Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GNA

(GLOMERULONEFRITIS AKUT) PADA ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak II oleh dosen

Ns. Petronela waweruntu, S.kep, M.Kep

Disusun oleh:

KELOMPOK 5

1. Wahyuni Padu (1701032)


2. Ronaldo takarendehang (1701068)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


MANADO

T.A 2019-202
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Glomerulonefritis pada anak” tepat pada waktunya. Makalah ini kelompok kami
buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kepeerawatan anak II.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

MANADO 19 OKTOBER 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….....ii

DAFTAR ISI ……………………………...…………………………………………


iii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………….
1

A. Latar belakang……………………………………………………………….
1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………... 2
C. Tujuan ………………………………………………………………………..2

BAB III : PEMBAHASAN…………………………………………………………..


4

1. Pengkajian………………………………………………………………….. 4
2. Etiologi……………………………………………………………………… 5
3. Patofisiologi………………………………………………………………… 6
4. Manifestasi klinis ……………………………………………………………
7
5. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………………..10
6. Penatalaksanna…………………………………………………………… 10
7. Komplikasi …………………………………………………………………
14
8. Patway ……………………………………………………………………...15
BAB III : TINJAUAN KASUS
…………………………………………………….18
A. Kasus ……………………………………………………………………….18

iii
B. Pengkajian …………………………………………………………………18
C. Pengelompokan data………………………………………………………
18
D. Analisa data ………………………………………………………………..23
E. Diagnose …………………………………………………………………....25
F. Intervensi………………………………………………………………...... 26

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling
umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air,
serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi
streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada system
ginjal. (Kathhleen, 2008)
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak
perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga
restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung
kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.
Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama
sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita
yang mengalami hemodialisis. (Kathhleen, 2008).
Insidens tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi dari
data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak
menunjukkan gejala sehingga tidak terdeteksi. Kaplan memperkirakan
separuh pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok pada suatu epidemi
tidak terdeteksi. Glomerulonefritis akut pascastreptokok terutama menyerang
anak pada masa awal usia sekolah dan jarang menyerang anak di bawah usia 3
tahun. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Hasil
penelitian multicentre di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan terdapat 170
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien

1
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di
Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki
dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim dingin
dan puncaknya pada musim semi. Maka sesuai dengan peran dan fungsi
perawat adalah sebagai pelaksana Asuhan keperawatan mencakup aspek
preventif, promotif dan rehabilitatif ingin berpartisipasi melakukan asuhan
keperawatan sehingga penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Keperawatan
Pada An. Dengan GNA”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Glomerulonefritis?
2. Bagaimana etiologi Glomerulonefritis?
3. Bagaimana Patofisiologi Glomerulonefritis?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada Glomerulonefritis?
5. Apa saja penatalaksaan medis pada Glomerulonefritis?
6. Apa Saja Komplikasi dari Glomerulonefritis?
7. Bagaimana gambaran patway pada Glomerulonefritis?
8. Askep pada kasus Glomerulonefritis?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang penyakit glomerulonefritis dan bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan glomerulonefritis.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi Glomerulonefritis.
2) Untuk mengetahui Patofisiologi Glomerulonefritis.
3) Untuk mengetahui Klasifikasi Glomerulonefritis.
4) Untuk mengetahui Penyebab dari Glomerulonefritis.
5) Untuk mengetahui Gejala Klinis Glomerulonefritis.

2
6) Untuk mengetahui Komplikasi dari Glomerulonefritis.
7) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Glomerulonefritis.
8) Untuk mengetahui Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Glomerulonefritis.
9) Untuk mengetahui Diagnosis Glomerulonefritis.
10) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien
Glomerulonefritis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang
paling umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut
memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan
retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi
terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka
panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada
anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi
yang biasa diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan
diuretic juga restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.
GNA adalah suatu reaksi imunnologi pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karna kuman streptococcus. Data
ini sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria dibanding anak perempuan. GNA didahului oleh
adanya infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas
atau kulit oleh kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A, tipe 12,
4, 16, 25, dan 40. Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini
ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan
bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A

4
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi
di glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001).
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering
pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah
infeksi streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999).
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus,
sering ditemukan pada usia 3-7 tahun. (Kapita Selecta, 2000)
Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi
imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi
ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7
tahun.
2. Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama
kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.

Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama
lebih kurang 10 hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih
bersifat nefritogen daripada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih
bersifat nefritogen daripada yang lainnya belum diketahui dengan jelas.
Mungkin faktor iklim atau alergi yang mempengaruhi terjadinya GNA
setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. GNA juga dapat disebabkan
oleh sifilis, keracunan (timah hitam tridion), penyakit amiloid, thrombosis
vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus erimatosis.

5
3. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan
proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam
ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding
kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang
mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan
perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti
protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
a. Pathogenesis
Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada
binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis
sebagai penyebab. Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis
sebagai berikut:
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada
membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya
2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam
tubuh menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus
3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus
mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk
zat anti yang berlangsung merusak membrane basalis ginjal
b. Patologi

6
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik
perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper semua glomerulus
terkena sehingga dapat disebut glomerulus difus. Tampak proliferasi sel
endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler
dan ruang simpai Bowman menutup. Disamping itu terdapat pula
infiltrasi sel epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit.
Pada pemerksaan mikroskop electron akan tampak membrane basalis
menebal tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang
mungkin dibentuk oleh globulin-gama, komplemenbdan antigen
streptokokus.
4. Menifestasi klinis
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian
menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang
mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan
baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi
sekali pada hari pertama.
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari
pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga.
Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan
tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen jika
keadaan penyakitnya menjadi kronik.
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu
makan, dan diare.

7
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang
dan kesadaran menurun.
j. Fatigue (keletihan atau kelelahan).

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laju Endap Darah (LED) meningkat
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air)
c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila fungsi
ginjal mulai menurun.
d. Jumlah urine berkurang
e. Berat jenis meninggi
f. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
g. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit dan hialin.
h. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan
infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang
mendahului hanya mengenai kulit saja.
i. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk
identifikasi mikroorganisme.
j. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan
adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan
subepitel yang mengandung imunoglobulin dan komplemen.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.

8
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-
8 minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4
minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
2) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman
penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.
Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
3) Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg
BB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan
pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu
normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD
dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa
komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan,
sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema,
hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus
dibatasi.
4) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi
dieresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat
parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.

9
5) Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan sebagainya.
6) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,
tetapi akhir-akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara
intravena (1mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat
buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
7) Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan
oksigen

b. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup serta mengerti boleh dirawat dirumah di bawah
pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu
dari fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama protein
sebagai ureum, juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena
terjadi kerusakan pada glumerolus (yang merupakan reaksi autoimun
terhadap adanya infeksi streptococcus ekstrarenal) menyebabkan
gangguan filtrasi glomerulus dan mengakibatkan sisa-sia metabolism
tidak dapat diekskresikan maka di dalam darah terdapat ureum, dan
lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi. Tetapi tubulus karena
tidak terganggu maka terjadi penyerapan kembali air dan ion natrium

10
yang mengakibatkan banyaknya urine berkurang, dan terjadilah
oliguria sampai anuria.
Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan
pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine,
dan foto radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur
banyaknya dan berat jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus (catatan
pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam 24 jam jumlah urine
kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat
penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena
selain tidak sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam
ruangan. Penampung urine harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket
selain “nama” juga jam dan tanggal mulai urine ditampung. Hati-hati
jika ada nama yang sama jangan tertukar; tuliskan juga nomor tempat
tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung urine harus
dicuci bersih setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok
pergunakan asam cuka, caranya merendamkan dahulu beberapa saat
baru kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis
di samping obat-obatan pasin diberikan minum air putih dan
dianjurkan agar anak banyak minum (ad libitum) kecuali jika
banyaknya urine kurang dari 200 ml. berapa banyak pasien dapat
menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus dan
dijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti
sbelum mulai pencatatan pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus
diterangkaan dahulu mengapa ia harus banyak minum air putih dan
mengapa air kemih harus ditampung. Jika anak akan buang air besar
supaya sebelumnya berkemih dahulu ditempat penampungan urine
baru ke WC atau sebelumnya gunakan pot lainnya. Dengan demikian
bahwa banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan urine
pada hari itu.

