Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat
dan taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Kesehatan Appendicitis Post
Apendiktomi pada Sistem Pencernaan di Ruang Batu Tulis RSUD Kota Bogor”
Dalam penyelesaian tugas ini, kami banyak mendapat semangat dari berbagai
pihak, antara lain dosen pembimbing dan teman-teman dalam menyelesaikan
tugas laporan studi kasus ini. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini belum sempurna. Untuk itu
segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
semua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
Semoga dengan adanya ini akan dapat memberikan manfaat besar bagi kami
khususnya dan bagi pembaca semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks atau pada
umumnya lebih dikenal dengan radang usus buntu. Appendicitis dapat
menyerang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua umur yang dapat
menyebabkan nyeri abdomen. Faktor penyebab peradangan ini karena
predeposisi yaitu hiperflasia dari folikel limfoid, adanya fekolit dalam
lumen appendiks atau adanya benda asing seperti cacing dan biji-bijian
(Awaluddin, 2020)
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi appendicitis
b. Mengetahui etiologi pada appendicitis
c. Mengetahui patofisiologi pada appendicitis
d. Mengetahui penatalaksanaan pada appendicitis
e. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
appendicitis
D. MANFAAT
1. Bagi penulis
a. Diharapkan laporan studi kasus ini dapat dijadikan bahan dasar
dalam pemberian asuhan keperawatan dilapangan dan
meningkatkan pengetahuan penulis tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan appendicitis
b. Merupakan bahan evaluasi tentang kemampuan penerapan
konsep keperawatan yang didapatkan selama dalam praktik
keperawatan secara nyata
2. Bagi Institusi Pendidikan
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks atau pada
umumnya lebih dikenal dengan radang usus buntu. Appendicitis dapat
menyerang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua umur yang dapat
menyebabkan nyeri abdomen. Faktor penyebab peradangan ini karena
predeposisi yaitu hiperflasia dari folikel limfoid, adanya fekolit dalam
lumen appendiks atau adanya benda asing seperti cacing dan biji-bijian
(Awaluddin, 2020)
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut (Akhmad Kheru, 2022) terdapat 259 juta kasus
Apendisitis pada laki-laki di seluruh Dunia yang tidak terdiagnosis,
sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus Apendisitis yang tidak
terdiagnosis. 7% populasi di Amerika Serikat menderita Apendisitis
dengan Prevalensi 1,1 kasus tiap 1.000 orang pertahun. Angka kejadian
Apendisitis Akut mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000
dari tahun 1993 sampai 2008. Kejadian Apendisitis akut di negara
berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Di
Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka
kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh
Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%. Kejadian apendisitis
akut di negara berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama
sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi
0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%.
C. ETIOLOGI
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen
appendix sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan
akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi
bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith
ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari
obstruksi appendiks meliputi: Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau
tumor lainnya Benda asing (pin, biji-bijian) Kadang parasit 1 Penyebab
lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa
appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat
diisolasi pada pasien appendicitis yaitu7 : Bakteri aerob fakultatif Bakteri
anaerob Escherichia coli Viridans streptococci Pseudomonas aeruginosa
Enterococcus Bacteroides fragilis Peptostreptococcus micros Bilophila
species Lactobacillus species (Ahmad Razi Maulana Alnaz, 2020)
D. PENCEGAHAN
Kelompok orang yang berisiko ini tentu harus rutin cek kesehatan
ke dokter guna memantau perkembangan usus buntu serta menerima
perawatan medis yang sesuai. Degan begitu, risiko terjadinya radang
usus buntu juga dapat dicegah sedini mungkin.
1. Pada dasarnya, memang tidak ada cara yang bisa 100% mencegah usus
buntu. Namun, dengan menerapkan beberapa cara di atas, risiko Anda
untuk terkena penyakit usus buntu bisa berkurang.
E. PATOFISIOLOGI
Peradangan pada apendiks dapat terjadi oleh adanya ulserasi
dinding mukosa atau obstruksi lumen (biasanya feses yang keras).
