Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH :

Fitria Rahmawati

P27220019156

3BD4 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURAKARTA

TAHUN 2022
I. MASALAH UTAMA

Defisit Perawatan Diri (DPD)

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian

Pewatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi


kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
sendiri (Direja, 2011). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis (Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah ( Direja, 2011)
menjelaskan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Menurut Nurjannah (Dermawan, 2013) Defisit perawatan diri adalah


gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas perawatan diri
seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting. Defisit perwatan
diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan
penampilan tidak rapi.

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, 2015). Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami hambatan atau gangguan dalam kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti
mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk diri sendiri. (Wilkinson,
2007 dalam Tumanduk dkk, 2018). Defisit perawatan diri menurut Orem
adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan perawatan diri secara
adekuat sehngga dibutuhkan beberapa system yang dapat membantu klien
memenuhi kebutuhannya. (Erlando, 2019).

B. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :

1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiataan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Menurut Yusuf (2015) dalam Khasyanah (2020) untuk mengetahui


apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan
gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai berikut:

1. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,


kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias atau berdandan ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak
berdandan.

3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan


ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.

4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB


atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.

C. Etiologi

Menurut Depkes (Dermawan, 2013), penyebab defisi perawatan diri


adalah :

1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes
(Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:

a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat


mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
c. Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
D. Akibat
Dampak fisik gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan
intregasi kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga. Dampak psikososial masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygiene adalah gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan
cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial. (Damaiyanti, 2012 dalam Khasyanah, 2020)
E. Proses Terjadinya Masalah
Menurut Purwanto (2015), kurangnya perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
(BAB/BAK) secara mandiri.
III. POHON MASALAH DAN MASALAH KEPERAWATAN
A. POHON MASALAH

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU


DIKAJI
1. Masalah Keperawatan

Defisit Perawatan diri

a. Defisit perawatan diri: mandi

Ketidakmampuan melakukan pembersihan diri secara mandiri


dan mengakses kamar mandi

b. Defisit perawatan diri: berpakaian

Ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian


secara mandiri

c. Defisit perawatan diri: makan

Ketidakmampuan makan secara mandiri

d. Defisit perawatan diri: eliminasi/toileting


Ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri tugas yang
berkaitan dengan eliminasi fekal urine.
2. Data yang Perlu Dikaji

Data yang perlu dikaji pada klien dengan defisit perawatan diri
menurut (Direja, 2011) adalah :

a. Data subjektif
1) Pasien merasa malas untuk mandi karena airnya dingin
2) Klien merasa malas untuk berdandan
3) Klien mengatakan malas untuk makan karena tidak enak
4) Klien mengatakan malas untuk membersihkan alat kelamin
setelah BAB dan BAK
b. Data obyektif
1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku
panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut
acak- acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, laki-laki: tidak bercukur, perempuan: tidak berdandan.
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan megambil makanan sendiri, makan
berceceran, dan tidak pada tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya dan tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (T.Heather Herdman, 2018) Diagnosa yang muncul pada defisit


perawatan diri antara lain defisit perawatan diri mandi, berpakaian, makan
dan eliminasi.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Rencana keperawatan berdasarkan (NOC-NIC, 2013) adalah sebagai
berikut:
A. Defisit Perawatan Diri: Mandi
NOC Perawatan diri: Mandi (0701)
1. Mempertahankan kebersihan tubuh
2. Mencuci tubuh bagian atas dan bawah
3. Mengeringkan badan

NIC Memandikan (1610)


1. Kaji kemampuan mandi pasien
2. Bantu memandikan pasien sesuai dengan keinginan pasien
3. Kolaborasi dengan keluarga untuk memandikan

B. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian


NOC Perawatan diri: Berpakaian (0302)
1. Melepas pakaian bagian atas
2. Melepas pakaian bagaian bawah
3. Memakai pakaian bagian atas
4. Memakai pakaian bagian bawah

NIC Bantuan Perawatan Diri: Berpakaian (1802)


1. Memberikan bantuan dalam berpakaian sesuai kebutuhan
2. Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut
3. Jaga privasi pasien saat berpakaian
4. Kaji kemampuan dalam berpakaian
5. Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan bantuan kepada
pasien.

C. Intervensi dukungan perawatan diri menurut (PPNI, 2018) yaitu:


1. Observasi: identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia,
monitor tingkat kemandirian, identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berhias, berpakaian dan makan.
2. Terapeutik: sediakan lingkungan yang terapeutik, siapkan keperluan
pribadi, damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri,
fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan, fasilitasi
kemandirian, bamtu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri, jadwalkan rutinitas perawatan diri
3. Edukasi: anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
Sedangkan menurut (Keliat, 2011) tindakan yang dapat
dilakukan untuk pasien defisit perawatan diri terdiri dari:
1) SP 1 latih cara menjaga kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci
rambut), masukan pada jadwal kegiatan harian mandi dua kali sehari,
gosok gigi dua kali sehari, cuci rambut dua kali seminggu, berikan
pujian pada klien;
2) SP 2 latih cara berdandan atau berhias: berpakaian dan menyisir,
masukan pada jadwal kegiatan harian menyisir rambut dang anti baju
setelah mandi, berikan pujian pada klien
3) SP 3 latih cara makan dan minum dengan baik, masukan pada jadwal
kegiatan harian, berikan pujian pada klien;
4) SP 4 latih BAB/BAK yang baik, masukan pada jadwal kegiatan
harian, berikan pujian kepada klien.
Menurut (Erlando, 2019) Klien yang sudah bisa mengikuti dan
memunculkan perilaku yang baik setelah dilakukan terapi perlu diberi
penghargaan, dalam hal ini biasa disebut dengan token ekonomi. Token
ekonomi adalah bentuk dari reinforcement positif yang digunakan atau
diberikan kepada peserta terapi baik secara individu maupun kelompok
pasien. Reward ini diberikan secara konsisten kepada pasien yang berupa
tanda, poin atau tiket apabila klien dapat mengubah perilaku yang
ditargetkan berdasarkan kontrak di awal dan berdasarkan buku kerja,
target perilaku yang dapat dilakukan dan diberikan token ekonomi
seperti tentang kebersihan diri, menghadiri pertemuan yang disepakati.
D. Intervensi Pada Keluarga
Menurut (Keliat, 2019) tindakan keperawatan untuk keluarga
pasien defisit perawatan diri dengan tujuan keluarga diharapkan dapat
merawat pasien defisit perawatan diri di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif bagi pasien.
1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami
klien
3. Mendiskusikan cara merawat defisit perawatan diri dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien
4. Melatih keluarga untuk merawat defisit perawtan diri seperti yang
telah dilatih perawat pada klien
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga
yang mendukung: mengingatka klien, melakukan kegiatan bersama-
sama, memberi motivasi dan pujian
6. Menjelaskan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang
memerlukan rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan
kesehatan secara teratur.
Menurut (Yusuf, Rizky, 2015) untuk memantau kemampuan
pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik, maka Anda
harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda lakukan
antara lain sebagai berikut:
1. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
4. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati) e) Anjurkan keluarga untuk memberikan
pujian atas keberhasilan pasien dalam merawat diri
5. Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.
E. Evaluasi

