Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN WAHAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan JIWA 2 yang diampuh Ns.
Rachmawaty Hunawa S.Kep., M.kep
Disusun Oleh:
Kelas A
Kelompok 3
1. Ramdan Hunowu (841418015)
2. Rayhan binti Hasan (841418025)
3. Fitriyanti Pohiyalu (841418029)
4. Irma Septianingsih Abdullah (841418007)
5. Rosida Fadri Rasyid (841418005)
6. Anggi Abdullah (841418048)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini terwujud berkat partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Tak ada gading yang tak retak begitu juga kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami
semoga makalah ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Allah SWT meridhai kami. Aamiin.

Gorontalo , Januari 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................... Error! Bookmark not defined.


Daftar Isi................................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan ................................................. Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
Bab II Pembahasan .................................................................................................. 3
2.1 Konsep Medis ................................................................................................ 3
2.2 Konsep Keperawatn ...................................................................................... 7
2.3 Jurnal Keperawatn untuk terapi waham ...................................................... 18
Bab III ................................................................................................................... 20
Penutup................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20
3.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka ........................................................ Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa atau mental didefinisikan sebagai keadaan baik di mana


setiapm individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup
yang mnormal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta dapat
memberikan kontribusi untuk dirinya atau masyarakatnya (WHO, 2014). Kesehatan
jiwa menurut undang – undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 merupakan suatu kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikaan kontribusi untuk
komunitasnya.

Waham/ delusi dapat dispesifikkan lebih lanjut beradasarkan jenisnya.


Menurut American Psychiatric Association (APA), terdapat beberapa jenis waham/
delusi, yaitu erotomanic, grandiose, jealous (cemburu), persecutory (Aniaya), dan
somatic. Gangguan pikir umumnya dikenali dari pembicaraan dan tulisan yang tidak
rasional. Hal ini dapat berdampak pada ketidakmampuan individu untuk
berkomunikasi dengan baik dan melakukan aktivitas dan tugas-tugas. Waham yang
tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai macam hal, waham
tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan tetapi juga konsekuensi
berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka (Paolini, Moretti, &
Compton, 2016).

Waham yang tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai
macam hal, waham tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan teteapi
juga konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka
(Paolini, Moretti, & Compton, 2016)

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Medis dari Waham?


2. Bagaiman Konsep Keperawatan dari Waham?
3. Apa Saja Jurnal yang berkaitan dengan terapi untuk waham?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat Mengetahui Konsep Medis dari Waham


2. Mahasiswa dapat Mengetahui Konsep Keperawatan dari Waham
3. Mahasiswa dapat Mengetahui Jurnal yang berkaitan dengan terapi
untuk waham.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS WAHAM
1. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan(SDKI 2018). Waham
adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah
seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan
pada penderita skizofrenia (Yusuf dkk, 2014).
2. Rentang respon waham

ADAPTIF
MALADAPTIF

Pikiran logis Proses pikir Gangguan proses pikir


Persepsi akurat Kadang ilusi WAHAM
Emosi konsisten Emosi+/- HALUSINASI
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Kerusakan emosi
Hubungan sosial Menarik diri Perilaku tidak sesuai
Isolasi sosial

3. Etiologi Perilaku Waham ( SDKI 2018)


1) Faktor Biologis : Kelainan genetik/keturunan, kelainan neurologis ( mis.
Gangguan sistem limbik, gangguan ganglia basalis, tumor otak )
2) Faktor Psikodinamis ( mis. Isolasi sosial, hipersensitiv )
3) Maladaptasi
4) Stres berlebihan

3
4. Patofisiologi waham (Yusuf dkk, 2014)
1) Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat
terjadi pada orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara
kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal
diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti
mobil, rumah, atau telepon genggam.
2) Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan
menderita, malu, dan tidak berharga.
3) Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and
external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi
pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

4
berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang
lain.
4) Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien
dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-
kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai
terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego)
yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5) Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6) Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering
berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan
yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan
sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan
orang lain.

5. Klasifikasi waham
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini
direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.