Penyumbatan pengeluaran secret mucus mengakibatkan perlengketan,
infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia
menyebabkaan gangren atau dapat terjadi rupture dalam waktu 24-36 jam.
Bila proses ini berlangsung terus menerus organ disekitar apendiks akan
megalami perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses
infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis
merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi
pada apendiks, tetapi hal ini tidak menimbulkan nyeri didaerah abdomen.
G. MANIFESTASI KLINIS
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :
Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri
bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar,
lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan
nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah
ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan,
nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah,
nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007).
H. PROGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas
anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4
hal yang penting adalah : Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral)
yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah
oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding
usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
1. Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,
tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah
infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
2. Test rektal
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis
akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat
pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat
apa ada infeksi pada ginjal.(Faife et al., 2006)
4. Pemeriksaan radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit
(sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma. (Faife et al., 2006)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila dilepas juga akan terasa nyeri (blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosa apendisitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah
(psoassign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
e. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
f. Pada apendiks terltak pada retro sekal maka uji psoas akan postif
dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan
positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
b. Ultrasonografi (USG), CT-Scan.
c. Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram.
J. PENATALKSANAAN
Menurut Muttaqin & Sari (2013) penanganan apendisitis meliputi:
3. Terapi bedah
Bila diagnosis klinis sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik.
Penundaan tindakan bedah sambal pemberian antibiotic dapat
mengakibatkan abses atau perforasi. Apendektomi bisa dilakukan
secara terbuka ataupun dengan cara laparaskopi. Pada appendisitis
tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic, kecuali
pada appendisitis gangrenosa atau apendisitis perforasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan menurut (Muttaqin & Sari, 2013) pada pasien
appendisitis yaitu:
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, ras/suku, alamat, agama, status perkawinan,
pekerjaan (Diyono & Mulyanti, 2011)
2. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral didaerah
epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Kondisi muntah
dihubungkan dengan inflamasi dan iritasi dari apendiks dengan nyeri
menyebar ke bagian duodenum, yang menghasilkan mual dan muntah
(Atassi, 2002). Keluhan sistemik biasanya berhubungan dengan
kondisi inflamasi dimana didapatkan peningkatan suhu tubuh.
3. Keluhan utama saat di kaji
Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri. Pengkajian nyeri dilakukan dengan pendekatan PQRST.
P: Provokatif/Paliatif : Pengkajian untuk mengidentifikasi factor yang
menjadi presdisposisi nyeri. Pada klien apendisitis akut sering muncul
gejala khas yang didasari oleh radang mendadak yang disertai maupun
tidak disertai rangsang peritoneum lokal.
Q: Quality : Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeri dirasakan
secara subjektif seperti apa rasa nyeri yang dirasakan dan bagaimana
sifat nyeri yang digambarkan klien. Pada klien apendisitis keluhan
klasiknya ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilicus.
R: Region/Radiasi : Pengkajian untuk mengidentifikasi letak nyeri
secara tepat, adanya radiasi dan penyebaran nyeri. Pada klien
apendisitis nyeri dirasakan di abdomen kanan bawah.
S: Scale : Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien. Pengkajian ini dilakkan berdasarkan skala
nyeri/gradasi. Skala nyeri pada klien apendisitis bervariasi. Perbedaan
skala nyeri ini dipengaruhi oleh berbagai factor meliputi tingkat
kerusakan mukosa akibat peradangan apendiks dan bagaimana pola
klien dalam menurunkan respon nyeri.
T: Time : Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri
berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk atau membaik. Keluhan
nyeri klien apendisitis bervariasi. Onset nyeri mulanya samar-samar
dan sulit memprediksi keluhan samar-samar mulai dirasakan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian preoperative untuk menurunkan risiko pembedahan seperti
adanya penyakit Diabetus Melitus, hipertensi, tuberculosis, atau
kelainan hematologis.
