Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KWASHIORKOR

Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Anak

Disusun oleh:
Nama : Nanik Lestari
NIM : 4006200017

PROGRAM STUDI NERS SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KWASHIORKOR

A. Definisi
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak
mencukupi kebutuhan. Kwasiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk
sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein
(MEP), dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan
pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis (Nurarif, 2016).
B. Anatomi Fisiologi

Gambar Anatomi fisiologi pencernaan


1. Fungsi Pencernaan

Fungsi pencernaan menurut Syaifuddin (2011) adalah:

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat


yang sudah dicerna), air dan garam berasal dari zat makanan untuk
didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan
merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan
sel-sel untuk melaksanakan tugasnya.

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran


pencernaan, maka saluran pencernaan harus mempunyai persediaan
air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus. Untuk ini
dibutuhkan:
a. Pergerakkan makanan melalui saluran pencernaan
b. Sekresi getah pencernaan
c. Absorbsi hasil pencernaan, air dan elektrolit
d. Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa
zat yang diabsorbsi.
e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon.
2. Sistem Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima


makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan, dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
mulut (oris) sampai anus. Susunan saluran pencernaan terdiri dari:

a. Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri


atas 2 bagian yaitu :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi,
gigi, bibir, dan pipi.
2) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan
mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi, epitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjarkelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat
banyak ujung akhir syaraf sensoris.
Di sebelah luar mulur ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam
ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris
menutupi bibir, levator anguli oris mengangkat dan depresor
anguli oris menekan ujung mulut.

b. Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu :

1) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk


palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih
kebelakang terdiri dari 2 tulang palatum.
2) Palatummole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang bergerak, terdiri atas
jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh mukosa yang mengandung papila,
otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator. Didalam
rongga mulut terdapat geligi kelenjar ludah dan lidah.

c. Gigi ada dua macam yaitu :

1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan,


lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya adalah 20 buah
tersebut juga gigi susu, terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens
insivusi), 4 buah gigi taring (dens karinus) dan 8 buah gigi
geraham (molare).
2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 612 tahun,
jumlahnya 32 buah terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens
insisivus) 4 buah gigi taring (dens karinus) 18 buah gigi
geraham (molare, dan 12 buah gigi geraham peremolare).
Fungsi gigi terdiri dari: gigi seri untuk memotong makanan,
gigi taring gunanya untuk memutuskan makanan yang keras
dan liat, dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah
makanan yang sudah dipotong-potong.

d. Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas
tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua
(punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal
lidah yang belakang tedapat terdapat epiglotis, yang berfungsi
untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan,
supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas.

Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai


alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang


bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada
yakni yaitu:

1) Kelenjar ludah yang bawah rahang (kelenjar submaksilaris),


yang terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian
tengah.
2) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang
terdapat di sebelah depan di bawah lidah.
e. Faring (tekak)

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan


kerongkongan (esofagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limpe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.

f. Esofagus (kerongkongan)

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak lambung,


panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di
bawah lambung. Lapisan dari dalam ke luar: lapisan selaput lendir
(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan
lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang
trakea dan didepan tilang punggung, setelah melalui toraks menembus
diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.

g. Ventrikulus (lambung)

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat


mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung
terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari:

1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak


disebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan
pada bagian bawah kurvatura minor
3) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
4) Kurvatura minor, tedapat di sebelah kanan lambung,
terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor,
terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastrolienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limpa.
6) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat
orifisium pilorik.
Fungsi lambung meliputi:

Menampung makanan, menghancurkan dan mengahaluskan


makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung. Getah
cerna lambung dihasilkan: Pepsin, fungsinya memecah putih telur
menjadi asam amino (albumin dan pepton). Agar garam (HCL),
fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan
disenfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen
sehingga menjadi pepsin. Renin fungsinya, sebagai ragi yang
membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen
(karsinogen dan protein susu). Lapisan lambung jumlahnya
sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang
sekresi getah lambung.

h. Usus Halus

Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem


pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir
pada pada sekum panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri
dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M. Longitudinal),
lapisan serosa (sebelah luar) dan usus halus terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:
1) Duodenum
Duodenum disebut juga usus 1 jari, panjangnya ±25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan
ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir, yang berbukit disebut papila vateri.
Pada bagian papila vateri ini bermuara saluran empedu
(duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus
wirsung/duktus pankreatikus).

Emepedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum


melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan
lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan
amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi di
sakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein
menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak
mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjarkelenjar
brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

2) Jejenum dan ileum

Jejenum dan ilium mempunyai panjang sekitar 6 meter.Dua


perlima bagian atas adalah (jejenum) dengan panjang ±23
meter dan ilium panjang 4-5 m. Lekukan jejenum dan ilium
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritonium yang berbentuk kipas kenal sebagai
mesenterium.

Akar mesentrium memungkinkan keluar dan masuknya


cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh
limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang
membentuk mesentrium. Sambungan antara jejenum dan ileum
tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang
bernama orifisium ileosekalis.

Fungsi usus adalah menerima zat-zat makanan yang sudah


dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan
saluran-saluran limfe, menyerap protein dalam bentuk asam
amino, karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

i. Intestinum mayor (usus besar)

Usus besar adalah intestinum mayor panjangnya ±11/2 m, lebarnya


adalah 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar:
selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,
jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan,
tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.

Usus besar terbagi dari beberapa bagian yaitu:

1) Sekum
Di bawah sekum mendapat apendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum
mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan
dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang
masih hidup.

2) Kolon asendens

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,


membujur ke atas dari ileum di bawah hati. Di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai kolon tranversum.

3) Kolon transversum

Panjangnya ±38 cm, membujur dari ujung kolon asendens


sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri
terdapat fleksura lienalis.

4) Kolon desendens

Panjangnya ±25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri


membujur dari atas ke bawah dan fleksura lenalis sampai ke
depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

5) Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens,


terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya
menyerupai hurup S, ujung bawahnya berhubungan dengan
rektum.

j. Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan


intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan
os sakrum dan os koksigis.

k. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan


rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter.
a. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut
kehendak.
C. Tanda dan Gejaa
Menurut Ngastiah (1997) dalam Nurarif (2016) tanda dan gejala kwashiorkor
adalah sebagai berikut:
1. Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng, pada tahap anjut
anak menjadi apatus dan koma
2. Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari
standar)
3. Udema
4. Anoreksia dan diare
5. Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan
lembek
6. Ramut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta mudak
dicabut
7. Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dan garis-garis kulit
yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks,
defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati
8. Anak mudah terjangkit infeksi
9. Perubahan mental (cengeng atau apatis)
10. Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat
11. Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare)
12. Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus,
jarang, dan mudah dicabut)
13. Kulit kering, berisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran
crazy pavement dermatosis
14. Pembesaran hati ( kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal,
licin dengan batas yang tegas)
15. Anemia akibat gangguan eritropoesis
16. Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan
kadar globulin normal, kadar kolesterol serum rendah
17. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis,
nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus
18. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukan terjadinya
perubahan degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung,
atrofi fili usus, osteoporosis dan sebagainya)
D. Etiologi
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat
pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa
adalah sebagai komplikasi dari parasif atau infeksi lain. Banyak hal yang
menjadi penyebab kwashiorkor , namun faktor yang paling mayor adalah
menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau
tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih, kwashiorkor dapat muncul
bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi
kebiasaan adat atau ketidaktahuan (kurang edukasi) yang menyebabkan
penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain
mempersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi
protein disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein yang mempunyai
nilai biologik yang baik. Bisa juga terdapat gangguan penyerapan protein,
misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronik, kehilangan protein secara
tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka-luka
bakar serta kegagalan melakukan sintesis protein, seperti yang didapatkan
pula pada penyakit hati yang kronik (Tambayong,2000 dalam Nurartif, 2016).
E. Patofisiologi
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainanan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang meyebabkan edema dan lemak dalam hati. Kekurangan
protein dalam diet akan terjadi karena kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme yang
akan disalurkan ke jaringan otot. Semakin asam amino berkurang dalam
serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edema. Lemak dalam hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein sehingga transport lemak dari hati
terganggu dan berakibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Grace dan Borley (2007) dalam Nurarif (2016) Pemeriksaan
penunjang pada pasien kwashorkor adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah: albumin, globulin, protein total, elektrolit serum,
biakan darah
2. Pemeriksaan urine: urine lengkap dan kultur urine
3. Uji faal hati
4. EKG
5. X foto paru
6. Konsul THT: adanya otitis media
H. Penatalaksanaan medis dan Keperawatan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Grace dan Borley (2007) dalam Nurarif (2016) penatalaksanaan
kwashiorkor mengikuti 10 langkah utama penatalaksanaan gizi buruk
yaitu sebagai berikut:
a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi adalah adanya riwayar diare sebelumnya, anak sangat
kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin,
anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang
dapat dilakukan:
1) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½
jam sekali tanpa henti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3
sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan
rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.
2) Jika tidak ada ReSoMal untuk anak KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5%
dan NaCl dengan perbandingan 1:1
d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya:
1) Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah
2) Defiensi kalium (K) dan Magnesium (Mg)

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk


pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktuminimal 2
minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk
rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x ( dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4gr kecil dan 50 gr gula atau bila
balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak
mengandung minerat bentuk makanan lumat.

e. Lakukan pengobatan yang mencegah infeksi


Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukan adanyainfeksi
seperti demam sering kali tidak tampak. Pada semua KEP berat ecara
rutin diberikan antibiotik spektrum luar.
f. Pemberian makanan, balita KEP berat
Fase Stabilisasi (1-2hari)
Pada fase awal stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
karena keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang, pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi
dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja. Formula
khusus seperti formula WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang
dilanjutkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun agar dapat
mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sebagai berikut:
porsi kecil, sering, rendah serat, dan rendah laktosa, energi 100
kkal/kg/hari, protein 1-1,5 gr/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari
( jika ada edema berat 100 ml/kgBB/hari), bila anak mendapat ASI
teruskan, dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½
dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok atau
pipet, pemberian formula WHO 75/pengganti/modisco ½ atau
pengganti dan jadwal pemberian makanan harus sesuai dengan
kebutuhan anak.
g. Perhatikan masa tubuh kejar balita
1) Fase Transisi (Minggu II)
a) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara
perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung, yang dapat
terjadi bila anak mengonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
b) Ganti formula khusus awal ( energi 75 kal dan protein 0,9-
1,0 gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100
kkal dan protein 2,9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Modifikasi bubur/ makanan keluarga dapat digunakan asal
kandungan energi dan proteinnya sama.
c) Naikan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30
ml/kgBB/kali pemberian (200ml/kgBB/hari).
2) Fase Rehabilitasi (Minggu III-VII)
a) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah
tidak terbatas dan sering
b) Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
c) Protein: 4-6 gr/kgBB/hari
d) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan formula karena energi dan protein ASI
tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
e) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.
h. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kekurangan vitamin dan mineral,
walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan
preparat besi (Fe). Tunggu sapai anak mau makan dan BB nya mulai
naik ( pada minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari:
1) Tambahan multivitamin lain
2) Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi
folat/ sirup besi
3) Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat
dosis tunggal.
4) Vitamin A oral 1 kali
5) Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman
pemberian kapsul vitamn A.
i. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
j. Persiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung
protein bernilai biologi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
Makanan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan
secara bertahap. Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman
pemberian parenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah: 200ml/kgBB/hari
2. Makanan tinggi kalori tinggi protein 3,0-5,0 g/kgBB
3. Kalori 150-200 kkal/kgBB/hari
4. Vitamin dan mineral, asam folat beroral 3x5 mg/hari pada anak
besar
5. KCL oral 75-150 mg/kgBB/hari
6. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/kgBB/hari.

I. Komplikasi
1. Penyakit penyerta yang sering dijumpai adalah diare, cacingan,
tuberculosis, pneumonia, dan defisiensi vitamin A
2. Hipotermi, hipoglikemia dan kekurangan elektrolit penting
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Anemia
J. Diagnosa Banding
1. Sindrom nefrotik
2. Nefritis akut
3. Payah jantung Kongestif
K. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Ds: Defisiensi protein Resiko
pertumbuhan
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami Defesiensi asam yang tidak
keterlambatan dalam proses tumbuh amino esensial proporsional
kembang. Gangguan sintesis
sel
- Perkembangan motorik kasar : pasien
sudah bisa berjalan namun sering Gangguan
terjatuh pertumbuhan fisik
- Motorik halus : Anak belum bisa Resiko
meminum sendiri dengan gelas pertumbuhan yang
tidak proporsional
- Bahasa : An. H belum dapat berbicara
kata dengan lancar
- Perkembangan sosial : Anak di jauhi
anak lain
- Pola interaksi : An.H sering rewel

Do:
Pemeriksaan antropometri
LK : 43 cm
LLA : 12 cm
LD : 35 cm
BB : 5 kg
TB: 60 cm
2. Ds: Ibu klien mengatakan anaknya diare Mual muntah Kekurangan nutrisi
sudah 3 hari, tidak nafsu makan, mual kurang dari
muntah serta terjadi penurunan BB Nafsu makan menurun kebutuhan tubuh
Do: Klien tampak lemah
Klien tampak pucat BB menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

3. Ds: Ibu klien mengatakan anaknya diare sudah Kekurangan volume


4x/hari sudah 3 hari, ibu klien mengatakan Intake kalori kurang cairan
konsentrasi BAB cair

Do: klien tampak lemah dan bibir pucat Defesiensi sumber


Bising usus >12x/menit karbohidrat

Katabolisme protein
dan karbohidrat
meningkat

Defisiensi protein

Daya tahan tubuh


menurun

Diare

Kadaan umum lemah

Kekurangan volume
cairan

L. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d diare

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang


kurang (protein)

3. Resiko pertumbuhan yang tidak proporsional b.d malnutrisi


M. Rencana Tindakan Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


.
Kekurangan Setelah dilakukan  Kaji riwayat diare  Untuk
1.
asuhan keperawatan  Berikan makanan mengetahui diare
volume cairan
selama 1 x dalam porsi kecil yang dialami
berhubungan kunjungan masalah tapi sering dan pasien
keperawatan tingkatkan secara  Agar kebutuhan
dengan diare
kekurangan volume bertahap nutrisi pasien
cairan teratasi  Instruksikan diet terpenuhi
dengan kriteria rendah serat, tinggi  Membantu dalam
hasil : protein dan tinggi menghentikan
 Frekuensi kalori sesuai diare
BAB 1x/hari kebutuhan.  Mengetahui
 Monitor turgor tingkat dehidrasi
 Konjungtiva kulit pasien
tidak anemis  Timbang klien  Memantau
secara berkala peningatan BB
 Tidak
 Berikan cairan  Agar memenuhi
nampak
sesuai kebutuhan cairan pasien
keletihan
 Tingkatkan intake  Membantu
cairan peroral meningkatkan
 Berikan suplemen cairan pasien
elektrolit tambahan  Membantu dalam
yang diresepkan meningkatkan
dokter cairan pasien
 Monitor tanda-  Mengetahui
tanda vital. keadaan pasien
secara umum

Ketidakseimba Setelah dilakukan


2.  Kaji kemampuan  Untuk
ngan nutrisi asuhan keperawatan
pasien untuk mengetahui
kurang dari selama 3 x
memenuhi pemenuhan gizi
kebutuhan kunjungan masalah
kebutuhan gizi. pasien
tubuh keperawatan
berhubungan ketidakseimbangan  Identifikasi adanya  Agar tidak salah
dengan intake nutrisi kurang dari alergi atau dalam
yang urang kebutuhan tubuh intoleransi memberikann
(protein) teratasi dengan makanan yang makanan pada
kriteria hasil : dimiliki klien. anak
 BB  Ajarkan klien  Agar nutrisinya
meningkat mengenali terpenuhi
kebutuhan nutrisi
 Konjungtiva  Untuk menambah
tidak anemis  Tawarkan makanan gzi anak
ringan yang padat
 Tidak gizi.  Agar tidak
nampak diberikan
keletihan  Berikan pilihan makanan yang
makanan sehat sembarangan
 Anjurkan untuk  Membantu pasien
memberikan untuk menambah
makanan kesukaan nafsu makan
klien
 Agar pasien dapat
 Ciptakan makakn dengan
lingkungan yang optimal
optimal ketika
makan  Agar terhindar
dari infeksi
 Bantu klien ataupun bakteri
mengenai dari makanan
kebersihan mulut
 Membantu anak
 Berikan makanan agar mau makan
dengan bentuk
yang menarik
3. Resiko Setelah dilakuakn
 Pemberian makan  Untuk memenuhi
pertumbuhan asuhan keperawatan
dengan botol kebutuhan nutrisi
yang tidak selama 3x24 am
proporsional diharapkan masalah  Manajemen  Agar nutrisi
b.d malnutrisi resiko pertumbuhan gangguan makan terpenuhi
yang tidak
proporsional teratasi  Manajemen nutrisi  Untuk memenuhi
dengan kriteria hasil: kebutuhan nutrisi
 Bantu peningkatan pada anak
Perkembangan anak
berat badan
sesuai usianya
 Agar keluarga
 Pendidikan paham mengenai
kesehatan nutrisi yang harus
mengenai nutrisi dipenuhi untuk
anak
 Konseling  Untuk
pertumbuhan anak mengetahui
perkembangan
anak

DAFTAR PUSTAKA

Gloria.2013.Nursing Interventions Classification (NIC).Jakarta: Elsevier

Moorhead.2013. Nursing Outcomers Classification.Jakarta: Elsevier

Nanda.2015-2017. Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

Nurarif .A. H. Dan Kusuma. H.. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai