Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MASALAH KESEHATAN

APPENDICITIS POST APENDIKTOMI PADA SISTEM PENCERNAAN

DI RUANG BATU TULIS RSUD KOTA BOGOR

Disusun Oleh:

Ageng Patuh Pranata, A. Md. Kep

Amalia Rafifah Zharfa, A. Md. Kep

Annisa Rizkiningg Pratiwi, A. Md. Kep

Devi Firlianti, A. Md. Kep

Hersanda Apriliani, A. Md. Kep

RSUD KOTA BOGOR

Jl. Dr Sumeru no 120 Bogor

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat
dan taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Kesehatan Appendicitis Post
Apendiktomi pada Sistem Pencernaan di Ruang Batu Tulis RSUD Kota Bogor”
Dalam penyelesaian tugas ini, kami banyak mendapat semangat dari berbagai
pihak, antara lain dosen pembimbing dan teman-teman dalam menyelesaikan
tugas laporan studi kasus ini. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini belum sempurna. Untuk itu
segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
semua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
Semoga dengan adanya ini akan dapat memberikan manfaat besar bagi kami
khususnya dan bagi pembaca semua.

Bogor, 23 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks atau pada
umumnya lebih dikenal dengan radang usus buntu. Appendicitis dapat
menyerang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua umur yang dapat
menyebabkan nyeri abdomen. Faktor penyebab peradangan ini karena
predeposisi yaitu hiperflasia dari folikel limfoid, adanya fekolit dalam
lumen appendiks atau adanya benda asing seperti cacing dan biji-bijian
(Awaluddin, 2020)

Apendisitis merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di


Indonesia. Apendisitis memerlukan tindakan bedah, karena termasuk
dalam peradangan akut. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di Indonesia, insiden apendisitis di Indonesia menempati
urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya (Sri Rahayu,
2021)

Penyakit radang usus buntu disebabkan oleh bakteri dan makan


cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tidak
tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda
asing. Gejala radang usus buntu umumnya mengalami sakit perut,
terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak kesamping kanan bawah,
penurunan nafsu makan, mual dan muntah, serta diare (Wiyandra, 2018)

Apendiktomi harus segera dilakukan apabila penderita mengalami


serangan apendisitis akut. Apendiksitis bila tidak ditangani secara cepat,
maka akan menimbulkan komplikasi, komplikasi tersering yang dialami
pasien apendiksitis akut adalah apendiksitis perforasi dengan pasien
apendiksitis perforasi tanpa peritonitis umum 23 orang (39,7%),
sedangkan yang telah mengalami peritonitis umum sebanyak 14 orang
(24,1%) (Sri Rahayu, 2021)

Appendiksitis adalah salah satu penyebab kegawatdaruratan


abdomen di Negara berkembang, kasus appendiksitis terjadi lebih banyak
pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingkan kejadian 1:4
dan menyerang pada rata-rata umur 10 hingga 30 tahun. Appendiksitis
terbagi menjadi banyak klasifikasi salah satunya adalah appendiksitis akut
dan appendiksitis perforasi. Appendiksitis akut merupakan keadaan
dimana peradangan baru terjadi pada mukosa dan sub mukosa, sedangkan
appendiksitis perforasi merupakan keadaan dimana appendiks pecah dan
menyebabkan nanah masuk kedalam rongga perut sehingga terjadilah
komplikasi peritonitis, biasanya appendikstis perforasi ditandai dengan
tampak jaringan sudah mengelilingi daerah perforasi (Mizar Eriantono,
2020)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014


menunjukkan 7% penduduk di Negara Barat menderita apendisitis dan
terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Badan World Health Organization (WHO)
menyebutkan insidens apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2014
adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi (WHO, 2014)

Di Indonesia insiden apendisitis cukup tinggi, terlihat dengan


adanya peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Depkes RI tahun 2016, kasus apendisitis pada tahun
2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien
apendisitis sebanyak 75.601 orang (Depkes, 2016)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien
appendicitis di RSUD Kota Bogor mulai saat pasien masuk, selama
operasi, setelah operasi dan sampai pasien pulang dari ruangan rawat inap.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan tinjauan dari latar belakang diatas maka muncul rumusan
masalah yaitu “Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien
appendicitis di RSUD Kota Bogor mulai saat pasien masuk, selama
operasi, setelah operasi dan sampai pasien pulang dari ruangan rawat
inap”.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Tujuan dari laporan studi kasus ini adalah mendapatkan gambaran


Asuhan Keperawatan pada pasien appendicitis di RSUD Kota Bogor
mulai saat pasien masuk, selama operasi, setelah operasi dan sampai
pasien pulang dari ruangan rawat inap

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi appendicitis
b. Mengetahui etiologi pada appendicitis
c. Mengetahui patofisiologi pada appendicitis
d. Mengetahui penatalaksanaan pada appendicitis
e. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
appendicitis

D. MANFAAT
1. Bagi penulis
a. Diharapkan laporan studi kasus ini dapat dijadikan bahan dasar
dalam pemberian asuhan keperawatan dilapangan dan
meningkatkan pengetahuan penulis tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan appendicitis
b. Merupakan bahan evaluasi tentang kemampuan penerapan
konsep keperawatan yang didapatkan selama dalam praktik
keperawatan secara nyata
2. Bagi Institusi Pendidikan

Laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan,


ilmu pengetahuan bagi perawat RSUD Kota Bogor untuk
menambahkan informasi dan dengan dijadikannya data dasar untuk
penelitian selanjutnya
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks atau pada
umumnya lebih dikenal dengan radang usus buntu. Appendicitis dapat
menyerang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua umur yang dapat
menyebabkan nyeri abdomen. Faktor penyebab peradangan ini karena
predeposisi yaitu hiperflasia dari folikel limfoid, adanya fekolit dalam
lumen appendiks atau adanya benda asing seperti cacing dan biji-bijian
(Awaluddin, 2020)

Menurut (Nurnadhirah Mirantika, 2021) Apendisitis akut adalah


suatu peradangan akut apendiks vermiformis atau yang biasa dikenal di
masyarakat dengan peradangan usus buntu dan merupakan salah satu
masalah kegawatdaruratan bedah yang umum didapatkan di masyarakat.
Apendisitis akut muncul secara mendadak dan membutuhkan tindakan
pembedahan segera untuk mencegah terjadinya perforasi

B. EPIDEMIOLOGI
Menurut (Akhmad Kheru, 2022) terdapat 259 juta kasus
Apendisitis pada laki-laki di seluruh Dunia yang tidak terdiagnosis,
sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus Apendisitis yang tidak
terdiagnosis. 7% populasi di Amerika Serikat menderita Apendisitis
dengan Prevalensi 1,1 kasus tiap 1.000 orang pertahun. Angka kejadian
Apendisitis Akut mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000
dari tahun 1993 sampai 2008. Kejadian Apendisitis akut di negara
berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Di
Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka
kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh
Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%. Kejadian apendisitis
akut di negara berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama
sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi
0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%.

