2) Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri yaitu :
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
3. Dampak Defisit Perawatan Diri
Ada beberapa dampak yang sering timbul pada masalah defisit perawatan diri,
antara lain:
1) Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2) Psikologis :
(1) Malas, tidak ada inisiatif.
(2) Menarik diri, isolasi diri.
(3) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial :
(1) Interaksi kurang.
(2) Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma
(3) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat
7. Mekanisme Koping
Menurut Dermawan (2013) Mekanisme koping pada pasien dengan defisit
perawatan diri adalah sebagai berikut:
1) Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali, seperti
pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
2) Penyangkalan (Denial)
Melindungi diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan dengan menolak
menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti
menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui
kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
3) Menarik diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi
fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya:
menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
4) Intelektualisasi
Suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu keadaan
yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa sedih
karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya” atau
“sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan defisit perawatan diri menurut Herdman Ade
(2011) adalah sebagai berikut :
1) Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
2) Membimbing dan menolong klien perawatan diri
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung
4) BHSP (bina hubungan saling percaya)
2) Pohon Masalah
Isolasi Sosial : Menarik Diri
↑
Defisit Perawatan Diri
↑
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronis
3) Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan,
BAB/BAK (Yusuf, Rizky & Hanik,2015).
4) Rencana Intervensi
Defisit perawatan diri
Tujuan Umum: Klien dapat memelihara kesehatan diri secara mandiri
Tujuan Khusus:
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, klien bersedia
berjabat tangan, klien bersedia menyebutkan nama, ada kontak mata,
klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat, klien bersedia
mengutarakan masalah yang dihadapinya
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan sikap empati.
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif, analisis,
perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.