MUHAMMADIYAH MANADO
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
Rahmat, hidayah dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Keperawatan Diabetik Ketoasidosis”
Tak lupa pula kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari berbagai media dan pihak yang telah membantu untuk menyusun
makalah ini. Sehubungan dengan itu kami ucapkan banyak terimah kasih kepada
pembimbing yang telah membantu menyusun makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya bila ada perkataan
atau tulisan yang tidak berkenaan dihati para pembaca maupun yang menilai.
Untuk itu, kami mengharapkan masukan dalam bentuk kritik, saran maupun
tanggapan dari para pembaca sekalian demi kesempurnaannya makalah ini
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
3.1 Pengkajian …………………………………. 15
3.2 Pemeriksaan Fisik …………………………………. 16
3.3 Diagnose Keperawatan …………………………………. 16
3.4 Intervensi Keperawatan
…………………………………. 21
BAB IV : ASKEP KASUS
…………………………………. 21
4.1 Kasus …………………………………. 21
4.2 Proses Keperawatan …………………………………. 23
4.3 Patway …………………………………. 24
4.4 Analisa Data …………………………………. 24
4.5 Diagnosa Keperawatan …………………………………. 25
4.6 Intervensi & Rasional
…………………………………. 29
BAB V : PENUTUP
…………………………………. 29
5.1 Kesimpulan …………………………………. 29
5.2 Saran
…………………………………. 30
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
8) Apa komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
9) Bagaimana prognosis dari klie n dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
10) Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan ketoasidosis diabetikum
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi ketoasidosis diabetikum (KAD).
2) Mengetahui etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)
3) Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD).
4) Mengetahui patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
5) Menyebutkan manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD).
6) Mengetahui pemeriksaan penunjang pada ketoasidosis diabetikum (KAD).
7) Mengetahui penatalaksanaan klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
8) Mengetahui komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
9) Mengetahui prognosis klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
10) Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis diabetikum
(KAD)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis
osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai
menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis
diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan
metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertaigangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang
disebut “akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius
pada diabetes ketergantungan insulin.
Ketoasidosis diabetic merupakan akibat dari defisiensi insulin dan disertai
gangguan metabolism protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang disebut
“akselarasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada
diabetes ketergantungan insulin.
2.2 Etiologi
Dalam 50% kejadian KAD, kekurangan insulin, peningkatan konsumsi atau
produk glukosa, atau infeksi adalah factor pencetus. Stressor-stressor utama lain yang
dapat mencetuskan diabetic koetoasidois adalah pembedahan trauma, terapi dengan
steroid dan emosional.
3
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak di
obati
2.4 Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal
ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan
rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya
sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian
otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis
diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin.
Semua gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik
(KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan
insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan
menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis
akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya
akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik
dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan
klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal
dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian
akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat
kehilangan air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan
rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk
membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan
4
glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang
ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama
periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
5
14) Koma atau penurunan kesadaran
2) Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk
setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum
diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium
serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
3) Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat
potasium.
4) Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang
rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan
kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik.
Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil
pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya
dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
6
5) Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
7) Keton
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria
dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
8) β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons
terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal,
dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis
diabetik (KAD).
9) Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi
saluran kencing yang mendasari.
10) Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg /
dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma
biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H 2O. Jika osmolalitas kurang dari
> 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
7
11) Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme
kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
2.8 Penatalaksanaan
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen berikut:
1) Cairan.
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl
0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin
hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi
atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus
8
dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk
beberapa jam selanjutnya.
2) Insulin.
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular adalah
alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan,
misalnya pada anak anak kecil. Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui
pemberian insulin yang akn menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan
pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus
dengan kecaptan lambat tapi kontinu ( misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus
diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar glukosa
darah mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah
yang terlalu cepat.
3) Potassium.
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita
KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.
Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama
defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan
melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan suplemen
potasium ditambahkan kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas
seorang pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring
klinis dan biokimia yang cermat.
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
1) Ginjal diabetik (Nefropati Diabetik)
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila
penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat
protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah.
Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan
gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa
menimbulkan gagal jantung kongesif.
9
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata.
Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Tetapi bila tidak
terlambat dan segera ditangani secara dini dimana kadar glukosa darah dapat
terkontrol, maka penglihatan bisa normal kembali
4) Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis
pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung
koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut
tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak. Selain itu
terganggunya saraf otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar
cepat. Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
5) Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan
kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera.
Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa
gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
6) Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang impotensi yang
dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah menyerang saraf. Keluhan
ini tidak hanya diutarakan oleh penderita lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih
berusia 35 – 40 tahun. Pada tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan
menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali. Ini terjadi karena sperma
masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
10
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami
kemandulan. Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita
menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon dengan tujuan meningkatkan
kemampuan seksualnya. Karena obat-obatan hormon tersebut akan menekan
produksi hormon tubuh yang sebenarnya kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak
diperhatikan maka sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita,
keluhan seksual tidak banyak dikeluhkan.
Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada proses
kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami keguguran
yang bahkan bisa terjadi sampai 3-4 kali berturutturut, berat bayi saat lahir bisa
mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yang berlebihan, bayi lahir mati atau cacat
dan lainnya.
7) Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah
pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh
kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan
signal ke otak untuk menambah takanan darah.
2.11 Prognosis
Prognosis dari ketoasidosis diabetik biasanya buruk, tetapi sebenarnya
kematian pada pasien ini bukan disebabkan oleh sindom hiperosmolarnya sendiri tetapi
11
oleh penyakit yang mendasar atau menyertainya. Angka kematian masih berkisar 30-
50%. Di negara maju dapat dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi, usia
lanjut dan osmolaritas darah yang sangat tinggi. Di negara maju angka kematian dapat
ditekan menjadi sekitar 12%.
Ketoasidosis diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit penerimaan pasien
dengan diabetes dan 16% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan diabetes. Angka
kematian keseluruhan adalah 2% atau kurang saat ini. Pada anak-anak muda dari 10
tahun, ketoasidosis diabetikum menyebabkan 70% kematian terkait diabetes.
12
2.12 Patway
13
Sel β tidak mampu
menghasilkan insulin
Defisiensi insulin
Hiperglikemi
Glukosa
Rentang infeksi
vol. sirkulasi
Invasi kuman
Hipotensi Devisit
KETOASIDOSIS DIABETIKUM takikardi cairan
14
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
Pengumpulan data Anamnese dapat :
1) Identifikasi klien.
2) Keluhan utama klien : Mual muntah
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu : Menderita Diabetes Militus
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Riwayat psikososial
16
- Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
- Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
17
Hipovolemia berlebihan dapat
ditunjukkan dengan penurunan TD lebih
dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke
duduk atau berdiri.
