Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM : KEBESARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan jiwa II

Dosen pembimbing : Denni Fransiska, S.Kep., Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

Khofi Indaka AK118088


Lia Yuliana AK118092
Marcella AK118098
Mochamad Jaenudin Ca AK118096

Kelas: 3 D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTASKEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan kesehatan
jiwa II dengan judul “Makalah asuhan keperawatan waham”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4

1.3 Tujuan...................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

2.1 Definisi waham.....................................................................................................................5

2.2 Etiologi waham.....................................................................................................................6

2.3 Patofisiologi Waham............................................................................................................6

2.4 Manifestasi klinis waham....................................................................................................7

2.5 Pemeriksaan penunjang......................................................................................................8

2.6 Penatalaksanaan...................................................................................................................9

2.7 Asuhan Keperawatan........................................................................................................10

BAB III.........................................................................................................................................23

PENUTUP....................................................................................................................................23

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................23

3.2 Saran...................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermaksa, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya
distress (tidak nyaman, tidak tenteram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan
pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau
delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budayaa, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan waham ?
2. Apa yang dimaksud dengan etiologi waham ?
3. Apa yang dimaksud dengan patofisiologi waham?
4. Apa yang dimaksud dengan manifestasi klinis waham?
5. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan penujang waham?
6. Apa yang dimaksud dengan penatalaksanaan waham?
7. Bagaimana asuhan keperawatan waham?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi waham
2. Untuk mengetahui etiologi waham
3. Untuk mengetahui patofisiologi waham
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis waham
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang waham
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan waham
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan waham
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi waham


Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja,
2011).

Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal


dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan
individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu
tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak
dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang
kali (Kusumawati, 2010).

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons pada


realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga muncul
perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan
pada pasien skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan
orientasi realita pada

Isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga
diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut
mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

Waham kebesaran, adalah keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki


kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya meyakini bahwa dia adalah raja
sedunia, dia adalah penguasa alam semesta, dan sebagainya.
2.2 Etiologi waham
Keadaan yang muncul sebagai akibat dari proyeksi dimana seseorang melemparkan
kekurangan dan rasa tidak nyaman pada dunia luar. Biasanya individu akan lebih sensitive
dan lebih mudah tersinggung, suka menyendiri, dan dingin. Ini dapat disebabkan karena
penderita merasa tidak nyaman dengan lingkungannya. Ketika terlalu sering menggunakan
mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun untuk menghayal secara
berlebihan, maka keadaan ini dapat memunculkan waham. Perlaahan-lahan seseorang tidak
dapat lepas dari khayalannya dan akhirnya meninggalkan dunia realita.

2.3 Patofisiologi Waham

Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal.

Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan
klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.4 Manifestasi klinis waham


a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di
berbagai Negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh :”Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk syurga”.
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,
diungkapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang”.
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada di sini adalah
roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.

2.5 Pemeriksaan penunjang


Bertujuan menyingkirkan keadaan organic. Dapat berupa EEG, pemeriksaan
kadar zat dalam darah, pencitraan otak dan lain-lain.

Pemeriksaan penunjang disarankan untuk dilakukan hanya bila ada kecurigaan


penyebab organo-biologik. Kecurigaan penyebab organo-biologik apabila didapatkan
onset yang relatif cepat, riwayat kejang, demam tinggi, trauma, atau perburukan
penyakit fisik sebelum onset gangguan. Pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan
kecurigaan penyakit penyebabnya. 
2.6 Penatalaksanaan