11
Resiko terjadi komplikasi. Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis
menyebabkan produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia,
hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagal
ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya
mendapatkan pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium
dapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan
terjadinya efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran
jantung. Jika keadaan tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung.
Keadaan uremia yang makin menngkat akan menimbulkan keracunan
pada otak yang biasanya ditandai dengan adanya gejala hipertensif
ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah, kesadaran
menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala
komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan:
1) Istirahat
2) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing
3) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu
apakah pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya.
4) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan
tunggu sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering
terjadi obat tidak diminum dan disimpan di bawah bantal pasien).
Jika hal itu terjadi penyembuhan tidak seperti yang diharapkan.
5) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg
BB/hari dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 40-
60 mg% protein diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah
garam. Jika pasien tidak mau makan karena merasa mual atau
ingin muntah atau muntah-muntah segera hubungi dokter, siapkan
keperluan infuse dengan cairan yang biasa dipergunakan ialah
glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika infuse

12
diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau
tekanan darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi
yang telah dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja
jantung.
6) Gangguan rasa aman dan nyaman.
Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar
sering kontak dan berkomunikasi dengan pasien akan
menyenangkan pasien.. agar pasien tidak bosan pasien dibolehkan
duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya membaca buku
(anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain
dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai perawat kita juga
harus mendampingi/mengajak bermain dengan pasien yang
memerlukan hiburan agar tidak bosan.
7) Kuarng pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien
adalah:
a) Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit
menelan atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke
dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan
pengobatan yang tepat dan cepat.
b) Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat
dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha
pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan,
sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah
sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua
diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan
mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan
pengamatan perkembangan penyakit anaknya)

13
c) Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat
cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi
belum boleh mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam
masih perlu dikurangi sampai keadaan urine benar-benar
normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan sedikit
protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya).
Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada
kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya
infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan
untuk mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan
perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan khususnya
streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien
harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang mungkin terjadi seperti glomerulus kronik
atau bahkan sudah terjadi gagal ginjal akut. Juga petunjuk
mengenai kegiatan anak yang telah boleh dilakukan.
7. Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang
terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis
(bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.

14
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi
gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)

15
B. PATWAY Streptococcus Beta
Hemolitikus

Infeksi pada
traktus respiratory

Reaksi Ag - Ab Neuraminidase mengubah


IgG menjadi autoimun

Terbentuk autoantibodi

Kompleks imun
dalam darah

Sirkulasi ke
glomerulus

Terperangkap dalam
membran basal

Aktivasi jalur komplemen


(Chemotaksis)

Lesi dan peradangan


glomerulus 16

Glomerulonefritis
Akut (GNA)
B1 B2 B3 B4

Aktivitas PMN dan Kerusakan struktur Penurunan fungsi Fagosit pada Penurunan fungsi
trombosit menuju ginjal ginjal membran glomerulus ginjal
tempat lesi
Sintesis eritropoetik GFR menurun Kebocoran kapiler GFR menurun
Terbentuk jaringan menurun glomerulus
parut di korteks Aldosteron meningkat Aldosteron meningkat
Anemia Hematuria
Kebocoran kapiler Retensi Na+ Retensi Na+
glomerulus Hipoksia jaringan MK : Gg. Pola
Retensi H2O eliminasi Retensi H2O
Proteinuria MK : Gg. perfusi
jaringan
ECF meningkat
Hipoalbuminemia Oliguria ECF meningkat
Hipertensi
Difusi cairan Edema
ke extra sel
Peningkatan
TIK MK : Kelebihan
Retensi cairan di volume cairan
rongga perut
Sakit kepala
Asites
MK : Resiko
Cedera
Menekan
diafragma

Ekspansi otot pernapasan


tidak optimal 17

Nafas tidak
adekuat
MK : Pola napas
tidak efektif

B6
B5

Aktivitas PMN dan Penurunan fungsi


trombosit menuju ginjal
tempat lesi
GFR menurun
Terbentuk jaringan
parut di korteks Aldosteron meningkat

Kebocoran kapiler
Retensi Na+
glomerulus

Proteinuria Dilusi plasma Retensi H2O

Hipervolemia
ECF
Diet rendah Hipoalbuminemia
meningkat
protein Anemia
Difusi cairan
ke extra sel 5L Edema

Retensi cairan di MK : Intoleransi


rongga perut aktifitas Pretibia Wajah/perio
rbital
Asites MK : Gg.
Mobilisasi
Menekan isi perut Gg. Citra
diri

