PENDAHULUAN
1
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)
1.2 Tujuan
1. Dapat menjelaskan Fisiologi Persalinan
2. Dapat menjelaskan Teori Intranatal Care
3. Dapat menjelaskan 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Apn) 2008
4. Dapat menjelaskan Trend & Isu Persalinan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan plasenta
dari dalam saluran Rahim oleh kontraksi otot-otot Rahim. Persalinan normal
adalah persalinan dengan persentasi vertex, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam,
dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001)
4
1.1.4 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan normal ditentukan oleh beberapa factor utama, yaitu :
1.) Power
2.) Passage : Jalan lahir (tulang dan otot)
3.) Passage : Janin, plasenta dan selaput ketuban (Rustam, 1998)
Ketiga factor utama sangat menentukan jalannya persalinan sehingga akan terjadi
proses persalinan :
5
yang menstimulasi sela uterus untuk memulai kontraksi persalinan. Berbagai teori yang
diajukan, tetapi penemuan hasil penilitian menyatakan bahwa kombinasi beberapa
mekanisme maternal dan janin dilibatkan memulai awitan persalinan dan mendukung
perslainan (Goff, 11993)
6
tidak mungkin bahwa hormone oksitosin ini secara tunggal memulai proses
persalinan.
7
merasakan ketegangan pada perut dan tekanan diafragma yang sebelumnya ia
rasakan.
Tidak ada atau sedikit perubahan pada Dilatasi dari penipisa serviks yang
serviks progresif
Ketidaknyamanan, biasnaya terjadi pada Ketidaknyamanan dimulai pada bagian
abdomen bawah dan pangkal paha punggung dan menyebar ke sekitar
Kontraksi terjadi pada interval yang tidak abdomen
teratur Kontraksi terjadi dengan interval teratur
Tidak ada peningkatan frekuensi dan Frekuensi, instensitas, dan durasi
intensitas kontraksi kontraksi meningkat secara progresif
Interval antara kontraksi tetap panjang Interval antara kontraksi secara bertahap
Berjalan tidak membari efek peningkatan memendek
kontraksi. Seringkali malah Kontraksi meningkat dengan berjalan
menghilangkan kontraksi
Selama kala I persalinan, dilatasi lengkap pada serviks (10 cm) secara
perlahan diperoleh. Kemajuan diltasi serviks lebih cepat pada multipara
dibandingkan primipara. Kala I persalinan dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1. Fase Laten
Fase laten diawali dengan kontraksi uterus, berlangsung selama
beberapa dan mencapai pelunakan, penipisan, dan sedikit dilatasi (3-4 cm)
serviks
2. Fase Aktif
Dengan mulainya fase aktif, intensitas dan lama kontraksi terjadi lebih
sering yaitu setiap 3-5 menit. Fase ini berakhir ketika dilatasi serviks
mencapai sekitar 7 cm. Ketika dilatasi serivks 5 cm, ibu telah memasuka
setengah waktu persalinan, meskipun 10 cm mewakili dilatasi penuh. Pada
saat itu rata-rata lebih dari 2/3 proses persalinan telah dilalui
3. Fase Transisi
Fase transisi dimulai ketika serivks mengalami dilatasi lengkap, yaitu
8-10 cm dan dicirikan dengan kontraksi uterus yang intens terjadi setiap 2-
3 menit
Dua perubahan penting yang terjadi dalam serivks selama kala II
persalinan, yaitu penipisan dan dilatasi :
1.) Penipisan Serviks
10
Penipisan serviks adalah penipisan dan pemendekan saluran serviks
dari strukturnya sepanjang 2-3 cm dan tebal sekitar 1 cm sampai
menjadi struktur yang sama sekali tidak memiliki saluran, kecuali
sebuah lubang melingkar dengan tepi hamper setipis kertas. Akan
tetapi, lubang serviks internal terbaik beberapa sentimeter ke atas,
sehingga bentuk saluran endoserviks menjadi bagian dari segmen
bawah uterus.
2. Kala II Persalinan
11
Kala II persalinan, tahap panggul dimulai dengan dilatasi serviks
secara lengkap dan diakhiri dengan pelahiran atau kelahiran bayi. Selama kala
II persalinan, intensitas kontraksi meningkat, berlangsung selama 50-70 detik,
dan terjadi pada interval 2 atau 3 menit. Jika ketuban belum pecah, maka
pecah ketuban sering kali terjadi pada awal kala ini dengan semburan cairan
ketuban dari vagina. Pada kasus yang jarang, bayi baru lahir dilahirkan dalam
“caul”, yaitu bagian selaput ketuban yang membungkus kepala bayi baru lahir.