5
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun
ke dalam makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau
saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua
orang.”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan
alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

6. Gejala dan Tanda Waham ( SDKI 2018 )


a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengungkapkan isi waham
Objektif
1) Menunjukkan Perilaku sesuai isi waham
2) Isi pikir tidak sesuai realita
3) Isi pembicaraan sulit dimengerti

6
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Merasa sulit berkonsentrasi
2) Merasa Khawatir
Objektif
1) Curiga berlebihan
2) Waspada berlebihan
3) Bicara berlebihan
4) Sikap menentang atau permusuhan
5) Wajah tegang
6) Pola tidur berubah
7) Tidak mampu mengambil keputusan
8) Flight of idea
9) Produktifitas kerja menurun
10) Tidak mampu merawat diri
11) Menarik diri

7. Penatalaksanaa medis waham


a) Psikofarmakologi waham
b) Psikoterapi
c) ECT tipe katatonik

2.2 KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian (Damaiyanti, Mukhripah.,& Iskandar.2014)
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memperhatikan, dan
mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun
observasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai panduan untuk mengkaji
pasien waham

7
a. apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek ataun situasi tertentu. Atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang yubuh atau kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakn oleh orang lain
f. Apakh pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca
pikirannya?
Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham
yaitu:
Alasan masuk atau dirawat
Umumnya klien dengan gangguan orientasi realita dibawa kerumah
sakit karena mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakn benci dan kesal
kepada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya sedang risau, marah merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik, flight of idea,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar serta klien
mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.

8
Pohon masalah

Gangguan komunikasi verbal


EFFECT

PROBLEM waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


CAUSE Faktor biologis, faktor psikodinamik, maladaptasi, stres
berlebihan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Waham
2. Gangguan komunikasi verbal

9
C. Intervensi Keperawatan
No. Dignosa Kriteria Hasil Tujuan (Umum Intervensi
dan Khusus)
1. Waham (D.0105) Status orientasi (L.09090) 1. Klien dapat Manajemen Waham (I.09295)
Kategori: Psikologis Definisi membina Definisi:
Subkategori: Integritas Ego Keyakinan yang sesuai dengan hubungan Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi: kenyataan saling kenyamanan, keamanan, dan
Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran Kriteria Hasil percaya orientasi realitas pasien yang
yang dipertahankan secara kuat atau Setelah dilakukan tindakan 2. Klien dapat mengalami keyakinan yang keliru dan
terus menerus namun tidak sesuai mengidentifik menetapyang sedikit atau sama sekali
dengan kenyataan.
keperawatan selama 3 x 24 asi tidak berdasar pada kenyataan.
Penyebab: jam pada masalah waham kemampuan Tindakan:
1. Faktor biologis: Kelainan yang dimiliki Observasi
genetik/keturunan, kelainan dapat tertasi dengan indikator: 3. Klien dapat 1. Monitor waham yang isinya
neurologis, (mis. Gangguan - Produktivitas menurun mengidentifik membahayakan dirinya
sistem limbik, gangguan ganglia asi sendiri, orang lain, dan
basalis, tumor otak) (skala 1) menjadi kebutuhan lingkungan.
2. Faktor psikodinamik (mis. Isolasi cukup miningkat (skala yang tidak Terapeutik
sosial, hipersensitif) terpenuhi 1. Bina hubungan interpersonal
3. Maladaptasi 4) 4. Klien dapat saling percaya
4. Stres berlebihan - Verbalisasi waham berhubungan 2. Tunjukan sikap tidak
Gejala dan Tanda Mayor dengan menghakimi secara konsisten
Subjektif meningkat (sakala 1) realistis 3. Hindari perdebatan tentang
1. Mengingkapkan isi waham 5. Klien dapat keyakinan yang keliru,
menjadi menurun
Objektif dukungan nyatakan keraguan sesuai
1. Menunjukan perilaku sesuai isi (skala 5) keluarga fakta
waham 6. Klien dapat 4. Hindari memperkuat gagasan
- Perilaku waham dari
2. Isi pikir tidak sesuai realitas menggunaka waham
3. Isi pembicaraan sulit dimengerti menigkat (skala 1) n obat 5. Lakukan intervensi
Gejala dan Tanda Minor dengan benar pengontrolan perilaku waham

10
Subjektif menjadi menurun (miss. Limit setting,
1. Merasa sulit berkonsentrasi pembatasan wilayah,
2. Merasa khawatir
(skala 5) pengekangan fisik, atau
Objektif - Khawatir daari seklusi)
1. Curiga berlebihan Edukasi
2. Waspada berlebihan meningkat (skala 1) 1. Latih manajemen stres
3. Bicara berlebihan menjadi cukup Kolaborasi
4. Sikap menentang atau 1. Kolaborasi pemberian obat
permusuhan menurun (skala 4) sesuai indikasi
5. Wajah tegang - Curiga dari meningkat
6. Pola tidur berubah
7. Tidak mampu mengambil (skala 1) menjadi
keputusan cukup menurun (skala
8. Flight of idea
9. Produktifitas kerja menurun 4)
10. Tidak mampu merawat diri
- Sikap bermusuhan dari
11. Menarik diri
Kondisi Klinis Terkait meningkat (skala 1)
1. Skizofrenia
menjadi cukup
2. Gangguan sistem limbik
3. Gangguan ganglia basalis menurun (skala 4)
4. Tumor otak
5. Depresi - Tegang dari sedang
(skala 3) menjadi
menurun (skala 5)
- Menarik diri dari
cukup meningkat(skala

11
2) menjadi menurun
(skala 5)
- Perilaku sesuai realita
dari memburuk (skala
1) menjadi cukup
membaik (skala 4)
- Isi pikiran sesuai
realita dari memburuk
(skala 1) menjadi
cukup membaik (skala
4)
- Pembicaraan dari
cukup memburuk
(skala 2) menjadi
membaik (skala 5)
- Konsentrasi dari
memburuk (skala 1)
menjadi cukup
membaik (skala 4)

12
- Pola tidur dari cukup
memburuk (skala 2)
menjadi membaik
(skala 5)
- Kemampuan
mengambil keputusan
dari memburuk (skala
1) menjadi cukup
membaik (skala 4)
- Proses pikir dari
memburuk (skala 1)
menjadi cukup
membaik (skala 4)
- Perawatan diri dari
sedang (skala 3)
menjadi membaik
(skala 5)

2. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119) Komunikasi verbal (L.13118) 1. Klien dapat Modifikasi perilaku keterampilan
Kategori: Relasional Definisi mengidentifi sosial (I.13484)
Subkategori: Interaksi Sosial Kemampuan menerima, kasi Definisi

13
Definisi: memproses, mengirim, dan/atau kemampuan Mengubah pengembangan atau
Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan menggunakan sistem simbol yang dimiliki peningkatan keterampilan sosial
kemampuan untuk menerima, Kriteria hasil 2. Klien dapat interpersonal
mmeproses, mengirim, dan atau Setelah dilakukan tindakan dukungan Tindakan
menggunakan sistem simbol. keluarga Observasi
Penyebab:
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi fokus
1. Penurunan sirkulasi serebral jam pada masalah gangguan keterampilan sosial
2. Gangguan neuromuskuler Terapeutik
3. Gangguan pendengaran komunikasi verbal dapat 1. Motivasi untuk berlatih
4. Gangguan muskuloskeletal tertasi dengan indikator: keterampilan sosial
5. Kelainan palatum 2. Beri umpan balik positif (miss.
6. Hambatan fisik (mis. Terpasang - Kemampuan berbicara Pujian atau penghargaan)
trakheostomi, intubasi, dari cukup menurun terhadap kemampuan
krikotiroidektomi) sosialisasi
7. Hambata individu (mis. (skala 2) menjadi 3. Libatkan keluarga selama
Ketakutan, kecemasan, merasa cukup meningkat latihan keterampilan sosial,
malu, emosional, kkurang privasi) jika perlu
8. Hambatan psikologis (mis. (skala 4) Edukasi
Gangguan psikotik, gangguan 1. Latih keterampilan sosial
- Kemampuan
konsep diri, harga diri rendah, secara bertahap
gangguan emosi) mendengar dari sedang
9. Hambatan lingkungan (mis.
(skala 3) menjadi
Ketidakcukupan informasi,
ketiadaan orang terdekat, meningkat (skala 5)
ketidaksesuaian budaya, bahasa
asing) - Kesesuaian ekspresi
Gejala dan Tanda Mayor wajah/tubuh dari
Subjektif
(tidak tersedia) sedang (skala 3)
Objektif

14
1. Tidak mampu berbicara atau menjasi meningkat
mendengar
2. Menunjukan respon tidak sesuai
(skala 5)
Gejala dan Tanda Minor - Kontak mata dari
Subjektif
(tidak tersedia) sedang (skala 3)
Objektif menjadi meningkat
1. Afasia
2. Disfasia (skala 5)
3. Apraksia - Afasia dari cukup
4. Disleksia
5. Disatria menurun (skala 4)
6. Afonia menjadi menurun
7. Dislalia
8. Pelo (skala 5)
9. Gagap
- Disfasia dari cukup
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit memahami komunikasi menurun (skala 4)
12. Sulit mempertahankan
menjadi menurun
komunikasi
13. Sulit menggunakan ekspresi (skala 5)
wajah atau tubuh
14. Tidak mampu menggunakan - Apraksia dari cukup
ekspresi wajah atau tubuh menurun (skala 4)
15. Sulit menyusun kalimat
16. Verbalisasi tidak tepat menjadi menurun
17. Sulit mengungkapkan kata-kata (skala 5)
18. Disorientasi orang, ruang, waktu
19. Defisit penglihatan - Disleksia dari cukup
20. Delusi

15
Kondisi Klinis Terkait menurun (skala 4)
1. Stroke
2. Cedera kepala
menjadi menurun
3. Trauma wajah (skala 5)
4. Penigkatan tekanan intrakranial
5. Hipoksia kronik - Disatria dari cukup
6. Tumor menurun (skala 4)
7. Niastenia gravis
8. Sklerosis multipel menjadi menurun
9. Distropi muskuler (skala 5)
10. Penyakit alzheimer
11. Kuadriplegia - Dislalia dari cukup
12. Labiopalatoskizis meningkat (skala 2)
13. Infeksi laring
14. Fraktur rahang menjadi cukup
15. Skizofrenia
menurun (skala 4)
16. Delusi
17. Paranoid
18. Autisme

16
Rencana Keperawatan Gangguan Proses Pikir : Waham
dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan
( Damaiyanti, Mukhripah.,& Iskandar.2014)

NO Klien Keluarga
SP1P SP1K
1. Membantu orientasi realita Mendiskusikan masalah yang
2. Mendiskusikan kebutuhan yang dirasakan keluarga dalam
tidak terpenuhi merawat pasien
3. Membantu pasien memenuhi Menjelaskan pengertian, tanda
kebutuhannya dan gejala waham, dan jenis
4. Menganjurkan pasien waham yang dialami pasien
memasukkan dalam jadwal beserta proses terjadinya
kegiatan harian Menjelaskan cara-cara merawat
pasien waham
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga
harian pasien mempraktikkan cara merawat
2. Berdiskusi tentang kemampuan pasien dengan waham
yang dimiliki Melatih keluarga
3. Melatih kemampuan yang mempraktikkan cara merawat
dimiliki langsung kepada pasien waham
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas dirumah
2. Memberikan pendidikan termasuk minum obat
kesehatan tentang penggunaan (discharge planning)
obat secara teratur Menjelaskan follow up pasien

17
Menganjurkan pasien setelah pulang
memasukkan dalam jadwal
3. kegiatan harian

2.3 JURNAL KEPERAWATAN UNTUK TERAPI WAHAM : Terapi Milieu

Secara spesifik, belum ada jurnal yang mengaitkan antara terapi milieu dengan gangguan
orientasi realita (waham). Berdasarkan hasil pencarian kami, pada kebanyakan penelitian
jurnal waham lebih dikaitkan dengan terapi aktivitas dan terapi kognitif perilau. Namun
setelah ditelusuri lebih jauh lagi, terapi milieu ini ternyata mampu menjadi salah satu terapi
yang dapat digunakan untuk menangani pasien waham. Adapun jurnal terkait hal tersebut
diantaranya:

1. Dalam jurnal ilmiah psikologi terapan nasional yang berjudul “EFEKTIVITAS


INTERVENSI MILIEU DAN KOMUNITAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BERPRESTASI ANAK PANTI ASUHAN AISYIYAH CELEP-SIDOARJO” oleh Eko Hardi
Ansyah & Effy Wardati Maryam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Vol. 04,
No.01, Januari tahun 2016. Dalam jurnal tersebut termuat ungkapan bahwa
Intervensi mileu adalah perubahan sistematis dalam lembaga sosial yang ada,
misalnya program terpeutik baru yang meningkatkan lingkungan sosial di
rumah sakit jiwa atau melatih guru untuk menggabungkan konsep psikologi
preventif dalam kurikulum. Sedangkan intervensi komunitas terdiri dari
pengembangan layanan pendidikan dan terapeutik baru dan mendukung jaringan
kerja sebagai alternative dari yang sudah ada, misalnya pendirian pusat pengobatan
adiksi obat terlarang yang menyediakan layanan berbasis komunitas atau
pengembangan self help groups (kelompok yang membantu dirinya sendiri) untuk
orang tua yang bermasalah. Pada setiap kasus, perubahan pada kedua aspek sosial
dan fisik di lingkungan klien dilakukan dalam rangka membuat seting kehidupan
klien lebih mendidik dan terapeutik (mengandung unsur-unsur pengobatan)
(Kendall dan Norton-Ford, 1982). Intervensi Mileu dan komunitas bisa dirancang
untuk memperbaiki atau mencegah disfungsi psikologis, atau untuk meningkatkan
hubungan interpersonal, sama dengan intervensi individu atau kelompok.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat di simpulkan bahwa terapi milieu juga
layak digunakan sebagai terapi dalam menangani pasien waham,sebab pasien
waham merupakan pasien dengan masalah utamanya adalah psikologis.
2. Dalam jurnal nasioanal yang berjudul TUJUAN YANG DIGUNAKAN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA BANDA ACEH oleh aiyub dan
puji astuti Vol. VII No. 3 2016. Dalam jurnal tersebut berisi ungkapan bahwa Rumah

18
Sakit Jiwa (RSJ) Banda Aceh, Akademi Keperawatan Ibnu Sina (AKIS) Kota Sabang
dan Hedmark University College (HUC) melakukan kerja sama mengembangkan
pengetahuan lokal tentang terapi lingkungan, melalui penelitian berbasis aksi
(cooperative inquery). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tujuan yang ingin
dicapai perawat dalam memberikan layanan kesehatan jiwa pada pasien psikotik.
Pengajaran berbasis dialog merupakan intervensi penting dalam penelitian ini. Data
dikumpulkan melalui wawancara kelompok fokus dan dianalisa menggunakan
qualitative content analysis. Hasil penellitian teridentifikasi lima tujuan perawat
dalam memberikan layanan kesehatan jiwa, yaitu meningkatkan wawasan dan
pemahaman pasien, meningkatkan kemandirian pasien, meningkatkann kerja sama
dengan keluarga pasien, meningkatkan kerja sama lintas profesi, dan ingin
memperbaiki paktek pelayanan. Tujuan ini akan digunakan sebagai dasar dalam
pengembangan terapi lingkungan. Para perawat percaya bahwa terapi lingkungan
dapat memperbaiki kualitas layanan kesehatan jiwa melalui penyediaan lingkungan
terapeutik yang aman, penuh dukungan, memberi kepastian, meningkatkan
kapasitas pasien, sehingga dapat menjamin peningkatan kesehatan pasien.
3. Dalam jurnal mental health revieu journal internasional yang berjudul ”Whose
decision is it anyway? A qualitative study of user participation and how clinicians
deal with the patient perspective in mental healthcare” oleh Var Mathisen, Geir
Fagerheim Lorem, Aud Obstfelder and Per Maseide VOL. 21 NO. 4 pp. 249-260 yang
diterbitkan pada tahun 2016. Dalam jurnal tersebut berisi ungkapan mengenai
devinisi terapi milieu yang menjurus pada kesimpulan bahwa terapi milieu juga
pantas digunakan dalam menangani pasien waham. Adapun ungkapa tersebut
yakni:
Milieu therapy is central to psychiatric nursing in Norway and abroad (Vatne
and Hoem, 2007). It is defined as reality- and activity-oriented treatment with a
psychological, educational and social basis (Fredheim, 2009), whichbuildsonrelation
shipsandinteraction(NortonandBloom,2004;Thomasetal.,2002).The therapy is
strongly rooted in everyday practice (Delaney, 1997); daily activities, combined with
relational work and alliance building, aim to give patients structure and a daily
framework to enable them to better participate in social life on their own
terms (Hummervoll, 2012). This may involvedialogueinthecommonroom,ontripsorat
mealtimes.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Waham/ delusi dapat dispesifikkan lebih lanjut beradasarkan jenisnya.
Menurut American Psychiatric Association (APA), terdapat beberapa jenis
waham/ delusi, yaitu erotomanic, grandiose, jealous (cemburu), persecutory
(Aniaya), dan somatic. Gangguan pikir umumnya dikenali dari pembicaraan
dan tulisan yang tidak rasional. Hal ini dapat berdampak pada
ketidakmampuan individu untuk berkomunikasi dengan baik dan melakukan
aktivitas dan tugas-tugas. Waham yang tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi
berbahaya dalam berbagai macam hal, waham tidak hanya menyebabkan stres
psikologis dan kecemasan tetapi juga konsekuensi berbahaya dalam
kehidupan dirinya dan orang disekitar mereka (Paolini, Moretti, & Compton,
2016).
Waham yang tidak ditindaklajuti mungkin bisa jadi berbahaya dalam berbagai
macam hal, waham tidak hanya menyebabkan stres psikologis dan kecemasan
teteapi juga konsekuensi berbahaya dalam kehidupan dirinya dan orang
disekitar mereka (Paolini, Moretti, & Compton, 2016)

3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan, kita harus mengetahui dan
mempelajari mengenai waham dan terapinya untuk dapat memberikan
intervensi yang sesuai.

20
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah.,& Iskandar.2014.Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT


Refika Aditama
Paolini, E., Moretti, P.,& Conton,M.2016.Delusions in first-episode
Psychosis:pricipal component analysis of twelve types of delusions and
demographic and clinical coreelates of resulting domains. Psychiatry
Research, 10.
Tim Pokja. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia
World Health Oganization (WHO).2014.Schizophrenia : Media Centre
Yusuf, dkk.2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai