DI RUANG FLAMBOYAN 8
RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah
Clinical Teacher : Rendi Editya D, S Kep., Ns.M.Kep
Clinical Instructure : Prita Indrayani, S.Kep.,Ns
Disusun oleh :
Suzahra Khoirunisya
P27220023320
2. ETIOLOGI
- MELENA
a) Adanya luka atau pendarahan di lambung atau usus
b) Tukak lambung
c) Wasir
d) Disentri
e) Minuman beralkohol
3. PATOFISIOLOGI
- MELENA
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum
serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan
dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan
membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena
ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi
berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan,
penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel
akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan terbentuk asam
laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh
sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut
akan mengalami kegagalan (Irwandi & Harahap, 2022)
4. PATHWAY
6. PENATALAKSANAAN
- MELENA
1) Medis
a) Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita
perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan
SB tube dilakukan sesudaah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tsb, cara pemasangannya cara dan
kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan
selama pemasangan.
b) Tindakan operasi Bila usaha penanggulangan perdarahan diatas
mengalami kegagalaan dan perdarahan tetap berlangsung,
maka dapat dilakukan tindakan operasi.
2) Keperawatan Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk
mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih
baik. Pengobatan meliputi :
a) Tirah baaring
b) Diit makanan lunak
c) Pemeriksaan Hb, Ht
d) Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas
e) Pemberian cairan IV untuk mencegah dehidrasi 6) Pengawasan
thd TD, N dan kesadaran bila perlu pasang CVP
f) Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal
g) Pemberian obat hemostatik seperti Vit K
h) Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik
yang tidak diserap usus.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- MELENA
a) Pemeriksaan tinja
Makroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula,
biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare terhadap berbagai
antibiotika (pada diare persisten persisten).
b) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan
darah rutin berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit,
pemeriksaan hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya
kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang
adanya sirosis hati, pemeriksaan fungsi ginjal untuk menyingkirkan
adanya penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya infeksi
Helicobacter pylori.
c) Pemeriksaan esofago gastro duodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena
dapat memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau
penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan
duodenum
d) Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini
dilakukan atas dasar dilakukan atas dasar urgensinya dan keadaan
kegawatan.
e) Angiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna
yang tersembunyi dari visual endoskopik.
8. KOMPLIKASI
- MELENA
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yng ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume
intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel.
Gagal ginjal akut terjadi sebagai akibat dari syok dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
b. Anemia
Anemia karena perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah
merah sel darah merah atau jumlah hemog jumlah hemoglobin.
Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari anemia. Jika
kehilangan darah, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar
pembuluh jaringan diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk
menjaga agar pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi
encer dan persentase sel darah merah berkurang.
c. Koma hepatik
Suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditndai dengn perubahan
kesadaran, intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai
kelainan parenkimbhati.
d. Aspirasi
pneumoni Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke
saluran napas. saluran napas.
e. Anemi posthemoragik Cepat lelah Intoleransi Aktivitas Resiko
syok Kurang Volume cairan Kehilangan Kehilangan darah yang
mendadak mendadak dan tidak disadari.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah : Hb menurun / rendah
2) SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan.
3) Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
4) Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan
turun.
5) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
6) Peninggian kadar gula darah.
7) Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
b. Radiologi
1) USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
2) Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
3) Angiografi untuk pengukuran vena portal
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen (D.0077)
b. Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif b.d Perdarahan
gastrointestinal (D.0009)
c. Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif (D.0003)
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
(D.0019)
e. Risiko syok berhubungan dengan hypovolemia (D.0039)
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan
cairan (D.0037)
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Untuk intervensi pada masalah keperawatan yang ditemukan pada klien Tumor
Mammae, intervensi dapat disesuaikan denganmenggunakan acuan SLKI dan
SIKI.
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN HASIL
Nyeri (akut) b.d Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
agen pencedera Setelah dilakukan asuhan Observasi
fisiologis (D.0077) keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi,
jam, diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Nyeri berkurang dari 4 intensitas nyeri (PQRST)
menjadi 2 2. Identifikasi respon nyeri non
2. Meringis berkurang dari 4 verbal
menjadi 2 Teraupetik
3. Sikap protektif berkurang 1. Ajarkan teknik non-
dari 4 menjadi 2 farmakologi untuk
4. Gelisah berkurang dari 5 mengurangi nyeri (teknik
menjadi 2 relaksasi nafas dala
5. Frekuensi nadi normal 70- Edukasi
120x/menit 1. Edukasi pada klien dan keluarga
terkait penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian analgetik
Risiko perfusi Perfusi perifer (L.02011) Perawatan sirkulasi (I.02079)
gastrointestinal
Setelah dilakukan asuhan Observasi
tidak efektif b.d Keperawatan selama 3x8jam,
Perdarahan diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi
gastrointestinal teratasi dengan kriteria hasil: perifer, edema, pengisian kapiler,
1. Denyut nadi perifer warna, suhu, ankle brachial index)
meningkat skala 5 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
2. Warna kulit pucat menurun sirkulasi (mis: diabetes, perokok,
skala 5 orang tua, hipertensi, dan kadar
3. Akral cukup membaik skala 5 kolesterol tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
4. Turgor kulit cukup membaik
atau bengkak pada ekstremitas
kala 5
5. Tekanan darah sistolik cukup Terapeutik
membaik skala 5
Tekanan darah diastolic
membaik skala 5
1. Hindari pemasangan infus, atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
b. Evaluasi hasil