5. Riwayat psikososial
Kecemasan akan nyeri hebat atau akibat respon pembedahan.
6. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan takikardia dan peningkatan
frekuensi nafas. Pada pengkajian abdominal, hal yang mendasar adalah
mengklarifikasi keluhan nyeri pada region kanan bawah atau pada titik
McBurney. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spisifik.
Kembung sering terlihat pada klien dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses
periapendikular. Palpasi abdomen kanan bawah akan didapatkan
peningkatan respon nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada region
iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas. Kontraksi otot menunjukkan
adanya rangsangan peritoneum parietale. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri diperut kanan bawah yang disebut Tanda
Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi
dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
Tanda lainnya dari apendisitis adalah Tanda Dunphy (nyeri tajam
pada kuadran kanan bawah abdomen yang didapatkan setelah batuk
yang tiba-tiba). Tanda ini dapat membantu menjadi tanda klinik
penting yang berhubungan dengan peritonitis yang terlokalisasi.
Umumnya nyeri kanan bawah merupakan respon dari perkusi pada
bagian kuadran lainnya dan dijadikan sugesti terjadinya peradangan
peritoneal
B. ANALISA DATA
Menurut Setiawan (2012), Analisis data merupakan metode yang
dilakukan perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan
data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien
dan keperawatan pasien. Dalam analisis data perawat juga menggunakan
keterampilan berpikir kritis untuk memeriksa setiap potong informasi dan
menentukan relevansinya terhadap masalah kesehatan klien dan
hubungannya dengan potongan informasi lain. Keterampilan berpikir kritis
untuk mempertimbangkan pertanyaan lain yang mungkin penting atau
mengembangkan gambaran visual mengenai apa yang klien katakana
kepeda perawat.
C. PRIORITAS MASALAH
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada pasien appendicitis, antara lain :
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., & Kusuma, 2016).
Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
D.0130 L.14134 I. 15506 Manajemen Hipertermia
Hipertermi Termoregulasi Observasi
a Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab hipertermia (mis:
berhubungan tindakan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
dengan keperawatan selama penggunaan inkubator)
proses 1x7 jam - Monitor suhu tubuh
penyakit termoregulasi Terapeutik
(Infeksi pada membaik dengan - Sediakan lingkungan yang dingin
appendicitis) kriteria hasil total - Longgarkan atau lepaskan pakaian
score 15 Edukasi
- Menggigil - Anjurkan tirah baring
menurun (5) Kolaborasi
- Suhu tubuh - Kolaborasi pemberian cairan dan
membaik (5) elektrolit intravena, jika perlu
- Suhu kulit
membaik (5)
D.0034 L.03028 Status I. 03116 Manajemen Hipovolemia
Risiko Cairan Observasi
Hipovolemi Setelah dilakukan - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
a tindakan (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi
berhubungan keperawatan selama teraba lemah, tekanan darah menurun,
dengan 1x7 jam status tekanan nadi menyempit, turgor kulit
kehilangan cairan membaik menurun, membran mukosa kering,
cairan secara dengan kriteria hasil volume urin menurun, hematokrit
aktif total score 10 meningkat, haus, lemah)
(muntah) - Kekuatan nadi - Monitor intake dan output cairan
meningkat (5) Terapeutik
- Membran - Hitung kebutuhan cairan
mukosa lembab Edukasi
meningkat (5) - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis: NaCL, RL)
D.0080 L.09093 Tingkat I.09314 Reduksi Ansietas
Ansietas Ansietas Observasi
berhubungan Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
dengan tindakan dan nonverbal)
kurang keperawatan selama Terapeutik
terpapar 1x7 jam tingkat - Temani pasien untuk mengurangi
informasi ansietas menurun kecemasan
dengan kriteria hasil - Dengarkan dengan penuh perhatianan,
total score 10 jika memungkinkan
- Verbalisasi Edukasi
khawatir akibat - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
kondisi yang pasien, jika perlu
dihadapi - Latih teknik relaksasi
menurun
- Perilaku gelisah
menurun
D.0142 L.14137 Tingkat I.14539 Pencegahan Infeksi
Risiko Infeksi Observasi
Infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda dan gejala infeksi
berhubungan tindakan Terapeutik
dengan efek keperawatan selama - Batasi jumlah pengunjung
prosedur 1x7 jam tingkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah
invasif infeksi menurun kontak dengan paien dan lingkungan
dengan kriteria hasil pasien
total score 10 - Pertahankan teknik aseptik pada pasien
- Kemerahan berisiko tinggi
menurun (5) Edukasi
- Nyeri menurun - Ajarkan cara mencuci tangan dengan
(5) benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
E. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari
implementasi keperawatan antara lain adalah :
F. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya (Nursalam, 2008). Evaluasi
adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Nikmatur, 2012). Untuk memudahkan perawat
mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen
SOAP/SOAPIE. Pengertian SOAPIE adalah sebagai berikut :
1. S : Data Subjektif.
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. O : Data Objektif.
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung kepada pasien, dan yang
dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3. A : Analisis.
Interpretasi dari data subjektif atau objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan data objektif.
4. P : Planning.
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditemukan sebelumnya.
5. I : Implementasi.
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P
(Perencanaan). Tuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
6. E : Evaluasi.
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Díaz, F., Fernández, D. L., Santos, E., Rosas, C., Cruz, H. S., & Cárdenas, A. J.
(1889). Apendicitis aguda- ¿ una nueva entidad clínica ? 3–5.
Faife, B. F., Varela, R. A., Zulueta, A. F., Peña, R. T., Alfonso, M. A. M., &
Torres, J. R. (2006). Apendicectomía por vía videolaparoscópica y
convencional. Estudio comparativo. Revista Cubana de Cirugia, 45(2).
WHO. (2014). WHO guidelines forindoor air quality: household fuel combustion.
World Health Organization.
PEMBAHASAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Klien
Nama : Ny. F
Umur : 49 tahun / 17-02-1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Jawa RT 01 RW 06 Kel. Situgede
No. RM : 00.11.64.66
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Tanggal Masuk : 13/03/2023
Tanggal Pengkajian : 14/03/2023 13.00 WIB
Tanggal Operasi : 14/03/2023 11.00 WIB
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kp. Jawa RT 01 RW 06 Kel. Situgede
Hubungan keluarga : Suami klien
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di perut pada bagian luka post operasi
apendiktomi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 13 Maret 2023 klien merasa nyeri pada perut bagian
bawah. Setelah itu klien pergi ke IGD RSUD Kota Bogor. Kemudian
klien ditempatkan di ruang perawatan batu tulis 1. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh DPJP klien didiagnosa kolik abdomen susp
appendicitis dan direncanakan untuk dilakukan operasi apendiktomi
pada 14 Maret 2023 pukul 11.00 WIB.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 Maret 2023 pukul 13.00
WIB klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi
apendiktomi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri hanya
dirasakan di satu titik, tidak menyebar. Skala nyeri 4 dari 10. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien
miring kanan dan miring kiri, nyeri dirasakan berkurang apabila klien
tidur terlentang. Pada saat dikaji klien tampak menringis. Klien
mengatakan semalam kurang nyenyak tidurnya karena nyeri di perut.
Klien mengeluh mual, merasa ingin muntah, dan perih di perut. Klien
tampak pucat. Klien mengeluh lelah, merasa badannya lemah setelah
operasi. Aktivitas klien hanya tiduran saja setelah operasi.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah merasakan sakit
seperti ini, klien mengatakan hanya sakit kepala, flu, dan batuk. Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes
melitus.
a. Penyakit yang pernah dialami
Kanak-kanak : -
Kecelakaan : -
Pernah dirawat :
-Penyakit : -
-Waktu : -
Operasi : -
b. Alergi : klien tidak memiliki alergi tertentu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi maupun DM.
6. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit/Sebelum di
Saat Di Rumah Sakit
RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan:….x/hari 3x/hari 3x/hari
b. Nafsu makan: baik/tidak Baik Sedang, mual
Alasan : mual/ muntah/
sariawan/ …lain-lain
c. Porsi makanan yang 1 porsi ½ porsi
dihabiskan
d. Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
e. Makanan yang membuat Tidak ada Tidak ada
alergi
f. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
g. Makanan diet Tidtak ada Makanan lunak
b. BAB:
1) Frekuensi :…..x/hari 1x/hari 1x/hari
5 5
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.7 g/dL 10.8-14.9 Cyanide free Hb
Hematoktrit 41.0 % 34.0-45.1 Pengukuran
Leukosit 9.92 10^3/uL 4.79-11.3 Laser optical
Trombosit 418 10^3/uL 216-451 Electronic lapedance
Basofil 0.3 % 0.0-1.0 Laser optical
Eosinofil 5.3 % 0.7-5.4 Laser optical
Neutrofil Segmen 53.3 % 42.5-71.0 Laser optical
Limfosit 35.7 % 20.4-44.6 Laser optical
Monosit 5.4 % 3.6-9.9 Laser optical
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 87 mg/dL 60-199 GDII-MUT
URINALISA
KIMIA KLINIK
Ureum 14.5 mg/dL 16.6-48.5 Kinetic uv
Kreatinin 0.63 mg/dL 0.51-0.95 Enzimatic
SGOT 10 U/L <=32 IFCC
SGPT 7 U/L <=33 IFCC
Albumin 3.9 g/dL 3.4-4.8 BCG
Clotting Time (CT) 5 Menit 2-6 Object Glass
Bleeding Time (BT) 3 Menit 1-3 Duke
B. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. F
No. RM : 00.11.64.66
Tanggal Lahir : 17-02-1974
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Ruangan : Batu Tulis
- TTV
TD : 132/95
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36.3 ˚C
- Klien tampak meringis
- Tidur kurang nyenyak
karena nyeri
DS : Iritasi lambung D. 0076 Nausea
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. F
No. RM : 00.11.64.66
Tanggal Lahir : 17-02-1974
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Ruangan : Batu Tulis
Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
14/03/2 D. 0076 L.08065 Tingkat I. 03117 Manajemen Mual
3 Nausea Nausea Observasi
13.30 berhubung Setelah dilakukan - Identifikasi pengalaman mual
an dengan tindakan - Monitor mual (mis: frekuensi,
iritasi keperawatan durasi, dan tingkat keparahan)
lambung selama 1x7 jam Terapeutik
tingkat nausea - Kontrol lingkungan penyebab
menurun dengan muntah (mis: bau tidak sedap,
kriteria hasil total suara, dan stimulasi visual yang
score 15 tidak menyenangkan)
- Keluhan mual - Berikan makanan dalam jumlah
menurun (5) kecil dan menarik
- Perasaan ingin Edukasi
muntah - Anjurkan istirahat dan tidur yang
menurun (5) cukup
- Pucat Kolaborasi
membaik (5) - Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
14/03/2 D.0056 L.05047 I.05178 Manajemen Energi
3 Intolerans Toleransi Observasi
13.30 i Aktivitas Aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
berhubung Setelah dilakukan tubuh yang mengakibatkan
an dengan tindakan kelelahan
tirah keperawatan Terapeutik
baring selama 1x7 jam - Sediakan lingkungan nyaman dan
toleransi aktivitas rendah stimulus (mis. cahaya,
meningkat suara,kunjungan)
dengan kriteria - Fasilitasi duduk di tempat tidur,
hasil total score jika tidak dapat berpindah atau
20 berjalan
- Frekuensi nadi Edukasi
meningkat (5) - Anjurkan melakukan aktivitas
- Keluhan lelah secara bertahap
menurun (5)
- Perasaan
lemah
menurun
- Tekanan darah
membaik (5)
14/03/2 D.0142 L.14137 Tingkat I.14539 Pencegahan Infeksi
3 Risiko Infeksi Observasi
13.30 Infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda dan gejala infeksi
berhubung tindakan Terapeutik
an dengan keperawatan - Batasi jumlah pengunjung
efek selama 1x7 jam - Cuci tangan sebelum dan sesudah
prosedur tingkat infeksi kontak dengan paien dan
invasif menurun dengan lingkungan pasien
kriteria hasil total - Pertahankan teknik aseptik pada
score 10 pasien berisiko tinggi
- Kemerahan Edukasi
menurun (5) - Ajarkan cara mencuci tangan
- Nyeri dengan benar
menurun (5) - Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
infeksi menurun
dengan kriteria hasil
total score 10
- Kemerahan
sedang (3)
- Nyeri sedang (3)
14/03/ D.0077 - Mengidentifikasi S : klien mengatakan
2023 Nyeri lokasi, nyeri pada bagian
09.00 s.d Akut karakteristik, perut bekas luka
10.00 durasi, frekuensi, operasi
kualitas, intensitas
nyeri O : TTV
- Mengidentifikasi TD : 126/81
skala nyeri N : 77x/menit
- Mengidenfitikasi RR : 20x/menit
respon nyeri non S : 36,4oC
verbal Skala Nyeri : 4
- Memberikan - Klien tampak
Teknik lemas
nonfarmakologis - Kesadaran :
untuk mengurangi composmentis
nyeri - Diberikan IVFD
- Mengontrol RL/8 Jam
lingkungan yang
memperberat rasa A : Masalah belum
nyeri teratasi
- Memfasilitasi
istirahat dan tidur P : Intervensi di
- Menganjurkan Lanjutkan
memonitor nyeri
secara mandiri I:
- Mengajarkan - Mengidenfitikasi
Teknik skala nyeri
nonfarmakologis - Memberikan
untuk mengurangi Teknik
nyeri nonfarmakologis
- Mengkolaborasi untuk
pemberian mengurangi nyeri
antiemetik, jika - Mengontrol
perlu lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
- Memfasilitasi
istirahat dan tidur
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil
total score 20
- Keluhan nyeri
sedang (3)
- Meringis sedang
(3)
- Kesulitan tidur
sedang (3)
- Tekanan darah
sedang (3)
14/03/ D. 0076 S : klien mengatakan
2023 Nausea - Mengidentifikasi mual nafsu makan
11.00 s.d pengalaman mual berkurang
12.00 - Memonitor mual
(mis: frekuensi, O : Porsi makan
durasi, dan tingkat tampak tidak
keparahan) dihabiskan
- Mengontrol
lingkungan A : Masalah belum
penyebab muntah teratasi
(mis: bau tidak
sedap, suara, dan P : Intervensi di
stimulasi visual lanjutkan
yang tidak
menyenangkan) I:
- Memberikan - Memonitor mual
makanan dalam (mis: frekuensi,
jumlah kecil dan durasi, dan
menarik tingkat
- Menganjurkan keparahan)
istirahat dan tidur - Mengontrol
yang cukup lingkungan
- Mengkolaborasi penyebab muntah
pemberian (mis: bau tidak
antiemetik, jika sedap, suara, dan
perlu stimulasi visual
yang tidak
menyenangkan)
- Memberikan
makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik
- Menganjurkan
istirahat dan tidur
yang cukup
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nausea menurun
dengan kriteria hasil
total score 15
- Keluhan mual
sedang (3)
- Perasaan ingin
muntah sedang
(3)
- Pucat sedang (3)
14/03/ D.0056 - Mengidentifikasi S : klien mengatakan
2023 Intoleransi gangguan fungsi tubuh lemah , belum bisa
12.00 s.d Aktivitas yang mengakibatkan banyak bergerak
13.00 kelelahan pasa operasi
- Menyediakan
lingkungan O : klien tampak
nyaman dan rendah terbaring di tempat
stimulus (mis. tidur.
cahaya,
suara,kunjungan) A : Masalah belum
- Memfasilitasi teratasi
duduk di tempat
tidur, jika tidak P : Intervensi
dapat berpindah dilanjutkan
atau berjalan
- Menganjurkan I : - Mengidentifikasi
melakukan gangguan fungsi
aktivitas secara tubuh yang
bertahap mengakibatkan
kelelahan
- Menyediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(mis. cahaya,
suara,kunjungan)
- Memfasilitasi
duduk di tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
- Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
E: Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam toleransi
aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
total score 20
- Frekuensi nadi
sedang (3)
- Keluhan lelah
sedang (3)
- Perasaan lemah
sedang (3)
- Tekanan darah
sedang (3)
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
infeksi menurun
dengan kriteria hasil
total score 10
- Kemerahan
cukup menurun
(4)
- Nyeri cukup
menurun (4)
15/03/202 D.0077 - Mengidenfitikasi S : klien mengatakan
3 pukul Nyeri skala nyeri nyeri pada bagian
09.00 s.d Akut - Memberikan perut bekas luka
10.00 Teknik operasi berkurang
nonfarmakologis O : TTV
untuk mengurangi TD : 133/76
nyeri N :827x/menit
- Memfasilitasi RR : 20x/menit
istirahat dan tidur S : 36,7oC
- Menganjurkan Skala Nyeri : 3
memonitor nyeri - Klien tampak
secara mandiri mulai mobilisasi
- Mengajarkan bertahap
Teknik - Kesadaran :
nonfarmakologis composmentis
untuk mengurangi - Diberikan IVFD
nyeri RL/8 Jam
- Mengkolaborasi A : Masalah belum
pemberian teratasi
antiemetik, jika P : Intervensi di
perlu Lanjutkan
I:
- Mengidenfitikasi
skala nyeri
- Memberikan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
- Memfasilitasi
istirahat dan tidur
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil
total score 20
- Keluhan nyeri
cukup menurun
(4)
- Meringis cukup
menurun (4)
- Kesulitan tidur
cukup menurun
(4)
- Tekanan darah
cukup membaik
(4)
15/03/202 D. 0076 S : klien mengatakan
3 pukul Nausea - Memonitor mual mual sudah
11.00 s.d (mis: frekuensi, berkurang nafsu
12.00 durasi, dan tingkat makan meningkat
keparahan) O : Porsi makan
- Memberikan tampak dihabiskan
makanan dalam setengah
jumlah kecil dan A : Masalah belum
menarik teratasi
- Menganjurkan P : Intervensi di
istirahat dan tidur lanjutkan
yang cukup I:
- Mengkolaborasi - Memonitor mual
pemberian (mis: frekuensi,
antiemetik, jika durasi, dan
perlu tingkat
keparahan)
- Memberikan
makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik
- Menganjurkan
istirahat dan tidur
yang cukup
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nausea menurun
dengan kriteria hasil
total score 15
- Keluhan mual
cukup menurun
(4)
- Perasaan ingin
muntah cukup
menurun (4)
- Pucat cukup
menurun (4)
15/03/202 D.0056 S : klien mengatakan
3 pukul Intoleransi - Menyediakan sudah mulai
13.00 s.d Aktivitas lingkungan bergerak sedikit-
14.00 nyaman dan rendah sedikit
stimulus (mis. O : klien tampak
cahaya, mobilisasi bertahap.
suara,kunjungan) A : Masalah belum
- Memfasilitasi teratasi
duduk di tempat P : Intervensi
tidur, jika tidak dilanjutkan
dapat berpindah I :
atau berjalan - Menyediakan
- Menganjurkan lingkungan
melakukan nyaman dan
aktivitas secara rendah stimulus
bertahap (mis. cahaya,
suara,kunjungan)
- Memfasilitasi
duduk di tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
- Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
E: Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam toleransi
aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
total score 20
- Frekuensi nadi
cukup membaik
(4)
- Keluhan lelah
cukup menurun
(4)
- Perasaan lemah
cukup menurun
(4)
- Tekanan darah
cukup membaik
(4)
16/03/202 D.0142 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Risiko pulang sudah tidak ada
08.00 s.d Infeksi keluhan (skala nyeri
09.00 2)
O : Tampak luka
jahitan pada perut
klien
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
I : Klien
diperbolehkan
pulang
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
infeksi menurun
dengan kriteria hasil
total score 10
- Kemerahan
membaik (5)
- Tingkat Nyeri
menurun (5)
16/03/202 D.0077 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Nyeri pulang sudah tidak ada
10.00 s.d Akut keluhan (skala nyeri
11.00 2)
O : TTV
TD : 110/80
N : 96 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7oC
Skala Nyeri : 2
- Klien tampak
mulai mobilisasi
bertahap
- Kesadaran :
composmentis
- Diberikan IVFD
RL/8 Jam
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di
hentikan
I: klien
diperbolehkan
pulang
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil
total score 20
- Keluhan nyeri
menurun (5)
- Meringis
menurun (5)
- Kesulitan tidur
membaik (5)
- Tekanan darah
membaik (5)
16/03/202 D. 0076 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Nausea pulang sudah tidak ada
10.00 s.d keluhan
11.00 O : Porsi makan
tampak dihabiskan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
I : klien
diperbolehkan
pulang
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nausea menurun
dengan kriteria hasil
total score 15
- Keluhan mual
membaik (5)
- Perasaan ingin
muntah membaik
(5)
- Pucat menurun
(5)
16/03/202 D.0056 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Intoleransi pulang sudah tidak ada
10.00 s.d Aktivitas keluhan
11.00 O : klien tampak
mobilisasi bertahap.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
I : klien
diperbolehkan
pulang
E: Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam toleransi
aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
total score 20
- Frekuensi nadi
membaik (5)
- Keluhan lelah
membaik (5)
- Perasaan lemah
membaik (5)
- Tekanan darah
membaik (5)
F. PERSIAPAN PASIEN PULANG
- Kaji perawatan luka/balutan pada klien untuk meningkatkan kompetensi
perawatan diri dan meningkatkan kemandirian.
- Tinjau ulang penghindaran faktorfaktor risiko, misalnya pemajanan pada
lingkungan/orang yang terinfeksi (seperti pembengkakan, nyeri,
kemerahan dan demam) untuk mengurangi potensial untuk infeksi yang
diperoleh.
- Diskusikan terapi obat-obatan yang diresepkan (seperti antibiotik dan
analgetik) untuk meningkatkan kerjasama dengan regimen; mengurangi
risiko reaksi merugikan/efek-efek yang tidak menguntungkan.
- Catat keterbatasan aktivitas khusus untuk mencegah regangan yang tidak
diinginkan di lokasi operasi.
- Laksanakan latihan progresif (seperti aktivitas ringan, dan jangan
mengangkat barang berat) untuk meningkatkan pengembalian ke fungsi
normal dan meningkatkan perasaan sehat.
- Jadwalkan periode istirahat adekuat untuk mencegah kepenatan dan
mengumpulkan energi untuk kesembuhan.
- Catat kebutuhan nutrisi/diet (berupa makanan yang hambar dan rendah
lemak, minum air 6-8 gelas untuk menentukan makanan yang sesuai
dengan pasien.
- Jelaskan pada klien waktu kontrol ulang (buat janji tindak lanjut selama
satu minggu setelah operasi) untuk meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karenastruktur
yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi. Penyebab dari apendisitis adalah adanya
obstruksi pada lumen apendikial oleh apendikolit, hiperplasia
folikellimfoid submukosa, fekalit, atau parasit. Gejala apendisitis adalah
nyeriviseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan
mual danmuntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan
bawah. Nyeri kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga disebut nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi,
peritonitis, abses apendiks
B. SARAN
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, kami berharap asuhan
keperawatan ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien post operasi appendectomy.