Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

HIDRONEFROSIS

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas KMB III


Dosen Pengampu : Ns. I Kadek Oka Darmaja, S.Kep.

Disusun oleh Kel. II :


1. Dina Wiffida (102081801)
2. Yurida Ananda Aprillia (102081805)
3. Ni Kadek Yolanda Dewi (102081806)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Hidronefrosis”.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Beda III.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 01 Agustus 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi.............................................................................................3
2. klasifikasi.........................................................................................3

3. etiologi..............................................................................................4
4. patofisiologi......................................................................................5
5. WOC.................................................................................................7
6. manifestasi klinis..............................................................................9
7. Komplikasi.......................................................................................9
8. Penatalaksanaan...............................................................................10
9. Pemeriksaan diagnostik....................................................................12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.................................................................................13
2. Diagnosa...................................................................................17
3. Intervensi..................................................................................17
4. Implementasi.............................................................................21
5. Evaluasi.....................................................................................21
C. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian.................................................................................22
2. Analisa Data..............................................................................25
3. Diagnosa...................................................................................27
4. Intervensi..................................................................................27
5. Implementasi.............................................................................29
6. Evaluasi.....................................................................................30
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................31
B. Saran......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan
balik terhadapginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan
normal, air kemih mengalirdari ginjal dengan tekanan yang sangat
rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, airkemih akan mengalir kembali ke
dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulusrenalis) dan ke dalam
daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal iniakan
menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal
yangrapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat
akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya. (Purnomo, 2011).
Adapun di negara maju seperti di Amerika Serikat, Eropa,
Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai disaluran kemih bagian
atas, sedang di negara berkembang seperti India, Thailand, dan Indonesia
lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. proporsi batu saluran kemih
dijumpai relatif meningkat dibanding proporsi batu kandung kemih.
Peningkatan kejadian batu pada saluran kemih bagian atas terjadi di abad-
20, khususnya di daerah bersuhu tinggi dan dari negara yang sudah
berkembang. Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas di negara
berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan perkembangan
ekonomi serta dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan
makan perkapita (Sudoyo, Stiyohadi, Alwi, Simadibrata K, & Setiati,
2006).
Prevalensi penyakit batu saluran kemih berdasarkan wawancara
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok
umur 55-64 tahun (1,3%) menurun sedikit pada kelompok umur 65-74
tahun (1,2%) dan umur di atas 75 tahun (1,1%). Prevalensi lebih tinggi
pada lakilaki (0,8%) dibanding perempuan (0,4%). Prevalensi tertinggi
pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak tamat SD (0,8%) dan status
ekonomi hampir sama kuintil indeks kepemilikian menengah bawah

1
sampai menengah atas (0,6%). Prevalensi di perdesaan sama tinggi di
perkotaan (0,6%) ( RISKESDAS, 2013).
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi
yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang
spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab
obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi renal.
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini
untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III dan untuk dapat
mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis  serta agar dapat
memberikan pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
dengan gangguan hidronefrosis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hydronephrosis?
2. Apa saja klasifikasi dari hydronefrosis?
3. Apakah etiologi dari hydronephrosis?
4. Apakah patofisiologi hydronephrosis?
5. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?
5. Apakah komplikasi dari hydronefrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari hydronephrosis?
9. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan hydronephrosis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hydronefrosis?
C. Tujuan Penulisan
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
diharapkan mahasiswa semester 5 dapat mengerti dan memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan hidronefrosis dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis
ginjal dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai
respons fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini
sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus,
seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem
pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif
Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau
kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin
menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal
meningkat. BSK pada ginjal (nefrolithiasis) merupakan faktor pencetus
awal terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis dapat
menimbulkan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung
kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat
pada parenkim ginjal (Nahdi, 2013)
2. Klasifikasi
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade
hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi
kaliks berbentuk Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk
flattening, alias mendatar
c. Hidronefrosis Derajat 3

3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa
adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias
menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan
forniks tumpul)
d. Hidronefrosis Derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang.
Tanda signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices
berbentuk ballooning alias menggembung.
3. Etiologi
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan
dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih
dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih
ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter

4
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran
Rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk
keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal
mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun
sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pele
baran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontrak
si otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan
otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang
menetap.
4. Patofisiologi
Obstruksi total akut ureter menyebabkan pelebaran mendadak dan
peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus
dan penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan
interstisium menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron
ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi
parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan
bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan
diatas menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal
progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-
bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat
menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan
insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang
keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila
renalis akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis
ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali
sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar

5
pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis
biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya
berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi.
Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal
kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus
(poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya
batu saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut
dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan
secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut
tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila
tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk
kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).