1. Mengkaji Perasaan yang Muncul Secara Berulang dalam Pikiran Pasien


2. Mengidentifikasi Stressor Pencetus Waham
3. Membantu Pasien Melakukan Teknik Distraksi dalam Menghentikan Pikiran yang
Terpusat pada Waham
4. Membantu Pasien dalam Mengidentifikasi Waham
5. Membantu Pasien dalam Memanfaatkan Obat dengan Baik
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skinzoprenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skinzopernia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan
dan Sadock (1998) antara lain:
 Anti psikotik
Jenis – jenis obat antipsikotik anatara lain :
a. Chlorpromazine
b. Trifluoperazine
c. Haloperidol
 Anti Parkison
 Anti Depresi
Psikoterapi
b. Penatalaksanaan skizofrenia bisa menggunakan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Sesuai algoritma pengobatan, terapi pilihan pertama pada pengobatan
fase akut pasien skizofrenia adalah antipsikotik atipikal (Klozapin, Olanzapin,
Respiridon). Hal ini dikarenakan efek samping yang ditimbulkan oleh obat
antipsikotik atipikal minimal. Sedangkan penggunaan antipsikotik tipikal
(Haloperodel, Klorpromazin, Flufenazin) memiliki risiko lebih besar terhadap
timbulnya gejala ekstrapiramidal. Akan tetapi terapi Haloperiodol juga masih banyak
digunakan pada pengobatan skizofrenia.
Haloperiodol adalah antipsikotik golongan tipikal yang dapat menurunkan respon
emosi dari pasien skizofrenia. Sedangkan risperidon merupakan antipsikotik yang
memiliki efektivitas terhadap gejala positif pada skizofrenia.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa Risperidone dan Olanzapine memiliki
efektivitas yang baik dalam memperbaiki gejala negative.

2.7 Asuhan Keperawatan


Kasus

Tn.K 39 Tahun mengaku adalah seorang Raja Agung, dan memberitahukan


kepada masyarakat sekitar mendapatkan wangsit dari raja-raja sebelumnya seperti
majapahit, Mataram, Panjalu, Padjadjaran, dia bertemu dengan raja-raja tersebut
lewat mimpi dan terkadang dalam setiap malam jumat bertemu dengan mereka untuk
berbincang dan mendapatkan wejangan dari para raja atau punutusannya. Sayangnya
da masyarakat yang percaya dan mendukung hal tersebut sehingga ada juga
masyarakat yang mengikuti Tn.K.

Setelah beberapa waktu setelah itu, Tn.K dibawa oleh pemerintah setempat
kesalah satu RSJ untuk diperiksakan, dan berdasarkan hasil pengkajian memang
mengaku seperti yang dituturkan, klien tampak egosentris, memayoritas pembicaraan
dan susah di koreksi. Terkadang dia menantang untuk menghadirkan salah satu
utusan kerajaan untuk hadir di ruang tempat perawat mengkaji. Dan klien terdiagnosa
mengalami skizofrenia.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa

Ruang rawat : Garuda

Tanggal dirawat : 10 November 2020

I. Identitas Klien
Nama : Tn. K

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 39 tahun

No. RM : 235671

Informan : Pemerintah setempat

II. Alasan Masuk


Tn.K dibawa oleh pemerintah setempat kesalah satu RSJ untuk
diperiksakan, karena mengaku adalah seorang Raja Agung, dan memberitahukan
kepada masyarakat sekitar mendapatkan wangsit dari raja-raja sebelumnya seperti
majapahit, Mataram, Panjalu, Padjadjaran, dia bertemu dengan raja-raja tersebut
lewat mimpi dan terkadang dalam setiap malam jumat bertemu dengan mereka
untuk berbincang dan mendapatkan wejangan dari para raja atau punutusannya
Masalah Keperawatan : waham kebesaran

III. Faktor Predisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu

2. Pengobatan sebelumnya
Klien tidak pernah melakukan pengobatan sebelumnya

3. Trauma : klien tidak mengalami trauma baik itu dari segi aniaya fisik, aniaya
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan klriminal.

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?


Tidak ada anggota keluarga yang gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah mengalami kegagalan dalam menyalonkan sebagai Gubernur
pada tahun 2001
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital : TD 120/80 mmHg

N : 80 x/min

S :36.7 OC

P : 20x/min

b. Ukur : BB: 56 kg

TB 164 cm

b. Keluhan fisik : Klien tidak ada keluhan fisik


7. Psikososial

a. Genogram

8.

Keterangan : 9.
10.
= Laki-laki
11.
= Perempuan
12.
= Klien = Tinggal satu rumah
= Meninggal = Garis keturunan
= Garis perkawinan

b. Konsep diri

1. Gambaran diri

Tn. K menyukai bagian tubuhnya yaitu pada bagian tangan dan Tn. K
mengaku bahwa dirinya seorang raja

2. Identitas

Tn. K seorang kepala keluarga dari kedua anaknya. Tm. K sangat puas
dengan pekerjaannya, kelompoknya saat ini.

3. Peran

Tn. K sebagai kepala keluarga, dan Tn. K juga dapat menjalankan


tugasnya dengan baik

4. Ideal diri
Harapan klien ingin menjadi Raja Aagung dan memberitahu kepada
masyarakat sekitar bahwa dirinya telah diturunkan wnagsit dan klien ingin
mengajak warga untuk ikut bergabung dengannya

5. Harga diri

Tn. K merasa senang dan menilai dirinya berbeda dengan orang lain

Masalah Keperawatan : Gangguan isi pikir : waham kebesaran

c. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti

Istri dan kedua anaknya

2. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat

Tn. K selalu mengikuti kegiatan dimasyarakat atau kelompoknya

3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Tidak ada hambatan dalam masalah ini, Tn. K berhubungan baik dengan
masyarakat

d. Spiritual

a. Nilai keyakinan

Tn. K mengaku bahwa dirinya beragama Islam

c. Kegiatan Ibadah

Tn. K mengatakan bahwa kegiatan untuk ibadah itu hal yang sangat
diwajibkan untuk dilaksanakan

8. Status Mental

a. Penampilan

Tn. K berpenampilan rapi dengan pakaian seperti Raja Agung

b. Pembicaraan
Tn. K memayoritas pembicaraan dan susah di koreksi

c. Aktivitas motorik

Tn. K berbicara kemana saja dan susah dikoreksi, berbicara sendiri dan melihat
bayangan putih

d. Alam perasaan

Tn. K merasa bahagia karena dirinya mempunyai kedudukan Raja

e. Afek

emosi Tn. K tampak labil klien juga tampak egosentris dan erkadang dia
menantang untuk menghadirkan salah satu utusan kerajaan untuk hadir

f. Interaksi selama wawancara

Klien tampak defensive dia berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran


dirinya

g. Persepsi

Tn. K mengaku seorang Raja Agung, dan memberitahukan kepada masyarakat


sekitar mendapatkan wangsit dari raja-raja, dan setiap malem jumat bertemu
dengan mereka

h. Proses berfikir

Tn. K tampak tangensial pembicaraan yang berbelit-belit dan tidak dapat


dikoreksi

i. Isi pikir

Waham kebesaran Tn. K mengaku bahwa dirinya Raja Agung dan terkadang dia
menantang untuk menghadirkan salah satu utusan kerajaan untuk hadir

j. Tingkat kesadaran

Klien mengalami disorientasi waktu ditandai dengan Tn. K bertemu dengan raja-
raja lewat mimpi setiap malam jumat
k. Memori

Tn. K mengalami konfabulasi yaitu ditandai dengan pembicaraan yang tidak


sesuai dengan kenyataannya dengan memasukan cerita yang tidak benar

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tn. K tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian

Tidak ada masalah

n. Daya tilik diri

Tidak ada masalah

9. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

Tn. K mengatakan bahwa ada makanan yang dipantang

b. BAB/BAK

Tn. K mampu membersihkan diri dan merapikan pakaian

c. Mandi

Tn. K mandi sendiri 2x dalam sehari

d. Berpakaian / berhias

Klien masih membutuhkan bantuan minimal karena Tn masih suka menggunakan


pakaian Raja

e. Istirahat dan tidur

Tn. K tidur malem pada pukul 21.30 - 05.00

f. Penggunaan obat

Tn. K masih perlu dengan bantuan minimal


g. Pemeliharaan Kesehatan

Dalam pemeliharaan kesehatan Tn. K masih membutuhkan bantuan minimal


lanjutan dari RSJ dan perlu melibatkan keluarga

h. Aktivitas di dalam rumah

Tn. K mampu melakaukan aktivitas sehari-hari

i. Aktivitas di luar rumah

Tn. K perlu didampingi jika keluar rumah

10. Mekanisme Koping

Tn. K mampu berbicara dengan orang lain, dan mampu menyelasaikan dengan sendri.

Tidak ada masalah dalam mekanismes maladaptif

11. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Tn. K mengalami gangguan isi pikir ia mengaku sebagai Raja Agung dan
memberitahu kepada masyarakat sekitar bahwa dirinya telah mendaptkan wangsit
dari raja-raja sebelumnya.

12. Pengetahuan Kurang Tentang

Tn. K belum paham tentang masalah yang sedang dihadapi

13. Aspek Medik


Diagnosis medik : Skizonfrenia

Terapi medik : Psikoterapi

14. Daftar Masalah Keperawatan

Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran


Analisa Data

Data Masalah
Subjektif : waham kebesaran

- Tn. K mengaku sebagai seorang


Raja Agung

Objektif :

- Pada saat di kaji klien menantang


untuk menghadirkan salah satu
utusan kerajaan untuk hadir
- klien terdiagnosa mengalami
skizofrenia.

15. Daftar Diagnosis Keperawatan

1. Waham Kebesaran

RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosis Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Waham TUM : Setelah 1 kali 1. Bina hubungan 1. Untuk
kebesaran interaksi, klien : saling percaya Kepercayan
Klien dapat
dengan dari klien
mengontrol
- Mau menggunakan merupakan
atau
menerima prinsip hal yang
mengendalikan
kehadiran komunikasi mutlak serta
wahamnya.
perawat tarapeutik : akan
Tuk 1 : Klien disampingnya; - Beri salam; memudahk
dapat - Mengatakan - Perkenalkan diri, an dalam
membina mau serta tanyakan melakukan
hubungan menerima nama dan nama pendekatan
saling bantuan panggilan yang dan
percaya perawat; disukai klien; tindakan
- Tidak - Jelaskan tujuan keperawatan
menunjukkan interaksi; kepada
tanda-tanda - Yakinkan klien klien
mencurigakan dalam keadaan
- Mengizinkan aman, serta
perawat perawat siap
duduk di untuk menolong
sampingnya dan
mendampinginy
a
- Yakinkan bahwa
kerahasiaan
klien akan tetap
terjaga;
- Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
- Perhatikan
kebutuhan dasar
dan beri bantuan
untuk
memenuhinya

TUK 2 : Setelah 2 kali 1. Bantu klien untuk 1. Ungkapan


interaksi, klien : mengungkapkan perasaan
dapat
Menceritakan ideide perasaan dan menunjukan
mengidentifikasi
pikiran dan (pikiran) dan pikirannya : apa yang
perasaan yang perasaan yang - Diskusikan dibutuhkan
sering muncul sering muncul dengan klien dan
secara berulang secara berulangulang pengalaman dirasakan
ulang yang dialaminya oleh klien.
selama ini,
termasuk
hubungan
dengan orang
yang penting
untuk klien,
lingkungan
sekolah, dan
lain-lain.
- Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati
tanpa
mendukung/
menentang
pernyataan
wahamnya.
Tuk 3 : Setelah 3 kali Bantu klien Dengan
interaksi, klien : untuk Mengetahui
Klien dapat
- Dapat mengidentifikasi penyebab
mengidentifikasi menyebutkan kebutuhan waham klien

stressor/pencetus kejadian –kejadian yang tidak dapat


sesuai urutan terpenuhi, serta ditemukan
wahamnya.
waktu, serta kejadian yang mekanisme
harapan/kebutuhan menjadi faktor koping klien
dasar yang tidak pencetus dalam
terpenuhi. wahamnya: memproses
- Dapat - Diskusikan sesuatu dalam
menyebutkan dengan klien pikirannya serta
hubungan antara tentang kejadian- strategi apa
kejadian kejadian kejadian yang yang akan
traumatis/kebut menimbulkan diterapkan
uhan yang tidak perasaan takut, kepada klien.
terpenuhi dan ansietas, atau
wahamnya perasaan tidak
dihargai.
- Diskusikan
kebutuhan/harapa
n yang belum
terpenuhi.
- Diskusikan
dengan klien cara-
cara mengatasi
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dan
kejadiankejadian
yang traumatis.
- Diskusikan
dengan klien
apakah ada
halusinasi yang
meningkatkan
pikiran/perasa an
yang terkait
dengan
wahamnya.
TUK 4 : Setelah 4 kali Diskusikan dengan Jika wahamnya
interaksi, klien klien tentang sudah
Klien dapat
menyebutkan kejadian tersebut teridentifikasi,
mengidentifikasi perbedaan antara dengan wahamnya. mekanisme

wahamnya. pengalaman nyata - Bantu klien koping klien


dan pengalaman mengidentifikasi dalam
wahamnya. keyakinan yang menyelesaikan
salah tentang masalah yang
situasi yang nyata dihadapinya
(bila klien sudah akan terlihat.
siap):
- Diskusikan dengan
klien tentang
pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentas i.
- Katakanlah kepada
klien akan
keraguan perawat
terhadap
pernyataan klien.
- Diskusikan dengan
klien tentang
respon perasaan
terhadap
wahamnya.
- Diskusikan
frekuensi,
intensitas dan
durasi terjadinya
waham.
- Bantu klien
membedakan
situasi nyata
dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses keperawatan pada pasien psikiatrik terutama skizofrenia kronik harus
berkesinambungan dan terus menerus. Gangguan jiwa berat ini menahun dan akan terjadi
kekambuhan sehingga perlu adanya kerja sama antara perawat dengan keluarga klien untuk
proses penyembuhan klien yang lebih cepat dan persiapan pngembalian klien kepada
masyarakat. Terapi yang bisa digunakan daalam proses persiapan pulang yaitu terapi music,
aroma terapi, message, reflexology, terapi hewan, terapi sinema, yoga dan social skill
training. Peran perawat psikiatri dalam pelatihan keterampilan sosial, perawat cenderung
tidak terlibat langsung dalam pelatihan semacam itu namun tetap terlibat dalam peran proses
keperawatan. Berdasarkan terapi diatas dapat dijelaskan bahwa beberapa terapi bisa
digunakan untuk proses rehabilitasi pada pasien skizofrenia kronik.

3.2 Saran
Setelah mengetahui banyal hal mengenai waham kebesaran yang telah dipaparkan di
atas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga kesehatan mengaplikasikan ilmu
tersebut untuk melakukan asuhan keperawatan pada penderita waham. Maka dari itu
diperlukan saran dan kritik untuk mendukung pembuatan makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung : PT Refika


Aditama

Zamrun Muhammad. 2019. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Penguatan dan

Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Era Revolusi Industri 4.0. Kendari : UHO
Edupress

Victorya, Fallon. dkk. 2020. Penerapan Standar Asuhan KeperawatanJIwa Ners

Untuk Menerunkan Intensitas Waham Pasien Skinzofernia. Jurnal Keperawatan


Jiwa Volume 8 No 1, Hal 45 – 52. FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang
bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah. Diakses 1411-2020 11.00

http://repository.unimus.ac.id/297/1/buku%20ajar%20psikiatri
%20SKDI.pdfdiakses1211-2020

Anda mungkin juga menyukai