ATRESIA ANI
Disusun Oleh :
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
A. Definisi.......................................................................................1
B. Etiologi .....................................................................................1
C. Klasifikasi...................................................................................2
D. Patofisiologi................................................................................2
E. Pathway ......................................................................................4
F. Manifestasi Klinis………………………………….……….…..5
G. Pemeriksaan Penunjang…….……………………….………….5
H. Penatalaksanaan Medis…………...………………….…..…….6
I. Asuhan Keperawatan…………………………………………..7
J. Diagnose Keperawatan……………………………...………...10
K. Intervensi……………………………………………………...10
L. Impelementasi………………………………………………...16
M.Evaluasi……………………………………………..…….….16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………....18
i
LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ANI
A. Definisi
Atresia Ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang
normal. Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebgai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz,2015) Atresia ani adalah tidak lengkapnya
perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal
(Suradi, 2015). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
Atresia ani atau anus imperforasi adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2016). Penulis
menyimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
B. Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga Bayi lahir
bulan.
1
3. Adanya gangguan atau berhentinya embriologi di daerah usus, rectum bagian
distal serta traktur urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi Lahir tanpa
lubang anus.
bulan.
4) Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, Da otot
dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter Internal mungkin
tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui
apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua
orang tua yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25% -
30% dari bayi yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau
kelainan kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani (Purwanto,
2001).
5) Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir,
seperti :
2
a. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali
pada gastrointestinal.
C. Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan
anus.
5. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu:
a. Anomali rendah/infralevator
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau dibawah tingkat oot puborectalis, lesung anal dan
c. Anomaly tinggi
Ujung rectum diatas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
3
D. Patofisiologi
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.
Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur
kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga
karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa
lubang anus. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1
cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau
saluran genital.
3. Rendah : rectum berakhir dibawah M. Levator ani sehingga jarak antara kulit
4
E. Pathway
Kelainan kongengital
Atresia ani
Cemas Trauma
Ansietas
jaringan
Resiko
Nyeri Akut
Infeksi
5
F. Manifestasi Klinis
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3
hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal
(dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang
rektoperineal. tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi
fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah
4. Perut kembung.
G. Komplikasi
2. Obstruksi intestinal
6
H. Pemeriksaan penunjang
berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
4. CT Scan
atau jari.
7
I. Penatalaksanaan medis
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
sementaraatau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) Pada pasien dengan kolostomi,
lokasi pasti dari fistel dan rektum. Proses PSARP pada pasien malformasi
dari pasien dan operasi dilakukan dengan laparoskopi. Bidang diseksi dimulai
dilanjutkan ke arah distal.
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah
operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Biodata
8
Identitas Klien.meliputi: nama, umur, jenis kelamin. agama,
sumber biaya.
2. Keluhan utama
Klien dengan post colostomy ditemukan adanya keluhan nyeri pada luka post
penyakit kronis
4. Pemeriksaan fisik
Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
chepalhematom.
Mata
9
Mata Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ikterus, tidak nistagamus/
Telinga
berbentuk sempurna.
Hidung:
Hidung simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
Leher:
Dada:
Bentuk dada simetris, silindris. Tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal.
Perut
Genetalia:
Anus:
10
K. Diagnosa
(Muntah) (D.0019)
(D.0129)
tidak adekuat (D.0142)
L. Intervensi
ketidakmampuan Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
11
antlemetik), jika perlu
secara teratur
Terapeutik
proses defekasi
3. Anjurkan mengkonsumsi
konsultasi
yang adekuat
sesuai kebutuhan
12
menurun gelisah perhatian
3. Gunakan pendekatan
meyakinkan
4. Motivasi
mengidentifikasi situasi
Edukasi
1. Informasikan factual
secara mengenai
diagnosis,
pengobatan.dan prognosis
frekuensi, kualitas
intensitas nyeri
non verbal
Terapeutik
1. Berikan teknin
nonfarmakologis untuk
13
mengurangi rasa nyeri
aromaterapi. teknik
imajinasi terbimbing
terapi bermain)
(mis, suhu ruangan
pencahayaan, kebisingan)
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
Nyeri
2. Jelaskan stretegi
meredakan nyeri
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
14
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
lingkuhngan ekstrim,
penurunan mobilitas).
Terapeutik
1. Gunakan produk
berbahan ringan/alami
kulit sensitive
Edukasi
cukup
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
3. Anjurkan menghindari
15
Resiko infeksi Kontrol Resiko Pencegahan Infeksi (I.14539)
pasien
4. Pertahankan teknik
beresiko tinggi
Edukasi
infeksi
dengan benar
operasi.
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
16
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
M. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan (Bararah
N. Evaluasi
pengumpulan data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang
terselesaikan apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah
tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah
17