6
Gambar 4.1 : WOC Hidronefrosi

kehamilan Tumor, obat-obatan, Congenital, Vesiko


obtsruksi
pembedahan edema, infeksi ureteral refluk

Penyempitan Penyempitan Refluk urin dari kandung


Perubahan hormone
saluran kemih ureter kemih ke ureter lalu ke
Pembesaran uterus ginjal

Dilatasi ureter

GFR Penekanan
ureter

Retensi Na, Ca
dan Protein Obstruksi Aliran Urin Tekanan saluran kemih

Hipertensi Kolik renalis


HIDRONEFROSIS

7 Mk : Nyeri Akut
Unilateral Bilateral

Refluk urin ke ginjal GagalCairan


Rehidrasi Ginjal
Kegagalan membuang Terapi pembedahan Inadekuat
limbah metabolik
Mk : gangguan pola eliminasi
urin
Edema
Ureum dalam darah Bekas luka iritasi

Akumulasi urin pada kolik ginjal Mk : kelebihan


volume cairan
Racun dalam darah Kuan masuk tubuh

Kontaminasi ginjal

GI test
Metabolik

Disuria, menggigil, demam


Ireum dan HCI lambung
Prostaglandin

Mual dan muntah Mk : Resiko


infeksi Mk : Hipertermi

Mk : Ketidakseimbangan
Nutrisi
8
5. Manifestasi Klinis
Hidronefrosis dapat berkembang secara mendadak maupun
perlahan. Gejala yang ringan dapat berupa sering mengeluarkan urin
dan meningkatnya keinginan membuang urin. Sejumlah gejala lain
yang menyertai pembengkakan ginjal atau hidronefrosis adalah :
a. Rasa sakit pada perut dan panggul
b. Mual, muntah
c. Tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
d. Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, urine berwarna
gelap, aliran urin kecil, menggigil, lemah, dan rasa terbakar saat
mengeluarkan urin.
e. Aliran urin berkurang
f. Hematuria
g. Refluk urin ke ginjal
h. Edema
i. Hipertensi
j. Kolik renalis
k. Hipotermia
6. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat
menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a. Batu ginjal
b. Sepsis
c. Hipertensi renovaskuler
d. Nefropati obstruktif
e. Infeksi
f. Pielonefritis
g. Ileus paralitik

9
7. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab
dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan
dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam
kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan
untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi
ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka
nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare,
2002).
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri
yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau
abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat

10
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan
kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali
di sisi kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada
hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik.
c)  Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan  medis yang diberikan kepada klien
hidronefrosisi, diantaranya :
a. Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosis yang disebabkan karena
adanya obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak
memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian
bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan
anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal.
Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter
melalui kulit bagian belakang (panggul)  ke dalam ginjal. Tujuan
dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau pengumpulan
urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang menghalangi
keluarnya urin.
b.  Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli
yang menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar
tubuh ke area ginjal.  ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang
dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk
selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag
yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau
sinar laser.

11
c. Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan
minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat
batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai
system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang
tinggi.
d. Stent ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar
dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin
pada penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang
terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan
lentur.
8. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria
mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung
jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter
dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain
itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam
kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat
untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi
dapat bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya
berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis
dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan
dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal

12
merupakan penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi
berdasarkan temuan IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi
ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan
sangat baik pada CT Scan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Agama
5) Suku/ Bangsa
6) Alamat
7) Pekerjaan
8) Nomor Register
9) Tanggal MRS
10) Tanggal Pengkajian
11) Diagnosa Medis
b. Biodata Penanggungjawab
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Agama
5) Pekerjaan
6) Pendidikan
7) Status Perkawinan
8) Suku Bangsa
9) Alamat

