Dosen Pengampu:
Taufan Arif, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun oleh :
Shaniya Vira Lingga P (P17212215009)
Khuriyatul Ummah Safitri (P17212215015)
Maharani Puspita (P17212215022)
Rohmatis Sania (P17212215027)
Nevy Velliana (P17212215031)
Sisca Nofiyanti Setya Rahayu (P17212215050)
Dinda Triyuni Rahmawati (P17212215060)
Diofani Kurnia Hayati Putri (P17212215070)
Tiara Anggita Putri (P17212215080)
Irfan Iskandar (P17212215089)
Muhammad Rizky (P17212215108)
Muhammad Syarwanie (P17212215109)
Norma Laili (P17212215110)
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LatarBelakang.............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah...................................................................................2
1.3 TujuanPenulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4
2.1 HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC STATE (HHS)...........................4
2.1.1 Definisi..................................................................................................4
2.1.2 Etiologi............................................................................................4
2.1.3 Tanda dan Gejala............................................................................4
2.1.4 Patofisiologi.....................................................................................5
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................6
2.1.6 Penatalaksanaan.............................................................................7
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................8
2.2 KONSEP MEDIS KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD).............................9
2.2.1 Definisi..................................................................................................9
2.2.2 Etiologi............................................................................................9
2.2.3 Tanda Dan Gejala.........................................................................10
2.2.4 Patofisiologi...................................................................................10
2.2.5 PemeriksaanPenunjang................................................................12
2.2.6 Penatalaksanaan...........................................................................13
2.2.7 Komplikasi.....................................................................................14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................15
3.1 Pengkajian............................................................................................15
3.1.1 Pengkajian Primer..............................................................................15
3.1.2 Pengkajian Sekunder....................................................................16
3.1.3 Pemeriksaan Laboratorium...........................................................18
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik................................................................20
3.1.5 Diagnosa Keperawatan.................................................................21
3.2 RENCANA INTERVENSI......................................................................21
BAB IV PENUTUP..............................................................................................38
4.1 Kesimpulan...........................................................................................38
4.2 Saran....................................................................................................39
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
DAFTAR TABEL
iii
HALAMAN
Tabel 3.2 Rencana Intervensi................................................................. 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa
insiden KAD sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok
umur, sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar
13,4/1000 pasien DM per tahun. Sumber lain menyebutkan insiden KAD
sebesar 4,6 – 8/1000 pasien DM per tahun. KAD dilaporkan bertanggung
jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika
Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden
KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM
tipe 1 yang rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari
data rumah sakit dan terutama pada pasien DM tipe 2 (Tarwoto,2016).
Menurut hasil data artikel menunjukan angka mortalitas hiperosmolar
hiperglikemik sindrom sangat tinggi, hiperosmolar hiperglicemik sindrom
(HHS)adalah masalah bagi ahli endokrinologi di Amerika serikat.Tercatat
angka kejadian HHS mencapai 17,5 persen dari 100.000 penduduk di
amerika serikat, dengan angka kejadian mortalitas 10- 20% .
sedangkan di Indonesia Sendiri lebih menakutkan dengan angka
prevalensi hiperosmolar hiperglicemik sindrom (HHS)di Jakarta dengan
angka mortalitas mencapai 430 -50% dari populasi 1000 pasien HHS setiap
tahunnya, yang artinya akan ada 300-500 pasien yang akan meninggal
setiap tahunnya. (artikel dokterpost, 2015). Maka dari itu hiperosmolar
hiperglikemik harus di waspadai sebagai penyakit komplikasi DM tipe 2
yang mengancam jiwa.
Komplikasi akut yang bisa terjadi dari diabetes mellitus (DM) adalah
Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Hiperosmolar Hiperglikemia State (HHS).