1. Evaluasi Individu
Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan
peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti klien
mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku dengan benar dan bersih, mengganti pakaian
dengan pakaian bersih, membereskan pakaian kotor, berdandan
dengan benar, mempersiapkan makanan, mengambil makanan dan
minuman dengan rapi, menggunakan alat makan dan minum dengan
benar, pasien juga mampu BAB dan BAK pada tempatnya kemudian
membersihkan dengan bersih. Sedangkan menurut (Erlando, 2019)
Evaluasi yang dapat dilakuan adalah dengan evaluasi subyektif
dan obyektif akan dilakukan dan klien yang mampu melakukan
dengan baik akan diberi hadiah berupa token yang diberikan sesuai
kontrak kerja yang dilakukan. Klien sudah dibekali dengan
kemampuan untuk melawan pikiran dan perilaku negatif akan
beranjak ke sesi 3 untuk mulai memanfaatkan system pendukung
yang dimiliki misalnya seperti keluarga yang merawat klien.
Kemampuaan yang dimiliki klien akan di evaluasi di sesi 4
bagaimana klien merasakan manfaat setelah melakukan latihan
defisit perawatan diri.
2. Evaluasi pada keluarga
Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil
apabila keluarga dapat mengenal masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
defisit perawatan diri), menyediakan fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien, merawat dan membimbing pasien dalam
merawat diri: kebersihan diri, berdandan (wanita), bercukur (pria),
makan dan minum, BAB dan BAK, Follow up ke Puskesmas,
mengenal tanda kambuh dan rujukan (Keliat, B. A, Akemat, Helena
Novy, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Erlando, Robby. 2019. Defisit Perawatan Diri dan Terapi Kognitif Perilaku :
Studi Literatur. Arteri : Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1 No. 1 hlm. 94-
100. Diakses pada tanggal 11 September 2021 dari
http://arteri.sinergis.org/index.php/arteri/article/view/9.

Tumanduk, Freyti dkk. 2018. Hubungan Tingkat Kemampuan Perawatan Diri


dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Depresi di Bangsal Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol. 9
No. 1 hlm. 9-10. Diakses pada tanggal 11 September 2021 dari
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/download/302/294
.

Khasyanah, Santi Nur. 2020. Manajemen Defisit Perawatan Diri Pada


Skizofrenia. Magelang : Universitas Muhammadiyah Magelang. Diakses
pada tanggal 11 September 2021 dari
http://eprintslib.ummgl.ac.id/2426/1/1706010061_BAB%20I_BAB
%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh :

Fitria Rahmawati

P27220019156

3BD4 Keperawatan

PROGRAM D4 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

TAHUN 2022
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN
SP 1 DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

Masalah : Defisit Perawatan Diri


Pertemuan ke : I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Data Subyektif
Klien mengatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju.
b. Data Obyektif
Klien terlihat kotor, rambut tidak disisir, baju agak kotor, bau dan
menolak diajak mandi.

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri, kemudian memasukkannya kedalam jadwal kegiatan
harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi. Mbak, perkenalkan nama saya Fitria Rahmawati, Mbak
bisa memanggil saya Fitria. Saya perawat yang bertugas pada pagi hari
ini dari jam 07.00-14.00. Saya disini akan membantu menyelesaikan
masalah yang Mbak hadapi. Kalau boleh tau nama Mbak siapa ya?
Mbak Sania ya”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Mbak Sania saat ini ?”
“Apakah Mbak Sania sudah mandi ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah Mbak Sania, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang kebersihan diri? Apakah Mbak Sania bersedia?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 15
menit saja?”
1) Tempat
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Mbak ?
Bagaimana kalau di ruangan ini saja?”
2. Kerja
a. Masalah kebersihan diri
“Berapa kali Mbak Sania mandi dalam sehari? Menurut mbak apa
kegunaan mandi?“
“Apa alasan Mbak Sania sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut
mbak apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti
apa? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa
menurut Mbak Sania yang bisa muncul?“
“Sekarang apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau
kita mandi, cuci rambut, gosok gigi apa saja yang disiapkan? Benar
sekali, mbak perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun sikat
gigi, odol, shampo serta sisir. Wah bagus sekali, mbak bisa
menyebutkan dengan benar.”
b. Masalah berdandan
“Apa yang Mbak Sania lakukan untuk merawat rambut dan muka?
Kapan saja mbak menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa
tujuan kita sisiran dan berdandan?“
“Jadi bisakah Mbak Sania sebutkan alat yang digunakan untuk
berdandan? Betul, bagus sekali sisir, bedak dan lipstik.”
c. Masalah makan dan minum
“Berapa kali Mbak Sania makan sehari? Iya bagus mbak makan 3 kali
sehari. Kalau minum sehari berapa gelas mbak? Betul, minum 10 gelas
perhari. Apa saja yang disiapkan untuk makan? Dimana Mbak Sania
biasanya makan?“
“Bagaimana cara makan yang baik menurut mbak? Apa yang
dilakukan sebelum makan? Apa juga yang dilakukan setelah makan?”
d. Masalah BAB dan BAK
“Berapa kali mbak BAB sehari? Kalau BAK berapa kali? Dimana
biasanya Mbak Sania BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya?”
“Kita sudah bicara tentang kebersihan diri, berdandan, berpakaian,
makan dan minum serta BAB dan BAK.”
“Sekarang bisakah Mbak cerita bagaimana cara melakukan mandi,
keramas dan gosok gigi. Ya benar.”
“Pertama mbak bisa siram seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil
shampo gosokkan pada kepala Mbak Sania sampai berbusa lalu bilas
sampai bersih, selanjutnya ambil sabun, gosokkan diseluruh tubuh
secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat
gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah.”
“Gosok seluruh gigi mbak mulai dari depan ke belakang. Bagus lalu
kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh Mbak
Sania sampai bersih lalu keringkan dengan handuk.”
“Mbak Sania bagus sekali melakukannya. Selanjutnya mbak bisa
pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakukan
kebersihan diri?“
2) Evaluasi Obyektif
“Sekarang coba Mbak Sania ulangi lagi tanda-tanda bersih dan
rapi? Apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri, bagaimana cara
menjaga kebersihan diri? Bagus sekali mbak sudah menjawabnya
dengan benar. Bagaimana perasaan Mbak Sania setelah mandi?
Coba lihat dicermin, lebih bersih dan segar ya.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah mbak. Kalau mandi yang paling baik sehari berapa kali bu?
Ya bagus mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali
seminggu. Nanti mbak masukkan ke jadwal kegiatan harian mbak ya.”
“Bila mbak melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan
dengan bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah mbak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara berdandan. Apakah Mbak Sania bersedia?”
2) Waktu
“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam
08.00 Pagi selama 15 menit?”
1) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana jika sama
diruangan ini?”
“Baiklah sampai jumpa besok Mbak Sania, Selamat Pagi,
Terimakasih”
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KELUARGA

DEFISIT PERAWATAN DIRI ( DPD )

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan :1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
S:
a. Keluarga mengatakan klien malas mandi, tidak mau menyisir
rambut, tidak mau ganti pakaian, makan bececeran, tidak
membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK
O:
a. Badan bau dan kotor, rambut kusut dan berantakan, pakaian
tidak rapi, makan dan minum bececeran, tidak membersihkan
diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
a. Umum
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah
defisit perawatan diri
b. Khusus
1) Keluarga mampu mengungkapkan masalah dalam merawat
pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan tentang defisit perawatan diri
3) Keluarga mampu mengetahui cara merawat pasien dengan
masalah defisit perawatan diri
4) Keluarga mampu mempertahankan cara merawat pasien defisit
perawatan diri
5) Keluarga mampu membuat jadwal harian dari follow up pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mendiskusikan dengan keluarga masalah dalam merawat pasien di
rumah
c. Menjelaskan pada keluarga tentang defisit perawatan diri
d. Menjelaskan dan mengajarkan keluarga cara merawat pasien defisit
perawatan diri
e. Mengajarkan keluarga cara membuat jadwal harian dari follow
pasien

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP )


1. Orientasi
a. Salam
“Selamat pagimibu, perkenalkan saya Perawat Fitria. Saya adalah
perawat yang bertugas pada pagi hari ini. sebelumnya boleh tau
nama ibu siapa ? biasanya dipanggil apa ? Ibu Rita ya. Disini saya
yang bertugas merawat anggota keluarga ibu yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.”
b. Validasi
“ bagaimana perasaan Ibu Rita hari ini ?”
“ apakah ada keluhan selama merawat anggota Ibu Rita yang
mengalami defisit perawatan diri ?”
c. Kontrak
“ bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang
keadaan anggota keluarga Ibu Rita?
“Ibu mau berbincang-bincang dimana ?”
“ berapa menit ?”
2. Kerja
a. Membina hubungan saling percaya
“Ibu Rita disini kita akan berbincang-bincang mengenai masalah
yang dialami anggota keluarga ibu. Nanti Ibu Rita bisa
menceritakan semua permasalahan kepada saya dan yang ibu
sampaikan akan saya rahasiakan dan hanya dipergunakan untuk
urusan perawatan”.
b. Mendiskusikan dengan keluarga masalah dalam merawat pasien di
rumah
“ apa yang Ibu Rita ketahui tentang keadaan yang dialami oleh
anggota keluarga ibu ?”
“ketika Ibu Rita melakukan perawatan ke anggota keluarga, apa
masalah yang ibu alami ?”
“apakah Ibu Rita sudah memotivasi/ mengajak anggota keluarga
untuk merawat diri ?”
c. Menjelaskan pada keluarga tentang defisit perawatan diri
“defisit perawatan diri itu merupakan keadaan dimana seseorang
yang mengalami kelemahan atau gangguan dalam melakukan
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi, gosok gigi,
berdandan, makan, dan BAB/BAK”.
“tanda gejalanya seperti malas mandi, tidak mau menggosok gigi,
rambut kotor, badan bau”.
Menurut Ibu Rita apakah anggota keluarganya mengalami tanda
gejala seperti itu ?”
“disini anggota keluarga ibu sudah diajarkan tentang cara merawat
diri mulai dari mandi, keramas, menggosok gigi, berdandan,
makan, dan BAB/BAK”.
d. Menjelaskan dan mengajarkan keluarga cara merawat pasien
defisit perawatan diri
“ maka dari itu Ibu Rita, saya harapkan bisa untuk mengajarkan
cara merawat diri seperti mandi serta memotivasi anggota
keluarga Ibu yang mengalami gangguan defisit perawatan diri”.
“ apakah Ibu sudah bisa merawat anggota keluarga Ibu Rita cara
mandi yang baik ?”
“ bisa disebutkan alat-alat yang digunakan ?!”
“ mohon ibu bisa menyiapkan alat-alat mandi yang sudah ibu
sebutkan tadi ya”.
e. Mengajarkan keluarga cara membuat jadwal harian dari follow
pasien
“ tadi Ibu Rita sudah mengetahui cara merawat anggota keluarga
dan dapat menyiapkan alat-alatnya”.
“ jangan lupa Ibu untuk mengecek jadwal harian yang sudah ada
jika anggota keluarga Ibu belum melakukan atau belum mengisi
bisa diingatkan ya”.
3. Terminasi
a. Evaluasi
S : “ Bagaimana perasaan Ibu Rita setelah kita berbincang-bincang
tadi ?”
O : “Ibu Rita bisa sebutkan apa yang kita bicarakan tadi dari
pengertian, tanda gejala dan alat yang digunakan dalam merawat
anggota keluarga ?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu Rita bisa mengingatkan anggota keluarganya agar melakukan
perawatan diri ya”.
“ jangan lupa untuk selalu mengecek dan mengisi lembar kegiatan
harian ya”.
c. Kontrak
“ besok kita akan bertemu lagi untuk membahas mengenai cara
berdandan anggota keluarga Ibu Rita ya”.
“Ibu bisanya jam berapa ?”
“tempatnya dimana ?”
“ baik, saya akhiri untuk pertemuan kali ini. saya pamit ya Ibu
semoga anggota keluarga Ibu Rita segera sembuh.
Wasalamualaikum”.

Anda mungkin juga menyukai