Monitor perubahan respirasi: kussmaul, Pelepasan asam karbonat lewat respirasi
bau aceton menghasilkan alkalosis respiratorik
terkompensasi pada ketoasidosis. Napas
bau aceton disebabkan pemecahan asam
keton dan akan hilang bila sudah
terkoreksi
Observasi kulaitas nafas, penggunaan Peningkatan beban nafas menunjukkan
otot asesori dan cyanosis ketidakmampuan untuk berkompensasi
terhadap asidosis
Observasi output dan kulitas urine Menggambarkan kemampuan kerja ginjal
dan keefektifan terapi
Kolaborasi
Pemberian NS dengan atau tanpa Pemberian tergantung derajat kekurangan
dextrose, Albumin, plasma, dextran cairan dan respons pasien secara
individual
Plasma ekspander dibutuhkan saat
kondisi mengancam kehidupan atau TD
sulit kembali normal
Pertahankan katater terpasang. Memudahkan pengukuran haluaran urin
18
pasien dan bandingkan dengan makanan penyimpangan dari kebutuhan terapetik
yang dihabiskan
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri Hiperglikemia dan ggn keseimbangan
abdomen/perut kembung, mual, cairan dan elektrolit dapat menurunkan
muntahan makanan yang belum dicerna, motilitas/fungsi lambung (distensi atau
pertahankan puasa sesuai indikasi ileus paralitik
Berikan makanan yang mengandung Pemberian makanan melalui oral lebih
nutrien kemudian upayakan pemberian baik jika pasien sadar dan fungsi
yang lebih padat yang dapat ditoleransi gastrointestinal baik
Libatkan keluarga pasien pada Memberikan informasi pada keluarga
perencanaan sesuai indikasi untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien
Kolaborasi
Pemberian GDA dengan finger Potensial dapat mengancam kehidupan
sehingga harus dikenali
Berikan pengobatan insulin secara teratur Memantau gula darah lebih akurat
sesuai indikasi daripada reduksi urine untuk mendeteksi
fluktuasi
19
Tingkatkan partisipasi px dalam Meningkatkan kepercayaan/harga diri
melakukan aktifitas sehari – sehari sesui yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
yang dapat ditoleransi. dapat ditoleransi px
20
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 Kasus
Ny R 45 tahun datang dirawat di IGD karena tidak sadarkan diri. Pasien
terdiagnosa DM tipe I sejak kecil. Sudah 2 hari ini keluarga menyatakan klien
mengalami stress akibat kondisi suami beliau yang sedang dirawat di RS karena
mengalami serangan jantung. Klien saat ini terpasang oksigen dan diberikan IVFD
Normal Saline. Klien mendapatkan terapi insulin per drip. Saat ini berdasarkan hasil
pengkajian pada klien didapatkan GD klien adalah 450 mg/dl, HCO3=10 meq/L, pH
darah 7.
21
2) Sirkulasi
S : Riwayt hipertensi, penyembuhan luka yng lambat
O : Takhikardi, hipertensi, penurunan nadi, disritmia, kulit kering
3) Eliminasi
S : Poliuri, nokturia, nyeri BAK, diare
O : Oliiguri/ anuri, urin keruh, bising usus turun
4) Makanan/ cairan
S : Anoreksia, mual, muntah, haus
O : Kulit kering, turgor turun, distensi abdomen, muntah
5) Respirasi
S : Batuk dengan atau tanpa sputum
O : Takhikardi, nafas kusmaul, nafas bau aseton
6) Neurosensori
S : Pusing, nyeri kepala, mati rasa, kelemahan otot, paratesia, gangguna
penglihatan
O : Disorientasi, letargi, stupor, koma, gangguan memori, kejang
7) Keamanan
S : Kulit kering, ulserasi kulit
O : Panas, diaporesis, kulit pecah, penurunan ROM
22
4.3 Patway
Kekurangan Insulin
Hiperglikemia
Badan keton ↑
Anoreksia
Pola Napas tidak efektif
23
4.4 Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DO : Pola nafas tidak efektif Kompensasi asidosis
Nafas cepat (28x/mnt) metabolic, hiperventilasi,
nafas cepat dan dalam
(kusmaul)
HCO3 : 10 10 meq/L,
pH darah: 7
Perubahan pergerakan dada
dan penggunaan otot bantu
nafas,
Pucat, sianosis
Nafas berbau aseton
DS :
Pasien tidak sadar
DO : Kekurangan volume Dehidrasi
Muntah cairan
Poliuria, polidipsi
Kulit membrane ukosa
kering, penurunan tirgor
kulit,
TD: 90/70 mmHg
Lemas, lemah
Nausea
DS :
Klien merasa lemas
24
irama, dan usaha repirasi. paru akibat hiperventilasi sehingga
3. Perhatikan kesimetrisan dada, menyebabkan penurunan aliran
penggunaan otot bantu pernapasan, oksigen ke kapiler.
4. Pantau pola pernapasan 2. Pola dan kecepatan pernafasan
hipervenliasi, pernapasan kusmaul dipengaruhi oleh status asam basa,
dan nafas berbau koton status hidrasi, status cardiopulmonal
5. Kaji kemungkinan adanya secret yang dan sistem persyarafan. Keseluruhan
mungkin timbul faktor harus dapat diidentifikasi untuk
6. Pantau Kadar AGD menentukan faktor mana yang
berpengaruh/paling berpengaruh.
3. Hiperventilasi dan kusmaul akan
meningkatkan kerja pernapasan
4. Paru-paru mengeluarkan asam
karbonat melalui pernafasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratorik terhadap keadaan
ketoasidosis. Pernafasn yang berbau
keton berhubungan dengan
pemecahan asam ketoasetat dan harus
berkurang bila ketosis harus
terkoreksi
5. Penurunan kesadaran mampu
merangsang pengeluaran sputum
berlebih akibat kerja reflek
parasimpatik dan atau penurunan
kemampuan menelan
6. AGD normal menunjukan perbaikan
sirulasi ogsigen darah, terutama pada
pambuluh kapiler. Evaluasi rutin
konsentrasi HCO3, CO2 dan O2
merupakan bentuk evaluasi objektif
terhadap keberhasilan terapi dan
pemenuhan oksigen
Pertahankan oksigen masker 100 % Pernafasan kusmaul sebagai kompensasi
25
keasaman memberikan respon penurunan
CO2 dan O2, Pemberian oksigen sungkup
dalam jumlah yang minimal diharapkan
dapat mempertahankan level CO2
Pastikan jalan nafas tidak tersumbat Pengaturan posisi ekstensi kepala
memfasilitasi terbukanya jalan nafas,
menghindari jatuhnya lidah dan
meminimalkan penutupan jalan nafas
oleh sekret yang munkin terjadi
Baringkan klien pada posisi nyaman, Pengaturan posisi ekstensi kepala
semi fowler memfasilitasi terbukanya jalan nafas,
menghindari jatuhnya lidah dan
meminimalkan penutupan jalan nafas
oleh sekret yang munkin terjadi
26
terkompensasi pada ketoasidosis. Napas
bau aceton disebabkan pemecahan asam
keton dan akan hilang bila sudah
terkoreksi
Observasi kualitas nafas, penggunaan Peningkatan beban nafas menunjukkan
otot asesori dan cyanosis ketidakmampuan untuk berkompensasi
terhadap asidosis
Observasi ouput dan kualitas urin Menggambarkan kemampuan kerja ginjal
dan keefektifan terapi
Timbang BB Menunjukkan status cairan dan
keadekuatan rehidrasi
Ciptakan lingkungan yang nyaman, Mengurangi peningkatan suhu yang
perhatikan perubahan emosional menyebabkan pengurangan cairan,
perubahan emosional menunjukkan
penurunan perfusi cerebral dan hipoksia
Catat hal yang dilaporkan seperti mual, Kekurangan cairan dan elektrolit
nyeri abdomen, muntah dan distensi mengubah motilitas lambung, sering
lambung menimbulkan muntah dan potensial
menimbulkan kekurangan cairan &
elektrolit.
Obsevasi adanya perasaan kelelahan yang Pemberian cairan untuk perbaikan yang
meningkat, edema, peningkatan BB, nadi cepat mungkin sangat berpotensi
tidak teratur dan adanya distensi pada menimbulkan beban cairan dan GJK
vaskuler
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi
pada penderita IDDM (atau DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi insulin,
khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi diabetik ketoasidosis manakala terjadi
diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan jumlah intake makanan
dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes,
dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
5.2 Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh pada
kondisi tidak stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan
penggantian cairan dan garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan
glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus
KAD (dalam kasus ini diberikan antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi
normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian
pengobatan.Sedangkan untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada
kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta
menetapkan taraf insulin yang benat atau tepat dosis.
28
DAFTAR PUSTAKA
(Clinical).www.highbeam.com
29