Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

OLEH

ERVINA PUTRI EFENDI


NIM : D.19.07.027

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN
Halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupan suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien seakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada (Keliat, 2016)
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar (Ma’rifatul, Azizah Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar,
2016).
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat
menetapkan masalah halusinasi antara lain
1. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
2. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara .
3. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut.
4. Membaui bau- bauan padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa
5. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
6. Merasakan sensasi rabaaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit
C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Factor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

1
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannnya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Sepetri Buffofenon
dan Dimetytranferase (DMP) Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
hiperaktifasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholine dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusaan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesat dan lari dari alam nyata menuju alam
khayal.
e. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menujukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata. memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk
atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi yaitu :

2
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari haslusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggung lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi Intelektual ini menerapkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman
terhadap dirinya atau orang lain maka cenderung akan mengikuti
perintah itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga

3
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
5) Dimensi Spritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kahampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering tidur
larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun klien merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
D. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
1. Teori Psikodinamika
Proses terjadinya halusinasi dapat disebabkan oleh fungsi biologi , antara
lain dopamine dan neurotransmitter yang berlebihan , fungsi psikologis seperti
keturunan.Respon metabolic terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat
halusinogen pada system limbik otak, atau terganggunya keseimbangan
neurotransmitter di otak.
Proses terjadinya halusinasi secara teori psikodinamika berfaktor atau
mengarah pada factor prediposisi yaitu dimana proses gangguan sensori
persepsi disebabkan oleh masa perkembangan yang terganggu misalnya rendah
control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi hilangnya percaya diri, dan lebih rentan terhadap
stress. Seseorang yang tidak diterima lingkungannya sejak sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya yang
dimana hal ini ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa,
adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimetytranferase. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktifitasnya neurotransmitter otak. Sehingga tipe kepribadian yang lemah
bisa menyebabkan terjadinya gangguan sensori persepsi.
2. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang di tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbulnya halusinas

4
E. PATOFISIOLOGI

Isolasi Sosial

Ketidakmampuan
mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang di
terima melalui panca indera

Gangguan presepsi sensori


halusinasi

F. RENTANG RESPON
Rentan respon neurobiologist(Ma’rifatul, Azizah Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar,
2016).

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

Pikiran logis Kadang – kadang Waham


proses pikiran
terganggu

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Emosi berlebihan Kerusakan proses


dengan pengalaman emosi
Perilaku cocok Perilaku yang tidak Perilaku tidak
biasa terorganisasi
Hubungan social Menarik diri Isolasi sosial
harmonis

5
Keterangan Gambar :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Perilaku cocok individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
belaku.
e. Perilaku sosial/ hubungan sosial harmonis adalah sikap dan tingkah laku
yang masih dalam batas kewajaran.
2. Respon Psikologis meliputi :
a. Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Illusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (Objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosiberlebihan atau berkurang yaitu menisfatasi perasaan atau afek
keluar berlebihan atau kurang.
d. Perilaku yang tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran .
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
3. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi :
a. Kelainan Pikiran/Waham adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.

6
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
G. FASE-FASE HALUSINASI
Ada (5 lima) Tahapan/ Fase-fase halusinasi yaitu :
1. Fase I : Sleep Disorder
Adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
a. Karakteristik
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan support system yang kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Contohnya misalnya : kekasih
hamil, terlibat narkoba, dihianiti kekasih, PHK ditempat kerja, penyakit,
utang, dll.
b. Perilaku Klien
Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa
menghayal, dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.
2. Fase II : Comforting Moderate level of anxiety
Pada fase ini halusinasi secara umum mulai diterima sebagai sesuatu yang lami
a. Karakteristik
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Klien beranggapan bahwa pengalaman pikiran
dan sensorinya dapat ia control bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
b. Perilaku Klien
1) Tersenyum, tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat

7
5) Diam, dipenuhi rasa yang mengasyikan
3. FaseIII : Condemning Severe level of Anxiety
Pada fase ini secara umum halusinasi sering mendatangi klien.
a. Karakteristik
Pengalaman sensori klien menjadi sering dating dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga
jarak antara dirinya dengan obyek yang dipersepsikan klien mulai menarik
diri dari orang dengan intensitas waktu yang lama.
b. Perilaku Klien
1) Meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas (Nadi,
RR, TD) meningkat
2) Penyempitan kemampuan untuk konsentrasi
3) Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita
4. Fase IV : Controlling Severe level of Anxiety
Pada fase ini fungsi sensorimenjadi tidak relevan dengan kenyataan.
a. Karakteristik
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang dating.
Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasi berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan Psychotic.
b. Perilaku Klien
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk halusinasinya
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit atau detik
4) Gejala fisik, ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti
petunjuk
5. Fase V : Conquering Panic level of Anxiety
Pada fase ini klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.
a. Karakteristik
Pengalaman sensori terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman
atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat

8
berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
b. Perilaku Klien
1) Perilaku terror akibat panic
2) Potensi suicide atau hocide
3) Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti kekerasan, agitasi,
menarik diri, katatonia
4) Tidak mampu merespon > 1 orang.
H. JENIS-JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.(Nurarif,Huda Amin & Kusuma, H. 2016)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau
mesin, barang, kejadian alamiah dan music dalam keadaan sadar tanpa adanya
rangsangan apapun . Hakusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau
bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi
(Nurarif,Huda Amin & Kusuma, H. 2016)
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

9
4. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses sehingga sering
meludah dan muntah.
5. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain, dan merasa
ada serangga dipermukan kulit.
6. Halusinasi Viseral
Yaitu badannya dianggap berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya
seperti Merasakan fungsi dari bagian tubuhnya yang sedang berproses atau
sedang berlangsung seperti klien merasakan aliran darah yang terjadi dalam
tubuhnya, jika secara normal manusia tidak bisa merasakan proses aliran darah
yang terjadi dalam tubuh manusia, contoh lainnya klien merasakan proses
pembentukan urine dalam tubuhnya.
7. Kinestetik
Merasakan pergerakan di tubuhnya sementara jika di lihat pada kondisi
nyata klien tersebut tidak bergerak, contoh ketika pasien mengatakan bahwa
tubuhnya sedang melayang laying di atas bumi.
8. Halusinasi Histerik
Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
9. Halusinasi Hipnogogik
Terdapat adakalanya pada orang yang normal, tepat sebelum tertidur
persepsi sensori bekerja salah. Persepsi sensori yang salah yang terjadi pada
saat tertidur , biasanya di anggap fenomena yang tidak patologis.
10. Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun dari
tidurnya. Selain itu adapula impian yang halusinatorik dalam impian normal.
11. Halusinasi Perintah
Halusinasi perintah isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti
membunuh dirinya, mencabut tanaman, dan lain-lain.

10
a. Perilaku Halusinasi
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga,ketakutan, rasa tidak aman,gelisah,bingung,perilaku memuat diri,
kurang pengetahuan,tidak mampu mengambil,tidak membedakan yang
nyata dan yang tidak nyata. Klien yang mengalami halusinasi sering
kecewa karena mendapatkan respon negatif ketika mencoba menceritakan
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan
dengan orang lain. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya.
b. Mekanisme Koping
Biasanya klien dengan halusinasi cenderung berperilaku maladaptif,
seperti menciderai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas
beraktivitas, perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal.
c. Penatalaksanaan Medis
Halusinsi termasuk kedalam kelompok penyakit skizofrenia maka jenis
penatalaksanaan medis yang biasa di lakukan adalah:
1) Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dengan menggunakan
obat,tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan gejala gangguan
jiwa.Berdasarkan khasiat obat yang tergolong dalam pengobatan
psikofarmako antara lain:
2) Clorpomazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan antipsikotik
fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak.
Obat ini dapat digunakan untuk menangani berbagai gangguan mental,
seperti skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku
agresif yang membahayakan pasien atau orang lain, kecemasan dan
kegelisahan yang parah, serta autisme pada anak-anak.
a) Aturan pakai
Aturan pakai : 3 x 100 mg/ hari
b) Indikasi :

11
Untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti skizofrenia
dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang
membahayakan pasien atau orang lain, kecemasan dan kegelisahan
yang parah, serta autisme pada anak-anak.
c) Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian CPZ meliputi efek sedasi,
pusing, pingsan, hipotensi orthostatik, palpitasi, takikardi, sindroma
pada mulut, kemerahan pada mukosa, vesikel lidah kotor, gigi
tanggal, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, ejakulasi
tertahan. CPZ juga menyebabkan efek samping ekstra pyramidal
yang meliputai parkinsonisme, dystonia, diskinesia. Gangguan
hormonal dapat terjadi yaitu menstruasi tidak teratur,
gynecomastia, penurunan libido, peningkatan nafsu makan, berat
badan meningkat, edema, glikosuria, hiperglikemia atau
hipoglikemia. Reaksi hipersensitif pada beberapa orang
menimbulkan efek/ gejala-gejala jaundice, gatal-gatal pada kulit,
ptechiae dermatitis, fotosensitis, dan reaksi anafilaksit.
3) Haloperidol adalah obat golongan anti psikotik yang berfungsi untuk
meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau emosional,
serta masalah kejiwaan lainnya. Haloperidol untuk mengatasi
skizofrenia biasanya akan diberikan untuk jangka waktu panjang,
kecuali ada efek yang merugikan atau berlawanan. Sedangkan jika
untuk meredakan gangguan kecemasan atau agitation, haloperidol
hanya dikonsumsi hingga gejala mereda.
a) Aturan Pakai :
Aturan Pakai : 3 x 5 mg/ hari
b) Indikasi :
Meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau
emosional, serta masalah kejiwaan lainnya.
c) Efek samping
Haloperidol serupa dengan efek samping CPZ. Perbedaannya
terletak pada efek samping hipothensiorthostatik lebih ringan,

12
sedang efek samping reaksi ekstra lebih berat. Efek samping pada
SSP meliputi parkinsonisme, gelisah, akatisia, hiperefleksi,
tortikolis, dan tardive diskinesia. Efek otonomi dapat terjadi ; mulut
kering (atau hipersalivasi). Konstipasi (atau diare ), reaksi urine
deaporesi (dosis berlebihan ). Pada darah ; leukopenia, leukositosis,
enemia. Pada saluran napas ; laringospasme, bronkhospasme,
peningkatan kedalaman napas, brokopneumonia, depresi
pernafasan. Pada endokrin ; menstruasi tidak teratur, payudara
nyeri, gynecomastia, impotensi. Pada kulit ; kemerahan,
fotosintesis, rambut rontok, lain-lain ; anoreksia, mual, muntah,
jaundice, penurunan, kadar kolesterol darah.
4) Trihexyphenidil (THP) adalah obat yang sering dipakai sebagai
penyerta pemberian obat anti psikotik jenis fenotiazin dan butirofenon
karena khasiatnya merelaksasi otot polos dan anti spasmodik
a) Aturan Pakai :
Aturan pakai : 3 x 2 mg/ hari
b) Indikasi :
Merelaksasi otot polos dan anti spasmodic
c) Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi ; mulut kering, pusing,
pandangan kabur, midrasis, fotofobia, mual, nervous, konstipasi,
mengantuk, retensi urine. Pada SSP dapat terjadi ; bingung, gitasi,
delirium, manifestasi psikotik, euphoria. Reaksi hipersensitif ;
Glaucoma parotitis.

13
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian data focus
a. Persepsi Sensori
1) Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan
yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika
halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi
pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi
perabaan.
2) Waktu munculnya halusinasi
Dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan halusinasi muncul :
apakah pagi hari, sore hari atau malam hari. Informasi ini sangat penting
untuk menentukan bilamana perlu perhatian saat klien mengalami
halusinasi.
3) Frekuensi halusinasi
Dikaji dengan menanyakan kepada klien seberapa sering klien
mengalami halusinasi : apakah terus menerus, kadang-kadang, jarang
atau sudah tidak muncul lagi.
4) Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul : Apakah ketika klien sendiri atau setelah terjadinya kejadian
tertentu. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan
klien.
5) Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien
bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus
halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

14
b. Pembicaraan : Klien dengan halusinasi cemderung suka bicara sendiri,
tidak focus ketika diajak berbicara, dan yang dibicarakan sering tidak
masuk akal.
c. Aktivitas Motorik : Klien dengan halusinasi tampak gelisah, tegang,
agitasi, sering menutup telinga, sering menunjuk kerah tertentu,
menggaruk-garuk permukaan kulit, sering meludah, sering menutup
hidung.
d. Afek emosi : Labil. Pada klien dengan halusinasi tingkat emosi lebih tinggi
dan cenderung berperilaku agresif.
e. Tingkat kesadaran : pada klien dengan halusinasi sering mengalami Apatis
atau acuh tak acuh.
2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
b. Isolasi sosial : Menarik diri
c. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Analisa data

NO DATA MASALAH
1. 1. Data Subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan sering halusinasi : pendengaran
mendengar suara suara aneh
di sekitarnya.
2. Data Objektif
• Klien nampak sering mondar
mandir .
• Klien sering menutup telinga
• Klien nampak sering
berbicara sendiri.
• Klien sering berbicara tidak
jelas
2. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan sering halusinasi :penglihatan
melihat sesuatu
2. Data objektif
• Klien nampak focus melihat
sesuatu
• Klien nampak sering
menunjuk sesuatu pada arah
tertentu

15
• Klien nampak sering
menutup mata dengan
tangan
• Ekspresi wajah sering
menunjukkan ketakutan.
3. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan sering halusinasi penghidu
mencium sesuatu bau yang
khas dan busuk .
2. Data objektif
• Klien nampak sering
menutup hidungnya
4. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan sering halusinasi: pengecapan
mengecap rasa tidak enak
pada mulutnya
2. Data objektif
• Klien nampak sering
mengecap pada mulutnya
• Klien nampak sering
meludah dan muntah
5. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan badannya halusinasi perabaan
sering terasa seperti di
setrum.
• Klien mengatakan
merasakan sesuatu pada
permukaaan kulitnya
• Klien mengatakan badannya
seperti di tusuk tusuk dengan
jarum
• Klien mengatakan tubuhnya
sering di hinggapi serangga
2. Data objektif
• Badan klien nampak sering
bergetar
• Klien nampak tegang
• Klien nampak sering
mengusap badannya.
• Klien nampak sering
menggaruk garuk tubuhnya
6. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan dapat halusinasi viseeral
merasakan pergerakan
makanan dalam ususnya
2. Data objektif
• Klien sering diam

16
• Klien sering bicara tidak
jelas
• Klien nampak gelisah.

7. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi


• Klien mengatakan badannya halusinasi kinestetik
terasa seperti bergerak
sendiri pada saat berdiri.
• Klien mengatakan badannya
terasa melayang diatas bumi.
• Klien mengatakan badannya
terasa diam dan kaku saat
tubuhnya ingin di gerakkan
• Klien mengatakan merasa
anggota tubuhnya akan
terlepas dari tubuhnya
2. Data objektif
• Sikap tubuh klien nampak
kaku.
• Klien nampak sulit
mengikuti perintah
8. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan ada halusinasi perintah
seseorang yang
menyuruhnya melakukan
sesuatu seperti : memukul,
membunuh, dan merusak
barang
2. Data objektif
• Klien nampak bingung
• Perilaku agitasi
• Klien nampak tidak mampu
mengenal orang , waktu dan
tempat.
• Tingkah laku klien nampak
agresif
9. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan halusinasi histerik
membenci seseorang atau
sesuatu benda
2. Data objektif
• Klien nampak tegang
• Afek emosi labil
• Klien sering berteriak-
berteriak keras

17
10. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien merasa melihat dan halusinasi hipnogogik
berbicara pada seseorang
ketika akan tidur.
2. Data objektif .
• Nampak bibir klien
bergerak tanpa suara
11. 1. Data subjektif Gangguan sensori persepsi
• Klien mengatakan masih halusinasi hipnopompik
bermimpi
2. Data objektif
• Klien nampak bingung
kurang konsentrasi
• Pembicaraan tidak jelas
• Disorientasi

Pohon masalah
Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi

Cause Isolasi Sosial

4. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori :halusinasi
5. Intervensi

INTERVENSI HALUSINASI
NO SP I P SP I K
1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
waktu terjadinya, factor pencetus, dalam merawat klien
respon saat halusinasi.
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : 2. Jelaskan pengertian tanda, gejala proses
yaitu dengan cara menghardik terjadinya halusinasi

18
halusinasi.
3. Latih cara mengontrol halusinasi 3. Latih cara menghardik halusinasi
dengan menghardik.
4. Menganjurkan klien memasukkan cara 4. Ajarkan klien sesuai jadwal dan
menghardik halusinasi dalam kegiatan memberi pujian
harian.

NO SP II P SP II K
1. Evaluasi kegiatan menghardikdan beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian. merawat/ melatih pasien dalam
menghardik dan beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara memberikan obat kepada
dengan minum obat : dengan prinsip 6 keluarga dengan prinsip 6 benar
benar yaitu : (Jelaskan jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 3. Latih cara memberikan / membimbing
latihan menghardik dan minum obat minum obat
4. Anjurkan pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian

NO SP III P SP III K
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan minum obat dan beri pujian. merawat/ melatih klien menghardik
dan memberikan obat dan beri pujian.
2. Latihan cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
dengan bercakap-cakap saat terjadi melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi. halusinasi
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 3. Latih dan sediakan waktu untuk
latihan menghardik, minum obat dan bercakap-cakap dengan klien terutama
bercakap-cakap. saat halusinasi
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal berikutnya.

19
NO SP IV P SP IV K
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
minum obat, dan bercakap-cakap, merawat / melatih klien menghardik,
beri pujian. memberikan obat, bercakap-cakap
dan beri pujian.

2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Anjurkan membantu klien sesuai


dalam jadwal dan berikan pujian
melakukan kegiatan harian.

3. Memasukakan pada jadwal kegiatan 3. Jelaskan follow up ke Puskesmas,


untuk latihan menghardik, minum RSJ,
obat, bercakap-cakap dan kegiatan tanda kambuh dan rujukan
harian. 4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan berikan pujian

NO SP V P SP V K
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, obat, becakap-cakap, merawat / melatih klien menghardik,
kegiatan harian, berikan pujian. memberikan obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan harian dan
follow up, beri pujian
2. Latih kegiatan harian 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
klien
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 3. Nilai kemampuan keluarga
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol melakukan kontrol ke RSJ/
Puskesmas
6 Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana , masalah
dan kondisi klien yang bersangkutan . sebelum melakukan tindakan keperawatan
yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini. Selai itu
perawat juga harus menilai kondisi dirinya, apakah sudah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan di
laksanakan , dinilai kembali apakah aman bagi klien, setelah semua tidak ada
hambatan, maka tindakan keperawatan boleh di laksanakan. Setelah itu kontrak
dengan klien dan menjelaskan apa yang akan di lakukan serta mendokumentasikan
semua tindakan yang telah dilakukan beserta respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan, hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar
utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Febriana, D. V. 2017).

20
SP 1 Pasien :
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, dengan cara : Menghardik halusinasi
SP 2 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara : : minum obat secara teratur
dengan prinsip 6 benar yaitu : Jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas
minum obat.
SP 3 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara : bercakap-cakap dengan
orang lain
SP 4 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara: melakukan aktivitas
terjadwal
SP 5 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara : latih kegiatan harian
SP 1 Keluarga
Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi
SP 2 Keluarga
Melatih Keluarga kegiatan untuk mengontrol halusinasi
SP 3 Keluarga
Menganjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal
SP 4 Keluarga
Menilai kemampuan keluarga dalam merawat pasien
SP 5 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
7 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan harus terus - menerus
untuk menilai agar efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP menjadi pola
pikir

21
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
A : Aanalisa terhadap data subjektif objektif untuk mengumpulkan apakah
masalah masih ada atau sudah teratasi atau muncul masalah baru
P : Perencanaan tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien

8 Hasil yang diharapkan


a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol halusinasi
d. Klien mampu mengontrol dengan cara melakukan patuh minum obat
e. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
9 Pendokumentasian keperawatan
No Implementasi Evaluasi
1. ➢ Tanda dan gejala S : klien mengatakan sering mendengar
a. Klien mengatakan sering suara – suara / berbisik bisik di
mendengar suara –suara/ telinganya.
bisikan di telinganya. O :-Klien nampak sering menutup
b. Klien nampak sering berbicara telinga
sendiri -klien nampak sering berbicara
c. Klien sering gelisah sendiri
d. Klien sering mondar – mandir -Klien sering mondar mandir
➢ Tindak lanjut -klien sering gelisah
➢ Strategi pelaksanaan 1 pasien A : Halusinasi pendengaran ( + )
(SP 1P) P : Latihan cara menghardik halusinasi
Membantu pasien mengenal sebanyak minimal 4 kali/ setiap ada
halusinasi, menjelaskan cara – cara waktu luang klien dengan tahapan
mengontrol halusinasi , tindakan meliputi :
mengajarkan pasien mengontrol 1. Jelaskan cara menghardik
halusinasi dengan cara pertama : halusinasi
menghardik halusinasi 2. Peragakan cara menghardik
➢ Rencana tindak lanjut SP 2 P 3. Minta klien memperagakan ulang
4. Pantau penerapan cara ini dan
beri penguatann perilaku klien
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan
sehari hari.

22
10 Terapi Aktivitas kelompok yang sesuai
Terapi aktivitas yang cocok adalah terapi aktivitas kelompokm stimulasi
persepsi (TAKSP) mengontrol halusinasi, dengan terapi tersebut klien yang
mengalami halusinasi dapat mengontrol halusinasinya. Aktivitas digunakan untuk
memberikan stimulasi perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan.
TAK Stimulasi Persepsi membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi
dalam upaya memotivasi proses pikir serta mengurangi perilaku maladapatif.
TAKSP mengontrol halusinasi dibagi menjadi 5 sesi, yaitu(Ma’rifatul, Azizah
Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar, 2016) :
a. Sesi I : Klien mengenal Halusinasi
b. Sesi II : Mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik
c. Sesi III : Mengontrol Halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
d. Sesi IV : Mengontrol Halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
saat halusinasi
e. Sesi V : Mengontrol Halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal

23
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic Noc Edisi 2.Jogjakarta : Media Action.
Keliat, A. B. & P. A. (2016). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok (B.
Angelina, ed.). Jakarta: EGC.
Maramis w.f. 2014. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Surabaya : Erlangga
Ma’rifatul, Azizah Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktek Klinik (Pertama). Yogyakarta:
Indomedia pustaka.
Stuart g.w. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Yosep, Iyus & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental
Health Nursing. (Ketujuh, Ed.). Bandung: Refika Aditama.

24

Anda mungkin juga menyukai