13
c. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
1) Keluhan MRS
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah
perut bagian bawah tembus pinggang
2) Keluhan saat Pengkajian
Keluhan yang dirasakan biasanya Nyeri
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat
ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit,
nyeri saat berkemih, nyeri panggul
e. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit
batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan
kongenital
f. Riwayat Kesehatan keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal
herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
g. Riwayat Psikososial san Status Spiritual
1) Riwayat Psikologis
2) Aspek Sosial
3) Aspek Spiritual/ Sistem Nilai Kepercayaan
h. Pola Kebiasaan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
mual dan muntah
a) Sebelum Sakit
b) Saat Sakit
2) Pola Eliminasi
a) Buang Air Besar
(1) Sebelum Sakit
(2) Saat Sakit
b) Buang Air Kecil
Penurunan frekuensi, oligurim, anuria,
perubahan warna urin
(1) Sebelum Sakit
(2) Saat Sakit
i. Pola Kebersihan diri

14
1) Sebelum Sakit
2) Saat Sakit
j. Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain
Kelelahan, kelemahan, malaise
1) Sebelum Sakit
2) Saat Sakit
k. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum Sakit
2) Saat Sakit
l. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Keadaan Sakit
b) Tanda – tanda Vital
Tensi :
Nadi :
RR :
Suhu :
BB :
TB :
2) Pemeriksaan Cepalo Caudal
a) Kepala dan Rambut
b) Hidung
c) Telinga
d) Mata
e) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
f) Leher dan Tenggorokan
g) Dada/ Thorak
(1) Pemeriksaan Paru
(a) Inspeksi
(b) Palpasi
(c) Perkusi
(d) Auskultasi
(2) Pemeriksaan Jantung
(a) Inspeksi
(b) Palpasi
(c) Perkusi
(d) Auskultasi

15
(3) Payudara
(a) Inspeksi
(b) Palpasi
h) Pemeriksaan Abdomen
(1) Inspeksi : perut datar, tidak ada benjolan
(2) Auskultasi : bising usus biasanya dakam
batas normal
(3) Palpasi : timpani seluruh lapang abdomen
(4) Perkusi : ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba masa

Pada pasien dengan hidronefrosis berat,


palpasi ginjal dapat teraba. Dengan
hidronefrosis bilateral, edema ekstermitas
bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebal pada
satu sisi yang terkena sering lembut. Adanya
kembung pada kandung kemih yang teraba
jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi
saluran kemih

i) Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot


j) Genetalia dan Anus
k) Pemeriksaan Neurologi
m. Pemeriksaan Penunjang
n. Penatalaksanaan
o. Harapan Klien/ Keluarga sehubungan dengan Penyakitnya

Jembrana, 08 Agustus 2020

Mahasiswa

16
2. DIAGNOSA
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Obstruksi Aliran Urin
ditandai dengan kolik renalis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Mual dan muntah ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient
c. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan refluk urin
ke ginjal ditandai dengan obstruksi anatomic
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan Kontaminasi ginjal
ditandai dengan disuria, menggigil, dan edema
e. Hipertermi berhubungan penyakit ditandai dengan kulit
kemerahan akibat lokasi luka iritasi
f. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi ditandai dengan edema

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut berhubungan NOC  Lakukan pengkajian nyeri
         Pain Level, secara komprehensif termasuk
dengan Obstruksi Aliran
         Pain control lokasi, karakteristik, durasi,
Urin ditandai dengan          Comfort level frekuensi, kualitas dan factor
kolik renalis presipitasi
Setelah dilakukan tindakan  Observasi reaksi nonverbal
keperawatan selama......pasien dari ketidaknyamanan
tidak mengalami nyeri dengan
 Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil : terapeutik untuk mengetahui
         Mampu mengontrol pengalaman nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab  Control lingkungan yang dapat
nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti
menggunakan tehnik suhu ruangan, pencahayaan
nonfarmakologi untuk
dan kebisingan
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)  Pilih dan lakukan penanganan
         Melaporkan bahwa nyeri (farmakologi, non
nyeri berkurang dengan farmakologi dan inter
menggunakan personal)
manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non
         Mampu mengenali
farmakologi (napas dalam,
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda kompres hangat atau dingin)
nyeri)  Memposisiskan klien untuk