Prevalensi Apendisitis Akut di Indonesia berkisar 24,9 kasus per


10.000 populasi. apendisitis ini bisa menimpa pada laki-laki maupun
perempuan dengan risiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai
7-8%. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun. apendisitis
perforasi memiliki prevalensi antara 20-30% dan meningkat 32-72% pada
usia >60 tahun dari semua kasus Apendisitis (Wijaya, et al, 2020).
Patogenesis Apendisitis Akut melibatkan peradangan awal dinding
apendiks yang mengarah ke Iskemia Lokal, Nekrosis, dan berisiko
Perforasi. Kejadian Apendisitis Perforasi bervariasi dari 16-40%, dengan
frekuensi lebih tinggi terjadi pada kelompok usia yang lebih muda (40-
57%) dan pada pasien usia >50 tahun (55- 70%). Apendisitis Perforasi
dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sepertiga dari kasus Apendisitis
yang dirujuk ke Rumah Sakit adalah Apendisitis Perforasi. Tingkat
kematian pada anak-anak berkisar antara 0,1% hingga 1% (Akhmad
Kheru, 2022).

C. ETIOLOGI
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen
appendix sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan
akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi
bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith
ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari
obstruksi appendiks meliputi: Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau
tumor lainnya Benda asing (pin, biji-bijian) Kadang parasit 1 Penyebab
lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa
appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat
diisolasi pada pasien appendicitis yaitu7 : Bakteri aerob fakultatif Bakteri
anaerob Escherichia coli Viridans streptococci Pseudomonas aeruginosa
Enterococcus Bacteroides fragilis Peptostreptococcus micros Bilophila
species Lactobacillus species (Ahmad Razi Maulana Alnaz, 2020)

D. PENCEGAHAN

Menurut (Adrian, 2021) penyakit usus buntu tidak bisa dicegah


sepenuhnya. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa pun dan kapan saja.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
Anda untuk terkena penyakit usus buntu, di antaranya:

1. Konsumsi makanan berserat

Serat merupakan asupan yang penting untuk melancarkan


pencernaan dan menjaganya tetap sehat. Dengan
mengonsumsi makanan berserat dalam jumlah yang cukup, pencernaan
Anda akan lebih lancar dan aktif sehingga memudahkan proses
pembuangan tinja. Hal ini baik untuk mencegah terjadinya usus buntu.

Anda bisa mencukupi asupan serat dengan mengonsumsi


makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah-buahan, gandum
utuh, oatmeal, biji-bijian, serta kacang-kacangan.

2. Minum air putih yang cukup

Selain untuk mencegah dehidrasi, konsumsi air putih yang


cukup juga penting untuk memaksimalkan kinerja usus dalam
mencerna makanan dan menghasilkan tinja. Sebaliknya, bila Anda
kurang minum, usus akan menyerap cairan dari sisa makanan untuk
menjaga tubuh tetap terhidrasi.

Hal tersebut bisa membuat Anda susah buang air besar atau


sembelit dan berisiko menimbulkan penumpukan tinja yang dapat
memicu radang usus buntu. Oleh karena itu, untuk membantu
mencegah usus buntu, pastikan Anda cukup minum air putih setiap
hari setidaknya 8 gelas per hari.
3. Konsumsi makanan mengandung probiotik

Makanan dan minuman yang mengandung probiotik baik


dikonsumsi untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Bakteri baik
dalam probiotik diketahui dapat menekan pertumbuhan bakteri jahat
dalam tubuh, termasuk bakteri yang dapat menyebabkan peradangan
atau infeksi usus buntu.

Anda bisa mendapatkan probiotik dari berbagai sumber, seperti


yogurt, tempe, kefir, kombucha, atau kimchi. Agar manfaat tersebut
bisa diperoleh dengan maksimal, Anda juga dianjurkan untuk
mengonsumsi asupan serat, misalnya dari gandum utuh, apel, pisang,
bawang putih, atau artichoke.

Meski demikian, sayangnya, efektivitas probiotik dalam


mencegah usus buntu masih perlu diteliti lebih lanjut.

4. Makan dengan tenang dan perlahan

Meski terdengar sepele, makan dengan tenang justru membawa


banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satunya adalah dapat
membantu tubuh menyerap nutrisi dengan baik dan mendukung proses
pencernaan.

Hal tersebut bisa terjadi karena orang yang makan lambat akan


mengunyah makanannya hingga benar-benar halus saat ditelan,
sehingga cenderung mudah dicerna. Begitu sebaliknya, orang yang
terbiasa makan cepat cenderung lebih sering menyantap makanan
dalam potongan besar dan tidak mengunyahnya sampai halus.

Alhasil, potongan makanan tersebut bisa membuat proses


penernaan menjadi lambat dan berisiko menimbulkan penyumbatan di
usus buntu.
5. Rutin cek kesehatan ke dokter

Dalam beberapa kasus, penyakit usus buntu terkadang bisa lebih


sering terjadi pada orang yang pernah mengalami cedera di perut dan
memiliki riwayat penyakit yang sama di keluarganya.

Kelompok orang yang berisiko ini tentu harus rutin cek kesehatan
ke dokter guna memantau perkembangan usus buntu serta menerima
perawatan medis yang sesuai. Degan begitu, risiko terjadinya radang
usus buntu juga dapat dicegah sedini mungkin.

1. Pada dasarnya, memang tidak ada cara yang bisa 100% mencegah usus
buntu. Namun, dengan menerapkan beberapa cara di atas, risiko Anda
untuk terkena penyakit usus buntu bisa berkurang.

E. PATOFISIOLOGI
Peradangan pada apendiks dapat terjadi oleh adanya ulserasi
dinding mukosa atau obstruksi lumen (biasanya feses yang keras).
Penyumbatan pengeluaran secret mucus mengakibatkan perlengketan,
infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia
menyebabkaan gangren atau dapat terjadi rupture dalam waktu 24-36 jam.
Bila proses ini berlangsung terus menerus organ disekitar apendiks akan
megalami perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses
infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis
merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi
pada apendiks, tetapi hal ini tidak menimbulkan nyeri didaerah abdomen.

Penyebab utama apendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang


dapat disebabkan oleh hyperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak, adanya feses dalam lumen apendiks. Obstruksi
apendiks menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa terbendung, makin
lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritoneum visceral.
Oleh karena itu persyarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X
maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umbilicus.

Mukus yang terkumpul lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah


kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum parietal
setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri
terganggu maka timbul allergen dan ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut pecah, dinamakan
apendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu
masa local, keadaan ini disebut apendisitis abses. Pada anak-anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relative lebih panjang,
dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih
kurang, demikian pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh
darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila apendisitis infiltrat ini
menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka
terjadi apendisitis kronis (Dermawan & Rahayuningsih, 2010).
F. PATOFLOW

G. MANIFESTASI KLINIS
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :
Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri
bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar,
lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan
nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah
ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan,
nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah,
nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007).
H. PROGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas
anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4
hal yang penting adalah : Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral)
yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah
oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding
usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
1. Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,
tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah
infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
2. Test rektal
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis
akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat
pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat
apa ada infeksi pada ginjal.(Faife et al., 2006)
4. Pemeriksaan radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit
(sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma. (Faife et al., 2006)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila dilepas juga akan terasa nyeri (blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosa apendisitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah
(psoassign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
e. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
f. Pada apendiks terltak pada retro sekal maka uji psoas akan postif
dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan
positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol
2. Pemeriksaan laboratorium

Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 –


18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
b. Ultrasonografi (USG), CT-Scan.
c. Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram.