Mual, muntah
MK : Perubahan nutrisi 18
kurang dari kebutuhan
Anoreksia tubuh
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Anak mengalami bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Bengkak awalnya terjadi pada mata saja, timbul saat
bangun tidur, dan menghilang saat siang hari. Lama-kelamaan
bengkak menjadi menetap dan meluas hingga keseluruh tubuh. Sejak 7
hari sebelum masuk rumah sakit, BAK anak berwarna merah
kehitaman, tidak ada rasa nyeri saat BAK, tidak ada kesulitan untuk
BAK, tidak ada nyeri pinggang, nyeri perut dan tidak ada riwayat
terjatuh sebelumnya. Anak juga menjadi jarang BAK, hanya 2 kali
dalam sehari dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit anak menderita panas, panas tidak naik,
panas turun dengan obat penurun panas, siang dan malam sama,
selama panas tidak ada kejang, mengigau dan mengigil. Nafsu makan
menurun dan meminum kurang dari biasanya, BAB normal. Tidak ada
perdarahan gusi maupun mimisan. Anak juga ada menderita batuk dan
pilek. Tidak ada riwayat pemakaian obat tertentu, dan riwayat keluarga
yang menderita sakit ginjal. Sejak anak sering bermain ditanah,
muncul luka-luka yang akhirnya menjadi koreng yang menetap bila
digaruk. Tekanan darah 140/100mmHg (Normal: 100/60mmHg) N:
118x/menit, regular, Suhu: 36,6° C, Respirasi 30x/menit. Berat badan
25kg (75,09% menurut standar BB/U) panjang / tinggi badan :1117cm
(92,12% menurut standar TB/U).

B. Pengkajian
a. Data yang dikaji harus dikaji lebih lanjut
1) Usia anak. X berumur 7 tahun
2) Rumus BB ideal anak = Umur (tahun) x 7-5
2
= 7x7-5
2 19
= 23,5 kg
3) Klien hanya minum 2 gelas berisi 200cc.
4) Hasil Lab:
a) Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
b) Kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
c) Klorida (Cl-) = (107,0 mEq - 112,7 mEq)
5) Pemeriksaan Laboratorium
Penafsiran Berdasarkan Warna Urine

No Warna Urine Penyebab Patologis PenyebabNon


Patologis
1 Merah Ada hemoglobin, -oleh karena obat
mioglobin dan tertentu
porfirin ( berarti ada -karena zat warna dari
perdarahan saluran makanan tertentu,
kencing) misal Biet, Senna,
Robarber
2 Jingga Zat warna empedu -karena obat-obat :
antisepti saluran
kencing, pyridium, dan
obat fenothiazin
3 Kuning -Urine pekat -Banyak makan wortel
-Keberadaan urobiliin - obat fenacetin,
dan bilirubin kaskara, Nitrofurantion
4 Hijau -Keberadaan -Obat preparat vitamin
biliverdin dan obat psikoaktif
-Keberadaan bakteri
pseudomonas
5 Biru Tak patologis Deuretika tertentu
6 Coklat -Keberadaan hematin -Obat-obat
asam, mioglobin, dan Nitroforation, levodopa
zat warna empedu

20
7 Hitam/hampir Keberadaan Melanin, -Obat Levodopa,
hitam Urobilin dan Kaskara, senyawa besi
Methemoglobin dan Fenol

6) Berat badan normal dan Kebutuhan Cairan menurut umur.


Umur BB (kg) Keb. Cairan
Hari 3,0 250 - 300
1 tahun 9,5 1150 - 1300
2 tahun 11,8 1350 - 1500
6 tahun 20,0 1800 - 2000
10 tahun 28,7 2000 - 2500
14 tahun 45,0 2200 - 2700
18 tahun 54,0 2200 - 2700

7) Perhitungan balance cairan anak: usia tergantung tahapan umur


untuk menentukan Air Metabolisme yaitu:
a) Usia 1-3 tahun = 8cc/kg BB/hari
b) Usia 5-7 tahun = 8-8,5cc/kg BB/hari
c) Usia 7-11 tahun = 6-7cc/kg BB/hari
d) Uisa 12-14 tahun =5-6cc/kg BB/hari
8) Balance Cairan
Intake:
Air (makan+minum) : 500 cc
Cairan Infus : 1000 cc/24jam
A.M : 200 cc ( AM= 8cc/kg BB/hari)
Output:
Urine : 2x200 cc
Feses : 2x100 cc (kondisi normal 1xBB
100 cc) normalnya 2x/hari

21
IWL :
Rumus IWL normal = 15ccxkgBB/24 jam
15ccx25kg= 375cc
Balance cairan = intake-output
= 1700-975
= 725 cc
B. Pengelompokan data
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Ibu klien mengatakan klien 1. Anak mengalami bengkak seluruh
mengalami bengkak seluruh tubuh
tubuh sejak 3 hari sebelum 2. BAK anak berwarna merah
masuk rumah sakit. kehitaman.
2. Ibu klien mengatakan klien 3. Klien terlihat bengkak mata dan
bengkak awalnya terjadi pada seluruh badannya.
mata saja, timbul saat bangun 4. BAK klien warnanya merah
tidur, dan menghilang saat kehitaman.
siang hari. 5. Klien terlihat kurang minum dan
3. Ibu klien mengatakan bahwa nafsu makan.
lama-kelamaan bengkak 6. TTV : TD: 140 mmhg, N: 118x per
menjadi menetap dan meluas menit, Suhu: 36,60C, RR=
hingga keseluruh tubuh. 30x/menit.
4. Ibu klien mengatakan klien
mengalami bengkak sejak 7
hari sebelum masuk rumah
sakit
5. Ibu klien mengatakan BAK

22
klien berwarna merah
kehitaman, tidak ada rasa
nyeri saat BAK, tidak ada
kesulitan untuk BAK, tidak
ada nyeri pinggang, nyeri
perut dan tidak ada riwayat
terjatuh sebelumnya.
6. Ibu klien mengatakan klien
juga menjadi jarang BAK,
hanya 2 kali dalam sehari
dengan jumlah yang tidak
terlalu banyak.
7. Ibu klien mengatakan nafsu
makan menurun dan
meminum klien kurang dari
biasanya.

C. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Kelebihan Oliguria
1. Ibu klien mengatakan klien volume cairan

23
mengalami bengkak seluruh
tubuh sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit.
2. Ibu klien mengatakan klien
bengkak awalnya terjadi
pada mata saja, timbul saat
bangun tidur, dan
menghilang saat siang hari.
3. Ibu klien mengatakan
bahwa lama-kelamaan
bengkak menjadi menetap
dan meluas hingga
keseluruh tubuh.
4. Ibu klien mengatakan klien
mengalami bengkak sejak 7
hari sebelum masuk rumah
sakit
5. Ibu klien mengatakan BAK
klien berwarna merah
kehitaman, tidak ada rasa
nyeri saat BAK, tidak ada
kesulitan untuk BAK, tidak
ada nyeri pinggang, nyeri
perut dan tidak ada riwayat
terjatuh sebelumnya.
6. Ibu klien mengatakan klien
juga menjadi jarang BAK,
hanya 2 kali dalam sehari

24
dengan jumlah yang tidak
terlalu banyak.
7. Ibu klien mengatakan nafsu
makan menurun dan
meminum klien kurang dari
biasanya

DO:
1. Anak mengalami bengkak
seluruh tubuh
2. BAK anak berwarna merah
kehitaman.
3. Klien terlihat bengkak mata
dan seluruh badannya.
4. BAK klien warnanya merah
kehitaman.
5. Klien terlihat kurang
minum dan nafsu makan.
6. TTV : TD: 140 mmhg, N:
118x per menit, Suhu:
36,60C, RR= 30x/menit.

D. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
Keperawatan
1. Kelebihan volume 23 oktober 2019
cairan berhubungan
dengan Oligura

25
26
E. Intervensi

Diagnose Tujuan/kriteria hasil intervensi rasional


keperawatan
Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan
- Timbang berat badan anak -: menimbang berat badan
cairan keperawatan selama … x 24
setiap hari, dan pantau haluaran setiap hari dan pemantauan
berhubungan dengan jam diharapkan masalah
urine setiap 4 jam. haluaran urine yang sering,
Oligura kelebihan volume cairan dapat
memungkinkan deteksi dini
teratasi dengan hasil yang
dan terapi yang tepat terhadap
diharapkan:
perubahan yang terjadi pada
Anak dapat mempertahankan
status cairan anak. Kenaikan
volume cairan normal yang
berat badan yang cepat
ditandai oleh haluaran
mengindikasikan retensi cairan.
-urin rata-rata sebanyak 1-2
Penurunan haluaran urin dapat
ml/kg/jam,
mengindikasikan ancaman
-penafsiran warna urine
gagal ginjal.
menunjukkan normal,
hasil laboratorium menunjukka - pengkajian dan pengukuran
- Kaji anak untuk deteksi
n tanda normal (Na, K, Cl). yang sering, memungkinkan
edema ukur lingkar

27
abdomen setiap 8 jam, dan deteksi dini dan pemberian
(untuk anak laki-laki periksa terapi yang tepat terhadap
pembengkakan pada skrotum. setiap perubahan kondisi anak.
Lingkar abdomen yang
bertambah dan pembengkakan
pada skrotum biasanya
mengindikasikan asites.

- obat-obatan diuretic dapat


- Pantau anak dengan cermat
menyebabkan hipokalemia
untuk melihat efek samping
sehingga membutuhkan
pemberian terapi diuretic,
pemberian suplemen kalium
khususnya ketika menggunakan 
per intravena.
hidroklorotizid atau furosemid.

-anak membutuhkan pembatasa
- Pantau dan catat asupan cairan
n asupan cairan akibat retensi
anak.
cairan dan penurunan laju
filtrasi glomerulus; ia juga
membutuhkan retriksi asupan
natrium.

28
- urine yang berbusa
mengindikasikan peningkatan
deplesi protein, suatu tanda

-Kaji warna, konsistensi dan kerusakan fungsi ginjal.


berat jenis urine anak.
- peningkatan kadar nitrogen
urea darah dan kreatinin dapat
mengindikasikan kerusakan
fungsi ginjal.

- Pantau semua hasil uji


laboratorium yang di
programkan.

29
30
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik
kesimpulan Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu
reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering
terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada
usia 3-7 tahun. Masalah keperawatan yang muncul adalah Gangguan
perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan
hipernatremia Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
oliguria, Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, Intoleran aktivitas yang berhubungan
dengan kelelahan, Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilitas dan edema, Ansietas (orang tua) yang berhubungan
dengan rawat inapo anak dirumah sakit, Deficit pengetahuan yang
berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah. Pasien
GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah
pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa
aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.

31
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk klien dan keluarga
Orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya
misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan biaya
yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan
tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya
pengumpulan urine dan mencatat minum anak selama 24 jam, untuk
keperluan pengamatan perkembangan penyakit anaknya)
2. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat meningkatkan kwalitas asuhan
keperawatan dan pendokumentasian keperawatan yang lebih akurat
dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan kepuasan klien. Pentingnya
memberikan edukasi kepada klien untuk menambah pengetahuan
Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien adalah:
Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan
atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke dokter/pelayanan
kesehatan supaya anak mendapatkan pengobatan yang tepat dan
cepat. Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat
dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha
pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering
memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak
tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan
mengenai perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum anak
selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan penyakit

32
anaknya). Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus
istirahat cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi
belum boleh mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam masih
perlu dikurangi sampai keadaan urine benar-benar normal kembali
(kelainan urine, adanya eritrosit dan sedikit protein akanmasih
diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya). Jika makanan dan
istirahatnya tidak diperhatikan ada kemungkinan penyakit kambuh
kembali. Hindarkan terjadinya infeksi saluran pernapasan terutama
mengenai tenggorokan untuk mencegah penyakit berulang.
Kebersihan lingkungan perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan
khususnya streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA.
Pasien harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang mungkin terjadi seperti glomerulus kronik atau
bahkan sudah terjadi gagal ginjal akut. Juga petunjuk mengenai
kegiatan anak yang telah boleh dilakukan.
3. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan lebih memahami teori tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Glomerulo Nefritis Akut
sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan Glomerulo Nefritis Akut sehingga secara
khomprehensif.
b. Mahasiswa meningkatkan komunikasi terapeutik sehingga
terjadi trust antara klien dan mahasiswa guna tercapai tujuan
asuhan keperawatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatri”. Jakarta: EGC.


Harnowo, Sapto. 2001. “Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi
Keperawatan”. Jakarta: Widya Medika.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis Missouri: Mosby INC.
Mansjoer, Arif M. 2000.”Kapita Selekta Kedokteran”, ed 3, jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius.
Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC. St.Louis missouri: Mosby INC.
Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik
dengan klinikal pathways. Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2005.” Perawatan Anak Sakit”. Jakarta: EGC.
Sacharin, Rosa M. 1999. “Prinsip Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: ECG.
Santosa Budi. 2006. “Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-
2006”: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001.” Asuhan Keperawatan Anak”. Jakarta: PT. Faja

Anda mungkin juga menyukai