Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
” TERAPI CAIRAN DAN PARENTERAL NUTRISI ”

Pembimbing
Ns. NOVITA AMRI .M,kep

KELOMPOK 8
GESA TENSISKA
RAHDA WAHYUNI
RIDWAN MAULANA

AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)


YAYASAN BINA INSANI SAKTI
SUNGAI PENUH
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia serta hidayah-
Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “terapi cairan dan parenteral
nutrisi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan kritis
dengan dosen pengampu mata kuliah Ns. Novita amri, M.kep.
         Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berusaha
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah
ini.

Sungai penuh, 27 september 2020

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Nutrisi Parenteral.................................................................................7
a) Definisi Nutrisi Parenteral.............................................................7
b) Dasar Pemberian............................................................................8
c) Cara Pemberian Nutrisi Parenteral................................................8
d) Hal yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian.........................9
e) Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral........................................................10
f) Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral............................................13
g) Indikasi Nutrisi Parenteral.............................................................14
h) Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral.......15
i) Contoh Sediaan..............................................................................16
j) Metode Pemberian Nutrisi Parenteral...........................................18
k) Rekomendasi Jadwal Pemantauan Pasien yang Mendapat Nutrisi Parenteral..19
l) Penghentian Nutrisi Parenteral......................................................21
B. Terapi cairan........................................................................................22
a) Definisi terapi cairan.....................................................................22
b) Komposisi cairan tubuh.................................................................22
c) Etiologi kehilangan cairan..........................................................22
d) Homeostasis dan patofisiologi....................................................23
e) Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan....................23
f) Tujuan terapi cairan.......................................................................24
g) Jenis-jenis cairan yang digunakan..............................................25
h) Tatalaksana terapi cairan............................................................26
i) Prognosis terapi cairan..................................................................28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................30
B. Saran....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).Status nutrisi normal
menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi
(Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak
diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh
(Suastika,1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui
intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral
Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral
total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan
pencernaan dan absorbsi.
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi
bukan untuk penyebab penyakitnya.Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit
memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi
parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih
membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang menderita
kelaparan tanpa komplikasi.
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral
dannutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa
menelancukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik
antaradokter, ahli gizi,penderita dan keluarga.Nutrisi enteral bila penderita tidak
bisamenelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi ususmasih
cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsisebagian dan tidak
ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harusdipertimbangkan, karena diet enteral
lebih fisiologis karena meningkatkan alirandarah mukosa intestinal, mempertahankan
aktivitas metabolik serta keseimbanganhormonal dan enzimatik antara traktus
gastrointestinal dan live.
Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi
hormonusus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin
mempunyaiefek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat
mempertahankan integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri,
memelihara gut/associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas
mukosa usus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Definisi Nutrisi Parenteral?
2. Apakah Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral?
3. Bagaimana Cara Pemberian Nutrisi Parenteral?
4. Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian?
5. Apa Sajakah Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral?
6. Apakah Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral?
7. Apakah Indikasi dari Nutrisi Parenteral?
8. Apa Sajakah Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral?
9. Definisi terapi cairan?
10. Komposisi cairan tubuh?
11. Etiologi kehilangan cairan?
12. Homeostasis dan patofisiologi?
13. Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan?
14. Tujuan terapi cairan?
15. Jenis-jenis cairan yang digunakan?
16. Tatalaksana terapi cairan?
17. Prognosis terapi cairan?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Nutrisi Parenteral
2. Untuk Mengetahui Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral
3. Untuk Mengetahui Cara Pemberian Nutrisi Parenteral
4. Untuk Mengetahui Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian
5. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral
6. Untuk Mengetahui Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral
7. Untuk Mengetahui Indikasi dari Nutrisi Parenteral
8. Untuk Mengetahui Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral
9. Definisi terapi cairan?
10. Komposisi cairan tubuh?
11. Etiologi kehilangan cairan?
12. Homeostasis dan patofisiologi?
13. Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan?
14. Tujuan terapi cairan?
15. Jenis-jenis cairan yang digunakan?
16. Tatalaksana terapi cairan?
17. Prognosis terapi cairan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. NUTRISI PARENTERAL

a) Definisi Nutrisi Parenteral


Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses
dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu
Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi
Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah.
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi.
b) Dasar Pemberian
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada
kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
 Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
 Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
 Pankreatitis akut ringan.
 Kolitis akut.
 AIDS.
 Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
 Luka bakar.
 Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

c) Cara Pemberian Nutrisi Parenteral


Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) :
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi
sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien
tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung
asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti
intralipid.
2. Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral Parsial ).
Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.
Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral.
Cairannya yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
d) Hal yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-
bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah< 200 mg/dl. Pada penderita non
diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
 24 jam pasca-bedah/traumagagalnapas
 Shock
 demamtinggi
 brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian
melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber
kalori.Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak adadekstrose,
sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalorilain adalah
emulsilemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak dalam
hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200 maka perhitungannya
sebagai berikut:
600 kcal           = glukosa 150 gram
600 kcal           = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia.
Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali.
Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi epar secara teratur. 
Contoh:
 Hari I  : (masastabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer Asetat)
 Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:
 Cairan            : 2000 cc
 Asam amino   : 17,5 gram
 Energi             : 870 kcal
 Na+                  : 30,8 mEq
 K+                   : 15 mEq
 Osmolaritas    : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium.Untuk itu dapat
ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data laboratorium, sedangkan
natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang mengandung 105 mEq
Na+.NaCl 3%=513 mEq Na+/L

 Hari III           : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc +


Ivelip    10% 100 cc.
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu diingat
larutan yang mengandung dektro seharus diberikan terus-menerus. Dengan demikian
dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang saat diberikan selang seling.
Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan komposisi
berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya.

e) Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral


1. Lemak
Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena
perifer. Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak.
Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya
adalah linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids.
Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu
ke dalam larutan emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah
menjadi lapisan lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan
kembalikan ke farmasi, jangan menggunakan IV filter karena partikel di emulsi
lemak terlalu besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2μm atau lebih
besar digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.
Gunakan lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol
kaca. Berikan TPN ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10 menit
dan observasi efek samping pada 30 menit pertama pemberian.  Jika ada reaksi
yang tidak diharapkan , segera hentikan pemberian dan beritahu dokter. Tetapi
jika tidak ada reaksi yang tidak diharapkan, lanjutkan kecepatan pemberian sesuai
resep.  Monitor serum lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta monitor
terhadap tes fungsi hati, untukmengetahui kegagalan fungsi hati dan
ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial
(terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping
karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak
diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka
defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh
dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini
diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.

2. Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan
perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose,
xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol
untuk menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak
memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses  intraselluler mutlak masih
memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses
intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat
kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing
karbohidrat :
1) Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2) Fruktosa / Sarbitol    : 3 gram / Kg BB/hari.
3) Xylitol / maltose       : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara
metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1
3. Protein/ Asam Amino
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein.
Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu
pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam
amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan
memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal  ( karbohidrat ) untuk setiap gram
nitrogen atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu
sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen )
setara 6,25 gram asam amino atau protein  jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50
gram / hari maka diperlukan  karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau
300 gram.
4. Mikronutrien dan Immunonutrien
Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari,
masing-masing:
1)  Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
2)  Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
3)  Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
4)  Zink  : 3 – 10 mg/ hari
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah:
1)  Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
2)  Fatty acid.
3)  Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang
peran penting dalam proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan
mencegah proses inflamasi kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan
yang pada pasien-pasien critical ill sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-
nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama
Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.
Contoh larutan mikronutrien standar:

Elemen dasar Jumlah


Zinc 5 mg
Copper 1 mg
Manganese 0.5 mg
Chromium 10 mcg
Selenium 60 mcg
Iodide 75 cg

f) Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral


Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:
Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak
memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.
Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar
yang berat, pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel
disease,ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease,
pembedahan dan cancer.Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh
untuk melakukan katabolisme energy.
Mempertahankan kebutuhan nutrisi.
Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis,
yakni:
 Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan
nutrisinya,kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.
 Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan berlangsung
dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi karbohidrat.
 Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata
dewasa untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
 Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit
hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan 10.000
kalori/hari.
 Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang
langsung ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi
nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.

g) Indikasi Nutrisi Parenteral


Indikasi dari nutrisi parenteral sebagai berikut :
a) Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia
intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b)  Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat,
status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c) Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d) Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis
gravidarum .

h) Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral


1. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma  300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai
maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin
mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000
mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis)
dimana aliran darah besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE
yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia
kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat
vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus
memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan )
Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis  dengan
resiko teromboemboli yang tinggi.

2. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup


Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan
eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam
amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi
pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar  asam amino  tersebut tidak 
dibakar  menjadi  energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus dilindungi
150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin.
Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan
kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum
dipenuhi.

3. Tidak melakukan perawatan aseptik


Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi.
Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora
kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infuse.

i) Contoh Sediaan
1. Nutrisi Parenteral Total
1) Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam
satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan
elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan kalsium.  Tersedia dalam
ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal)
410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30
Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida
(mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845.

2) Minofusin Paed
larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan
vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi
parenteral pada prematur dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit,
vitamin dan air pada kasus di mana pemberian peroral tidak cukup atau tidak
memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi
protein atau katabolisme protein.Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:
L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
L-Aspartic acid 4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
L-Glutamic acid 9.500 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Piridoksin 0.040 g
hidroklorida
Riboflavin-5′- 0.0025 g
phosphate sodium salt
Kalium hidroksida 1.403 g
Natrium hidroksida 1.200 g
Kalsium klorida 0.735 g
Magnesium asetat

2. Nutrisi Parenteral parsial


1) Cernevit
adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak
(kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid
dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang
karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat
memperlambat proses penyembuhan. Composition
Setiap vial mengandung:
Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU,
Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount
corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam Askorbat 125.000 mg,
Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine
3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount
corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500
mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006
mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount corresponding
to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg,
Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg,
Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.

j) Metode Pemberian Nutrisi Parenteral


1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui
intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui
enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam
amino
2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan
nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat
digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000,
cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang
mengandung lemak seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui
vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis
interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat
dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

k) Rekomendasi Jadwal Pemantauan Pasien yang Mendapat Nutrisi Parenteral


ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST, aspartate
transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood count. Periode
sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil.  Setelah stabil, tidak
ada perubahan komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah petanda independen dari prognosis buruk dalam
berbagai setting klinis, termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung, dan
persalinan.
Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh glukosa
parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju ini diterjemahkan
kedalam  ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam atau  3.2 ml
glukosa 7.5% /kg/jam. 
Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung glukosa  7.5%  (misal
Aminofluid) tidak akan menginduksi hiperglikemia pada pasien 60 kg sepanjang laju
pemberian 80 ml/jam  (yang jauh di bawah maksimum  192 ml/jam).
Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid,
gatifloxacin, atypical antipsychotics (dengan pengecualian  Abilify), protease
inhibitors, diuretik tiazid, niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat injeksi
yang dicampur ke larutan dekstrosa.
Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma lipid 
(trigliserida) yang diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini memiliki
kepentingan khusus pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk gangguan bersihan
lemak, misal  hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien dengan gangguan fungsi
ginjal atau hati, dan pasien sakit kritis.
Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak dari
50:50 menjadi 60:40 atau bahkan  70:30 total NPC, karena masalah-masalah yang
dijumpai mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang kadang-kadang diikuti
oleh kolestasis dan pada sebagian pasien dapat berlanjut menjadi steatohepatitis non-
alkoholik(Grade C).
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan hipertrigliseridemia
belum diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa hipertrigliseridemia merupakan
faktor risiko untuk berkembangnya arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak
yang berisi trigliserida rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi
kemampuan relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak  bisa
mengganggu respons imun tidak didukung oleh meta-analisis terbaru. Namun, banyak
ahli menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih dari  5 mmol/dL, walaupun
data yang mendukung kurang.  Bila kadar ini dicapai dianjurkan oleh banyak ahli di
bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak (terutama omega-6) pada nutrisi
parenteral atau untuk sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit energi tidak
dianjurkan menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui kapasitas
oksidasi pasien.
l) Penghentian Nutrisi Parenteral
Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk
mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah
mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan
kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah
kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.

B. Terapi cairan
A.    Definisi terapi cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara ataupun mengganti cairan tubuh dengan
pemberian cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena
untuk mengatasi berbagai masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, meliputi
mengantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi atau syok.
Terapi cairan perioperative meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra-bedah,
selama pembedahan, dan pasca bedah. Dalam pembedahan dengan anestesia yang memerlukan
puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi cairanberfungsi untuk mengganti cairan
saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan,
mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
B.     Komposisi cairan tubuh
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80%
dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas 65-70% dari
berat badan, orang dewasa normal sekitar 50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel
lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan total pada orang
gemuk lebih rendah dari pada mereka yang tidak gemuk.
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan ekstrasel dan intrasel.
Volume cairan intrasel sebesar 60% dari cairan tubuh total atau sebesar 36% dari berat badan
pada orang dewasa. Volume cairan ektrasel sebesar 40% dari cairan tubuh total atau sebesar 24%
dari berat badan pada orang dewasa. Cairan ekstrasel dibagi dalam dua subkompartemen yaitu
cairan interstisium sebesar 30% dari cairan tubuh total atau 18% dari berat badan pada orang
dewasa dan cairan intravascular (plasma) sebesar 10% dari cairan tubuh total atau sebesar 6%
dari berat badan pada orang dewasa.

Tabel 1 : komposisi cairan tubuh


Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada tabel 2 dibawah ini:

Jaringan Persentase Air


Otak 84
Ginjal 83
Otot lurik 76
Kulit 72
Hati 68
Tulang 22
Lemak 10
Tabel 2 : kandungan air tiap anggota tubuh
   
Komponen Intraselular
Komponen intraseluler merupakan cadangan cairan tubuh yang terbesar, dan
berhubungan dengan cairan dalam sel. Komposisi ionnya berbeda dengan komponen
ekstraseluler karena mengandung ion kalium dalam konsentrasi tinggi (140-150 mmol/liter) dan
ion natrium dalam konsentrasi rendah (8-10 mmol/liter) dan ion klorida (3mmol/liter). Jadi jika
air diberikan bersama natrium dan klorida, maka cenderung mengisi komponen ekstraseluler. Air
yang diperlukan dalam bentuk larutan glukosa akan didistribusikan kesemua bagian tubuh dan
glukosa akan dimetabolisme. Air murni tidak pernah diberikan secara intravena karena dapat
menyebabkan hemolisis masif.
  Komponen Ekstraselular
Komponen ekstraseluler dapat dibagi menjadi intravaskuler dan intertitial.
  Komponen Intravaskuler
Volume darah normal kira-kira 70 ml/kgbb pada dewasa dan 85-90 ml/kgbb pada
neonatus. Selain darah, komponen intravskuler juga terdiri dari protein plasma dan ion, terutama
natrium (138-145 mmol/liter), klorida (97-105 mmol/liter) dan ion bikrbonat. Hanya sebagian
kecil kalium tubuh berada di dalam plasma (3,5-4,5 mmol/liter), tetapi konsentrasi kalium ini
mempunyai pengaruh besar terhadap fungsi jantung dan neuromuskuler.
  Komponen Interstitial
Komponen interstitial lebih besar dari pada komponen intravaskuler. Jumlah total cairan
ekstraseluler (intravaskuler ditambah interstitial) bervariasi antara 20-35% dari berat badan
dewasa dan 40-45% pada neonatus. Air dan elektolit dapat bergerak bebas di antara darah dan
ruang interstitial, yang mempunyai komposisi ion yang sama, tetapi protein plasma tidak dapat
bergerak bebas keluar dari ruang intravaskuler kecuali bila terdapat cedera kapiler misalnya pada
luka bakar atau syok septik.
Jika terdapat kekurangan cairan dalam darah atau volume darah yang menurun dengan cepat,
maka air dan elektrolit akan ditarik dari komponen interstitial ke dalam darah untuk mengatasi
kekurangan volume intravaskuler, yang diprioritaskan secara fisiologis. Pemberian cairan
intravena yang terutama mengandung ion natrium dan klorida, seperti NaCl fisiologis (9 g/liter
atau 0,9%) atau larutan Hartman (larutan ringer laktat), dapat bergerak bebas kedalam ruang
intertitial sehingga efektif untuk meningkatkan volume intervaskuler dalam waktu singkat.
Larutan yang mengandung molekur yang lebih besar, misalnya plasma, darah lengkap,
dekstran, poligelin, hidroksietil, gelatin, lebih efektif untuk mempertahankan sirkulasi jika
diberikan secara intravena karena komponen ini lebih lama berada dalam komponen
intravaskuler. Cairan ini biasanya disebut sebagai plasma ex-panders.
  Cairan transseluler
Merupakan cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS)
meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi
lambung dengan jumlah hamper mendekati angka 1 L, namun sejumlah besar cairan bergerak
kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal
(GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute berupa kation dan anion (elektrolit)
yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel. Ada dua kation yang penting
yaitu natrium dan kalium.Keduanya mempengaruhi tekanan osmotik cairan ektrasel dan intrasel
serta langsung berhubungan dengan fungsi sel. Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium
(kation utama) dan kalium, kalsium, magnesium.Untuk menjaga netralitas (elektronetral)
didalam cairan ekstrasel terdapat anion-anion seperti klorida, bikarbonat dan albumin.Kation
utama dalam cairan intrasel adalah kalium dan anion utama adalah fosfat.
C.    Etiologi kehilangan cairan
Secara garis besar dikenal 3 macam kehilangan cairan tubuh, yaitu :
a)      Kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari badan baik karena kekurangan pemasukan
air atau kehilangan air berlebihan melalui paru, kulit, ginjal atau saluran cerna. Keadaan ini
sering disebut dengan pure dehydration atau dehydration hypertonic atau water deficit atau
water deficiency atau pure water depletion. Kehilangan cairan tipe ini biasa terjadi karena :
         Pemasukan air tidak mencukupi (kehabisan air minum dipadang pasir, disfagia, koma,
rangsangan haus yang hilang pada penyakit kerusakan otak seperti tumor, meningitis,
poliomeilitis tipe bulbar)
         Kehilangan cairan karena pengeluaran melalui ginjal berlebihan (diabetes insipidus)
         Kehilangan cairan karena sebab lain seperti terlalu lama terkena sinar matahari tanpa minum,
hiperventilasi, demam, luka bakar, gastroenteritis akut)
b)      Kehilangan cairan karena kelebihan elektrolit (solute loading hypertonicity). Kehilagan cairan
karena ekstresi urin yang mengandung banyak elektrolit.
c)      Kehilangan cairan karena hiperosmolaritas. Hal ini terjadi jika cairan ekstraselular karena suatu
sebab menjadi hiperosmoler, misalnya karena hiperosmoler hiperglikemia.

Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari jumlahnormal akibat
kehilangan cairan, asupan yang tidak mencukupi ataukombinasi keduanya.  Dengan manifestasi
klinis seperti pada tabel 5 :1
Klinis Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
Ringan (5%) Sedang (5-10%) Berat (> 10%)
Keadaan Umum Baik, Compos Gelisah, rewel Letargik, tak sadar
Mentis ,lesu
Mata cekung, Normal Cekung Sangat cekung
keing
Air mata Ada Kering Kering sekali
Mulut atau lidah Lembab Kering Sangat kering,
kering pecah-pecah
Haus Minum normal Haus Tak bisa minum
Turgor Baik Jelek Sangat jelek
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Tekanan darah Normal Turun Turun sekali
Air kemih Tabel 5 : Kurang, oliguri Kurang sekali
klasifikasi diare
Normal
Pemeriksaan laboratorium pada keadaan dehidrasi yang menunjukakan kelainan antara
lain:
  Hematokrit biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi
  Peningkatan berat jenis plasma
  Peningkatan protein total
  Kelainan pada analisis gas darah (asidosis metabolik)
  Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi)
  Fosfatase alkali meningkat
  Natrium dan kalium masih normal, setelah reidrasi kalium ion dalam serum rendah.

D.    Homeostasis dan patofisiologi


Untuk keseimbangan cairan tubuh dan elektrolitnya, mekanisme homeostasis
diselenggarakan oleh:
         Ginjal, dengan mekanisme renin-angiotensin, mempengaruhi tekanan darah.
         Kelenjar adrenal, dengan mekanisme aldosteronakan mempengaruhi retensi natrium.
         Kelenjar hipofisis, dengan mekanisme ADH, akan mempengaruhi reabsorbsi air.
         Paru-paru, dengan mekanisme asidosis-alkalosis untuk menjaga asam basa.

E.     Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan


Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada
pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, intraoperatif dan postoperatif,
seperti pada tabel 6 :

Faktor-faktor Faktor-faktor intraoperatif Faktor-faktor


preoperatif  postoperatif
   Kondisi yang telah ada    Induksi anestesi    Stres akibat operasi dan
   Prosedur diagnostik    Kehilangan darah yang nyeri pasca operasi.
   Pemberian obat abnormal.    Peningkatan katabolisme
   Preparasi bedah    Kehilangan abnormal cairan jaringan.
   Penanganan medis ekstraselular ke third space    Penurunan volume
terhadap kondisi yang    Kehilangan cairan akibat sirkulasi yang efektif.
telah ada evaporasi dari luka operasi    Risiko atau adanya ileus
   Restriksi cairan postoperatif.
preoperatif
   Defisit cairan yang telah
ada sebelumnya

F.     Tujuan terapi cairan


Terapi cairan berfungsi untuk tujuan:
1.      Mengganti kekurangan air dan elektrolit.
2.      Untuk mengatasi syok.
3.      Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan. Terapi cairan
preoperatif meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra-bedah, selama pembedahan
dan pasca bedah. Pada penderita yang menjalani operasi, baik karena penyakitnya itu sendiri atau
karena adanya trauma pembedahan, terjadi perubahan-perubahan fisiologi.
G.    Jenis-jenis cairan yang digunakan
Penggolongan jenis cairan berdasarkan sifat osmolaritasnya :
a)      Cairan hipotonik
Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
b)     Cairan Isotonik
Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c)      Cairan hipertonik
Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan
darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Penggolongan jenis cairan berdasarkan kelompoknya :
a)      Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler. Cairan kristaloid bila diberikan
dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan
koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang
intravaskuler sekitar 20-30 menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk
resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan
intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati
menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi
bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic
acidosis) dan menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan lebih banyak
menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih
untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel.
Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit larutan kristaloid
akan masuk ruang interstitial sehingga timbul edema perifer dan paru serta berakibat
terganggunya oksigenasi jaringan dan edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1
liter NaCl 0,9. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema
otak dan meningkatnya tekanan intra kranial.

b)     Cairan Koloid


Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma substitute” atau
“plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul
tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
(waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler.
Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok
hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan
protein yang banyak (misal luka bakar).Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan
koloid:
  Koloid alami
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama 10 jam untuk membunuh
virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga
mengandung alfa globulin dan beta globulin.
  Koloid sintetis
1. Dextran
Dextran 40 dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 dengan berat molekul 60.000-70.000
diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa.
Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan
Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena
dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah.
Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,
menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.
Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang
dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.

2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)


Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 – 1.000.000, rata-rata 71.000,
osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada
orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam
waktu 8 hari. Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch,
mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung
selama 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan toksisitas
yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk
resusitasi cairan pada penderita gawat.
3. Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul rata-rata 35.000 dibuat
dari hidrolisa kolagen binatang.
H.    Tatalaksana terapi cairan
         Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau
ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada
keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus
Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-
60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L dalam 10 menit.
         Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Orang dewasa
rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+ = 1-2
mmol/kgBB/hari dan K+ = 1 mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan
yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan
pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau infus
yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengandung karbohidrat
adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan
rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit
cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam
hipovolemik.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke
luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu :
  6-8 ml/kg untuk bedah besar.
  4-6 ml/kg untuk bedah sedang.
  2-4 ml/kg untuk bedah kecil
I.     Prognosis terapi cairan
Pada umumnya baik, terutama jika pendapat penanganan cepat dan adekuat. Kematian terjadi
jika mempunyai penyakit dasar yang berat dan penanganan yang tidak adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid 1. Internal
Publishing: Jakarta
2.      Guyton AC dan Hell JE. 2008. Buku AjarFisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta : EGC.
3.      Sherwood L .2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta:EGC
4.      Latief AS,dkk. 2001 petunjuk praktis anestesiologi :terapi cairan pada pembedahan, ed.2 bagian
anestesiologi dan terapi intensif, FK UI.
5.      Dobson, Michel B. 2012. Penuntun  praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan elektrolit.Jakarta
: EGC.
6.       Kaswiyan U. 2010.Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.Fakultas
Kedokteran Universitas padjajaran.
7.      Mulyono, I. 2009. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in
Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.
8.      Grethlein, Sara J. 2012. Blood Substitutes . journal of emedicine medscape.
9.      Kardon, Eric M . 2014. Transfusion Reactions In Emergency Medicine.journal of emedicine
medscape.
10.  Adriansyah, Rizky dkk. 2009. Reaksi Hemolitik Akibat Transfusi. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol: 59, No: 8. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
11.  Hanafie, Achsanuddin. 2009. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis.
Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39, No. 3. SMF-Anestesi dan Reanimasi FK-USU/RSUP
Hají Adam Malik, Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan
12.  WHO. 2013. the clinical use of blood in general medicine obstetric pediatrics surgery &
anaesthasia trauma and Bums.
13.  Ario, Dewangga dkk. 2011. Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat untuk Resusitasi Terbatas
(Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat yang Menimbulkan Kenaikan Laktat
Darah Paling Minimal. Journal of Emergency Vol. 1.No. 1.  Departemen/SMF Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
14. https://www.academia.edu/18132220/Makalah_Pemberian_Nutrisi_Enteral
15. https://www.nutritioncare.org
16. fk.unsoed.ac.id

Anda mungkin juga menyukai