dengan
·      Ketidakadekuatan petunjuk umum
pertahan sekunder -   Gunakan kateter
-   Penurunan intermiten untuk
hemoglobin menurunkan infeksi
-   Imunosepresi (mis, kandung kencing
imunitas didapat tidak -   Tingkatkan intake
adekuat, agen nutrisi
farmaseutikal termasuk -   Berikan terapi
imunosupresan, steroid, antibiotik bila perlu
antibodi monoklonal, Infection Protection
imunomudulator) ( proteksi terhadap
-   Supresi respon infeksi)
inflamasi -   Monitor tanda dan
·      Vaksinasi tidak gejala infeksi sistemik
adekuat dan lokal
·      Pemanjanan -   Monitor hitung
terhadap patogen granulosit, WBC
lingkungan meningkat -   Monitor kerentanan
- Wabah terhadap infeksi
·      Prosedur infasif -   Batasi pengunjung
·      Malnutrisi -   Sering pengunjung
  terhadap penyakit
menular
-   Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang berisiko
-   Pertahankan teknik
isolasi k/p
-   Berikan perwatan
kulit pada area
epidema
-   Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
-   Inspeksi kondisi luka/
insisi bedah
-   Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
-   Dorong masuk cairan
-   Dorong istirahat
-   Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
-   Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
-   Ajarkan cara
menghindari infeksi
-   Laporkan kultur
positif
 
 
 
 
 
 
 

BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yangmemberikan
manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan padastruktur. (Arif Muttaqin,
2011)
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering
terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau
trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rupa paksa baik tumpul maupun tajam.
Anda kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang dapat
bersifat massif atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur
dengan volume hematuria atau tanda-tanda luka. Tanda lainnya ialah
adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadang-kadang dengan rigiditas
pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien datang dengan kontur
pinggang yang kecil dan datar, kita dapat mensuspeknya dengan
hematoma perinefrik.

B.     SARAN
 Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami dan mempelajari
dari isi makalah ini agar berguna untuk mengaplikasikan dalam
memberikan pelayanan kepada anak dengan gangguan diare.
 Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan, penulis berharap bagi pembacanya untik mengkritik guna
untuk menyempurnakan makalh ini

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan(terjemahan).. Jakarta PT EGC.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan).. Jakarta PT EGC.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Surabaya Airlangga
University Press.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan)..
Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta FKUI.
Guyton. (1995) Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Alih bahasa petrus
Andrianto. Jakarta: EGC
Sylvia Anderson Price (1992). Patofisiologi.. Buku 2 edisi 4. Jakarta EGC
Elord,Rachel. 2000. Nursing Assessment Urunary System. In medical-Surgical
Nursing.
Assessment and management of Clinical problem . Missouri: Mosby Company.
Gillenwater J.L.,Grayhack J.t., dan Howards S.S. (eds).1996.adult and pediatric
Urology.

 
 

Anda mungkin juga menyukai