Anda di halaman 1dari 23

PERAWATAN PASCA BEDAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Ellsa Nadilla AK118053


Eneng Deti Sri Rahayu AK118057
Fathunissa Imarah Nusyaibah AK118060
Fitri Indriani AK118064
Hana Nabiilah AK118071
Ica Nur Agustina AK118076
Intan Novitasari AK118080
Iseu Rahmawati AK118084
Marcella AK118098

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Kritis yang
membahas tentang “PERAWATAN PASCA BEDAH” tepat pada waktunya. Tak
lupa shalawat serta salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

Bandung, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi perawatan pasca bedah saluran cerna.......................................................................3
B. Sistem saluran cerna...............................................................................................................3
C. Tindakan bedah saluran cerna................................................................................................3
D. Diet perawatan pasca bedah saluran cerna.............................................................................4
E. Telaah Jurnal...........................................................................................................................5
BAB III PENUTUP...................................................................................................................6
A. Kesimpulan..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan bedah merupakan salah satu solusi tindakan untuk penyembuhan suatu penyakit.
Diperkiraan setidaknya 11% dari beban penyakit di dunia berasal dari penyakit atau keadaan
yang sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan (Kemenkes, 2015). Nainggolan
(2013) dalam Hartoyo (2015) mengatakan bahwa Operasi atau pembedahan adalah suatu
penanganan medis secara invasive yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati
penyakit, injuri, atau deformitas tubuh. Dalam tindakan pembedahan, diklasifikasikan
berbagai jenis tindakan pembedahan menurut tujuannya, salah satunya adalah Bedah/Operasi
Elektif. Operasi Elektif adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan terjadwal dengan
persiapan, bukan bertujuan bagai life safing, dan dilakukan pada pasien dengan kondisi baik,
bukan gawat darurat.Prevalensi bedah elektif di dunia Setiap tahun diperkirakan terdapat
67 juta kasus Insidendan prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur
operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga
300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun (Burney dalam Nafira, 2014). Kasus bedah
elektif di USA (United States America) sekitar 800.000 kasus setiap tahun dan negara
Belanda sekitar 33.000 kasus setiap tahun (Ruhl dalam Nafira, 2014). Sedangkan di
Indonesia kasus bedah elektif mencapai 150.000 kasus pertahun. Terdapat bermacam macam
macam spesialis yang melakukan tindakan pembedahan. Salah satu spesialis pembedahan
ialah bedah digestif/ saluran cerna. Bedah saluran cerna merupakan pembedahan yang
dilakukan akibat adanya gangguan (penyakit) di bagian saluran cerna (digestive). Bedah
saluran cerna adalah salah satu macam bedah/operasi elektif. Pembedahan atau operasi adalah
semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong dalam
Asmara Wipa, 2010). Digestif atau saluran pencernaan adalah saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Pada
umumnya, dalam suatu tindakan pembedahan akan mengakibatkan perubahan fungsi
fisiologis dari organ dan juga akan mempengaruhi organ lain akibat dari pengurangan atau
eliminasi beberapa jaringan, terutama jika pembedahan tersebut berada di saluran pencernaan
(digestive), gangguan kecil yang biasa dialami seperti kehilangan nafsu makan, lemas, mual
dan muntah (akibat interaksi obat) akan menyebabkan penurunan status gizi. Asmara Wipa,
2013 mengatakan akibat dari luka terjadi proses penyembuhan luka yang merupakan proses
kompleks dan banyak yang terkait. Kebutuhan kalori, protein, lemak dan elektrolit sangat
diperlukan untuk kebugaran fisik dan penyembuhan luka pasca bedah.Aspek yang
mempengaruhi penyembuhan luka salah satunya adalah nutrisi. Nutrisi sangat penting pada
pasien yang menderita penyakit kritis atau pasien yang memiliki luka, baik luka akut maupun
kronis. Untuk sembuh sebagaimana mestinya, tubuh memerlukan karbohidrat, lemak, protein,
mineral, kalori, vitamin, dan hidrasi yang adekuat (Morton dalam Yuli & Risti,
2016).Kegagalan untuk menyediakan sumber energi nonprotein yang memadai akan
menyebabkan penggunaan cadangan jaringan tubuh. Tujuan dari nutrisi suportif adalah untuk
memenuhi kebutuhan substrat untuk sintesis protein (Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu
Bedah Bandung, 2010). Dukungan gizi dapat diberikan dengan pemberian tambahan sumber
protein terhadap pasien bedah. Contoh sumber protein yang dapat diberikan sebagai makanan
ekstra terhadap pasien bedah antara lain putih telur, susu, tempe, dan sumber protein lain. Zat
gizi khusus lain yang banyak diperlukan dalam proses penyembuhan luka adalah arginin dan
asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid / BCAA). Pemberian diet tempe
untuktikus percobaan dapat mencukupi kebutuhan asam amino arginin yang diperlukan pada
proses penyembuhan luka (Ghozali dalam Widiani, 2014). Di Jawa Timur menurut Dinkes
Jawa Timur terdapat 10.503 kasus bedah elektif yang dilakukan selama periode
2014.Tindakan pembedahan dilakukan oleh seorang spesialis bedah.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi Perawatan Pasca Bedah Saluran Cerna?
b. Bagaimana Sistem Saluran Cerna?
c. Bagaimana Tindakan Bedah Saluran Cerna?
d. Bagaimana Diet Perawatan Pasca Bedah Saluran Cerna?
C. Tujuan
Untuk mengetahui perawatan pasca bedah saluran cerna
BAB

II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERAWATAN PASCA BEDAH

Bedah saluran cerna adalah salah satu macam bedah/operasi elektif. Pembedahan atau
operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka
atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong
dalam Asmara Wipa, 2010). Digestif atau saluran pencernaan adalah saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus.

Pada umumnya, dalam suatu tindakan pembedahan akan mengakibatkan perubahan


fungsi fisiologis dari organ dan juga akan mempengaruhi organ lain akibat dari pengurangan
atau eliminasi beberapa jaringan, terutama jika pembedahan tersebut berada di saluran
pencernaan (digestive), gangguan kecil yang biasa dialami seperti kehilangan nafsu makan,
lemas, mual dan muntah (akibat interaksi obat) akan menyebabkan penurunan status gizi.
Asmara Wipa, 2013 mengatakan akibat dari luka terjadi proses penyembuhan luka yang
merupakan proses kompleks dan banyak yang terkait. Kebutuhan kalori, protein, lemak dan
elektrolit sangat diperlukan untuk kebugaran fisik dan penyembuhan luka pasca bedah. Aspek
yang mempengaruhi penyembuhan luka salah satunya adalah nutrisi. Nutrisi sangat penting
pada pasien yang menderita penyakit kritis atau pasien yang memiliki luka, baik luka akut
maupun kronis. Untuk sembuh sebagaimana mestinya, tubuh memerlukan karbohidrat,
lemak, protein, mineral, kalori, vitamin, dan hidrasi yang adekuat (Morton dalam Yuli &
Risti, 2016).

B. SISTEM SALURAN CERNA

C. TINDAKAN BEDAH SALURAN CERNA


D. DIET PERAWATAN PASCA BEDAH SALURAN CERNA

Diet Pasca Bedah

Menurut Almatsier dalam Kusumayanti (2014), diet pasca operasi adalah makanan yang
diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.

Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis
penyakit penyerta.

a) Pengkajian Nutrisi Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah
penyakit. Pada pengkajian gizi terdapat akronim A,B,C,D yang dapat dipergunakan untuk
mengidentivikasi pengkajian nutrisi. Meskipun urutan pengkajian parameter ini dapat
berbeda-beda, namun evaluasi status nutrisi tetap harus menyertakan salah satu metode
berikut: (Smeltlzer dan Bare, 2002) - Pengukuran antropometri (BB,TB,IMT) - Pengukuran
biokimia (albumin, transferin, jumlah limfosit total, elektrolit, kreatinin) - Pemeriksaan klinis
- Data diet b) Jenis Diet Biasanya, jenis diet yang diberikan rumah sakit untuk pasien pasca
bedah ialah diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein). Diet yang disarankan adalah:

1) Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi

2) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita

3) Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam)

4) Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin

5) Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan
makan penderita. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian:

1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I) : Selama enam jam sesudah operasi, makanan yang diberikan
berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih

2. Diet Pasca-Bedah II (DPB II) Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu
jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata delapan sampai 10 kali sehari selama
pasien tidak tidur.

3. Diet Pasca-Bedah III (DPB III) Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah
susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat
memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan adalah
makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.

4. Diet Pasca-Bedah IV (DPB IV) Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi
dalam tiga kali makanan lengkap dan satu kali makanan selingan.

c) Kebutuhan Energi, Protein dan Zat Besi Kebutuhan energi seseorang menurut WHO dalam
Almatsier (2009) adalah Asupan Energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk
menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh
dengan tingkat aktifitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.
Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal. Dengan
pengertian lain, bahwa perhitungan kebutuhan energi salah satunya dipengaruhi oleh
Aktivitas Fisik seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Supariasa (2002) yang
mengatakan bahwa kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor antara lain
Angka Metabolisme Basal, tingkat pertumbuhan, aktifitas fisik, dan faktor yang bersifat
relatif yaitu gangguan pencernaan, perbedaan daya serap, dan perbedaan pengeluaran dan
penghancuran dari zat gizi tersebut dalam tubuh.

Rumus perhitungan energi yang digunakan untuk menghitung kebutuhan sehari dapat
ditentukan dengan rumus Harris-Benedict (Akmatsier, 2009) dengan rumus :

AMB laki-laki : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

AMB perempuan : 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

Keterangan :

BB = Berat Badan satuan kilogram (Kg)

TB = Tinggi Badan satuan centimeter (cm)

U = Usia dalam satuan tahun Setelah menghitung kebutuhan AMB, maka selanjutnya
dihitung kebutuhan dengan mengalikan aktivitas fisik.

 Diet Pasca Bedah 2 :

 Diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna (pancreatectomy,


jejunustomy, ileustomy, gastrektomy) atau sebagai perpindahan dari Diet
Pasca Bedah I
 Dieberikan dlm waktu sesingkat mungkin, berupa makanan cair kental (kaldu
jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding) rata-rata 8-10 kali sehari selama
pasien tidak tidur.

 Diet Pasca Bedah 3 :

 Diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai


perpindahan dari DPB II

 Berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak
melebihi 2000 ml sehari

Tujuan diet

 mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal,

 untuk mempercepat proses penyembuhan dan

 meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :

 Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi dan protein )

 Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

 Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Prinsip diet : TETP

Syarat diet

 Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi

 Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)

 Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin

 Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan
makan penderita.

Memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa
PICOT

No Judul Jurnal Tahun Nama P I C O T


Peneliti

1 EFEKTIFITA 2018 Yusrin Nyeri pada Penggunaa tidak ada Berdasarkan hasil penelitian October 2018
S Aswad, pasien n audio pembanding mengenai “Efektivitas Audio
PENGGUNA Paulus pasca recorder Recorder Guided Imagery
AN AUDIO Pangalo bedah guidedimag Music terhadap nyeri pada
RECORDER laparatomi ery nusic pasien Pasca bedah laparatomy
GUIDED (GIM) di ruang ICU BLUD RS Prof
IMAGERY DR dr H Aloe Saboe Kota
MUSIC (GIM) Gorontalo dapat di simpulkan:
TERHADAP Rata-rata responden pasca
NYERI PADA bedah laparatomy mengalami
PASIEN nyeri sedang baik pada
PASCA kelompok intervensi maupun
BEDAH kelompok control, Terjadi
LAPARATO penurunan nyeri secara
MI DI RS. signifikan pada kelompok
BLUD PROF intervensi setelah diberikan
DR DR H Guided imagery music, dan
ALOE pada kelompok control tidak
SABOE mengalami penurunan nyeri
KOTA yang signifikan, Terdapat
GORONTAL pengaruh yang signifikan
O intervensi Guided Imagery
Music terhadap nyeri pada
pasien Pasca bedah laparatomy
2 JURNAL 2018 Ahmad penyembu diet pasca Tidak ada Pemenuhan nutrisi berpengaruh October 2018
EFEKTIVITA Alviin han luka operasi pembanding terhadap metabolisme pasca
S Dictara, pasien operasi tergantung berat
PEMBERIAN Dian Isti pasca ringannya operasi, keadaan gizi
NUTRISI Anggraini, bedah pasien pasca operasi, dan
ADEKUAT Sofyan laparatomi pengaruh operasi terhadap
DALAM Musyabiq kemampuan pasien untuk
PENYEMBU mencerna dan mengabsorpsi
HAN LUKA zat-zat giz, dimana terdapat 4
PASCA jenis diet pasca bedah (DPB)
OPERASI yang diberikan sesuai indikasi
LAPARATO yang sangat penting untuk
MI mempercepat proses
penyembuhan luka paska
laparotomi. Tujuan diet pasca
operasi adalah untuk
mengupayakan agar status gizi
pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses
penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh
pasien. Syarat diet pasca
operasi adalah memberikan
makanan secara bertahap mulai
dari bentuk cair, saring, lunak,
dan biasa. Terdapat 4 jenis diet
paska bedah yang diberikan
sesuai indikasi tertentu untuk
mempercepat proses
penyembuhan luka paska
laparotomi.
3 EFEKTIFITA 2021 Emah efektifitas intervensi penelitian mobilisasi dini efektif untuk Juni-oktober
S Marhamah, mobilisasi keperawata yang paling meningkatkan peristaltik usus 2020
MOBILISASI Ayu pada n pada efektif pada pasien paska operasi
DINI UNTUK NadiyaChoi pasien klien paska dilakukan abdomen, mobilisasi dini paling
MENINGKAT re paska operasi oleh Nadila, baik diberikan pada pasien
KAN operasi abdomen dkk (2019) setelah 6 jam, 12 jam dan 24
PERISTALTI dilakukan karena hasil jam dan keefektifan mobilisasi
K USUS dengan 3 dari dini dapat dilihat dari
PADA tahap, yaitu penelitiannya pengukuran peristaltik usus
PASIEN tahap menunjukkan yang kembali normal yaitu. 5-
PASKA pertama nilai selisih 35x/menit
OPERASI dilakukan signifikan
ABDOMEN 4-6 jam dan memiliki
pertama waktu
setelah tercerpat dan
operasi, waktu
pada tahap terlama,
ini sehingga
responden terjadi
diberikan perbedaan
tindakan sebelum dan
Range Of sesudah
Motion diberikan
Pasif mobilisasi
(ROM dini.
kiri), tahap
dua
dilakukan
pada 8-
10 jam pos
operasi
dimana
responden
diberikan
intervensi
mobilisasi
dini dengan
gerakan
miring
kanan dan
miring kiri,
tahap tiga
dilakukan
pada 12-24
jam pos
operasi
dengan
gerakan
mobilisasi
dini pada
tahap
duduk
bersandar
dengan
kaki
menjuntai
dan
digerak-
gerakkan.

4 JURNAL 2017 Sri pemulihan Nyeri Hasil penelitian menunjukkan Juni 2017
PENGARUH Wahyuni pasien ada
AMBULASI post pengaruh ambulasi dini
DINI operasi terhadap pemulihan pasien post
TERHADAP abdomen operasi abdomen dengan
PEMULIHAN parameter intensitas nyeri
PASIEN diperoleh nilaip= 0.000
POST (p<0,05), aktivitas peristaltik
OPERASI usus diperoleh nilai p= 0.028
ABDOMEN (p<0,05), dan penyembuhan
DI RS KOTA luka fase inflamasi
MEDAN diperoleh nilai p= 0.003
(p<0,05). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan
bahwa ambulasi dini dapat
mempengaruhi pemulihan
pasien post operasi
abdomen terhadap penurunkan
intensitas nyeri, aktivitas
peristaltik usus dan
penyembuhan luka fase
inflamasi. Hasil penelitian ini
dapat menjadi masukan
bagi pelayanan dan pendidikan
keperawatan untuk menerapkan
metode ambulasi
dini sesuai dengan tahapan dan
kondisi pasien post operasi
abdomen terhadap
proses pemulihan pasien dan
mencegah komplikasi post
operasi.

5 PENGARUH 2015 El Mengetah Jenis hasil pengukuran rata-rata nyeri 2015


AROMATER Rahmayati1 ui penelitian pada pasien post operasi
API LEMON , Raihan pengaruh kuantitatif laparatomi sebelum diberikan
TERHADAP Hardiansya aromatera desain aromaterapi lemon adalah mean
PENURUNAN h2 , pi lemon quasi 5.25 dengan standar deviasi
SKALA Nurhayati3 terhadap exsperimen 0.672, nyeri terendah adalah 4
NYERI penurunan t dengan dan nyeri tertinggi adalah 6.
PASIEN skala nyeri pendekatan Pengukuran rata-rata nyeripada
POST pasien desain one pasien post operasi laparatomi
OPERASI post group pre- sesudah diberikan aromaterapi
LAPARATO operasi test post- lemon adalah mean 4.00 dengan
MI laparatomi test design. standar deviasi 0.718. Hasil
. Teknik statistik dengan uji Wilcoxon
pengambila signed rank test didapatkan
n sampel hasil p-value sebesar
dengan (0,000)<α(0,05), hal ini
menggunak menunjukkan ha diterima yang
an teknik artinya aromaterapi lemon
accidental memiliki pengaruh dalam
sampling menurunkan tingkat nyeri pada
sebanyak pasien post operasi laparatomi.
32
responden.
Pengumpul
an data
menggunak
an
pengukuran
Numeric
Rating
Scale
(NRS).C :
Lemon
BAB
BAB

III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada umumnya, dalam suatu tindakan pembedahan akan mengakibatkan perubahan
fungsi fisiologis dari organ dan juga akan mempengaruhi organ lain akibat dari
pengurangan atau eliminasi beberapa jaringan, terutama jika pembedahan tersebut
berada di saluran pencernaan (digestive), gangguan kecil yang biasa dialami seperti
kehilangan nafsu makan, lemas, mual dan muntah (akibat interaksi obat) akan
menyebabkan penurunan status gizi. Asmara Wipa, 2013 mengatakan akibat dari luka
terjadi proses penyembuhan luka yang merupakan proses kompleks dan banyak yang
terkait. Kebutuhan kalori, protein, lemak dan elektrolit sangat diperlukan untuk
kebugaran fisik dan penyembuhan luka pasca bedah. Aspek yang mempengaruhi
penyembuhan luka salah satunya adalah nutrisi.
B. SARAN

Diet Pasca Bedah

Menurut Almatsier dalam Kusumayanti (2014), diet pasca operasi adalah makanan
yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.

Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan


jenis penyakit penyerta.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmayati, E., Irawan, A., & Sormin, T. (2017). Pengaruh Terapi Komplementer Akupresur
terhadap Mual Muntah Pasca Operasi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Kesehatan, 8(3), 382-388.
Emah marhamah.Ayu Nadiya Choire.2021. EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI UNTUK
MENINGKATKAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN PASKA OPERASI
ABDOMEN. http://ejournal.akperkbn.ac.id/index.php/jkkb/article/view/77. 21 Juni 2021 jam
15.35
Ahmad Alvin Dictara1, Dian Isti Angraini2, Sofyan Musyabiq2. 2018.Efektivitas Pemberian
Nutrisi Adekuat dalam Penyembuhan Luka Pasca Laparotomi. Volume 7. Majority

El Rahmayati1, Raihan Hardiansyah2 , Nurhayati3 (2018) Pengaruh Aromaterapi Lemon


terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Post Operasi Laparatomi . https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/1138/840 (Senin, 21 Juni 2021 17.00 WIB)

https://www.google.com/url?q=http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/
1403000024/6._BAB_I_.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjw-
931r6jxAhXHSH0KHXOjBFsQFjABegQIBRAB&usg=AOvVaw1dsOz5NDZ3HFeneOQU
OAML

Diakses 21-06-2021 16:10

https://www.google.co.id/url?q=http://stikeswch-malang.ac.id/%3Fsmd_process_download
%3D1%26download_id
%3D1971&sa=U&ved=2ahUKEwi37sGksajxAhUDXSsKHc7kAhAQFjAFegQIBxAB&usg
=AOvVaw26pAolrD8QVNiiPr4aPDCm

diakses 21-06-2021 16:25

Anda mungkin juga menyukai