Saat kepala janin atau bagian presentasi, janin menurun dan mencapai
dasar perineum, bagian peresentasi janin menekan saraf sakralis dan sarag
obturatorius, sehingga menyebabkan ibu merasakan desakan untuk mengejan,
dan otot abdomen dibuat menegang. Saat kontraksi berlangsung, wanita
menegang atau “mengejan” dengan seluruh kekuatannya, sehingga wajah
memerah dan pembuluh besar dilehernya mengalami distensi. Akibat
pengerahan tenaga ini, ia akan berkeringat sangat banyak.
Menjelang akhir kala II, tekanan kepala janin kebawah pada vagina
menyebabkan menjadi meregang dan menonjol dan seringkali pertikel kecil
dari materi feses dikeluarkan dari rectum pada setiap kontraksi. Setelah kepala
lebih jauh turun, daerah perineum mulai menggembung dan kulit perineum
menjadi tegang dan berkilau. Pada saat ini, kulit kapala janin dapat dideteksi
melalui lubang vulva yang menyerupai celah.
12
menjadi berbentuk lingkaran. Setiap kontraksi berhenti, lubang vulva menjadi
lebih kecil dan kepala janin masuk kembali sampai kemudian kembali keluar
saat terjadi kontraksi berikutnya.
Kala III persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu Pelepasan Plasenta dan
Ekspulsi (pengeluaran) plasenta :
13
atau vagina atas sebagai badan yang terpisah. Tanda pelepasan plasenta
biasanya terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran bayi.
4. Kala IV Persalinan
Kala IV persalinan, tahap pemulihan, dimulai dengan kelahiran
plasenta dan berlanjut sampai 1 hingga 4 jam pertama pascapartum. Empat
jam pertama pascapartum atau kala IV persalinan merupakan waktu
pengembalian stabilitas fisiologis. Selama periode ini, kontraksi dan retraksi
myometrium, disertai dengan thrombosis pembuluh darah, bekerja secara
efektif untuk mengontrol perdarahn dari tempat plasenta. Bagaimanapun,
terdapat kemungkinan resiko terjadinya perdarahan, retensi urine, hipotensi,
dan efek samping anestesis.
15
desakan untuk mengejan,
tekanan rectum.
Kala II Periode dari Sekitar 1 Kontraksi uterus Dapat mengalami
(tahap dilatasi serviks jam untuk kuat setiap 2-3 penurunan rasa nyeri,
panggul) lengkap sampai nulipara dan menit, lamanya tekanan pada rectum,
1/
pelahiran bayi 4-1/2 jam 45-90 detik, perineum menggembung,
untuk tekanan desakan untuk mengejan,
multipara intraabdomen seringkali bersemangat dan
dilakukan tidak sabar, suara merintih
atau terdengar suara
hembusan nafas
Kala III Periode dari 5-30 menit Kontraksi uterus Focus pada bayi baru lahir,
(tahap pelahiran bayi kuat, uterus bahagia terhadap kelahiran,
plasenta) sampai pelahiran berubah ke rasa lega
plasenta dan bentuk globular,
membran tekanan intra
abdomen
dilakukan
Kala IV Periode dari 4 jam Uterus keras pada Eksplorasi bayi baru lahir,
pelahiran plasenta 2 jari diatas integrasi keluarga dimulai,
dan membrane umbilikus bayi baru lahir terjaga dan
sampai 4 jam responsif
pertama
pascapartum
16
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi :
- Lahirnya kepala
- Lahirnya bahu
- Lahirnya badan dan tungkai
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga :
- Mengeluarkan plasenta
- Rangsangan taktil (masase) uterus
IX. Menilai Perdarahan
X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan :
- Evaluasi
- Kebersihan dan keamanan
- Dokumentasi
Langkah 3
17
Kenakan atau pakai celemek plastik.
Langkah 4
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).
Langkah 8
1.) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
2.) Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
Langkah 9
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangah setelah sarung tangan dilepaskan.
18
Langkah 10
1.) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 s/d 160 kali/menit)
2.) Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
3.) Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
Langkah 11
1.) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
2.) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan sesuai temuan yang ada
3.) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
Langkah 12
Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
Langkah 13
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat
untuk meneran.
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
19
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
Langkah 14
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Langkah 16
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Langkah 17
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
20
Langkah 20
1.) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
2.) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
3.) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara klem tersebut.
Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
21
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
2.) Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi
(Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru
lahir dengan asfiksi).
Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
- Ganti handuk basah dengan handuk kering
- Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
Langkah 27
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).
Langkah 28
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).
Langkah 29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
Langkah 30
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada
sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari
klem pertama.
Langkah 31
Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
22
- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut.
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan benang dengan simpul kunci.
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
Langkah 32
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Langkah 33
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Langkah 36
1.) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
2.) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu.
23
Mengeluarkan Plasenta
Langkah 37
1.) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
2.) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
3.) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat.
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
Langkah 38
1.) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
2.) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
24
Langkah 40
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukka plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
Langkah 41
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Langkah 44
Lakukan penimbangan pengukuran pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah
satu jam kontak kulit ibu-bayi.
Langkah 45
1.) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin
K1) di paha kanan anterolateral.
2.) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
3.) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
25
Evaluasi
Langkah 46
1.) Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
- 2 s/d 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 20 s/d 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
2.) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.
Langkah 47
Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Langkah 48
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah.
Langkah 49
1.) Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan
2.) Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
3.) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Langkah 50
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40 s/d 60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5).
Langkah 52
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
26
Langkah 53
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
Langkah 54
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
Langkah 55
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Langkah 56
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah 57
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
1. Water Birth
27
Andien Aisyah adalah salah satu artis yang menggunakan metode water birth ©
instagram.com/AndienAisyah
2. Lotus Birth
Selain Water Birth, Andien juga menggunakan metode Lotus Birth untuk
menyambut kelahiran anak pertamanya. Metode Lotus Birth sendiri sebetulnya
bukan metode persalinan melainkan metode pasca-persalinan. Pada Lotus Birth,
plasenta yang dilahirkan tidak langsung dipotong dari tali pusat pada perut bayi.
Plasenta ini dibiarkan selama beberapa hari menempel pada tubuh bayi.
28
Andien juga menggunakan Lotus Birth, yakni membiarkan plasenta bayi tersambung
dengan bayi hingga putus sendiri © instagram.com/AndienAisyah
29
3. Gentle Birth
Gentle Birth merupakan metode persalinan alami yang membiarkan sang Ibu
menentukan posisi paling nyaman untuk melahirkan © Woman's Day
30
Delayed Cord Clamping merupakan penundaan pemotongan tali pusat agar darah dari
plasenta yang mengandung banyak mineral dapat mengalir dalam tubuh bayi ©
autismspeaks.com
Metode Persalinan satu ini memang belum familiar di Indonesia, sama seperti
Gentle Birth atau Lotus Birth. Delayed Cord Clamping sendiri juga sebetulnya
merupakan proses setelah persalinan, sama dengan Lotus Birth. Metode delay cord
clamping adalah penundaan pemotongan tali plasenta bayi. Jadi kalau kamu tak ingin
repot dengan Lotus Birth karena harus menggendong plasenta juga saat menggendong
bayi, metode ini bisa dipilih. Perlu waktu 3-5 menit bagi plasenta untuk mengalirkan
darah ke tubuh bayi sebelum tali pusat ini boleh dipotong.
Selain disarankan oleh WHO, Delayed Cord Clamping memberi manfaat bagi para
bayi. "Delayed Cord Clamping dapat bermanfaat bagi perkembangan syaraf bayi beberapa
tahun ke depan. Karena aliran darah dari plasenta mengandung cukup mineral untuk
pertumbuhan bayi." ujar Dr. Heike Rabe, dokter spesialis kandungan Brighton & Sussex
Medical School, Inggris.
5.1 Patograf
5.1.2 Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2007). Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008). Partograf
atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian - kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001)
31
5.1.3 Tujuan
1.) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan
demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
3.) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008)
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1.) Mencatat kemajuan persalinan
2.) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3.) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4.) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5.) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
6.) Keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR, 2008).
33
d. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janinn
3. Garis waspada dan garis bertindak
34
BAB III
ASHUHAN KEPERAWATAN
2) Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi
yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
35
c) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
d) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
e) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system
pendukung
3) Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan a. Orientasikan klien pada
situasi kebutuhan keperawatan selama 3 x lingkungan, staf dan
tidak terpenuhi. 24 jam diharapkan prosedur.
ansietas pasien berkurang b. Berikan informasi
dengan kriteria hasil: tentang perubahan
a. TTV normal psikologis dan
b. Pasien dapat fisiologis pada
mengungkapkan persalinan.
perasaan cemasnya. c. Kaji tingkat dan
c. Lingkungan penyebab ansietas.
sekitar pasien tenang d. Pantau tekanan darah
dan kondusif dan nadi sesuai
indikasi.
e. Anjurkan klien
mengungkapkan
perasaannya.
f. Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman untuk pasien.