17
         Menyatakan rasa memberikan rasa nyaman
nyaman setelah nyeri  Tingkatkan istirahat
berkurang  Kolaborasi : Pemberian
Analgesik sesuai indikasi
 Monitoring vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
Ketidakseimbangan NOC :  Kaji adanya alergi makanan
         Nutritional Status :  Kolaborasi dengan ahli gizi un
nutrisi kurang dari
         Nutritional Status : tuk menentukan jumlah kalori
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake dan nutrisi yang
         Nutritional Status: dibutuhkan pasien
berhubungan dengan
nutrient Intake  Yakinkan diet yang dimakan 
Mual dan muntah          Weight control mengandung tinggi serat untuk 
ditandai dengan mencegah konstipasi
Setelah dilakukan tindakan  Ajarkan pasien bagaimana
ketidakmampuan untuk keperawatan selama......nutrisi membuat catatan makanan
kurang teratasi dengan harian.
mengabsorpsi nutrient
 Monitor adanya penurunan BB
Kriteria Hasil : dan gula darah
         Adanya peningkatan  Monitor lingkungan
berat badan sesuai selama makan
dengan tujuan
 Jadwalkan pengobatan dan
         Berat badan ideal
tindakan tidak
sesuai dengan tinggi
selama jam makan
badan
 Monitor turgor kulit
         Mampu
mengidentifikasi  Monitor kekeringan, rambut
kebutuhan nutrisi kusam, total protein,
         Tidak ada tanda- Hb dan kadar Ht
tanda malnutrisi  Monitor mual dan muntah
         Menunjukkan  Monitor pucat, kemerahan,
peningkatan fungsi dan kekeringan jaringan
pengecapan dan konjungtiva
menelan  Monitor intake nuntrisi
         Tidak terjadi  Informasikan pada klien dan
penurunan berat badan keluarga tentang manfaat
yang berarti nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan
anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemi
k, hipertonik papila lidah dan

18
cavitas oval
Retensi Urine NOC  Observasi status hidrasi
berhubungan dengan (kelembaban membran
Circulation status
mukosa, TD ortostatik, dan
sumbatan saluran Electrolic and Acid Base
Balanced keadekuatan nadi)
perkemihan ditandai  Moniotor HMT, Ureum,
Fluid Balanced
dengan peningkatan rasio Hidration albumin, total proten, serum
Tissue Prefusion : renal osmolalitas, dan urin
ureum
Urinari elimination  Pbservasi tanda-tanda cairan
berlebih/retensi (CVP
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama........ meningkat, oedem, distensi
ketidakefektifan perfusi vena leher dan asites)
jaringan renal teratasi dengan  Pertahankan intake output
secara akurat
Kriteria Hasil :  Monitor TTV
Tekanaan Darah dalam batas  Timbang BB sebelum dan
normal (90-120/60-90
sesudah prosedur
mmHg)
Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat,
dan Biknat dalam batas
normal
Tidak ada distensi vena leher
Tidak ada oedem perifer dan
asites
Tidak ada rasa haus yang
abnormal
Membran mukosa lembab
Hematokrit dbn
Warna dan bau urin dalam batas
normal
Resiko Infeksi NOC  Alokasikan kesesuaian luas
         Immune Status ruang per pasien
berhubungan dengan
         Knowledge :
 Bersihkan lingkungan dengan
Kontaminasi ginjal Infection control
         Risk control baik setelah digunakan untuk
ditandai dengan disuria, setiap pasien
menggigil, dan edema Setelah dilakukan asuhan  Batasi jumlah pengunjung
keperawatan selama...... pasien  Anjurkan cara cuci tangan bagi
tiak mengalami infeksi dengan tenaga kesehatan, pasien dan
keluarga
Kriteria Hasil:
         Klien bebas dari  Cuci tangan sebelum dan
tanda dan gejala infeksi sesudah kegiatan perawatan
         Mendeskripsikan pasien
proses penularan  Pastikan teknit perawatan luka
penyakit, faktor yang yang tepat
mempengaruhi  Tingkatkan asupan nutrisi
penularan serta
yang tepat
penatalaksanaannya
         Menunjukkan  Dorong asupan cairan yang
sesuai

19
kemampuan untuk  Dorong untuk beristirahat
mencegah timbulnya  Kolaborasi pemberian
infeksi
antibiotik yang sesuai
         Jumlah leukosit
dalam batas normal  Ajarkan pasien dan keluarga
         Menunjukkan mengenai tanda dan gejala
perilaku hidup sehat infeksi dan cara menghindari
infeksi
 Tingkatkan intake nutrisi
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik/lokal
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya luka
Hipertermi berhubungan NOC  Monitor suhu sesering
penyakit ditandai dengan mungkin
Thermoregulation
 Monitor warna dan suhu kulit
kulit kemerahan akibat
Setelah dilakukan tindakan  Monitor tekanan darah, nadi,
lokasi luka iritasi dan RR
keperawatan selama......pasien
menunjukkan Suhu tubuh dalam  Monitor penurunan tingkat
batas normal dengan kesadaran
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Monitor intake dan output
Kriteria Hasil:
         Suhu tubuh dalam  Berikan antipiretik
rentang normal (36,5-  Kelola antibiotik
37,5)  Selimuti pasien
         Nadi (60-  Berikan cairan IV
100x/menit) dan RR  Kompres pasien pada lipatan
(16-24x/menit) dalam paha dan aksila
rentang normal
 Tingkatkan sirkulasi udara
         Tidak ada
perubahan warna kulit  Tingkatkan intake cairan dan
dan tidak ada pusing nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhum dan
RR
 Monitor adanta hidrasi seperi
turgor kulit, kelembaban,
membran mukosa
Kelebihan Volume NOC  Pertahankan catatan intake dan
         Electrolit and acid output yang akurat
Cairan berhubungan
base balance
 Pasang urin kateter jika
dengan gangguan          Fluid balance
         Hydration diperlukan
mekanisme regulasi  Monitor hasil lab yang sesuia
ditandai dengan edema Setelah dilakukan tindakan dengan retensi cairan (BUN,
keperawatan selama......pasien Hmt, osmolalitas urin)
menunjukkan kelebihan volume  Monitor vital sign
cairan teratasi dengan

20
 Monitor indikasi
Kriteria Hasil : retensi/kelebihan cairan
         Terbebas dari
(cracles, CVP, edema, distensi
edema, efusi, anaskara
         Bunyi nafas bersih, vena leher, asites)
tidak ada  Kaji luas dan lokasi edema
dvspneu/ortopneu  Monitor masukan
         Terbebas dari makanan/cairan
distensi vena jugularis,  Monitor status nutrisi
reflek hepatojugular (+)  Kolaborasi pemberian diuretik
         Memelihara tekanan
vena sentral, tekanan  Monitor berat badan
kapiler paru, output  Monitor elektrolit
jantung dan vital sign  Monitor tanda dan gejala
dalam batas normal edema
         Terbebas dan
kelelahan, kecemasan
atau kebingungan
         Menjelaskan
indikator kelebihan
cairan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry
(2005). Tahapannya yaitu :
a. Mengkaji kembali klien/klien.
b. Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada.
c. Melakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan. Adapun tahapannya, yaitu :
a. Membandingkan respon klien dengan kriteria.
b. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi.
c. Memodifikasi rencana asuhan.
d. Syarat Dokumentasi Keperawatan (Potter & Perry (2005).

21
Evaluasi keperawatan ini akan dicatat dan disesuaikan dengan setiap
diagnose keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan
meliputi data subjektif (S) dan objektif (O), analisa permasalahan (A)
yang dialami klien berdasarkan data S dan O, serta perencanaan ulang
(P) berdasarkan hasil analisa diatas.

C. Asuhan Keperawatan Hydronefrosis


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
Nama : Tm. K
Umur : 60 Tahun
Suku / bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : WI Prapai rt14 rw03 Pasuruan Nguling
Status perkawinan : Nikah
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.H
Umur : 40 Tahun
Suku / bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Wl Prapai rt 14 rw 03 Pasuruan Nguling
Status perkawinan : Nikah
3) Keluhan Utama
Nyeri pada daerah perut dan pinggang
4) Riwayat kesehatan Sekarang
BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah
perut dan pinggang sejak 10 hari yang lalu. Nyeri

22
bertambah berat saat duduk ketika mengendarai
motor. Klien juga mengelu BAK sedikit dan jarang.
Klien juga mengatakan tidak nafsu makan dan
minum. Skala nyeri dari pengkajian PQRST : P
(pasien mengatakan nyeri saat beraktivitas dan nyeri
berkurang saat pasien tidur), Q (klien merasa nyeri
pada abdomen bagian bawah yang dirasakan dan
hilang timbul), R (nyeri dirasakan abdomen kanan
bawah), S (6), T (hilang timbul sewaktu-waktu)
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan jida tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit seperti klien dan tidak ada
penyakit keturunan
6) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita
penyakit seperti yang diderita sekarang dan klien
tidak pernah dirawat dirumah sakit.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran : composmentis
3) Tekanan darah : 130/90 mmHg
4) Respirasi : 24x /menit
5) Nadi : 110x /menit
6) Suhu : 38,1 ͦC
7) Tinggi badan : 169 cm
8) Berat badan : 49 kg
9) Kepala dan rambut : rambut berantakan, persebaran
rambut rata, bersih tidak ada pembengkakan
10) Mata : Simetris, konjungtiva anemis, respon cahaya
pupil isokor +/+ dengan diameter 2 mm, skera tidak
ikterik dan sering berair, ekspresi wajah tampak
meringis dan gelisah dengan skala nyeri 6

23
11) Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak
mengalami sinusitis, dan tidak ada nyeri tekan
12) Mulut dan tenggorokan : Mulut mukosa bibir
kering, tidak ada stomatitis pada dan geraham
berfungsi dengan baik, tidak ada karises
13) Telinga : Tidak mengalami penurunan pendengaran,
telinga bersih, dan tidak ada serumen
14) Leher : Inspeksi :Tidak mengalami pembesaran
kelenjar tiroid. Palpasi:Tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada kaku kuduk.
15) Paru-paru : I:Pergerakan dada teratur. P:Vocal
fremitus kanan / kiri sama. P:Sonor. A:Tidak ada
suara nafas tambahan ronchi/ wheezing
16) Sirkulasi Jantung : I:Ictus cordis tidak tampak.
P:Ictus cordis teraba di ICS 5- 6 midclavicula
sinistra. P:Pekak. A:S1 dan S2 tunggal (lup-dup)
17) Abdomen : I: tidak ada oedem, bentuk perut
cekung. A:Bising usus 8x /menit. P:Adanya nyeri
tekan pada kanan bawah. P:Suara tympani.
18) Genetalia : oliguri, hematuri (BAK bercampur
darah), PH 9.
19) Perineum dan anus : Tidak ada oedem dan tidak ada
luka jahitan
20) Ekstremitas. Atas : simetris, tidak ada edema,
terpasang infus ditangan kanan, akral hangat.
Ekstermitas Bawah : simetris, reflek patella (+/+),
tidak ada edema pada kaki
21) Sistem Pencernaan : Mual (+) muntah (+), tidak
nafsu makan, mukosa kering.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Urinailis : pH 9 dan adanya darah

24
2) USG Abdomen : nampak adanya striktur pada
uretra
3) Darah : BUN (25 mg/dL), Cretanin (2 mg/dL),
Kalium (6 mEq/L)
3. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS : Obstruksi Aliran Urin Nyeri Akut
 Pasien merasakan adanya nyeri
pada daerah perut dan punggung
yang dirasakan hilang timbul Penyempitan saluran
sejak 10 hari yang lalu kemih
 Klien mengatakan jika nyeri
semakin bertambah ketika duduk
saat mengendarai motor Penumpukan Urin
DO :
 Pasien nampak meringis
 Klien terlihat lemah Kloik renalis

 Hasil PQRST
P (pasien mengatakan nyeri saat
beraktivitas dan nyeri berkurang Nyeri

saat pasien tidur), Q (klien


merasa nyeri pada abdomen
bagian bawah yang dirasakan dan
hilang timbul), R (nyeri dirasakan
abdomen kanan bawah), S (6), T
(hilang timbul sewaktu-waktu)