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah gangguan metabolic akut yang ditandai
dengan peningkatan badan keton dalam sirkulasi yang berlanjut menjadi
ketoasidosis berat dengan hiperglikemia tidak terkontrol akibat defisiensi
insulin. Faktor pencetus tersering dari KAD yaitu infeksi(pneumonia, infeksi
saluran kencing, pancreatitis, infark jantung, cva, dll). Pada infeksi akan
terjadi peningkatan sekresi kortisol dan glukagon sehingga terjadi
peningkatan kadar gula darah (Miarta dkk, 2019).
1
2
1.2 RumusanMasalah
1. Apa definisi dariKetoasidosis Diabetik (KAD) danHyperosmolar
Hyperglycemic State (HHS)?
2. Apa etiologi dari Ketoasidosis Diabetik (KAD) danHyperosmolar
Hyperglycemic State (HHS)?
3. Apa saja tandadangejaladari Ketoasidosis Diabetik (KAD)
danHyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)?
4. Bagaimana patofisiologi Ketoasidosis Diabetik (KAD) danHyperosmolar
Hyperglycemic State (HHS)?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang Ketoasidosis Diabetik (KAD)
danHyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Ketoasidosis Diabetik (KAD)
danHyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)?
7. Apa komplikasi dari Ketoasidosis Diabetik (KAD) danHyperosmolar
Hyperglycemic State (HHS)?
1.3 TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui definisi dariKetoasidosis Diabetik (KAD)
danHyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)
2. Untuk mengetahui etiologi Ketoasidosis Diabetik (KAD)
danHyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)
3. Untuk mengetahui tandadangejaladari Ketoasidosis Diabetik (KAD)
danHyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)
3
4
5
2.1.4 Patofisiologi
7
2.2.2 Etiologi
Insulin Insulin Dependen Dependen Diabetes Melitus Diabetes
Melitus (IDDM) atau diabetes m diabetes melitus tergantung insulin
disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses
11
Glukagon Lipolisis
Glukosuri teroksidasi Hiperosmolalitas Proses pembentukan ATP/energi terganggu As. Lemak teroksidasi
4
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin.
Karena dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan
energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan
tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya
terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan,
menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya
sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat
lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam
perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi,
infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua
gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada
ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong konsekuensi
langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh
akan menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria.
Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi
asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi
(diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis
metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan
diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan
elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat
dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat, akan
menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh pernapasan.
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan
mempercepat kehilangan air dan elektrolit. Sehingga,
perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus
interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk
membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga . Disamping itu produksi
glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
4
5
2.2.5 PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan Diagnostik meliputi :
1. Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkaat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] +
[UREUM/6]
5. Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
6. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular),
selanjutnya akan menurun
7. Fosfor : lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terakhir
6
2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi,
hiperglikemia, dan ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit
penyerta yang ada. Adapun penatalaksaanan pada kasus KAD iniialah:
1. REHIDRASI
NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm
selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
2. INSULIN
4-8 U/jam sampai GDR 250 mg/dl atau reduksi minimal
3. Infus K (TIDAK BOLEH BOLUS)
a) Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
b) Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
c) Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri
25mEq/L 25mEq/L
d) Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
4. Infus Bicarbonat
a) Bila pH< 12mEq/L
b) Berikan 44-132 mEq dalam 500cc NaCl Berikan 44-132
mEq dalam 500cc NaCl 0.9%, 30-80 tpm 0.9%, 30-80 tpm
Pemberian Bicnat = [ 25 - HCO3 TERUKUR ] x BB x 0.4
7
2.2.7 Komplikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian akibat KAD adalah:
1. Terlambat didiagnosis karena biasanya penyandang DM dibawa
setelah koma.
2. Pasien belum tahu bahwa ia menyandang DM.
3. Sering ditemukan bersama-sama dengan komplikasi lain yang
berat, seperti: renjatan (syok), stroke, dll.
4. Kurangnya fasilitas laboratorium yang menunjang suksesnya
penatalaksanaan KAD.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Primer
a. Airway
Perkenalkan namamu dan jeaskan pemeriasaan apa yang akkan
kamu lakukan. Respon verbal yang baik ari pasien meunjukkan airway
bebas. Jika pasien kesulitan memberikan respon verbal, lakukan
pemeriksaan au upaya membuka airway (head till, chin lift ). Jika airway
tidak ada gangguan namun pasien mengaami kesulitan memberikan
respon verbal, maka evaluasi di breathing.
b. Breathing
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien
dengan kesadaran / koma (GCS <8) mempertimbangkan intubasi dan
ventilasi. Pada pasien tsb sementara saluran napas dapat dipertahankan
oleh penyisipan Guedel's saluran napas. Pasang oksigen melalui
masker Hudson atau non-rebreather masker jika ditunjukkan. Masukkan
tabung nasogastrik dan biarkan drainase jika pasien muntah atau jika
pasien telah muntah berulang. Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran
harus dimonitor di semua treatment DKA.
c. Circulation
Penggantian cairan. Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien
yang menderita dehidrasi berat bisa berlanjut pada shock hipovolemik.
Oleh sebab itu, cairan pengganti harus dimulai segera. Cairan resusitasi
bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia, hyperosmolality, dan
counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam pertama,
sehingga mengurangi resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling
efektif jika didahului dengan cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisit
cairan tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari 6 liter cairan
mungkin harus diganti. Resusitasi cairan segera bertujuan untuk
mengembalikan volume intravaskular dan memperbaiki perfusi ginjal
dengan solusi kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam
syok hipovolemik. Normal saline (NaCl 0,9%) yang paling sesuai.
Idealnya 50% dari total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam
8
9
β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk
mengikutirespons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar
dari 0,5 mmol / L
dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan
kebutuhanuntuk ketoasidosis diabetik (KAD).
Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk
mendeteksiinfeksi saluran kencing yang mendasari.
Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN
(mg /dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada
dalam keadaankoma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg
H2O. Jika osmolalitas
kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada
kondisi koma.
Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga
dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadarkreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan
dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat
dilakukan dengan cara: a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih
besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
a. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
b. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
c. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
14
brinkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
serum
10. Monitor intake dan output
cairan
11. Identivikasi tanda-tanda
hipovolemi
12. Monitor tanda-tanda
hipervolemi
13. Identifikai faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dikumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
Observasi
1. Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan asam basa
2. Monitor frekuensi dan
kedalaman nafas
3. Monitor status neurologis
(missal tingkat kesadaran dan
status mental)
4. Monitor irama dan frekuensi
jantung
20
Terapeutik
Kolaborasi
1. Frekuensi nadi
meningkat Terpeutik
2. Saturasi oksigen
1. Fasilitasi focus pada
meningkat
kemampuan, bukan deficit yang
3. Kemudahan dalam
dialami
melakukan aktivitas
2. Sepakati komitmen untuk
sehari-hari meningkat
meningkatkan frekuensi dan
4. Kekuatan tubuh
22
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan
dan elektrolit intravena
2. mempertahan kebersihan
Terapeutik
diri meningkat
1. Sediakan lingkungan yang
3. mempertahankan terapeutik ( misalnya
kebersihan mulut meningkat suasana hangat, rilex,
privasi)
2. Siapkan keperluan pribadi
24
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
Kolaborasi
3. kebersihan mulut
25
meningkat Terpeutik
3. Posisikan semi-fowler
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan benda padat
dengan forcep McGill
8. Bersihkan oksigenasi ika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda-tanda
kerusakan kulit.
2. Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-tanda
kerusakan kulit
3. Ajarkan cara merawat kulit
Edukasi :
Edukasi :
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antiemetic,
jika perlu
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah adalah kasus kedaruratan
endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.
Ketoasidosis diabetik diakibatkan oleh hiperglikemia dan ketosis, dengan
faktor risiko infeksi, stress, dan pemakaian insulin yang kurang maupun
berlebihan. KAD ditandai oleh adanya hiperglikemia (> 240 mg/dl),asidosis
metabolik,peningkatan konsentrasi keton yang beredar dalam sirkulasi,
terdapat keton di urin, nafas berbau aseton, polidipsi, polyuria, badan lemas,
muntah, dan nyeri perut.
Hiperosmolar Hiperglikemia State (HHS) adalah gangguan metabolik akut
yang ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa
adanya ketoasidosis. Faktor risiko HHS diakibatkan oleh infeksi, penyakit
vaskular akut, trauma, luka bakar, hematom subdural, dan kelainan
gastrointestinal. Tanda gejala yang nampak berupa glukosa
plasma:>800mg/dl, penurunan kesadaran, hipotensi, pucat,kering disertai
turgor kulit menurun.
Pemeriksaan pada KAD dan HHS pada umumnya meliputi pemeriksaan
fisik, dan juga berupa pemeriksaan laboratorium glukosa plasma darah
(GDA), analisa gas darah (BGA), serum elektrolit (SE), urine. Prinsip terapi
KAD dan HHS adalah dengan mengatasi dehidrasi dengan terapi cairan,
mengatasi hiperglikemia dengan terapi insulin, dan koreksi
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Komplikasi yang dapat terjadi pada KAD dan HHS adalah
hipoglikemi/hypokalemia, edema serebral, ARDS, dan thrombosis vaskuler.
4.2 Saran
Pentingnya edukasi kepada pasien mengenai pemantauan konsentrasi
gula darah mandiri, minum obat secara teratur, dan penggunaan insulin
dengan benar. Selain itu pemeriksaan fisik lengkap mulai dari kepala sampai
kaki yang dan juga pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan secara
komprehensif agar tidak terjadi salah diagnose dan dapat diberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien komplikasi DM khusunya pada kasus
KAD dan HHS.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Oktaliani, R., Zamri, A,. (2019). Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). JMJ
Volume VII, Nomor 1, Hal:50-55.
Huang, Ian. (2016). Tatalaksana Penurunan Kesadaran Pada penderita Diabetes
Melitus. Medicinus Volume VI, No.1. pISSN: 1978-3094.
Miarta, A., Zulkifli., Zulfariansyah, A,. (2019). Tatalaksana Pasien Ketoasidosis
Diabetikum yang Disertai Syok Sepsis. Jurnal Anestesia dan Critical Care
Volume 37, No.3.
Riduan, R., Mustofa, S,. (2017). Penatalaksanaan KAD dan DM tipe 1 pada Anak
Usia 15 Tahun. J Medula Unila Volume VII, Nomor 2.
Ridwan,dkk (2015) Ketoasidosis Diabetik di Diabetes Melitus Tipe 1 Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 22, No. 2 Maret
2016: 200–203
Restyana NF, (2015) Diabetes Militus Tipe 2 J Majority,Vol 4 Nomor 5 Februari
2015
Nugroho, T., Putri, T. B., & Putri, D. K. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Semarawima, G. (2017). Status Hiperosmolar Hiperglikemik. Medicina Journal,
48(1), 49. https://doi.org/10.15562/medicina.v48i1.25
Zamri, A. (2019). Diagnosis dan penatalaksanaan hiperosmolar hyperglycemic state
(HSS). Jmj, 7(2), 151–160.Santoso, et al. 2016. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ketoasidosiss Diabetik Berulang: Laporan Kasus Berbasis
Bukti. Jurnal Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC, Jakarta.
Kitabchi,etal.,2001.Managementofhyperglycemiccrisesin patientswith
diabetes.Vol.24,pp.131-153
Kitabchi,etal.,2004.HyperglycemicCrisesinDiabetes.Suplement1:Diabetes
Care,Vol.27,pp.S94-S102
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II.. Jakarta. DPP
PPNI.
32
33