Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Kematian pada saat melahirkan biasanya
menjadi  faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
menjelaskan bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN.

Berdasarkan penelitian WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka


kematian Bayi (AKB) di seluruh dunia tercatat sebesar 500.000 jiwa pertahun dan
Kematian Bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak


diharapkan mampu menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang
berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Balita (AKABA), berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. (Kementrian Kesehatan RI,2011). Memasuki tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) telah menjadi sorotan terkait sulitnya mencapai target MDGs
2015. Salah satu target MDGs yang ingin dicapai adalah sasaran MDGs ke-5 yaitu
menurunkan sampai dua per tiga rasio AKI dari tahun 1990. Target MDGs tahun 2015
yang ingin dicapai adalah menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup.
(Depkes RI, 2012)

Di Indonesia, pada tahun 2008, penyebab langsung kematian maternal


terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu
eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%.Kondisi Angka
Kematian Bayi juga belum menggembirakan. Saat ini, Angka Kematian Bayi 34 per
1.000 kelahiran hidup dan terjadi penurunan dibandingkan dengan data SDKI tahun
2003, yakni 35 per 1.000 kelahiran hidup.

1
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)

Adanya hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang


sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise parst
posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Broxton hicks. Broxton hicks
akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan dan oksitosin di duga
bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai dari umur
kehamilan 15 minggu. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim
dapat memberikan pengaruh penting untuk di mulainya kontraksi rahim.

1.2 Tujuan
1. Dapat menjelaskan Fisiologi Persalinan
2. Dapat menjelaskan Teori Intranatal Care
3. Dapat menjelaskan 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Apn) 2008
4. Dapat menjelaskan Trend & Isu Persalinan

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja Fisiologi Persalinan ?
2. Apa saja Teori Intranatal Care ?
3. Apa saja 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Apn) 2008 ?
4. Apa saja Trend & Isu Persalinan ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Fisiologi Persalinan

1.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan plasenta
dari dalam saluran Rahim oleh kontraksi otot-otot Rahim. Persalinan normal
adalah persalinan dengan persentasi vertex, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam,
dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serivks, dan janin


turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisologis
yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-24 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirihardjo, 2006)

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun


apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2008)

1.1.2 Fisiologi Persalinan


Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm
(bukan prematus atau postmatur) , mempunyai omset yang spontan (tidak
diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitnya (bukan
partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan
persentasi vertex (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis,
terlaksana tanpa bantuan artifisial (Seperti forceps), tidak mencakup komplikasi
(seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal (Forrer,
2001)

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos


meometrium yang relative tenang yang memungkinkan perumbuhan dan
3
perekembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang
persalinan, otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas kontraksi secara
terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relksasi, dan mencapai puncaknya
menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi myometrium
selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran (Prawihardjo, 2008)

1.1.3 Faktor penyebab persalinan


1.) Faktor Hormonal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan
hormonestrogen dan progesterone. Dimana progesterone bekerja sebagai
relaksasi otot polos. Sehingga airan darah berkurang dan hal ini menyebabkan
atau merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang kobtraksi
uterus. Factor struktur uterus atau Rahim membesar dan menekan,
menyebabkan iskemia, otot-otot Rahim sehingga mengganggu sirkulasi otot
plasenta yang berakibat degenerasi

2.) Factor Syaraf


Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka akan
menekan dan menggeser ganglion servikalis yang akan merangsang timbulnya
kontraksi uterus

3.) Factor Kekuatan Plasenta


Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan penurunan
produksi hormone progesterone dan estrogen

4.) Factor Nutrisi


Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan

5.) Factor Partus


Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan
oksitosin, amniotomo gagang laminaria (Prawirohardjo, 1997)

4
1.1.4 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan normal ditentukan oleh beberapa factor utama, yaitu :
1.) Power
2.) Passage : Jalan lahir (tulang dan otot)
3.) Passage : Janin, plasenta dan selaput ketuban (Rustam, 1998)

Ketiga factor utama sangat menentukan jalannya persalinan sehingga akan terjadi
proses persalinan :

1.) Spontan belakang kepala


2.) Persalinan buatan dengan tambahan tenaga dari luar
3.) Induksi persalinan
4.) Persalinan operatif (Manuaba, 2007)

1.1.5 Tanda Permulaan Persalinan


1.) Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama
pada primi para
2.) Perut kelihatan lebih membesar/melebar, fundus uteri menurun
3.) Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih terkena bagian bawah
janin
4.) False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggung karena adanya
kontraksi lemah dari uterus
5.) Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lender, darah
dari vagina (blocdy show). (Praworohardjo, 2000)

2.1 Teori-Teori Intranatal


Persalinan merujuk pada serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsis
dalam uterus memalui jalan lahir. Uterus ibu hamil tumbuh oleh karena hipertrofi
(pembesaran sel-sel otot dan sedikit hyperplasia (produksi serat otot dan jaringan
fibroelastis yang baru). Selama persalinan tiap sel ini diaktifkan oleh serangkaian reaksi
kimia untuk memulai kontraksi uterus yang berirama, sangat terkoordinasi, dan sangat
kuat (involunter). Kondisi ini menyebabkan penipisa dan dilatasi serviks dan upaya
mengejan secara volunteer dan akhirnya mengeluarkan bayi. Masih belum diketahui apa

5
yang menstimulasi sela uterus untuk memulai kontraksi persalinan. Berbagai teori yang
diajukan, tetapi penemuan hasil penilitian menyatakan bahwa kombinasi beberapa
mekanisme maternal dan janin dilibatkan memulai awitan persalinan dan mendukung
perslainan (Goff, 11993)

2.1.1 Teori Awitan Persalinan


Awitan persalinan terjadi ketika janin telah cukup matang untuk
menghadapi kondisi ekstrauteri tetapi tidak cukup besar untuk menyebabkan
masalah mekanis dalam persalinan. Akan tetapi sebagian besar peneliti
mempertanyakan alasan mulainya persalinan, memfokuskan keseimbangan antara
kadar hormone yang tampaknya menstimulasi kontraksi persalinan dan kadar
hormone yang cenderung merelaksasi oto uterus. Teori berikut merupakan
beberapa teori yang paling banyak diterima sebagai penjelasan terjadinya awitan
persalinan :