2. Kurang Setelah dilakukan asuhan a. Kaji persiapan,tingkat
pengetahuan keperawatan selama 3 x pengetahuan dan
tentang kemajuan 24 jam pengetahuan harapan klien.
persalinan b/d pasien tentang persalinan b. Beri informasi dan
kurang mengingat meningkat dengan criteria kemajuan persalinan
informasi yang hasil: normal.
diberikan, Pasien dapat men- c. Demonstrasikan teknik
36
kesalahan demonstrasikan teknik pernapasan atau
interpretasi pernafasan dan posisi relaksasi dengan tepat
informasi. yang tepat untuk fase untuk setiap fase
persalinan. persalinan.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Kaji latar belakang
terhadap infeksi keperawatan selama 3 x budaya klien.
maternal b/d 24 jam diharapkan infeksi b. Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan vagina maternal dapat terkontrol pantau tanda-tanda
berulang dan dengan criteria hasil: vital.
kontaminasi fekal. a. TTV dbn c. Tekankan pentingnya
b. Tidak terdapat tanda- mencuci tangan yang
tanda infeksi. baik.
d. Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan
vagina.
e. Lakukan perawatan
perineal setelah
eliminasi.
4. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Pantau masukan dan
terhadap keperawatan selama 3 x haluaran.
kekurangan cairan 24 jam, diharapkan cairan b. Pantau suhu setiap 4
b/d masukan dan seimbang dengan kriterian jam atau lebih sering
peningkatan hasil: bila suhu tinggi, pantau
kehilangan cairan a. TTV dbn tanda-tanda vital. DJJ
melalui pernafasan b. Input dan output sesuai indikasi.
mulut. cairan seimbang. c. Kaji produksi mucus
c. Turgor kulit baik. dan turgor kulit.
d. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
e. Pantau kadar
hematokrit.
5. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan pemahaman
terhadap koping keperawatan selama 3 x dan harapan terhadap
individu tidak 24 jam diharapkan koping proses persalinan.
efektif b/d pasien efektif dengan b. Anjurkan
ketidakadekuatan criteria hasil: mengungkapkan
system pendukung. a. Pasien dapat perasaan.
37
mengungkapkan c. Beri anjuran kuat thd
perasaannya mekanisme koping
positif.
d. Bantu relaksasi
3.1.1 Kala I (Fase Aktif)
1) Pengkajian
a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
b) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
c) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
d) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
e) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah.
3) Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji derajat
38
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan secara
dengan tekanan selama 3 x 24 jam, verbal dan nonverbal.
mekanik dari diharapkan nyeri b. Pantau dilatasi servik
bagian presentasi. terkontrol dengan c. Pantau tanda vital dan
criteria hasil: DJJ.
a. TTV dbn d. Bantu penggunaan teknik
b. Pasien dapat pernapasan dan relaksasi.
mendemonstrasi e. Bantu tindakan
kan kontrol kenyamanan seperti:
nyeri f. Gosok punggung, kaki
g. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam.
h. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
i. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak.
j. Berikan lingkungan
yang tenang
2. Perubahan Setelah dilakukan a. Palpasi di atas simpisis
eliminasi urin b/d asuhan keperawatan pubis.
perubahan masukan selama 3 x 24 jam, b. Monitor masukan dan
dan kompresi diharapkan eliminasi haluaran.
mekanik kandung urine pasien normal c. Anjurkan upaya
kemih. dengan kriteria hasil: berkemih sedikitnya 1-2
a. Cairan seimbang. jam.
b. Berkemih teratur d. Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di
atas perineum.
e. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan.
f. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan a. Tentukan pemahaman
terhadap koping asuhan keperawatan dan harapan terhadap
individu tidak selama 3 x 24 jam, proses persalinan.
39
efektif b/d krisis diharapkan koping b. Anjurkan
situasi. pasien efektif dengan mengungkapkan
criteria hasil: perasaan.
a. Pasien dapat c. Beri anjuran kuat
mengungkapkan terhadap mekanisme
perannya. koping positif dan bantu
relaksasi
40
3.2 Kala II
1) Pengkajian
a.) Aktivitas/ istirahat
Melaporkan kelelahan.
Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/ teknik relaksasi.
Lingkaran hitam di bawah mata.
b.) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c.) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d.) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
3.) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
41
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan a. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan.
pada bagian selama 3 x 24 jam, b. Berikan tanda/ tindakan
presentasi diharapkan nyeri kenyamanan seperti
terkontrol dengan perawatan kulit, mulut,
kriteria hasil: perineal dan alat-alat
i. TTV dbn tahun yang kering.
ii. Pasien dapat c. Bantu pasien memilih
mendemostrasikan posisi yang nyaman
nafas dalam dan untuk mengedan.
teknik mengejan. d. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ.
e. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi.
2. Perubahan curah Setelah dilakukan a. Pantau tekanan darah
jantung b/d fluktasi asuhan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
aliran balik vena selama 3 x 24 jam, menit.
diharapkan kondisi b. Anjurkan pasien untuk
cardiovaskuler pasien inhalasi dan ekhalasi
membaik dengan selama upaya mengedan.
kriteria hasil: c. Anjurkan klien/
a. TD dan nadi dbn pasangan memilih posisi
b. Suplay O2 tersedia persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi.
3.) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Instruksikan klien
terhadap keperawatan selama 3 x untuk mendorong pada
43
kekurangan volume 24 jam, diharapkan kontraksi.
cairan b/d kurang cairan seimbang denngan b. Kaji tanda vital setelah
masukan oral, kriteria hasil: pemberian oksitosin.
muntah. a. TTV dbn c. Palpasi uterus.
b. Darah yang keluar ± d. Kaji tanda dan gejala
200 – 300 cc. shock.
e. Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan a. Bantu penggunaan
trauma jaringan keperawatan selama 3 x teknik pernapasan.
setelah melahirkan 24 jam, diharapkan nyeri b. Berikan kompres es
terkontrol dengan kriteria pada perineum setelah
hasil: melahirkan.
a. Pasien dapat control c. Ganti pakaian dan
nyeri liner basah
d. Berikan selimut
penghangat.
e. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Palpasi fundus uteri
terhadap cedera keperawatan selama 3 x dan massase dengan
maternal b/d posisi 24 jam, diharapkan perlahan.
selama persalinan cidera terkontrol dengan b. Kaji irama pernafasan.
kriteria hasil: c. Bersihkan vulva dan
a. Plasenta keluar utuh. perineum dengan air
b. TTV dbn dan larutan antiseptik.
d. Kaji perilaku klien dan
perubahan system
saraf pusat.
e. Dapatkan sampel
darah tali pusat, kirim
44
ke laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
3.4 Kala IV
1.) Pengkajian
a.) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b.) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah
pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk
kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
c.) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d.) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e.) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f.) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal.
g.) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
h.) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh.
i.) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum
bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan
payudara.
45
2.) Diagnosa Keperawatan
a.) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
b.) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri.
c.) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga.
3.) Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan a. Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma, asuhan keperawatan ketidaknyamanan.
edema jaringan, selama 3 x 24 jam, b. Beri informasi yang
kelelahan fisik dan diharapkan nyeri tepat tentang perawatan
psikologis, ansietas. terkontrol dengan selama periode
kriteria hasil: pascapartum.
a. Pasien dapat control c. Lakukan tindakan
nyeri. kenyamanan.
d. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
e. Beri analgesic sesuai
kemampuan.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan a. Tempatkan klien pada
kekurangan volume asuhan keperawatan posisi rekumben.
cairan b/d selama 3 x 24 jam, b. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan diharapkan cairan memperberat kejadian
miometri simbang dengan intrapartal.
kriteria hasil: c. Kaji masukan dan
i. TD dbn haluaran.
ii. Jumlah dan warna d. Perhatikan jenis
46
lokhea dbn persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan.
e. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit.
f. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak.
g. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea.
h. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan a. Anjurkan klien untuk
proses keluarga b/d asuhan keperawatan menggendong,
transisi/ peningkatan selama 3 x 24 jam, menyentuh bayi.
anggota keluarga. diharapkan proses b. Observasi dan catat
keluarga baik dengan interaksi bayi.
kriteria hasil: c. Anjurkan dan bantu
a. Ada kedekatan ibu pemberian ASI,
dengan bayi. tergantung pada pilihan
klien.
47
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Persalinan normal adalah prose pengeluaran buah kehamilan cukup bulan
yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala
dari rahim ibu melalui jalan lahir dengan tenaga ibu sendiri.
1.) Kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi
yang teratur, addekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap
2.) Kala II persalinan dimulai ketika perubahan serviks sudah lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal dengan kala pengeluaran
3.) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhrinya dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban
4.) Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhirnya dua jam setelah
itu.;
48