Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN FISIK IBU POST PARTUM

Disusun oleh
Merita Qadery (P07120118 057)
Rauzatul Jannah (P07120118 069)
Zumara Rahmah (P07120118 080)
Fitra Mulia (P07120118 049)
2 REG B

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Dewi Marianthi, M.Kep, Sp.Mat

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH PROGRAM
STUDY D-IV KEPERAWATAN TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga


makalah ini dapat selesai dengan judul Pemeriksaan fisik pasa ibu post partum .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Maternitas serta membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca dan praktik keperawatan.
Pemahaman tersebut dapat di pahami melalui pendahuluan, prosedur tindakan,
serta penarikkan kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan Bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing Ibu Dr. Dewi Marianthi, M.Kep,Sp.Mat
2. Rekan-rekan yang telah banyak membantu serta yang telah
memberikan masukan-masukan dalam penyusunan makalah ini.

Didalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk
mengetahui dan menambah wawasan mahasiswa tentang pemeriksaan tingkat
kesadaran. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Banda Aceh, 27 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Masa nifas(puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali
seperti semula(sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Dimulai
dengan kehamilan , persalinan dan di lanjutkan dengan masa nifas merupakan
masa yang kritis bagi ibu dan bayinya, kemungkinan timbul masalah dan penyulit
selama masa nifas. Ada beberapa resiko yang mungkin terjadi pada masa itu,
antara lain : anemia, pre eklampsia/eklampsia, pendarahan post partum, depresi
masa nifas dan infeksi masa nifas. Diantara resiko tersebut ada dua yang paling
sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan pendarahan.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. Pelayanan
atau asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan
ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpanan yang
ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat
dan bayi sehat.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengumpukan data
2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Menilai perubahan status pasien
4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah di berikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Nifas

Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir


ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. (FKUI, 2001). Masa nifas (puerperium)yaitu
masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas ini berlangsung kira-kira 6
minggu(Saifuddin,2006). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil.Lama masa nifas ini berlangsung selama 6 sampai 8 minggu(Moctar,1998)
Post partum / masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari
saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan
sebelum hamil dan lamanya masa nifas kurang lebih 6 minggu. (Departemen
Kesehatan RI,1979 : 191). Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira kira 6 minggu. ( Kapita Selekta Kedokteran,2001 : 316 )
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post
partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah
normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses persalinan.
Ada 2 kejadian penting dalam masa nifas, yaitu : Involusi dan Laktasi
2.2 Teknik pemeriksaan pada ibu post partum
1. Teknik palpasi
2. Teknik inspeksi
3. Teknik auskultasi
4. Teknik perkusi.

2.3 Pemeriksaan tinggi fundus uteri


2.3.1 Pengertian
Fundus berarti titik tertinggi, sedangkan uteri berarti rahim (uterus).
Jadi, fundus uteri adalah titik tertinggi dari rahim. Tinggi fundus uteri (tfu)
adalah jarak antara titik simfisis pubis dan fundus uteri.

2.3.1 Tujuan
Tujuan dari pengukuran tinggi fundus uteri adalah untuk
menghitung usia kehamilan dan mengukur perkembangan dan
pertumbuhan janin. Hasil dari tinggi fundus uteri atau tfu ibu hamil
akan menunjukkan usia kehamilan. Setelah mengetahui tfu ibu hamil,
biasanya dokter atau bidan akan membandingkannya dengan hari
pertama haid terakhir (hpht) untuk mengetahui kecocokannya.

Tabel Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di 1.000 gr


bawah pusat
1 Minggu Pertengahan 750 gr
pusat simfibis
pubis
2 Minggu Tidak teraba di atas 500 gr
simfibis pubis
6 Minggu Normal 50 gr
8 Minggu Normal 30 gr
Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari
bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak
antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas
symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari.
(Reader, 1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2.4 Teknik pemeriksaan tinggi fundus


2.4.1 Teknik Mcdonald
Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik McDonald
adalah dengan menghitung jarak dari simfisis pubis hingga ke fundus uteri
dan sebaliknya. Teknik McDonald ini menggunakan alat ukur panjang
yang elastis yaitu pita ukur
2.4.2 Teknik Palpasi abdominal
Cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik Palpasi
abdominal adalah meraba atau menekan bagian perut dengan jari
tangan. Selain menghitung usia kehamilan, teknik Palpasi berfungsi
untuk mendeteksi suhu tubuh, getaran, pergerakan, bentuk, dan
ukuran.
Pengukuran usia kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri
dengan teknik Palpasi abdominal biasanya dilakukan setelah ibu hamil
cukup bulan. Teknik palpasi abdominal dilakukan setelah rahim
membesar sehingga bagian-bagian tubuh janin sudah bisa dibedakan.
Teknik palpasi abdominal menurut leopold ada tahap:
1. Leopold I
2. Leopold II
3. Leopold III
4. Leopold IV
2.5 Pemeriksaan diastasis recti abdominis
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan
memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari
diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu
normal.Jika lebih dari dua jai berarti abnormal.Cara penanganan diastasis rectie
adalah dengan operasi ringan (tometock)
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,karena kontraksi
dan retraksi otot- ototnya. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan diebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Tabel perubahan uterus setelah melahirkan.