1.) Teori Estrogen-Progesteron


Teori ini mengajukan bahwa rasio estrogen-progesteron penting dalam
mempertahankan kehamilan dan memulai proses persalinan. Kadar kedua
hormone tersebut mengatur perubahan konsentrasi reseptor oksitosin dalam
uterus. Diyakini bahwa awitan persalinan dihasilkan dari penurunan
progesterone pada saat estrogen relative mendominasi, namun bukti penting
tidak menunjukan bahwa penurunan progesterone terjadi saat persalinan
dimulai (Cunningkam, dkk., 1995)

2.) Teori Oksitosin


Teori oksitosin menyatakan bahwa oksitosin menstimulasi kontraksi
uterus dengan bekerja secara langsung pada myometrium dan secara tidak
langsung meningkatkan produksi prostaglandin didalam desidua. Uterus
menjadi semakin sensitive terhadap oksitosin seiring dengan pertambahan usia
kehamilan. Konsentrasi tertinggi dalam aktivitas oksitosin didalam darah telah
ditemukan pada kala dua persalinan. Oleh karenanya, manusia dan mamalia
lainnya mengalami proses persalinan secara normal meskipun hopifisis, yang
menyekresi oksitosin telah diangkat atau mengalami kerusakan, tampaknya

6
tidak mungkin bahwa hormone oksitosin ini secara tunggal memulai proses
persalinan.

3.) Teori Endokrin Janin


Teori control endokrin janin mengajukan bahwa pada waktu maturitas
janin yang tepat, kelenjar adrenal janin menyereksi kortikosteroid yang
memicu mekanisme persalinan. Steroid janin menstimulasi pelepasan prekusor
ke prostaglandin, yang pada akhirnya menghasilkan kontraksi persalinan pada
uterus. Sesaat sebelum persalinan, sensitivitas kelenjar adrenal janin terhadap
hormone adrenokortikotropik yang dihasilkan oleh hipofisi mengalami
peningkatan. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi kortosiol. Pelepasan
kortikosteroid selama periode stress telah diajukan sebagai sebuah penyebab
persalinan premature. Hal ini dapat terjadi jika janin dalam kondisi
membahayakan, seperti preeklamsia atau overdistensi uterus akibat kehamilan
multiple atau hidramnion.

4.) Teori Prostaglandin


Hipotesis teori hipostaglandin menyatakan bahwa persalinan dimulai oleh
serangkaian kejadian, termasuk pelepasan prekusor lipid, yang kemungkinan
dipicu oleh kerja steroid, pelepasan asam arakidonat dari prekusor ini,
mungkin pada sisi membrane janin, peningkatan sintesis prostaglandin dari
asam arakidonat, dan peningkatan kontraksi uterus sebagai akibat dari kerja
prostaglandin pada otot uterus. Prostaglandin dihasilkan oleh desidua uteri, tali
pusat, dan amnion. Kadar prostaglandin terus meningkat selama dan sesudah
persalinan.

2.1.2 Tanda Peringatan Persalinan


Tanda peringatan (prematory sign) merujuk pada sekumpulan gejalah
yang dialami sebelum awitan persalinan sejati (true labor). Lightening
(penurunan kepala janin ke dalam panggul) terjadi sekitar 10-14 hari sebelum
kelahiran, terutama pada primigravida. Perubahan ini dihasilkan oleh
penempatan kepala janin ke dalam rongga panggul. Lightening dapat terjadi
secara tiba-tiba, sehingga saat bangun pada pagi hati ibu benar-benar tidak lagi

7
merasakan ketegangan pada perut dan tekanan diafragma yang sebelumnya ia
rasakan.

Pada wanita multigravida, lightening lebih cenderung terjadi setelah


persalinan dimulai. Sayangnya, rasa lega dibagian atas abdomen seringkali
diikuti dengan tanda-tanda tekanan yang lebih besar pada abdomen bagian
bawah, seperti nyeri pada daerah tungkai kaki akibat tekanan pada nervus
iskiadikus, peningkatan jumlah rabas vagina (vaginal discharga), dan
peningkatan frekuensi berkemih akibat tekanan pada kandung kemih

Perubahan serviks dinamakan “kematangan” (ripening) juga


terjadi sebelum awitan persalinan. Perubahan meliputi pelembutan, penipisan
(pemendekan dan penipisan), dan kadang-kadang dilatasi serviks 1-2 cm.
Penurunan berat yang disebabkan oleh pertukaran elektrolit yang dipengaruhi
hormone, biasa terjadi pada beberapa hari terakhir kehamilan dan dapat
berkisar antara 0,5-1,5 kg.

Tabel. Tanda Peringatan Persalinan (Reeder, dkk, 2011)

Tanda Peringatan Persalinan

 “Lightening” atau penurunan kepala janin ke dalam panggul


 Kontraksi Braxton Hicks
 Pelembutan, penipisam, dan kadang-kadang dilatasi serviks
 Peningkatan rabas (discharge) vagina
 Pengeluaran lender disertai darah (show)
 Tekanan pada nervus iskadius
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Dorongan energy
 Kadang-kadang rupture selaput kelaput

1.) Persalinan Sejati Versus Persalinan Semu


Tabel. Perbedaan antara persalinan sejati dan persalinan semu (Reeder, dkk, 2011)
8
Persalinan Semu Persalinan Sejati

 Tidak ada atau sedikit perubahan pada  Dilatasi dari penipisa serviks yang
serviks progresif
 Ketidaknyamanan, biasnaya terjadi pada  Ketidaknyamanan dimulai pada bagian
abdomen bawah dan pangkal paha punggung dan menyebar ke sekitar
 Kontraksi terjadi pada interval yang tidak abdomen
teratur  Kontraksi terjadi dengan interval teratur
 Tidak ada peningkatan frekuensi dan  Frekuensi, instensitas, dan durasi
intensitas kontraksi kontraksi meningkat secara progresif
 Interval antara kontraksi tetap panjang  Interval antara kontraksi secara bertahap
 Berjalan tidak membari efek peningkatan memendek
kontraksi. Seringkali malah  Kontraksi meningkat dengan berjalan
menghilangkan kontraksi

2.) Pengeluaran Lendir disertai Darah (Show)


Salah satu tanda persalinan adalah pengeluaran rabas vagina yang berwarna
pink yang umum disebut show. Sekumpulan lender yang mengisi saluran
serviks selama kehamilan (dan yang mengandung akumulasi sekresi serviks)
mungkin dikeluarkan saat serviks melembut pada beberapa hari terakhir
kehamilan. Tekanan bagian presentasi janin yang telah turun ke rongga
panggul menyebabkan kapiler yang sangat kecil diserviks mengalami ruptu.
Darah ini bercampur dengan lendr yang membuat warna pink. Show harus
dapat dibedakan dari pengeluaran darah yang banyak, yang dapat
mengindikasi adanya komplikasi obstetric.

3.) Pecah Ketuban


Pecah ketuban seringkali menjadi tanda-tanda awal mulainya proses
persalinan. Setelah ketuban pecah, selalu ada kemungkinan prolapse tali pusat
jika bagian bawah janin tidak terasa adekuat mengisi pintu atas panggul.
Kondisi ini paling mungkin terjadi jika presentasi janin sungsang kaki,
presentasi bahu, atau pada presentasi vertex tetapi janin tidak turun cukup jauh
ke dalam panggul sebelum terjadu pecah ketuba. Ibu hamil sebaiknya
9
disarankan untuk memberi tahu pemberi asuhan kesehatan prenatal ketika
ketuban pecah untuk menentukan apakah perlu dihospitalisasi.

2.1.3 Tahapan dalam Persalinan


Proses persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
1. Kala I persalinan
Kala I persalinan, tahap dilatasi servik dimulai dengan awitan
kontraksi persalinan yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks secara
lengkap. Tahap ini dibagi dalam 3 fase yaitu : laten, aktif dan transisi.

Selama kala I persalinan, dilatasi lengkap pada serviks (10 cm) secara
perlahan diperoleh. Kemajuan diltasi serviks lebih cepat pada multipara
dibandingkan primipara. Kala I persalinan dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1. Fase Laten
Fase laten diawali dengan kontraksi uterus, berlangsung selama
beberapa dan mencapai pelunakan, penipisan, dan sedikit dilatasi (3-4 cm)
serviks
2. Fase Aktif
Dengan mulainya fase aktif, intensitas dan lama kontraksi terjadi lebih
sering yaitu setiap 3-5 menit. Fase ini berakhir ketika dilatasi serviks
mencapai sekitar 7 cm. Ketika dilatasi serivks 5 cm, ibu telah memasuka
setengah waktu persalinan, meskipun 10 cm mewakili dilatasi penuh. Pada
saat itu rata-rata lebih dari 2/3 proses persalinan telah dilalui

3. Fase Transisi
Fase transisi dimulai ketika serivks mengalami dilatasi lengkap, yaitu
8-10 cm dan dicirikan dengan kontraksi uterus yang intens terjadi setiap 2-
3 menit
Dua perubahan penting yang terjadi dalam serivks selama kala II
persalinan, yaitu penipisan dan dilatasi :
1.) Penipisan Serviks

10
Penipisan serviks adalah penipisan dan pemendekan saluran serviks
dari strukturnya sepanjang 2-3 cm dan tebal sekitar 1 cm sampai
menjadi struktur yang sama sekali tidak memiliki saluran, kecuali
sebuah lubang melingkar dengan tepi hamper setipis kertas. Akan
tetapi, lubang serviks internal terbaik beberapa sentimeter ke atas,
sehingga bentuk saluran endoserviks menjadi bagian dari segmen
bawah uterus.

Pada primigravida, penipisan seringkali lengkap sebelum


dilatasi dimulai, tetapi ada multipara penipisan jarang terjadi secara
lengkap, dilatasi berlangsung dengan tepi serviks yang agak tebal.
Istilah obliterasi dan taking up pada serviks memiliki persamaan
dengan penipisan. Penipisan serviks diukur selama pemeriksaan
panggul dengan memperkirakan pada serviks yang memiliki panjang 2
cm sebelum persalinan, menunjukkan telah terjadi 50% penipisan saat
panjang serviks menjadi 1 cm.

2.) Dilatasi Serviks


Dilatasi serviks adalah pelebaran lubang servikal dari sebuah
lubang berukuran beberapa mili-liter sampai cukup besar untuk
melewati janin yaitu diameter sekitar 10 cm. saat serviks tidak dapat
lagi diraba, dilatasi dikatakan lengkap.

Pengukuran dilatasi serviks dalam sentimeter dilakukan selama


pemeriksaan panggul dengan memperkirakan diameter lubang serviks
melalui pemeriksaan digital (menggunakan jari). Karena dilatasi
serviks pada kala I persalinan semata-mata merupakan hasil konstruksi
uterus secara involunter, proses ini tidak dapat dipercepat oleh
maternal dengan mengejan. Ibu harus dicegah agar tidak mengejan
samapai dilatasi serviks 10 cm, sebab upaya mengejan dapat
membuatnnya lelah dan menyebabkan serviks menjadi edema.

2. Kala II Persalinan

11
Kala II persalinan, tahap panggul dimulai dengan dilatasi serviks
secara lengkap dan diakhiri dengan pelahiran atau kelahiran bayi. Selama kala
II persalinan, intensitas kontraksi meningkat, berlangsung selama 50-70 detik,
dan terjadi pada interval 2 atau 3 menit. Jika ketuban belum pecah, maka
pecah ketuban sering kali terjadi pada awal kala ini dengan semburan cairan
ketuban dari vagina. Pada kasus yang jarang, bayi baru lahir dilahirkan dalam
“caul”, yaitu bagian selaput ketuban yang membungkus kepala bayi baru lahir.

Saat kepala janin atau bagian presentasi, janin menurun dan mencapai
dasar perineum, bagian peresentasi janin menekan saraf sakralis dan sarag
obturatorius, sehingga menyebabkan ibu merasakan desakan untuk mengejan,
dan otot abdomen dibuat menegang. Saat kontraksi berlangsung, wanita
menegang atau “mengejan” dengan seluruh kekuatannya, sehingga wajah
memerah dan pembuluh besar dilehernya mengalami distensi. Akibat
pengerahan tenaga ini, ia akan berkeringat sangat banyak.

Selama kala ini, wanita mengerahkan seluruh tenaganya untuk


melahirkan bayi. Terdapat tekanan yang jelas pada area perineum dan rectum,
dan desakan untuk mengejan biasanya diluar control wanita. Ketika bagian
presentasi fetal mendistesinkan dasar panggul, reseptop regangan memicu
pelepasan oksitosin endogen. Dengan demikian, desakan untuk mengejan
lebih dipengaruhi oleh letak janin dibandingkan dengan dilatasi serviks.

Menjelang akhir kala II, tekanan kepala janin kebawah pada vagina
menyebabkan menjadi meregang dan menonjol dan seringkali pertikel kecil
dari materi feses dikeluarkan dari rectum pada setiap kontraksi. Setelah kepala
lebih jauh turun, daerah perineum mulai menggembung dan kulit perineum
menjadi tegang dan berkilau. Pada saat ini, kulit kapala janin dapat dideteksi
melalui lubang vulva yang menyerupai celah.

Pada setiap kontraksi berikutnya, perineum menjadi lebih


menggembung dan vulva menjadi lebih terdilatasi dan terdistensi oleh kepala,
lubang vulva secara bertahap berubah bentuk menjadi oval kemudian terakhir

12
menjadi berbentuk lingkaran. Setiap kontraksi berhenti, lubang vulva menjadi
lebih kecil dan kepala janin masuk kembali sampai kemudian kembali keluar
saat terjadi kontraksi berikutnya.

Selanjutnya, kontraksi lebih cepat, hampir tidak ada interval


diantaranya. Saat kepala semakin jelas terlihat, vulva menjadi semakin tertarik
dan akhirnya melingkari diameter terbesar kepala janin. Kondisi ini dikenal
dengan crowning. Episiotomy dapat dilakukan pada saat ini, sementara
jaringan disekitar perineum ditopang dan kepala dilahirkan. Satu atau dua
kontraksi lagi normalnya cukup untuk mencapai kelahiran.

3. Kala III Persalinan


Kala III persalinan, tahap plasenta, dimulai dengan kelahiran bayi dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. Segera setalah lahir, sisa cairan amniom
keluar, kemudian biasanya diikuti dengan sedikit aliran darah. Uterus dapat
dirasakan sebagai massa berbentuk globular yang keras tepat dibawah
umbilicus. Sesaat kemudian, uterus relaks dan berbentuk seperti kepingan
(discoid). Dengan setiap kontraksi atau relaksasi berikutnya, bentuk uterus
berubah dari globular ke bentuk kepingan sampai plasenta terpisah, setelah itu
berbetuk uterus tetap globular.

Kala III persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu Pelepasan Plasenta dan
Ekspulsi (pengeluaran) plasenta :

1.) Pelepasan Plasenta.


Saat uterus yang isinya telah berkurang berkontaksi pada
interval teratur, area tempat menempelnya plasenta menjadi sangat
berkurang. Perbedaan proporsi yang besar, antara menurunnya ukuran
tempat penempelan plasenta dan ukuran plasenta menyebabkan pelipatan
atau penggantungan plasenta dipermukaan maternal, dan pelepasan pun
terjadi. Sementara itu, perdarahan terjadi dalam lipatan plasenta ini yang
mempercepat pelepasan organ. Plasenta masuk ke segmen bawah uterus

13
atau vagina atas sebagai badan yang terpisah. Tanda pelepasan plasenta
biasanya terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran bayi.

2.) Pengeluaran Plasenta


Pengeluaran plasenta bisa terjadi dengan upaya mengejan ibu
jika ia tidak dianestesi. Jika tidak dapat dilakukan, pelepasan plasenta
biasanya dicapai dengan tangan yang menekan fundus uterus secara
lembut. Jangan memberikan tekanan berlebihan pada fundus untuk
mencegah kemungkinan terjadinya inversi uterus.
Kontraksi uterus sesudah kelahiran tidak hanya menghasilkan pemisahan
plasenta, tetapa juga mengontrol perdarahan uterus. Kontraksi serat otot
uterus ini menghasilakan penutupan banyak pembuluh darah yang berada
didalam celah otot uterus. Meskipun demikian kehilangan darah di kala III
tidak dapat dihindari biasanya mencapai 500 ml atau kurang.

4. Kala IV Persalinan
Kala IV persalinan, tahap pemulihan, dimulai dengan kelahiran
plasenta dan berlanjut sampai 1 hingga 4 jam pertama pascapartum. Empat
jam pertama pascapartum atau kala IV persalinan merupakan waktu
pengembalian stabilitas fisiologis. Selama periode ini, kontraksi dan retraksi
myometrium, disertai dengan thrombosis pembuluh darah, bekerja secara
efektif untuk mengontrol perdarahn dari tempat plasenta. Bagaimanapun,
terdapat kemungkinan resiko terjadinya perdarahan, retensi urine, hipotensi,
dan efek samping anestesis.

Periode ini juga penting untuk pembentukan awal hubungan ibu-bayi


dan konsolidasi keluarga. Interaksi awal orang tua dengan bayi baru lahir dan
bayi baru lahir dengan orang tua diyakini memengaruhi kualitas hubungan
mereka selnajunta.

Ringkasan Kala Persalinan

KALA DEFINISI DURASI AKTIVITAS PERILAKU


14
MATERNAL DAN
UTERUS
MANIFETASI
Kala I Periode dari Bervariasi
(tahap kontraksi pertama sesuai
dilatasi) persalinan sejati dengan fase
sampai dilatasi paritas
serviks yang
lengkap
Fase Dimulai awal Sekitar 8,6 Ringan, seringkali Ibu bersalinan secara
Laten persalinan aktif jam untuk kontraksi tidak umum merasa gembira,
dan maju ke fase nulipara dan teratur setiap 50- waspada, banyak bicara
transisi 4-7 cm 5,3 jam 30 menit, atau diam, tenang atau
untuk lamanya 10-30 cemas, dapat mengalami
multipara detik, serviks kram abdomen, nyeri
menjadi lebih punggung, pecah ketuban,
lunak dan tipis, nyeri dapat dikontrol
dilatasi 0 sampai dengan baik, dapat berjalan
3-4 cm
Fase Dimulai dari awal Sekitar 4,5 Kontraksi uterus Ibu bersalin secara umum
Aktif persalinan aktif jam untuk sedang sampai merasakan peningkatan
dengan maju ke nulipara dan kuat setiap 2-5 ketidaknyamanan,
fase transisi 4-7 2,4 jam menit, lamanya berkeringat, mual dan
cm untuk 30-90 detik, muntah, kemerahan,
multipara dilatasi serviks mengalami gemetar pada
untuk nulipara 1,2 paha dan kaki, tekanan
cm/jam dan untuk pada kandung kemih dan
multipara 1,5 rectum, nyeri punggung,
cm/jam, begitu pucat disekitar mulut,
juga pada fase amnesia antar kontraksi,
transisi fase transisi mungkin lebih
mencemaskan, takut
kehilangan control,
berfocus pada diri sendiri,
lebih sensitive, terdapat

15
desakan untuk mengejan,
tekanan rectum.
Kala II Periode dari Sekitar 1 Kontraksi uterus Dapat mengalami
(tahap dilatasi serviks jam untuk kuat setiap 2-3 penurunan rasa nyeri,
panggul) lengkap sampai nulipara dan menit, lamanya tekanan pada rectum,
1/
pelahiran bayi 4-1/2 jam 45-90 detik, perineum menggembung,
untuk tekanan desakan untuk mengejan,
multipara intraabdomen seringkali bersemangat dan
dilakukan tidak sabar, suara merintih
atau terdengar suara
hembusan nafas
Kala III Periode dari 5-30 menit Kontraksi uterus Focus pada bayi baru lahir,
(tahap pelahiran bayi kuat, uterus bahagia terhadap kelahiran,
plasenta) sampai pelahiran berubah ke rasa lega
plasenta dan bentuk globular,
membran tekanan intra
abdomen
dilakukan
Kala IV Periode dari 4 jam Uterus keras pada Eksplorasi bayi baru lahir,
pelahiran plasenta 2 jari diatas integrasi keluarga dimulai,
dan membrane umbilikus bayi baru lahir terjaga dan
sampai 4 jam responsif
pertama
pascapartum

3.1 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Apn) 2008


58 langkah asuhan persalinan normal diambil dari penuntun belajar APN yang
terdapat pada panduan pelatihan klinik APN "Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir" yang diterbitkan
oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik - Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR),
Departemen Kesehatan RI, 2008. 58 langkah APN terdiri dari:
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

16
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi :
- Lahirnya kepala
- Lahirnya bahu
- Lahirnya badan dan tungkai
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga :
- Mengeluarkan plasenta
- Rangsangan taktil (masase) uterus
IX. Menilai Perdarahan
X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan :
- Evaluasi
- Kebersihan dan keamanan
- Dokumentasi

I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua


Langkah 1
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua
- Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran
- Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfinger ani membuka
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
Langkah 2
1.) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
2.) Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
3.) Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

Langkah 3

17
Kenakan atau pakai celemek plastik.

Langkah 4
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.

Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).

III.Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik


Langkah 7
1.) Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
2.) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
3.) Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
4.) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% [langkah 9])

Langkah 8
1.) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
2.) Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.

Langkah 9
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangah setelah sarung tangan dilepaskan.

18
Langkah 10
1.) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 s/d 160 kali/menit)
2.) Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
3.) Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
Langkah 11
1.) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
2.) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan sesuai temuan yang ada
3.) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

Langkah 12
Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

Langkah 13
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat
untuk meneran.
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

19
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).

Langkah 14
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi


Langkah 15
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

Langkah 16
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

Langkah 17
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


Lahirnya Kepala
Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas
cepat dan dangkal.

20
Langkah 20
1.) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
2.) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
3.) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara klem tersebut.

Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya Bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai


Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir


Langkah 25
1.) Lakukan penilaian (selintas):
- Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?

21
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
2.) Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi
(Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru
lahir dengan asfiksi).

Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
- Ganti handuk basah dengan handuk kering
- Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.

Langkah 27
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).

Langkah 28
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).

Langkah 29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).

Langkah 30
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada
sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari
klem pertama.

Langkah 31
Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

22
- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut.
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan benang dengan simpul kunci.
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

Langkah 32
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

Langkah 33
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga


Langkah 34
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.

Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

Langkah 36
1.) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
2.) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu.

23
Mengeluarkan Plasenta
Langkah 37
1.) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
2.) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
3.) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat.
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

Langkah 38
1.) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
2.) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


Langkah 39
1.) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
2.) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik melakukan rangsangan taktil/masase.

IX. Menilai Perdarahan

24
Langkah 40
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukka plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.

Langkah 41
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.

X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan


Langkah 42
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Langkah 43
1.) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling
sedikit 1 jam)
2.) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
3.) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.

Langkah 44
Lakukan penimbangan pengukuran pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah
satu jam kontak kulit ibu-bayi.

Langkah 45
1.) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin
K1) di paha kanan anterolateral.
2.) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
3.) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

25
Evaluasi
Langkah 46
1.) Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
- 2 s/d 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 20 s/d 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
2.) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.

Langkah 47
Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

Langkah 48
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah.

Langkah 49
1.) Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan
2.) Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
3.) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Langkah 50
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40 s/d 60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5).

Kebersihan dan Keamanan


Langkah 51
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

Langkah 52
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

26
Langkah 53
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

Langkah 54
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

Langkah 55
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

Langkah 56
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Langkah 57
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.

Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.

4.1 Trend dan Isu Persalinan

1. Water Birth

27
Andien Aisyah adalah salah satu artis yang menggunakan metode water birth ©
instagram.com/AndienAisyah

Sama seperti namanya, persalinan ini dilakukan di dalam air. Terdapat


beberapa manfaat yang dirasakan oleh sang Ibu ketika memilih metode persalinan ini,
yakni efek relaksasi, dukungan gravitasi, lebih mudah bergerak, dan privasi. Ibu akan
mendapatkan rasa rileks ketika berendam di air hangat hal ini juga dapat mengurangi
rasa sakit saat kontraksi pra-persalinan. Lalu bagaimana kalau bayi tenggelam?
Sebetulnya ketika berada di dalam rahim, bayi juga berada dalam air bukan?  Dan 
untuk mengatasi risiko tenggelam, pasangan Ibu harus siap sedia menangkap bayi
yang dilahirkan dan segera mengangkatnya dari air. Unik ya?

2. Lotus Birth
Selain Water Birth, Andien juga menggunakan metode Lotus Birth untuk
menyambut kelahiran anak pertamanya. Metode Lotus Birth sendiri sebetulnya
bukan metode persalinan melainkan metode pasca-persalinan. Pada Lotus Birth,
plasenta yang dilahirkan tidak langsung dipotong dari tali pusat pada perut bayi.
Plasenta ini dibiarkan selama beberapa hari menempel pada tubuh bayi.

28
Andien juga menggunakan Lotus Birth, yakni membiarkan plasenta bayi tersambung
dengan bayi hingga putus sendiri © instagram.com/AndienAisyah

Metode semacam ini dilakukan karena plasenta bayi dianggap mengandung


mineral, oksigen, serta zat-zat penting lainnya bagi bayi. Hasilnya, bayi akan lebih
tenang ketika dilahirkan, hubungan antara bayi dan Ibunda akan semakin erat karena
'teman' dalam kandungannya tidak langsung dipisah. Dengan metode Lotus Birth
pula, tali pusat dipercaya akan kering lebih cepat. Gimana KLovers, ada yang ingin
coba?

29
3. Gentle Birth

Gentle Birth merupakan metode persalinan alami yang membiarkan sang Ibu
menentukan posisi paling nyaman untuk melahirkan © Woman's Day

Serupa dengan proses persalinan sebelumnya, metode persalinan ini juga


menggunakan prinsip alami. Namanya gentle birth, metode persalinan ini benar-benar
didasarkan pada proses alamiah kelahiran. Sebetulnya water birth termasuk ke dalam
metode persalinan ini namun ada pula metode lain seperti hypnobirthing, yakni
metode kelahiran menggunakan hypnosis. Proses persalinan secara gentle birth
dipercaya tanpa rasa sakit berlebihan apalagi menyebabkan trauma pada ibu
melahirkan. Meski demikian persalinan dengan metode gentle birth memang perlu
dipersiapkan jauh-jauh hari. Agak repot juga ya KLovers?

4. Delayed Cord Clamping

30
Delayed Cord Clamping merupakan penundaan pemotongan tali pusat agar darah dari
plasenta yang mengandung banyak mineral dapat mengalir dalam tubuh bayi ©
autismspeaks.com

Metode Persalinan satu ini memang belum familiar di Indonesia, sama seperti
Gentle Birth atau Lotus Birth. Delayed Cord Clamping sendiri juga sebetulnya
merupakan proses setelah persalinan, sama dengan Lotus Birth. Metode delay cord
clamping adalah penundaan pemotongan tali plasenta bayi. Jadi kalau kamu tak ingin
repot dengan Lotus Birth karena harus menggendong plasenta juga saat menggendong
bayi, metode ini bisa dipilih. Perlu waktu 3-5 menit bagi plasenta untuk mengalirkan
darah ke tubuh bayi sebelum tali pusat ini boleh dipotong.

Selain disarankan oleh WHO, Delayed Cord Clamping memberi manfaat bagi para
bayi. "Delayed Cord Clamping dapat bermanfaat bagi perkembangan syaraf bayi beberapa
tahun ke depan. Karena aliran darah dari plasenta mengandung cukup mineral untuk
pertumbuhan bayi." ujar Dr. Heike Rabe, dokter spesialis kandungan Brighton & Sussex
Medical School, Inggris.

5.1 Patograf
5.1.2 Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2007). Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008). Partograf
atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian - kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001)

31
5.1.3 Tujuan
1.) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan
demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
3.) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008)

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1.) Mencatat kemajuan persalinan
2.) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3.) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4.) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5.) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
6.) Keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR, 2008).

5.1.4 Pengunaan patograf


1.) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan
klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan
penyulit
2.) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, Puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
3.) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan,
Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2008).
32
5.1.5 Pengisian Patograf
1.) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan Selama fase laten, semua
asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan
secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju
Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap
kalimembuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan
2.) intervensi juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan
dicatat dengan seksama, yaitu :
a.) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
b.) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
c.) Nadi : setiap 30 menit
d.) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
e.) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
f.) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
g.) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam
h.) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan (JNPK-KR,2008).

3.) Pencatatan selama fase aktif persalinan


Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang
dimulai pada fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom untuk
mencatat hasil – hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, meliputi:
a. Informasi tentang ibu :
1. Nama, umur
2. Gravida, para, abortus (keguguran)
3. Nomor catatan medik nomor Puskesmas
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah : tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
b. Waktu pecahnya selaput ketuban
c. Kondisi janin:
1. DJJ (denyut jantung janin)
2. Warna dan adanya air ketuban)
3. Penyusupan ( moulase) kepala janin.

33
d. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janinn
3. Garis waspada dan garis bertindak

e. Jam dan waktu


1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

f. Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya


g. Obat – obatan dan cairan yang diberikan:
1. Oksitisin
2. Obat- obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
h. Kondisi ibu :
1. Nadi, tekanan darah, dan temperature
2. Urin ( volume , aseton, atau protein)
ii. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan) (Sarwono,
2009).

5.1.6 Gambar Patograf

34
BAB III
ASHUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kala I (Fase Laten)


1.) Pengakajian
a) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas.
b) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan.
c) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri
dari flek lendir.

2) Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi
yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.

35
c) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
d) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
e) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system
pendukung

3) Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan a. Orientasikan klien pada
situasi kebutuhan keperawatan selama 3 x lingkungan, staf dan
tidak terpenuhi. 24 jam diharapkan prosedur.
ansietas pasien berkurang b. Berikan informasi
dengan kriteria hasil: tentang perubahan
a. TTV normal psikologis dan
b. Pasien dapat fisiologis pada
mengungkapkan persalinan.
perasaan cemasnya. c. Kaji tingkat dan
c. Lingkungan penyebab ansietas.
sekitar pasien tenang d. Pantau tekanan darah
dan kondusif dan nadi sesuai
indikasi.
e. Anjurkan klien
mengungkapkan
perasaannya.
f. Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman untuk pasien.
2. Kurang Setelah dilakukan asuhan a. Kaji persiapan,tingkat
pengetahuan keperawatan selama 3 x pengetahuan dan
tentang kemajuan 24 jam pengetahuan harapan klien.
persalinan b/d pasien tentang persalinan b. Beri informasi dan
kurang mengingat meningkat dengan criteria kemajuan persalinan
informasi yang hasil: normal.
diberikan, Pasien dapat men- c. Demonstrasikan teknik

36
kesalahan demonstrasikan teknik pernapasan atau
interpretasi pernafasan  dan posisi relaksasi dengan tepat
informasi. yang tepat untuk fase untuk setiap fase
persalinan. persalinan.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Kaji latar belakang
terhadap infeksi keperawatan selama 3 x budaya klien.
maternal b/d 24 jam diharapkan infeksi b. Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan vagina maternal dapat terkontrol pantau   tanda-tanda
berulang dan dengan criteria hasil: vital.
kontaminasi fekal. a. TTV dbn c. Tekankan pentingnya
b. Tidak terdapat tanda- mencuci tangan yang
tanda infeksi. baik.
d. Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan
vagina.
e. Lakukan perawatan
perineal setelah
eliminasi.
4. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Pantau masukan dan
terhadap keperawatan selama 3 x haluaran.
kekurangan cairan 24 jam, diharapkan cairan b. Pantau suhu setiap 4
b/d masukan dan seimbang dengan kriterian jam atau lebih sering
peningkatan hasil: bila suhu tinggi, pantau
kehilangan cairan a. TTV dbn tanda-tanda vital. DJJ
melalui pernafasan b. Input dan output sesuai indikasi.
mulut. cairan seimbang. c. Kaji produksi mucus
c. Turgor kulit baik. dan turgor kulit.
d. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
e. Pantau kadar
hematokrit.
5. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan pemahaman
terhadap koping keperawatan selama 3 x dan harapan terhadap
individu tidak 24 jam diharapkan koping proses persalinan.
efektif b/d pasien efektif dengan b. Anjurkan
ketidakadekuatan criteria hasil: mengungkapkan
system pendukung. a. Pasien dapat perasaan.

37
mengungkapkan c. Beri anjuran kuat thd
perasaannya mekanisme koping
positif.
d. Bantu relaksasi
  
3.1.1 Kala I (Fase Aktif)
1) Pengkajian
a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).

2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
b) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
c) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
d) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
e) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah.

3) Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji derajat

38
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan secara
dengan tekanan selama 3 x 24 jam, verbal dan nonverbal.
mekanik dari diharapkan nyeri b. Pantau dilatasi servik
bagian presentasi. terkontrol dengan c. Pantau tanda vital dan
criteria hasil: DJJ.
a. TTV dbn d. Bantu penggunaan teknik
b. Pasien dapat pernapasan dan relaksasi.
mendemonstrasi e. Bantu tindakan
kan kontrol kenyamanan seperti:
nyeri f. Gosok punggung, kaki
g. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam.
h. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
i. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak.
j. Berikan  lingkungan
yang tenang
2. Perubahan Setelah dilakukan a. Palpasi di atas simpisis
eliminasi urin b/d asuhan keperawatan pubis.
perubahan masukan selama 3 x 24 jam, b. Monitor  masukan dan
dan kompresi diharapkan eliminasi haluaran.
mekanik kandung urine pasien normal c. Anjurkan upaya
kemih. dengan kriteria hasil: berkemih sedikitnya 1-2
a. Cairan seimbang. jam.
b. Berkemih teratur d. Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di
atas perineum.
e. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan.
f. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan a. Tentukan pemahaman
terhadap koping asuhan keperawatan dan harapan terhadap
individu tidak selama 3 x 24 jam, proses persalinan.

39
efektif b/d krisis diharapkan koping b. Anjurkan
situasi. pasien efektif dengan mengungkapkan
criteria hasil: perasaan.
a. Pasien dapat c. Beri anjuran kuat
mengungkapkan terhadap mekanisme
perannya. koping positif dan bantu
relaksasi 

4. Risiko tinggi Setelah dilakukan a. Pantau aktivitas uterus


terhadap cedera asuhan keperawatan secara manual.
maternal b/d efek selama 3 x 24 b. Lakukan tirah baring
obat-obatan jam,diharapkan saat persalinan menjadi
pertambahan cidera terkontrol intensif.
mobilitas   gastrik. dengan kriteria hasil: c. Hindari meninggikan
a. TTV dbn klien tanpa perhatian.
b. Aktivitas uterus d.  Tempatkan klien pada
baik. posisi tegak, miring ke
c. Posisi pasien kiri.
nyaman e. Berikan perawatan
perineal selama 4 jam.
f. Pantau suhu dan nadi.
g. Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV).
5. Risiko tinggi Setelah asuhan a. Kaji adanya kondisi yang
terhadap kerusakan keperawatan selama menurunkan situasi uteri
gas janin b/d 3 x 24 jam, plasenta.
perubahan suplay diharapkan janin b. Pantau DJJ dengan
oksigen dan aliran dalam kondisi baik segera bila pecah
darah dengan criteria hasil: ketuban.
a. DJJ dbn c. Instuksikan untuk tirah
b. Presentasi baring bila presentasi
kepala (+) tidak masuk pelvis.
c. Kontraksi uterus d. Pantau turunnya janin
teratur pada jalan lahir.
e. Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi.
  

40
3.2 Kala II
1) Pengkajian
a.) Aktivitas/ istirahat
 Melaporkan kelelahan.
 Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/ teknik relaksasi.
 Lingkaran hitam di bawah mata.
b.) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c.) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d.) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

e.) Nyeri / ketidaknyamanan


 Dapat merintih / menangis selama kontraksi
 Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
f.) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
g.) Seksualitas
 Servik dilatasi penuh (10 cm).
 Peningkatan perdarahan pervagina
 Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
2.) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
c) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik.

3.) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
41
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan a. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan.
pada bagian selama 3 x 24 jam, b. Berikan tanda/ tindakan
presentasi diharapkan nyeri kenyamanan seperti
terkontrol dengan perawatan kulit, mulut,
kriteria hasil: perineal dan alat-alat
i. TTV dbn tahun yang kering.
ii. Pasien dapat c. Bantu pasien memilih
mendemostrasikan posisi yang nyaman
nafas dalam dan untuk mengedan.
teknik mengejan. d. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ.
e. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi.
2. Perubahan curah Setelah dilakukan a. Pantau tekanan darah
jantung b/d fluktasi asuhan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
aliran balik vena selama 3 x 24 jam, menit.
diharapkan kondisi b. Anjurkan pasien untuk
cardiovaskuler pasien inhalasi dan ekhalasi
membaik dengan selama upaya mengedan.
kriteria hasil: c. Anjurkan klien/
a. TD dan nadi dbn pasangan memilih posisi
b. Suplay O2 tersedia persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi.

3. Risiko tinggi Setelah asuhan a. Bantu klien dan


terhadap kerusakan keperawatan selama 3 x pasangan pada posisi
integritas kulit b/d 24 jam, diharapkan tepat.
pada interaksi integritas kulit b. Bantu klien sesuai
hipertonik terkontrol dengan kebutuhan.
kriteria hasil: c. Kolaborasi epiostomi
a. Luka perineum garis tengah atau medic
42
tertutup lateral.
(epiostomi). d. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi.

3.3 Kala III


1.) Pengkajian
a.) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b.) Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat.
 Hipotensi akibat analgetik dan anastesi.
 Nadi melambat
c.) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
d.) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e.) Seksualitas
 Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
  Tali pusat memanjang pada muara vagina.

2.) Diagnosa Keperawatan
a.) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
b.) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan.
c.) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan.

3.) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Instruksikan klien
terhadap keperawatan selama 3 x untuk mendorong pada

43
kekurangan volume 24 jam, diharapkan kontraksi.
cairan b/d kurang cairan seimbang denngan b. Kaji tanda vital setelah
masukan oral, kriteria hasil: pemberian oksitosin.
muntah. a. TTV dbn c. Palpasi uterus.
b. Darah yang keluar ± d. Kaji tanda dan gejala
200 – 300 cc. shock.
e. Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan a. Bantu penggunaan
trauma jaringan keperawatan selama 3 x teknik pernapasan.
setelah melahirkan 24 jam, diharapkan nyeri b. Berikan kompres es
terkontrol dengan kriteria pada perineum setelah
hasil: melahirkan.
a. Pasien dapat control c. Ganti pakaian dan
nyeri liner basah
d. Berikan selimut
penghangat.
e. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Palpasi fundus uteri
terhadap cedera keperawatan selama 3 x dan massase dengan
maternal b/d posisi 24 jam, diharapkan perlahan.
selama persalinan cidera terkontrol dengan b. Kaji irama pernafasan.
kriteria hasil: c. Bersihkan vulva dan
a. Plasenta keluar utuh. perineum dengan air
b. TTV dbn dan larutan antiseptik.
d. Kaji perilaku klien dan
perubahan system
saraf pusat.
e. Dapatkan sampel
darah tali pusat, kirim
44
ke laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.

3.4 Kala IV
1.) Pengkajian
a.) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan

b.) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah
pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk
kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
c.) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d.) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e.) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f.) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal.
g.) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
h.) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh.
i.) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum
bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan
payudara.

45
2.) Diagnosa Keperawatan
a.) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
b.) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri.
c.) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga.

3.) Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan a. Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma, asuhan keperawatan ketidaknyamanan.
edema jaringan, selama 3 x 24 jam, b. Beri informasi yang
kelelahan fisik dan diharapkan nyeri tepat tentang perawatan
psikologis, ansietas. terkontrol dengan selama periode
kriteria hasil: pascapartum.
a. Pasien dapat control c. Lakukan tindakan
nyeri. kenyamanan.
d. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
e. Beri analgesic sesuai
kemampuan.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan a. Tempatkan klien pada
kekurangan volume asuhan keperawatan posisi rekumben.
cairan b/d selama 3 x 24 jam, b. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan diharapkan cairan memperberat kejadian
miometri simbang dengan intrapartal.
kriteria hasil: c. Kaji masukan dan
i. TD dbn haluaran.
ii. Jumlah dan warna d. Perhatikan jenis
46
lokhea dbn persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan.
e. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit.
f. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak.
g. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea.
h. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan a. Anjurkan klien untuk
proses keluarga b/d asuhan keperawatan menggendong,
transisi/ peningkatan selama 3 x 24 jam, menyentuh bayi.
anggota keluarga. diharapkan proses b. Observasi dan catat
keluarga baik dengan interaksi bayi.
kriteria hasil: c. Anjurkan dan bantu
a. Ada kedekatan ibu pemberian ASI,
dengan bayi. tergantung pada pilihan
klien.
  

47
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Persalinan normal adalah prose pengeluaran buah kehamilan cukup bulan
yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala
dari rahim ibu melalui jalan lahir dengan tenaga ibu sendiri.
1.) Kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi
yang teratur, addekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap
2.) Kala II persalinan dimulai ketika perubahan serviks sudah lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal  dengan kala pengeluaran
3.) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi  dan berakhrinya dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban
4.) Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhirnya dua jam setelah
itu.;

48

Anda mungkin juga menyukai