J. PENATALKSANAAN
Menurut Muttaqin & Sari (2013) penanganan apendisitis meliputi:

1. Intervensi pada unit gawat darurat


a. Tujuan intervensi kedaruratan yang dilakukan pada pasien
appendisitis adalah memberikan cairan untuk mencegah dehidrasi
dan septicemia.
b. Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apapun secara oral.
c. Pemberian analgetik dan antibiotic melalui intravena.
2. Terapi farmakologis

Preoperative antibiotic untuk menurunkan risiko infeksi pasca bedah

3. Terapi bedah

Bila diagnosis klinis sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik.
Penundaan tindakan bedah sambal pemberian antibiotic dapat
mengakibatkan abses atau perforasi. Apendektomi bisa dilakukan
secara terbuka ataupun dengan cara laparaskopi. Pada appendisitis
tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic, kecuali
pada appendisitis gangrenosa atau apendisitis perforasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan menurut (Muttaqin & Sari, 2013) pada pasien
appendisitis yaitu:

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, ras/suku, alamat, agama, status perkawinan,
pekerjaan (Diyono & Mulyanti, 2011)
2. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral didaerah
epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Kondisi muntah
dihubungkan dengan inflamasi dan iritasi dari apendiks dengan nyeri
menyebar ke bagian duodenum, yang menghasilkan mual dan muntah
(Atassi, 2002). Keluhan sistemik biasanya berhubungan dengan
kondisi inflamasi dimana didapatkan peningkatan suhu tubuh.
3. Keluhan utama saat di kaji
Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri. Pengkajian nyeri dilakukan dengan pendekatan PQRST.
P: Provokatif/Paliatif : Pengkajian untuk mengidentifikasi factor yang
menjadi presdisposisi nyeri. Pada klien apendisitis akut sering muncul
gejala khas yang didasari oleh radang mendadak yang disertai maupun
tidak disertai rangsang peritoneum lokal.
Q: Quality : Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeri dirasakan
secara subjektif seperti apa rasa nyeri yang dirasakan dan bagaimana
sifat nyeri yang digambarkan klien. Pada klien apendisitis keluhan
klasiknya ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilicus.
R: Region/Radiasi : Pengkajian untuk mengidentifikasi letak nyeri
secara tepat, adanya radiasi dan penyebaran nyeri. Pada klien
apendisitis nyeri dirasakan di abdomen kanan bawah.
S: Scale : Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien. Pengkajian ini dilakkan berdasarkan skala
nyeri/gradasi. Skala nyeri pada klien apendisitis bervariasi. Perbedaan
skala nyeri ini dipengaruhi oleh berbagai factor meliputi tingkat
kerusakan mukosa akibat peradangan apendiks dan bagaimana pola
klien dalam menurunkan respon nyeri.
T: Time : Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri
berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk atau membaik. Keluhan
nyeri klien apendisitis bervariasi. Onset nyeri mulanya samar-samar
dan sulit memprediksi keluhan samar-samar mulai dirasakan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian preoperative untuk menurunkan risiko pembedahan seperti
adanya penyakit Diabetus Melitus, hipertensi, tuberculosis, atau
kelainan hematologis.
5. Riwayat psikososial
Kecemasan akan nyeri hebat atau akibat respon pembedahan.
6. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan takikardia dan peningkatan
frekuensi nafas. Pada pengkajian abdominal, hal yang mendasar adalah
mengklarifikasi keluhan nyeri pada region kanan bawah atau pada titik
McBurney. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spisifik.
Kembung sering terlihat pada klien dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses
periapendikular. Palpasi abdomen kanan bawah akan didapatkan
peningkatan respon nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada region
iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas. Kontraksi otot menunjukkan
adanya rangsangan peritoneum parietale. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri diperut kanan bawah yang disebut Tanda
Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi
dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
Tanda lainnya dari apendisitis adalah Tanda Dunphy (nyeri tajam
pada kuadran kanan bawah abdomen yang didapatkan setelah batuk
yang tiba-tiba). Tanda ini dapat membantu menjadi tanda klinik
penting yang berhubungan dengan peritonitis yang terlokalisasi.
Umumnya nyeri kanan bawah merupakan respon dari perkusi pada
bagian kuadran lainnya dan dijadikan sugesti terjadinya peradangan
peritoneal

B. ANALISA DATA
Menurut Setiawan (2012), Analisis data merupakan metode yang
dilakukan perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan
data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien
dan keperawatan pasien. Dalam analisis data perawat juga menggunakan
keterampilan berpikir kritis untuk memeriksa setiap potong informasi dan
menentukan relevansinya terhadap masalah kesehatan klien dan
hubungannya dengan potongan informasi lain. Keterampilan berpikir kritis
untuk mempertimbangkan pertanyaan lain yang mungkin penting atau
mengembangkan gambaran visual mengenai apa yang klien katakana
kepeda perawat.

C. PRIORITAS MASALAH
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada pasien appendicitis, antara lain :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi


appendicitis) (D.0077)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
operasi) (D.0077)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis) (D.0130)
4. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah) (D.0034)
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
6. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142)

D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., & Kusuma, 2016).

Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan


Keperawata Kriteria Hasil
n
D.0077 L.08066 Tingkat I.08238 Manajemen Nyeri
Nyeri Akut Nyeri Observasi
berhubungan Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen tindakan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pencedera keperawatan selama - Identifikasi skala nyeri
fisiologi 1x7 jam tingkat - Idenfitikasi respon nyeri non verbal
(inflamasi nyeri menurun Terapeutik
appendicitis) dengan kriteria hasil - Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
/agen total score 20 mengurangi nyeri (mis: TENS,
pencedera - Keluhan nyeri hypnosis, akupresur, terapi music,
fisik menurun (5) biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
(prosedur - Meringis Teknik imajinasi terbimbing, kompres
operasi) menurun (5) hangat/dingin, terapi bermain)
- Kesulitan tidur - Kontrol lingkungan yang memperberat
menurun (5) rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
- Tekanan darah pencahayaan, kebisingan)
membaik (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
D.0130 L.14134 I. 15506 Manajemen Hipertermia
Hipertermi Termoregulasi Observasi
a Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab hipertermia (mis:
berhubungan tindakan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
dengan keperawatan selama penggunaan inkubator)
proses 1x7 jam - Monitor suhu tubuh
penyakit termoregulasi Terapeutik
(Infeksi pada membaik dengan - Sediakan lingkungan yang dingin
appendicitis) kriteria hasil total - Longgarkan atau lepaskan pakaian
score 15 Edukasi
- Menggigil - Anjurkan tirah baring
menurun (5) Kolaborasi
- Suhu tubuh - Kolaborasi pemberian cairan dan
membaik (5) elektrolit intravena, jika perlu
- Suhu kulit
membaik (5)
D.0034 L.03028 Status I. 03116 Manajemen Hipovolemia
Risiko Cairan Observasi
Hipovolemi Setelah dilakukan - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
a tindakan (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi
berhubungan keperawatan selama teraba lemah, tekanan darah menurun,
dengan 1x7 jam status tekanan nadi menyempit, turgor kulit
kehilangan cairan membaik menurun, membran mukosa kering,
cairan secara dengan kriteria hasil volume urin menurun, hematokrit
aktif total score 10 meningkat, haus, lemah)
(muntah) - Kekuatan nadi - Monitor intake dan output cairan
meningkat (5) Terapeutik
- Membran - Hitung kebutuhan cairan
mukosa lembab Edukasi
meningkat (5) - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis: NaCL, RL)
D.0080 L.09093 Tingkat I.09314 Reduksi Ansietas
Ansietas Ansietas Observasi
berhubungan Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
dengan tindakan dan nonverbal)
kurang keperawatan selama Terapeutik
terpapar 1x7 jam tingkat - Temani pasien untuk mengurangi
informasi ansietas menurun kecemasan
dengan kriteria hasil - Dengarkan dengan penuh perhatianan,
total score 10 jika memungkinkan
- Verbalisasi Edukasi
khawatir akibat - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
kondisi yang pasien, jika perlu
dihadapi - Latih teknik relaksasi
menurun
- Perilaku gelisah
menurun
D.0142 L.14137 Tingkat I.14539 Pencegahan Infeksi
Risiko Infeksi Observasi
Infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda dan gejala infeksi
berhubungan tindakan Terapeutik
dengan efek keperawatan selama - Batasi jumlah pengunjung
prosedur 1x7 jam tingkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah
invasif infeksi menurun kontak dengan paien dan lingkungan
dengan kriteria hasil pasien
total score 10 - Pertahankan teknik aseptik pada pasien
- Kemerahan berisiko tinggi
menurun (5) Edukasi
- Nyeri menurun - Ajarkan cara mencuci tangan dengan
(5) benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

E. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari
implementasi keperawatan antara lain adalah :

1. Mempertahankan daya tahan tubuh


2. Mencegah komplikasi
3. Menemukan perubahan sistem tubuh
4. Menetapkan klien dengan lingkungan
5. Implementasi pesan dokter
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Nikmatur,
2012).

F. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya (Nursalam, 2008). Evaluasi
adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Nikmatur, 2012). Untuk memudahkan perawat
mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen
SOAP/SOAPIE. Pengertian SOAPIE adalah sebagai berikut :

1. S : Data Subjektif.
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. O : Data Objektif.
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung kepada pasien, dan yang
dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3. A : Analisis.
Interpretasi dari data subjektif atau objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan data objektif.
4. P : Planning.
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditemukan sebelumnya.
5. I : Implementasi.
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P
(Perencanaan). Tuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
6. E : Evaluasi.
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

G. PERSIAPAN PASIEN PULANG


1. Kaji perawatan luka/balutan pada klien untuk meningkatkan
kompetensi perawatan diri dan meningkatkan kemandirian.
2. Tinjau ulang penghindaran faktorfaktor risiko, misalnya pemajanan
pada lingkungan/orang yang terinfeksi (seperti pembengkakan, nyeri,
kemerahan dan demam) untuk mengurangi potensial untuk infeksi
yang diperoleh.
3. Diskusikan terapi obat-obatan yang diresepkan (seperti antibiotik dan
analgetik) untuk meningkatkan kerjasama dengan regimen;
mengurangi risiko reaksi merugikan/efek-efek yang tidak
menguntungkan.
4. Catat keterbatasan aktivitas khusus untuk mencegah regangan yang
tidak diinginkan di lokasi operasi.
5. Laksanakan latihan progresif (seperti aktivitas ringan, dan jangan
mengangkat barang berat) untuk meningkatkan pengembalian ke
fungsi normal dan meningkatkan perasaan sehat.
6. Jadwalkan periode istirahat adekuat untuk mencegah kepenatan dan
mengumpulkan energi untuk kesembuhan.
7. Catat kebutuhan nutrisi/diet (berupa makanan yang hambar dan
rendah lemak, minum air 6-8 gelas untuk menentukan makanan yang
sesuai dengan pasien.
8. Jelaskan pada klien waktu kontrol ulang (buat janji tindak lanjut
selama satu minggu setelah operasi) untuk meningkatkan
penyembuhan dan proses perbaikan.).
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, d. K. (2021, Agustus 1). Cara Mencegah Usus Buntu yang Perlu
Diketahui. Retrieved from https://www.alodokter.com/cara-mencegah-usus-
buntu-yang-perlu-diketahui

Ahmad Razi Maulana Alnaz, A. H. (2020). MATRIKS


METALLOPROTEINASE (MMP) SEBAGAI BIOMARKER
TERJADINYA PERFORASI PADA APENDISITIS AKUT. JIMKI.

Akhmad Kheru, N. P. (2022). Perbedaan Jumlah Leukosit Pasien Apendisitis


Akut dan Perforasi. Jurnal ICastro, F. D. de L. F. de, Rosas, E. S. C., Cruz,
H. S., & Cárdenas, A. J. (2006). Apendicitis aguda-¿una nueva entidad
clínica? Revista de La Facultad de Medicina UNAM, 49(6), 232–234.
https://www.medigraphic.com/cgibin/new/resumen.cgi?
IDARTICULO=9207

Awaluddin, A. (2020). Faktor Risiko Terjadinya Apendisitis Pada Penderita


Apendisitis Di Rsud Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu Tahun. Jurnal
Kesehatan Luwu Raya, 67-72.

Depkes, R. I. (2016). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. . Farmakope


Indonesia.

Díaz, F., Fernández, D. L., Santos, E., Rosas, C., Cruz, H. S., & Cárdenas, A. J.
(1889). Apendicitis aguda- ¿ una nueva entidad clínica ? 3–5.

Faife, B. F., Varela, R. A., Zulueta, A. F., Peña, R. T., Alfonso, M. A. M., &
Torres, J. R. (2006). Apendicectomía por vía videolaparoscópica y
convencional. Estudio comparativo. Revista Cubana de Cirugia, 45(2).

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

Mizar Eriantono, R. A. (2020). Perbedaan Lamanya Rawat Inap Pasien Post


Appendektomi pada Appendiksitis Akut dan Appendiksitis Perforasi. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 276-283.

Nurnadhirah Mirantika, D. B. (2021). Hubungan antara Usia, Lama Keluhan


Nyeri Abdomen, Nilai Leukosit, dan Rasio Neutrofil Limfosit dengan
Kejadian Apendisitis Akut Perforasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Sains dan Kesehatan.

Sri Rahayu, K. L. (2021). Gambaran Penggunaan Obat Pada Pasien


Appendicitisterhadap Kesehatan Usus Di Rumah Sakit Annisa Cikarang.
Jurnal Ilmiah Indonesia, 1240-1246.

WHO. (2014). WHO guidelines forindoor air quality: household fuel combustion.
World Health Organization.

Wiyandra, Y. &. (2018). Sistem Pakar Deteksi Apendisicitis. Jurnal KomtekInfo,


81-91.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Klien
Nama : Ny. F
Umur : 49 tahun / 17-02-1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Jawa RT 01 RW 06 Kel. Situgede
No. RM : 00.11.64.66
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Tanggal Masuk : 13/03/2023
Tanggal Pengkajian : 14/03/2023 13.00 WIB
Tanggal Operasi : 14/03/2023 11.00 WIB
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kp. Jawa RT 01 RW 06 Kel. Situgede
Hubungan keluarga : Suami klien
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di perut pada bagian luka post operasi
apendiktomi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 13 Maret 2023 klien merasa nyeri pada perut bagian
bawah. Setelah itu klien pergi ke IGD RSUD Kota Bogor. Kemudian
klien ditempatkan di ruang perawatan batu tulis 1. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh DPJP klien didiagnosa kolik abdomen susp
appendicitis dan direncanakan untuk dilakukan operasi apendiktomi
pada 14 Maret 2023 pukul 11.00 WIB.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 Maret 2023 pukul 13.00
WIB klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi
apendiktomi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri hanya
dirasakan di satu titik, tidak menyebar. Skala nyeri 4 dari 10. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien
miring kanan dan miring kiri, nyeri dirasakan berkurang apabila klien
tidur terlentang. Pada saat dikaji klien tampak menringis. Klien
mengatakan semalam kurang nyenyak tidurnya karena nyeri di perut.
Klien mengeluh mual, merasa ingin muntah, dan perih di perut. Klien
tampak pucat. Klien mengeluh lelah, merasa badannya lemah setelah
operasi. Aktivitas klien hanya tiduran saja setelah operasi.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah merasakan sakit
seperti ini, klien mengatakan hanya sakit kepala, flu, dan batuk. Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes
melitus.
a. Penyakit yang pernah dialami
Kanak-kanak : -
Kecelakaan : -
Pernah dirawat :
-Penyakit : -
-Waktu : -
Operasi : -
b. Alergi : klien tidak memiliki alergi tertentu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi maupun DM.
6. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit/Sebelum di
Saat Di Rumah Sakit
RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan:….x/hari 3x/hari 3x/hari
b. Nafsu makan: baik/tidak Baik Sedang, mual
Alasan : mual/ muntah/
sariawan/ …lain-lain
c. Porsi makanan yang 1 porsi ½ porsi
dihabiskan
d. Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
e. Makanan yang membuat Tidak ada Tidak ada
alergi
f. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
g. Makanan diet Tidtak ada Makanan lunak

h. Penggunaan obat-obatan Tidak ada Tidak ada


sebelum makan
i. Penggunaan alat bantu - -
(NGT, dll)
2. Pola Eliminasi
a. BAK:
1) Frekuensi : ……x/hari 5-6 kali sehari 5-6 kali sehari
2) Warna :…………….. Kuning jernih Kuning jernih
3) Keluhan :…………….. Tidak ada Tidak ada
4) Penggunaan alat bantu – –
(kateter,dll)

b. BAB:
1) Frekuensi :…..x/hari 1x/hari 1x/hari

2) Waktu Pagi hari Pagi hari


3) Warna Kecoklatan Kecoklatan
4) Keluhan Tidak ada Tidak ada
5) Konsistensi Lembek Lembek
6) Penggunaan Laksatif - -
(ya/tidak, jika ya tuliskan
nama obatnya)
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi 2x/hari Dilap 1x/hari
:…………x/hari
2) Waktu Pagi dan sore Pagi
:Pagi/Sore/Malam
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi:…………x/ 2 kali sehari 1x/hari
hari
2) Waktu : Pagi/ Siang/ Pagi sore Pagi
Setelah makan/ Sebelum
tidur
c. Cuci Rambut
Frekuensi : 1 kali seminggu Belum
……………………
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama Tidur siang : 1 jam/hari 2 jam/hari
….jam/ hari
b. Lama Tidur malam:
….jam/ hari 6 jam/hari 6 jam/hari
c. Kebiasaan sebelum tidur:
………….. Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan :
Tidak ada Tidak ada
5. Pola Aktiivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja :Pagi/ Siang/ Tidak bekerja Tidak bekerja
Malam
b. Olah raga: Ya/Tidak Tidak olahraga Tidak olahraga
c. Jenis Olah Raga:
……………
d. Frekuensi olah raga:
……….. x/mgg
e. Keluhan dalam beraktivitas Tidak ada Tidak ada
(pergerakan tubuh/mandi/
mengenakan pakaian/sesak
setelah beraktifitas dll)
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : Ya/Tidak Tidak Tidak
1) Frekuensi :……………… - -
2) Jumlah : - -
………………
3) Lama pemakaian - -
b. Minuman keras/NAPZA:
Ya/Tidak Tidak Tidak
1) Frekuensi :…………….. - -
2) Jumlah :…………….. - -
3) Lama Pemakaian - -
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 159 cm
IMT : 22.8 (Normal)
Tekanan Darah : 132/95 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36.3 ˚C
Keadaan Umum : [ √ ] Ringan [ ] Sedang [ ] Berat
b. Tingkat Kesadaran
Kualitas : Composmentis
Kuantitas:
-Respon motorik :6
-Respon verbal :5
-Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
8. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a. Kepala : bentuk bulat, keadaan bersih, rambut lurus berwarna


hitam, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, bentuk mata bulat, tidak ada sekret
c. Hidung : bersih, tidak ada serumen, tidak ada polip
d. Telinga : tidak ada serumen, tidak ada benjolan, simetris
e. Mulut dan Gigi : simetris, mukosa bibir lembab, simetris, tidak
terjadi sianosis, tidak sumbing, tidak ada caries gigi, gigi bersih
f. Leher : tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran vena jugularis
g. Thorak dan fungsi pernapasan :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada retraksi, tidak ada lesi, napas
reguler
Palpasi : vocal fremitus getaran sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi napas verikuler
h. Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : simetris, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : terdapat nya suara resonan pada jantung
Auskultasi : bunyi jantung normal reguler, tidak ada bising
i. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : simetris, bersih, terdapat luka post operasi pada daerah
abdomen, keadaan luka masih basah, panjang luka ± 5 cm
Auskultasi : belum ada bising usus
Palpasi : tidak ada odem
Perkusi : dullness
j. Kulit : warna kulit sawo matang, turgor elastis, akral hangat
k. Muskuloskeletal :
 Ekstremitas atas : bentuk simetris, ROM aktif, pergerakan
sendi bebas, kekuatan otot baik, terpasang infus RL/8 jam di
lengan kanan
 Esktremitas bawah : bentuk simetris, ROM aktif, pergerakan
sendi bebas, kekuatan otot baik
5 5

5 5

l. Genitalia : tidak terkaji


9. Data Psikologi
a. Gambaran diri / body image
Klien mengatakan sangat terbuka pada saat dikaji dan tidak malu
pada luka operasinya .
b. Identitas diri
Klien adalah seorang ibu rumah tangga, klien merasa sedih,
karena klien sakit, suami dan anaknya tidak ada yang mengurusi
di rumah.
c. Peran
Klien adalah seorang ibu dari 2 orang anaknya, klien sangat
menyayangi keluarganya, klien adalah ibu yang baik bagi anak
dan suaminya, selama klien sakit anak dan suaminya selalu
mendampingi klien.
d. Ideal diri
Klien berharap setelah dilakukan di RS, klien bisa sembuh dan
dapat melakukan aktifitas seperti sebelum klien sakit, klien dapat
mengurusi suami dan anak-anaknya di rumah, bisa berkumpul
bersama keluarga kembali di rumah.
10. Data Sosial
Selama di rumah sakit, klien dijaga oleh suaminya sendiri atau
anaknya secara bergantian. Suaminya mengatakan mengatakan bahwa
Ny. F memiliki hubungan yang baik dengan orang
disekitarnya/tetangganya.
11. Data Spiritual
Klien beragama islam dan selalu berdoa kepada Allah Swt. agar
segera diberi kesembuhan dan kesabaran dalam menjalani perawatan.
12. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13/03/2023 / 22.23

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Merode

HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.7 g/dL 10.8-14.9 Cyanide free Hb
Hematoktrit 41.0 % 34.0-45.1 Pengukuran
Leukosit 9.92 10^3/uL 4.79-11.3 Laser optical
Trombosit 418 10^3/uL 216-451 Electronic lapedance
Basofil 0.3 % 0.0-1.0 Laser optical
Eosinofil 5.3 % 0.7-5.4 Laser optical
Neutrofil Segmen 53.3 % 42.5-71.0 Laser optical
Limfosit 35.7 % 20.4-44.6 Laser optical
Monosit 5.4 % 3.6-9.9 Laser optical

KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 87 mg/dL 60-199 GDII-MUT

URINALISA

Warna Kuning Kuning Makroskopis

Kejernihan Agak keruh Jernih Makroskopis

Glukosa Darah Sewaktu Negatif Negatif Semi Automatic

Bilirubin Negatif Negatif Semi Automatic

Keton Negatif Negatif Semi Automatic

Berat Jenis 1.020 1.001-1.030 Semi Automatic

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 14/03/2023 / 08.10

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Merode

AGD & ELEKTROLIT


Natrium (Na) 140 mmol/L 135-147 Ion-Selective
Kalium (K) 4.1 mmol/L 3.5-5.0 Ion-Selective
Klorida (Cl) 109 mmol/L 95-105 Ion-Selective
Kalsium Ion (Ca++) 1.17 mmol/L 1.16-1.32 Ion-Selective

KIMIA KLINIK
Ureum 14.5 mg/dL 16.6-48.5 Kinetic uv
Kreatinin 0.63 mg/dL 0.51-0.95 Enzimatic
SGOT 10 U/L <=32 IFCC
SGPT 7 U/L <=33 IFCC
Albumin 3.9 g/dL 3.4-4.8 BCG
Clotting Time (CT) 5 Menit 2-6 Object Glass
Bleeding Time (BT) 3 Menit 1-3 Duke

13. Program Terapi dan Penatalaksanaan


a. Omeprazole 2x40 mg IV
b. Ondansetron 2x4 mg IV
c. Cefotaxime 2x1 IV
d. Mecobalamine 3x1 IV
e. Ketorolac 1 amp k/p IV
f. Carbazochrome 3x1 IV
g. Dexketoprofen 3x1 IV

B. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. F
No. RM : 00.11.64.66
Tanggal Lahir : 17-02-1974
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Ruangan : Batu Tulis

Data senjang Penyebab Masalah Keperawatan


DS : Agen pencedera fisik D.0077 Nyeri Akut
- P : klien mengeluh nyeri (prosedur operasi)
pada daerah luka post
operasi apendiktomi
- Q : nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
- R : nyeri hanya dirasakan di
satu titik, tidak menyebar
- S : skala nyeri 4 dari 10
- T : nyeri dirasakan hilang
timbul. Nyeri dirasakan
bertambah apabila klien
miring kanan dan miring
kiri, nyeri dirasakan
berkurang apabila klien
tidur terlentang
DO :

- TTV
TD : 132/95
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36.3 ˚C
- Klien tampak meringis
- Tidur kurang nyenyak
karena nyeri
DS : Iritasi lambung D. 0076 Nausea

- Klien mengeluh mual


- Merasa ingin muntah
- Klien mengatakan perih di
perut
DO :
- Klien tampak pucat
- TTV
TD : 132/95
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36.3 ˚C
DS : Tirah baring D.0056 Intoleransi
Aktivitas
- Klien mengeluh lelah
- Merasa badannya lemah
setelah operasi
DO :
- TTV :
TD : 132/95
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36.3 ˚C
- Aktivitas klien hanya
tiduran saja setelah operasi
DS : Efek prosedur invasif D.0142 Risiko Infeksi

- Klien mengeluh nyeri di


perut pada luka post operasi
apendiktomi
DO :
- Terdapat luka post operasi
pada daerah abdomen
- Keadaan luka masih basah
- Panjang luka ± 5 cm
- Klien mendapatkan obat
antibiotik ceftriaxone
1gr/12 jam IV
- Terpasang IVFD RL/8 jam
di tangan kanan
- Leukosit : 9.92 10^3/uL

C. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
2. D. 0076 Nausea berhubungan dengan iritasi lambung
3. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
4. D.0142 Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. F
No. RM : 00.11.64.66
Tanggal Lahir : 17-02-1974
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Ruangan : Batu Tulis

Tgl/ Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan


Jam Keperawa Kriteria Hasil
tan
14/03/2 D.0077 L.08066 Tingkat I.08238 Manajemen Nyeri
3 Nyeri Nyeri Observasi
13.30 Akut Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
berhubung tindakan durasi, frekuensi, kualitas,
an dengan keperawatan intensitas nyeri
agen selama 1x7 jam - Identifikasi skala nyeri
pencedera tingkat nyeri - Idenfitikasi respon nyeri non
fisik menurun dengan verbal
(prosedur kriteria hasil total Terapeutik
operasi) score 20 - Berikan Teknik nonfarmakologis
- Keluhan nyeri untuk mengurangi nyeri (mis:
menurun (5) TENS, hypnosis, akupresur,
- Meringis terapi music, biofeedback, terapi
menurun (5) pijat, aromaterapi, Teknik
- Kesulitan tidur imajinasi terbimbing, kompres
menurun (5) hangat/dingin, terapi bermain)
- Tekanan darah - Kontrol lingkungan yang
membaik (5) memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
14/03/2 D. 0076 L.08065 Tingkat I. 03117 Manajemen Mual
3 Nausea Nausea Observasi
13.30 berhubung Setelah dilakukan - Identifikasi pengalaman mual
an dengan tindakan - Monitor mual (mis: frekuensi,
iritasi keperawatan durasi, dan tingkat keparahan)
lambung selama 1x7 jam Terapeutik
tingkat nausea - Kontrol lingkungan penyebab
menurun dengan muntah (mis: bau tidak sedap,
kriteria hasil total suara, dan stimulasi visual yang
score 15 tidak menyenangkan)
- Keluhan mual - Berikan makanan dalam jumlah
menurun (5) kecil dan menarik
- Perasaan ingin Edukasi
muntah - Anjurkan istirahat dan tidur yang
menurun (5) cukup
- Pucat Kolaborasi
membaik (5) - Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
14/03/2 D.0056 L.05047 I.05178 Manajemen Energi
3 Intolerans Toleransi Observasi
13.30 i Aktivitas Aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
berhubung Setelah dilakukan tubuh yang mengakibatkan
an dengan tindakan kelelahan
tirah keperawatan Terapeutik
baring selama 1x7 jam - Sediakan lingkungan nyaman dan
toleransi aktivitas rendah stimulus (mis. cahaya,
meningkat suara,kunjungan)
dengan kriteria - Fasilitasi duduk di tempat tidur,
hasil total score jika tidak dapat berpindah atau
20 berjalan
- Frekuensi nadi Edukasi
meningkat (5) - Anjurkan melakukan aktivitas
- Keluhan lelah secara bertahap
menurun (5)
- Perasaan
lemah
menurun
- Tekanan darah
membaik (5)
14/03/2 D.0142 L.14137 Tingkat I.14539 Pencegahan Infeksi
3 Risiko Infeksi Observasi
13.30 Infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda dan gejala infeksi
berhubung tindakan Terapeutik
an dengan keperawatan - Batasi jumlah pengunjung
efek selama 1x7 jam - Cuci tangan sebelum dan sesudah
prosedur tingkat infeksi kontak dengan paien dan
invasif menurun dengan lingkungan pasien
kriteria hasil total - Pertahankan teknik aseptik pada
score 10 pasien berisiko tinggi
- Kemerahan Edukasi
menurun (5) - Ajarkan cara mencuci tangan
- Nyeri dengan benar
menurun (5) - Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Klien : Ny. F
No. RM : 00.11.64.66
Tanggal Lahir : 17-02-1974
Diagnosa Medis : Kolik abdomen susp appendicitis
Ruangan : Batu Tulis

Tgl/Jam No. Dx Implementasi Evaluasi TTD


14/03/ D.0142 S : klien mengatakan
2023 Risiko - Memonitor tanda nyeri pada luka
08.00 s.d Infeksi dan gejala infeksi operasi
09.00 - Membatasi jumlah
pengunjung O : Tampak luka
- Mencuci tangan jahitan pada perut
sebelum dan klien
sesudah kontak
dengan paien dan A : Masalah belum
lingkungan pasien teratasi
- Mempertahankan
teknik aseptik pada P : Intervensi
pasien berisiko dilanjutkan
tinggi
- Mengajarkan cara I :
mencuci tangan
dengan benar Memonitor tanda
- Mengajarkan cara dan gejala infeksi
memeriksa kondisi - Membatasi
luka atau luka jumlah
operasi pengunjung
- Menganjurkan - Mencuci tangan
meningkatkan sebelum dan
asupan nutrisi sesudah kontak
dengan paien dan
lingkungan
pasien
- Mempertahankan
teknik aseptik
pada pasien
berisiko tinggi
- Mengajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Mengajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
- Menganjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Mengganti
perban luka 2hari
sekali

E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
infeksi menurun
dengan kriteria hasil
total score 10
- Kemerahan
sedang (3)
- Nyeri sedang (3)
14/03/ D.0077 - Mengidentifikasi S : klien mengatakan
2023 Nyeri lokasi, nyeri pada bagian
09.00 s.d Akut karakteristik, perut bekas luka
10.00 durasi, frekuensi, operasi
kualitas, intensitas
nyeri O : TTV
- Mengidentifikasi TD : 126/81
skala nyeri N : 77x/menit
- Mengidenfitikasi RR : 20x/menit
respon nyeri non S : 36,4oC
verbal Skala Nyeri : 4
- Memberikan - Klien tampak
Teknik lemas
nonfarmakologis - Kesadaran :
untuk mengurangi composmentis
nyeri - Diberikan IVFD
- Mengontrol RL/8 Jam
lingkungan yang
memperberat rasa A : Masalah belum
nyeri teratasi
- Memfasilitasi
istirahat dan tidur P : Intervensi di
- Menganjurkan Lanjutkan
memonitor nyeri
secara mandiri I:
- Mengajarkan - Mengidenfitikasi
Teknik skala nyeri
nonfarmakologis - Memberikan
untuk mengurangi Teknik
nyeri nonfarmakologis
- Mengkolaborasi untuk
pemberian mengurangi nyeri
antiemetik, jika - Mengontrol
perlu lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
- Memfasilitasi
istirahat dan tidur
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu

E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil
total score 20
- Keluhan nyeri
sedang (3)
- Meringis sedang
(3)
- Kesulitan tidur
sedang (3)
- Tekanan darah
sedang (3)
14/03/ D. 0076 S : klien mengatakan
2023 Nausea - Mengidentifikasi mual nafsu makan
11.00 s.d pengalaman mual berkurang
12.00 - Memonitor mual
(mis: frekuensi, O : Porsi makan
durasi, dan tingkat tampak tidak
keparahan) dihabiskan
- Mengontrol
lingkungan A : Masalah belum
penyebab muntah teratasi
(mis: bau tidak
sedap, suara, dan P : Intervensi di
stimulasi visual lanjutkan
yang tidak
menyenangkan) I:
- Memberikan - Memonitor mual
makanan dalam (mis: frekuensi,
jumlah kecil dan durasi, dan
menarik tingkat
- Menganjurkan keparahan)
istirahat dan tidur - Mengontrol
yang cukup lingkungan
- Mengkolaborasi penyebab muntah
pemberian (mis: bau tidak
antiemetik, jika sedap, suara, dan
perlu stimulasi visual
yang tidak
menyenangkan)
- Memberikan
makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik
- Menganjurkan
istirahat dan tidur
yang cukup
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu

E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nausea menurun
dengan kriteria hasil
total score 15
- Keluhan mual
sedang (3)
- Perasaan ingin
muntah sedang
(3)
- Pucat sedang (3)
14/03/ D.0056 - Mengidentifikasi S : klien mengatakan
2023 Intoleransi gangguan fungsi tubuh lemah , belum bisa
12.00 s.d Aktivitas yang mengakibatkan banyak bergerak
13.00 kelelahan pasa operasi
- Menyediakan
lingkungan O : klien tampak
nyaman dan rendah terbaring di tempat
stimulus (mis. tidur.
cahaya,
suara,kunjungan) A : Masalah belum
- Memfasilitasi teratasi
duduk di tempat
tidur, jika tidak P : Intervensi
dapat berpindah dilanjutkan
atau berjalan
- Menganjurkan I : - Mengidentifikasi
melakukan gangguan fungsi
aktivitas secara tubuh yang
bertahap mengakibatkan
kelelahan
- Menyediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(mis. cahaya,
suara,kunjungan)
- Memfasilitasi
duduk di tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
- Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap

E: Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam toleransi
aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
total score 20
- Frekuensi nadi
sedang (3)
- Keluhan lelah
sedang (3)
- Perasaan lemah
sedang (3)
- Tekanan darah
sedang (3)

15/03/202 D.0142 - Memonitor tanda S : klien mengatakan


3 pukul Risiko dan gejala infeksi nyeri pada luka
08.00 s.d Infeksi - Membatasi jumlah operasi sedikit
09.00 pengunjung berkurang (skala
- Mencuci tangan nyeri 3)
sebelum dan O : Tampak luka
sesudah kontak jahitan pada perut
dengan paien dan klien
lingkungan pasien A : Masalah belum
- Mempertahankan teratasi
teknik aseptik pada P : Intervensi
pasien berisiko dilanjutkan
tinggi I:
- Mengajarkan cara - Memonitor tanda
mencuci tangan dan gejala infeksi
dengan benar - Membatasi
- Mengajarkan cara jumlah
memeriksa kondisi pengunjung
luka atau luka - Mencuci tangan
operasi sebelum dan
- Menganjurkan sesudah kontak
meningkatkan dengan paien dan
asupan nutrisi lingkungan
- Mengganti perban pasien
luka 2hari sekali - Mempertahankan
teknik aseptik
pada pasien
berisiko tinggi
- Mengajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Mengajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
- Menganjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Mengganti
perban luka 2hari
sekali

E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
infeksi menurun
dengan kriteria hasil
total score 10
- Kemerahan
cukup menurun
(4)
- Nyeri cukup
menurun (4)
15/03/202 D.0077 - Mengidenfitikasi S : klien mengatakan
3 pukul Nyeri skala nyeri nyeri pada bagian
09.00 s.d Akut - Memberikan perut bekas luka
10.00 Teknik operasi berkurang
nonfarmakologis O : TTV
untuk mengurangi TD : 133/76
nyeri N :827x/menit
- Memfasilitasi RR : 20x/menit
istirahat dan tidur S : 36,7oC
- Menganjurkan Skala Nyeri : 3
memonitor nyeri - Klien tampak
secara mandiri mulai mobilisasi
- Mengajarkan bertahap
Teknik - Kesadaran :
nonfarmakologis composmentis
untuk mengurangi - Diberikan IVFD
nyeri RL/8 Jam
- Mengkolaborasi A : Masalah belum
pemberian teratasi
antiemetik, jika P : Intervensi di
perlu Lanjutkan
I:
- Mengidenfitikasi
skala nyeri
- Memberikan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
- Memfasilitasi
istirahat dan tidur
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil
total score 20
- Keluhan nyeri
cukup menurun
(4)
- Meringis cukup
menurun (4)
- Kesulitan tidur
cukup menurun
(4)
- Tekanan darah
cukup membaik
(4)
15/03/202 D. 0076 S : klien mengatakan
3 pukul Nausea - Memonitor mual mual sudah
11.00 s.d (mis: frekuensi, berkurang nafsu
12.00 durasi, dan tingkat makan meningkat
keparahan) O : Porsi makan
- Memberikan tampak dihabiskan
makanan dalam setengah
jumlah kecil dan A : Masalah belum
menarik teratasi
- Menganjurkan P : Intervensi di
istirahat dan tidur lanjutkan
yang cukup I:
- Mengkolaborasi - Memonitor mual
pemberian (mis: frekuensi,
antiemetik, jika durasi, dan
perlu tingkat
keparahan)
- Memberikan
makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik
- Menganjurkan
istirahat dan tidur
yang cukup
- Mengkolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nausea menurun
dengan kriteria hasil
total score 15
- Keluhan mual
cukup menurun
(4)
- Perasaan ingin
muntah cukup
menurun (4)
- Pucat cukup
menurun (4)
15/03/202 D.0056 S : klien mengatakan
3 pukul Intoleransi - Menyediakan sudah mulai
13.00 s.d Aktivitas lingkungan bergerak sedikit-
14.00 nyaman dan rendah sedikit
stimulus (mis. O : klien tampak
cahaya, mobilisasi bertahap.
suara,kunjungan) A : Masalah belum
- Memfasilitasi teratasi
duduk di tempat P : Intervensi
tidur, jika tidak dilanjutkan
dapat berpindah I :
atau berjalan - Menyediakan
- Menganjurkan lingkungan
melakukan nyaman dan
aktivitas secara rendah stimulus
bertahap (mis. cahaya,
suara,kunjungan)
- Memfasilitasi
duduk di tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
- Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
E: Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam toleransi
aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
total score 20
- Frekuensi nadi
cukup membaik
(4)
- Keluhan lelah
cukup menurun
(4)
- Perasaan lemah
cukup menurun
(4)
- Tekanan darah
cukup membaik
(4)
16/03/202 D.0142 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Risiko pulang sudah tidak ada
08.00 s.d Infeksi keluhan (skala nyeri
09.00 2)
O : Tampak luka
jahitan pada perut
klien
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
I : Klien
diperbolehkan
pulang
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
infeksi menurun
dengan kriteria hasil
total score 10
- Kemerahan
membaik (5)
- Tingkat Nyeri
menurun (5)
16/03/202 D.0077 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Nyeri pulang sudah tidak ada
10.00 s.d Akut keluhan (skala nyeri
11.00 2)
O : TTV
TD : 110/80
N : 96 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7oC
Skala Nyeri : 2
- Klien tampak
mulai mobilisasi
bertahap
- Kesadaran :
composmentis
- Diberikan IVFD
RL/8 Jam
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di
hentikan
I: klien
diperbolehkan
pulang
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil
total score 20
- Keluhan nyeri
menurun (5)
- Meringis
menurun (5)
- Kesulitan tidur
membaik (5)
- Tekanan darah
membaik (5)
16/03/202 D. 0076 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Nausea pulang sudah tidak ada
10.00 s.d keluhan
11.00 O : Porsi makan
tampak dihabiskan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
I : klien
diperbolehkan
pulang
E : Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam tingkat
nausea menurun
dengan kriteria hasil
total score 15
- Keluhan mual
membaik (5)
- Perasaan ingin
muntah membaik
(5)
- Pucat menurun
(5)
16/03/202 D.0056 Klien diperbolehkan S : klien mengatakan
3 pukul Intoleransi pulang sudah tidak ada
10.00 s.d Aktivitas keluhan
11.00 O : klien tampak
mobilisasi bertahap.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
I : klien
diperbolehkan
pulang
E: Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x7 jam toleransi
aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
total score 20
- Frekuensi nadi
membaik (5)
- Keluhan lelah
membaik (5)
- Perasaan lemah
membaik (5)
- Tekanan darah
membaik (5)
F. PERSIAPAN PASIEN PULANG
- Kaji perawatan luka/balutan pada klien untuk meningkatkan kompetensi
perawatan diri dan meningkatkan kemandirian.
- Tinjau ulang penghindaran faktorfaktor risiko, misalnya pemajanan pada
lingkungan/orang yang terinfeksi (seperti pembengkakan, nyeri,
kemerahan dan demam) untuk mengurangi potensial untuk infeksi yang
diperoleh.
- Diskusikan terapi obat-obatan yang diresepkan (seperti antibiotik dan
analgetik) untuk meningkatkan kerjasama dengan regimen; mengurangi
risiko reaksi merugikan/efek-efek yang tidak menguntungkan.
- Catat keterbatasan aktivitas khusus untuk mencegah regangan yang tidak
diinginkan di lokasi operasi.
- Laksanakan latihan progresif (seperti aktivitas ringan, dan jangan
mengangkat barang berat) untuk meningkatkan pengembalian ke fungsi
normal dan meningkatkan perasaan sehat.
- Jadwalkan periode istirahat adekuat untuk mencegah kepenatan dan
mengumpulkan energi untuk kesembuhan.
- Catat kebutuhan nutrisi/diet (berupa makanan yang hambar dan rendah
lemak, minum air 6-8 gelas untuk menentukan makanan yang sesuai
dengan pasien.
- Jelaskan pada klien waktu kontrol ulang (buat janji tindak lanjut selama
satu minggu setelah operasi) untuk meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.).
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karenastruktur
yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi. Penyebab dari apendisitis adalah adanya
obstruksi pada lumen apendikial oleh apendikolit, hiperplasia
folikellimfoid submukosa, fekalit, atau parasit. Gejala apendisitis adalah
nyeriviseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan
mual danmuntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan
bawah. Nyeri kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga disebut nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi,
peritonitis, abses apendiks

B. SARAN
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, kami berharap asuhan
keperawatan ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien post operasi appendectomy.

Anda mungkin juga menyukai