 TTV : Tekanan darah : 130/90


mmHg, Respirasi : 24x /menit,
Nadi : 110x /menit, Suhu : 38,1 ͦC

DS : Hidronefrosis Ketidakseimbangan

25
 Pasien mengatakan tidak nafsu nutrisi kurang dari
makan kebutuhan tubuh
 Pasien mengakatakan selalu ingin Kegagalan membuang
muntah ketika makan limbah metabolik
DO :
 BB awal 59 Kg, BB sekarang 49
Kg Ureum dalam darah

 Porsi makan tidak habis


 Tampak lemas, nafsu makan
menurun Racun dalam darah

 Mual dan muntah

Ureum dan HCl


meningkat

Mual, muntah

Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
DS : Hironefrisis Retensi Urine
 Pasien mengeluh sulit untuk
BAK
DO : Refluks urin ke ginjal
 Terjadi penurunan jumlah urin
 Pasien nampak tidak dapat
mengatur jadwal pengeluaran Retensi urin
urinnya
 BUN : 25 mg/dL. Cretanin : 2
mg/dL. Kalium : 6 mEq/L

26
4. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d Obstruksi Aliran Urine
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya intake makanan
c. Retensi urin b.d penyempitan ureter

5. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut berhubungan NOC  Lakukan pengkajian nyeri
         Pain Level, secara komprehensif
dengan Obstruksi Aliran
         Pain control termasuk lokasi,
Urine          Comfort level karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor
Setelah dilakukan tindakan presipitasi
keperawatan selama......pasien tidak  Observasi reaksi nonverbal
mengalami nyeri dengan dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil :
         Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab nyeri, pengalaman nyeri pasien
mampu menggunakan tehnik  Control lingkungan yang
nonfarmakologi untuk dapat mempengaruhi nyeri
mengurangi nyeri, mencari seperti suhu ruangan,
bantuan)
pencahayaan dan kebisingan
         Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan  Pilih dan lakukan
menggunakan manajemen penanganan nyeri
nyeri (farmakologi, non
         Mampu mengenali nyeri farmakologi dan inter
(skala, intensitas, frekuensi personal)
dan tanda nyeri)
 Ajarkan tentang teknik non
         Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang farmakologi (napas dalam,
kompres hangat atau dingin)
 Memposisiskan klien untuk
memberikan rasa nyaman
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi : Pemberian
Analgesik sesuai indikasi
 Monitoring vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama
kali
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC :

27
kurang dari kebutuhan          Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan
         Nutritional Status : food  Kolaborasi dengan ahli gizi u
tubuh berhubungan dengan and Fluid Intake ntuk menentukan jumlah kal
kurangnya intake makanan          Nutritional Status: ori dan nutrisi yang
nutrient Intake dibutuhkan pasien
         Weight control  Yakinkan diet yang dimakan 
mengandung tinggi serat unt
Setelah dilakukan tindakan uk mencegah konstipasi
keperawatan selama......nutrisi  Ajarkan pasien bagaimana
kurang teratasi dengan membuat catatan makanan
harian.
Kriteria Hasil :  Monitor adanya penurunan
         Adanya peningkatan BB dan gula darah
berat badan sesuai dengan  Monitor lingkungan
tujuan selama makan
         Berat badan ideal sesuai
 Monitor turgor kulit
dengan tinggi badan
 Monitor kekeringan, rambut
         Mampu mengidentifikasi
kusam, total protein,
kebutuhan nutrisi
Hb dan kadar Ht
         Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi  Monitor mual dan muntah
         Menunjukkan  Monitor pucat, kemerahan,
peningkatan fungsi dan kekeringan jaringan
pengecapan dan menelan konjungtiva
         Tidak terjadi penurunan  Monitor intake nuntrisi
berat badan yang berarti  Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan
anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperem
ik, hipertonik papila lidah da
n cavitas oval
3 Retensi urin berhubungan NOC  Observasi status hidrasi
dengan penyempitan ureter (kelembaban membran
Circulation status
mukosa, TD ortostatik, dan
Electrolic and Acid Base Balanced
Fluid Balanced keadekuatan nadi)
Hidration  Moniotor HMT, Ureum,
Tissue Prefusion : renal albumin, total proten, serum
Urinari elimination osmolalitas, dan urin
 Observasi tanda-tanda cairan
Setelah dilakukan asuhan berlebih/retensi (CVP

28
keperawatan selama........ meningkat, oedem, distensi
ketidakefektifan perfusi jaringan vena leher dan asites)
renal teratasi dengan
 Pertahankan intake output
Kriteria Hasil : secara akurat
Tekanaan Darah dalam batas normal  Monitor TTV
(90-120/60-90 mmHg)  Timbang BB sebelum dan
Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat, dan sesudah prosedur
Biknat dalam batas normal
Tidak ada oedem perifer dan asites
Tidak ada rasa haus yang abnormal
Membran mukosa lembab
Hematokrit dbn
Warna dan bau urin dalam batas
normal

6. Implementasi
No Implementasi
DX
1 a. Melakukan pengkajian nyeri PQRST
b. Mengobservasi reaksi pasien
c. menggunakan komunikasi terapeutik saat mengkaji pasien
d. Mengkontrol lingkungan
e. Mengajarkan pada pasien dan keluarga teknik nafas dalam dan kompres hangat atau dingin
untuk meredakan nyeri
f. Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat
g. Mengkolaborasikan pemberian analgetik dengan dokter
h. Selalu memonitor vital sign
2 a. Mendata alergi makanan pada pasien
b. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk meningkatkan intake makanan yang tinggi serat
c. Membantu pasien membuat catatan makan
d. Memonitor BB dan gula darah pasien
e. Memonitor lingkungan
f. Memonitor turgor kulit
g. Memonitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
h. Memonitor mual dan muntah
i. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
j. Memonitor intake nutrisi
k. Memberitahu kepada pasien dan keluarga manfaat nutrisi

29
l. Mengatur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
m.Memberikan obat antimetik
n. Menganjurkan banyak minum
3 a. Mengobservasi status hidrasi pasien
b. Memoniotor HMT, Ureum, albumin, total proten, serum osmolalitas, dan urin
c. Mengobservasi cairan berlebih
d. Mempertahankan intake output
e. Monitor TTV
f. Memonitor berat badan

7. Evaluasi
Diagnose keperawatan Catatan perkembangan
Nyeri akut b.d Obstruksi Aliran Urine S : pasien mengatakan jika nyeri sudah berkurang
dengan skala 1-2 dari skala awal 6
O : pasien terlihat baik dan tidak berekspresi
meringis seperti menahan sakit, TTV : TD: 130/90
mmHg, RR: 24x /menit, Nadi : 110x /menit, Suhu :
38,1 ͦC
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S : Keluarga mengatakan nafsu makan pasien
kebutuhan tubuh b.d kurangnya intake meningkat dari sebelumnya walaupun hanya habis
makanan setengah porsi
O : pasien terlihat segar
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Retensi urin b.d penyempitan ureter S : pasien mengatakan sudah bisa lancer saat BAK
O : pasien terlihat sering kekamar mandi dan
terlihat baik
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB III
PENUTUP

30
A. Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan
balik terhadapginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan
normal, air kemih mengalirdari ginjal dengan tekanan yang sangat
rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, airkemih akan mengalir kembali ke
dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulusrenalis) dan ke dalam
daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal iniakan
menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal
yangrapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat
akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya. (Purnomo, 2011).
B. Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan hydronefrisis
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru
(inovatif) dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.
2. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab hydronefrisis
b. Meningkatkan kebiasaan intake air putih minimal 2-2,5 L
perhari.
3. Bagi Instansi/ Rumah Sakit
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
bagi pasien hydronefrisis
b. Meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis dalam
menghadapi kasus hydronefrisis

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Febyana. 2016. Askep Hydronefrosis.

31
http://klikfebyanadwi.blogspot.com/2016/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html (di akses 02 Agustus 2020)

TF, Nahdi. (2013). NEFROLITHIASIS DAN HIDRONEFROSIS SINISTRA DENGAN


INFEKSI SALURAN KEMIH ATAS. Medula, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Justitia, Ica, dkk. (2017). HINDRONEFROSIS BERAT KANAN YANG DISEBABKAN


OLEH DUPLIKASI PELVIS-URETER TIPE LENGKAP DENGAN STENOSIS
URETEROVESIKAL JUNCTION

NANDA. (2015). Buku Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis. Jakarta: EGC

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-


2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai