KEPERAWATAN KRITIS
” TERAPI CAIRAN DAN PARENTERAL NUTRISI ”
Pembimbing
Ns. NOVITA AMRI .M,kep
KELOMPOK 8
GESA TENSISKA
RAHDA WAHYUNI
RIDWAN MAULANA
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia serta hidayah-
Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “terapi cairan dan parenteral
nutrisi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan kritis
dengan dosen pengampu mata kuliah Ns. Novita amri, M.kep.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berusaha
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah
ini.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Nutrisi Parenteral.................................................................................7
a) Definisi Nutrisi Parenteral.............................................................7
b) Dasar Pemberian............................................................................8
c) Cara Pemberian Nutrisi Parenteral................................................8
d) Hal yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian.........................9
e) Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral........................................................10
f) Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral............................................13
g) Indikasi Nutrisi Parenteral.............................................................14
h) Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral.......15
i) Contoh Sediaan..............................................................................16
j) Metode Pemberian Nutrisi Parenteral...........................................18
k) Rekomendasi Jadwal Pemantauan Pasien yang Mendapat Nutrisi Parenteral..19
l) Penghentian Nutrisi Parenteral......................................................21
B. Terapi cairan........................................................................................22
a) Definisi terapi cairan.....................................................................22
b) Komposisi cairan tubuh.................................................................22
c) Etiologi kehilangan cairan..........................................................22
d) Homeostasis dan patofisiologi....................................................23
e) Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan....................23
f) Tujuan terapi cairan.......................................................................24
g) Jenis-jenis cairan yang digunakan..............................................25
h) Tatalaksana terapi cairan............................................................26
i) Prognosis terapi cairan..................................................................28
A. Kesimpulan..........................................................................................30
B. Saran....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).Status nutrisi normal
menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi
(Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak
diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh
(Suastika,1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui
intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral
Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral
total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan
pencernaan dan absorbsi.
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi
bukan untuk penyebab penyakitnya.Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit
memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi
parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih
membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang menderita
kelaparan tanpa komplikasi.
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral
dannutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa
menelancukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik
antaradokter, ahli gizi,penderita dan keluarga.Nutrisi enteral bila penderita tidak
bisamenelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi ususmasih
cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsisebagian dan tidak
ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harusdipertimbangkan, karena diet enteral
lebih fisiologis karena meningkatkan alirandarah mukosa intestinal, mempertahankan
aktivitas metabolik serta keseimbanganhormonal dan enzimatik antara traktus
gastrointestinal dan live.
Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi
hormonusus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin
mempunyaiefek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat
mempertahankan integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri,
memelihara gut/associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas
mukosa usus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Definisi Nutrisi Parenteral?
2. Apakah Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral?
3. Bagaimana Cara Pemberian Nutrisi Parenteral?
4. Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian?
5. Apa Sajakah Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral?
6. Apakah Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral?
7. Apakah Indikasi dari Nutrisi Parenteral?
8. Apa Sajakah Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral?
9. Definisi terapi cairan?
10. Komposisi cairan tubuh?
11. Etiologi kehilangan cairan?
12. Homeostasis dan patofisiologi?
13. Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan?
14. Tujuan terapi cairan?
15. Jenis-jenis cairan yang digunakan?
16. Tatalaksana terapi cairan?
17. Prognosis terapi cairan?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Nutrisi Parenteral
2. Untuk Mengetahui Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral
3. Untuk Mengetahui Cara Pemberian Nutrisi Parenteral
4. Untuk Mengetahui Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian
5. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral
6. Untuk Mengetahui Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral
7. Untuk Mengetahui Indikasi dari Nutrisi Parenteral
8. Untuk Mengetahui Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral
9. Definisi terapi cairan?
10. Komposisi cairan tubuh?
11. Etiologi kehilangan cairan?
12. Homeostasis dan patofisiologi?
13. Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan?
14. Tujuan terapi cairan?
15. Jenis-jenis cairan yang digunakan?
16. Tatalaksana terapi cairan?
17. Prognosis terapi cairan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. NUTRISI PARENTERAL
2. Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan
perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose,
xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol
untuk menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak
memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses intraselluler mutlak masih
memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses
intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat
kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing
karbohidrat :
1) Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2) Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
3) Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara
metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1
3. Protein/ Asam Amino
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein.
Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu
pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam
amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan
memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram
nitrogen atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu
sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen )
setara 6,25 gram asam amino atau protein jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50
gram / hari maka diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau
300 gram.
4. Mikronutrien dan Immunonutrien
Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari,
masing-masing:
1) Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
2) Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
3) Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
4) Zink : 3 – 10 mg/ hari
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah:
1) Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
2) Fatty acid.
3) Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang
peran penting dalam proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan
mencegah proses inflamasi kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan
yang pada pasien-pasien critical ill sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-
nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama
Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.
Contoh larutan mikronutrien standar:
i) Contoh Sediaan
1. Nutrisi Parenteral Total
1) Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam
satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan
elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan kalsium. Tersedia dalam
ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal)
410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30
Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida
(mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845.
2) Minofusin Paed
larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan
vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi
parenteral pada prematur dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit,
vitamin dan air pada kasus di mana pemberian peroral tidak cukup atau tidak
memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi
protein atau katabolisme protein.Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:
L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
L-Aspartic acid 4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
L-Glutamic acid 9.500 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Piridoksin 0.040 g
hidroklorida
Riboflavin-5′- 0.0025 g
phosphate sodium salt
Kalium hidroksida 1.403 g
Natrium hidroksida 1.200 g
Kalsium klorida 0.735 g
Magnesium asetat
B. Terapi cairan
A. Definisi terapi cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara ataupun mengganti cairan tubuh dengan
pemberian cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena
untuk mengatasi berbagai masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, meliputi
mengantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi atau syok.
Terapi cairan perioperative meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra-bedah,
selama pembedahan, dan pasca bedah. Dalam pembedahan dengan anestesia yang memerlukan
puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi cairanberfungsi untuk mengganti cairan
saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan,
mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
B. Komposisi cairan tubuh
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80%
dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas 65-70% dari
berat badan, orang dewasa normal sekitar 50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel
lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan total pada orang
gemuk lebih rendah dari pada mereka yang tidak gemuk.
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan ekstrasel dan intrasel.
Volume cairan intrasel sebesar 60% dari cairan tubuh total atau sebesar 36% dari berat badan
pada orang dewasa. Volume cairan ektrasel sebesar 40% dari cairan tubuh total atau sebesar 24%
dari berat badan pada orang dewasa. Cairan ekstrasel dibagi dalam dua subkompartemen yaitu
cairan interstisium sebesar 30% dari cairan tubuh total atau 18% dari berat badan pada orang
dewasa dan cairan intravascular (plasma) sebesar 10% dari cairan tubuh total atau sebesar 6%
dari berat badan pada orang dewasa.
Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari jumlahnormal akibat
kehilangan cairan, asupan yang tidak mencukupi ataukombinasi keduanya. Dengan manifestasi
klinis seperti pada tabel 5 :1
Klinis Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
Ringan (5%) Sedang (5-10%) Berat (> 10%)
Keadaan Umum Baik, Compos Gelisah, rewel Letargik, tak sadar
Mentis ,lesu
Mata cekung, Normal Cekung Sangat cekung
keing
Air mata Ada Kering Kering sekali
Mulut atau lidah Lembab Kering Sangat kering,
kering pecah-pecah
Haus Minum normal Haus Tak bisa minum
Turgor Baik Jelek Sangat jelek
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Tekanan darah Normal Turun Turun sekali
Air kemih Tabel 5 : Kurang, oliguri Kurang sekali
klasifikasi diare
Normal
Pemeriksaan laboratorium pada keadaan dehidrasi yang menunjukakan kelainan antara
lain:
Hematokrit biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi
Peningkatan berat jenis plasma
Peningkatan protein total
Kelainan pada analisis gas darah (asidosis metabolik)
Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi)
Fosfatase alkali meningkat
Natrium dan kalium masih normal, setelah reidrasi kalium ion dalam serum rendah.
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau infus
yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengandung karbohidrat
adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan
rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit
cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam
hipovolemik.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke
luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar.
4-6 ml/kg untuk bedah sedang.
2-4 ml/kg untuk bedah kecil
I. Prognosis terapi cairan
Pada umumnya baik, terutama jika pendapat penanganan cepat dan adekuat. Kematian terjadi
jika mempunyai penyakit dasar yang berat dan penanganan yang tidak adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid 1. Internal
Publishing: Jakarta
2. Guyton AC dan Hell JE. 2008. Buku AjarFisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta : EGC.
3. Sherwood L .2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta:EGC
4. Latief AS,dkk. 2001 petunjuk praktis anestesiologi :terapi cairan pada pembedahan, ed.2 bagian
anestesiologi dan terapi intensif, FK UI.
5. Dobson, Michel B. 2012. Penuntun praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan elektrolit.Jakarta
: EGC.
6. Kaswiyan U. 2010.Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.Fakultas
Kedokteran Universitas padjajaran.
7. Mulyono, I. 2009. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in
Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.
8. Grethlein, Sara J. 2012. Blood Substitutes . journal of emedicine medscape.
9. Kardon, Eric M . 2014. Transfusion Reactions In Emergency Medicine.journal of emedicine
medscape.
10. Adriansyah, Rizky dkk. 2009. Reaksi Hemolitik Akibat Transfusi. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol: 59, No: 8. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
11. Hanafie, Achsanuddin. 2009. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis.
Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39, No. 3. SMF-Anestesi dan Reanimasi FK-USU/RSUP
Hají Adam Malik, Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan
12. WHO. 2013. the clinical use of blood in general medicine obstetric pediatrics surgery &
anaesthasia trauma and Bums.
13. Ario, Dewangga dkk. 2011. Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat untuk Resusitasi Terbatas
(Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat yang Menimbulkan Kenaikan Laktat
Darah Paling Minimal. Journal of Emergency Vol. 1.No. 1. Departemen/SMF Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
14. https://www.academia.edu/18132220/Makalah_Pemberian_Nutrisi_Enteral
15. https://www.nutritioncare.org
16. fk.unsoed.ac.id