Involusi TFU Berat Diameter Keadaan
Uterus Bekas Melekat Cervix
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembut
plasenta
lahir
1 Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm Dapat
minggu sympisis dilalui 2
jari
2 Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat
minggu dimasuki
1 jari
6 Seperti hamil 2 50 gr 2,5 cm Hampir
minggu minggu kembali
normal
8 Normal 30 gr 0 Normal
minggu
Sumber : Rustam Muchtar,1998
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa sisa kelenjar pada dasar luka. ( Sulaiman S, 19831 :
121).
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

3.1 SOP PEMERIKSAAN FISIK IBU POST PARTUM


Defenisi: Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.

Tujuan :
 Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
 Memastikan involusi uteri berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di
bawah pusat tidak ada pendarahan abnormal tidak ada bau
 Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.

Indikasi:
ibu pasca persalinan, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu

Alat-alat yang disiapkan : YA TIDAK


 Tensi meter
 Stetoskop
 Termometer
 Bengkok kosong
 Penlight
 Meteran pita
 Sarung tangan

Prosedur kerja :
 Mempersiapkan alat sesuai kebutuhan
 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
 Mencuci tangan
 Memakai handscooen
1. Mengukur tanda-tanda vital
 Suhu
 Tekanan darah
 Nadi
 pernafasan
2. Memeriksa wajah
 palpasi keadaan wajah ibu apa ada edema
 Memeriksa warna sclera dan konjungtiva pada mata
 Memeriksa keadaan mulut,gigi apakah semua normal
3. Memeriksa leher
 palpasi apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan
tyroid
4. Melakukan Pemeriksaan payudara:
 Palpasi di bagian payudara axila bagian kiri sampai
axila bagian kanan perhatikan ada benjolan atau
adanya kelenjar.
 Inspeksi putting susu apakah menonjol, datar,
terbenam, atau ada nanah.
5. Melakukan pemeriksaan abdomen
 palpasi TFU dan kontraksi uterus
 Palpasi untuk menentukan diastasis rectie.
6. Melakukan pemeriksaan pada kaki
 Palpasi dan inspeksi apakah ada varises
 Inspeksi warna kemerahan pada betis
 Inspeksi apakah ada odema pada tulang kering kaki
7. Pemeriksaan genitalia:
 Pendarahan: inspeksi karakteristik lokea keluaran
normal atau tidak
 Inspeksi laserasi serviks atau jahitan premium
 Inspeksi warna dan bau lokhea
Perawatan prenium
Defenisi: Membersihkan area perineal dan genetal dari sisa-sisa kotoran dan bau,
baik pada perempuan maupun laki-laki

Tujuan
 Untuk membersihkan sisa kotoran atau sekresi
 Menghilangkan bau dari genital
 Mencegah terjadi infeksi
 Mempertahankan kebersihan alat kelamin

c. Indikasi
 Adanya sekret pada vagina dan uretra
 Adanya bau pada daerah genitalia
 Pasien dengan inkontinesia urine atau fekal
 Pasien dengan pemakaian kateter urine
 Pasien tidak sadar

Bahan dan alat : YA TIDAK

 Handscoon bersih
 Kom besar berisi air bersih
 Handuk mandi
 bengkok
 Perlak
 Kapas
 Waslap
 Kapas swab
 Larutan antiseptik
Prosedur kerja:
 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan di lakukan
 Cuci tangan
 Memakai handscooen
 Privasi pasien
 lipat pakaian pasien untuk membuka area genital.
 Letakkan perlak dibawah panggul pasien untuk
menjaga kebersihan tempat tidur.
 Atur pasien dengan posisi tidur telentang, lutut
ditekuk, kaki direnggangkan
 bersihkan dengan waslap dan keringkan paha atas
bagian dalam.
 Dekatkan tempat kapas swab. Tangan kanan,
mengambil kapas basah, dan tangan kiri reganggkan
labia dengan ibu jari dan jari telunjuk
 Membersihkan vulva dari labia mayora kiri, labia
mayora kanan, labia minora kiri kanan, labia minora
kanan, dan perineum lalu usap dari pubis ke rectum
 Gunakan satu kapas swab atau swab yang berbeda
untuk setiap kali usapan.
 Gunakan larutan antiseptik untuk pasca area perineal
dan genital.lalu Keringkan area perineal seluruhnya
dengan metode dari depan ke belakang.
 Keringkan bagian perineum, terutama pada lipatan
diantara labia, (untuk mencegah berkembangnya
mikroorganisme
 Rapikan pasien
 Rapikan alat
 Buka sarung tangan
 Cuci tangan
 dokumentasi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan
kembali seperti semula(sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan.
Dimulai dengan kehamilan , persalinan dan di lanjutkan dengan masa nifas
merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya, kemungkinan timbul
masalah dan penyulit selama masa nifas. Ada beberapa resiko yang mungkin
terjadi pada masa itu, antara lain : anemia, pre eklampsia/eklampsia,
pendarahan post partum, depresi masa nifas dan infeksi masa nifas. Diantara
resiko tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu
nifas, yakni infeksi dan pendarahan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME dan Moorhouse, MF, Rencana Perawatan Maternal/Bayi,


Edisi 2, Jakarta,  EGC, 2001.

Mochtar Rusta, Sinopsis Obstetri, Jilid 1 dan Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998.

Nanny, vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta :


Salemba Medika.

Parawirohardjo , Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta. PT binaPustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan dan Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 3,


Yayasan Bina Pustaka, 1999.
Prawirohardjo, sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardj

Sulistyawati, Ari. 2009.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogyakarta,


C.V ANDI OFFSET.

Varney, helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Jakarta.

Widyasih, Hesty dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta,


Firatmaya.

Salmah,dkk.2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai