Disusun oleh :
Ghiyata Syadza B (03013256)
Galuh Merdiana (03013081)
Kharisa Hana (03013108)
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Karena berkat rahmat dan petunjuknya-Nya penulis
dapat menyelesaikan case berjudul “Perdarahan Pasca Persalinan Et Causa Retensio
Plasenta”.
Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Dodi R, Sp.OG selaku
pembimbing yang telah membantu dan membimbing dalam pembuatan case ini.
Penulis menyadari bahwa case ini masih terdapat kekruangan serta kesalahan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga case ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu bidang
kedokteran Kebidanan dan Kandungan
Karawang , Maret 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ………….......................................................................................... i
Kata Pengantar .......…………………………………....................................................... ii
Daftar Isi…………………………....………………………….........…………………... iii
BAB I Pendahuluan…………..............................................…….....…………………… 1
BAB II Pembahasan Kasus…….......………………………………….....…………….... 3
2.1 Anamnesis …………......……....………………………….........………………….... 3
2.2 Pemeriksaan Fisik…………..................................…….....……………………......... 6
2.3 Pemeriksaan Penunjang…….......………………………….....……………............... 9
2.4 Resume……………………....………………………….........…………………....... 10
2.5 Diagnosis…………..............................................…….....…………………….......... 10
2.6 Tatalaksana….......………………………………….....…………….......................... 11
2.7 Prognosis………………....………………………….........…………………............. 11
2.8 Follow Up…………..............................................…….....……………………......... 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA….…….....………………………………………….... 15
3.1 Definisi Perdarahan Pasca Persalinan...................................………………………... 15
15
3.3 Epidemiologi.............................…………………..................…………………….... Xii
15
3.4 Faktor Risiko.......................……………………....................…………………….... xiii
16
3.5. Etiologi....................................................................................................................... xiv
17
3.6 Patofisiologi.............................................……………………...…………………..... 18
Xii
3.7. Penegakan Diagnosis.................................................................................................. 20
xiii
3.8 Tatalaksana….............……………............................................................................. 21
xiv
3.9 Komplikasi….............……………............................................................................. 25
3.10 Pencegahan................................................................................................................ 26
BAB IV Kesimpulan.......................................................................................................... 27
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal
jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat.(4)
Selain mortalitas maternal, morbiditas maternal akibat kejadian perdarahan
pasca persalinan juga cukup berat, sebagian bahkan menyebabkan cacat menetap
berupa hilangnya uterus akibat histerektomi. Morbiditas lain diantaranya anemia,
kelelahan, depresi, dan risiko tranfusi darah. Histerektomi menyebabkan
hilangnya kesuburan pada usia yang masih relatif produktif sehingga dapat
menimbulkan konsekuensi sosial dan psikologis. Selain itu, telah diketahui bahwa
perdarahan pasca persalinan yang masif dapat mengakibatkan nekrosis lobus
anterior hipofisis yang menyebabkan Sindroma Sheehan’s.(1)
Perdarahan pasca persalinan perlu dilakukan upaya penanganan yang baik
dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga
kesehatan khususnya dalam pertolongan persalinan, peningkatan manajemen
Pelayanan Emergensi Dasar Obstetri Neonatus dan Pelayanan Neonatal
Emergensi Obstetri Komprehensif, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas
kesehatan yang merupakan prioritas dalam pembangunan sektor kesehatan guna
pencapaian target SDG’s tersebut.(2)
2
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gadel Sari, RT/RW 009/008 Kalisari, Talagasari,
Karawang
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 00719574
Nama Suami : Tn. J
Masuk RS : 1 Maret 2018
Keluar RS : 5 Maret 2018
DPJP : dr. Doddy Rodiat, Sp.OG
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di IGD
Kebidanan RSUD Karawang pada Kamis,1 Maret 2018 pukul 23.00 WIB
Keluhan utama :
Sisa plasenta menjulur dari vagina pasca persalinan sejak 3 jam SMRS.
3
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari PKM Klari IGD Kebidanan RSUD Karawang karena
perdarahan jalan lahir. Pasien mengaku hamil 8 bulan. Pasien mengatakan keluar
darah mengalir terus menerus dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Pasien mengaku
perdarahan terus mengalir dan bergumpal berwarna kehitaman. Perdarahan
dirasakan secraa tiba-tiba dan tidak merasakan nyeri pada bagian perut. Mules-
mules , keluar lendir, keluar air-air disangkal. Gerak janin masih bisa dirasakan.
Keluhan ini adalah perdarahan yang pertama kali dirasakan pasien selama
kehamilan ini. Riwayat keluar darah dari jalan lahir pada kehamilan sebelumnya
tidak ada.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dan keluhan yang sama.
Riwayat asma, hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung dalam keluarga
disangkal oleh pasien.
Riwayat Alergi :
Riwayat Alergi makanan disangkal
Riwayat alergi obat-obatan disangkal
Riwayat cuaca disangkal
Riwayat Operasi :
Os belum pernah dioperasi sebelumnya
Riwayat Haid
4
Menarche: umur 14 tahun, teratur, tidak nyeri saat haid, lama haid 7 hari,
ganti pembalut 2-3x.
HPHT : 20 – 09 – 2017
Taksiran persalinan : 27-06-2018
Usia kehamilan : 28-29 minggu
Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah 1 kali pada usia 21 tahun dan sudah menikah selama 20
tahun.
3 Hamil ini
Riwayat Kontrasepsi :
5
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum Tampak baik
Kesadaran Compos mentis
GCS: 15 ( E: 4, M:6, V:5 )
Tanda vital TD : 120/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,50C
SpO2 : 98%
Status generalis
Kepala Normocephaly
Mata Konjungtiva Anemis (+/+)
Sklera Ikterik (-/-)
Hidung Sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga Liang telinga lapang, nyeri tekan (-/-),
sekret (-)
Mulut Sianosis (-), bibir pucat (-)
Leher KGB dan tiroid tidak membesar dalam
batas normal
Thoraks Inspeksi
Bentuk dinding dada:
Efloresensi bermakna (-)
Simetris kanan/kiri saat inspirasi
maupun ekspirasi
Retraksi sela iga (-)
Iktus cordis tidak tampak
Palpasi
6
Paru: vocal fremitus kanan/kiri
sama kuat
Jantung : ictus cordis teraba pada
ICS IV 2 cm medial garis
midclavikularis sinistra
Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru
Batas paru hepar sulit dinilai
Batas paru-jantung kanan: ICS
II- ICS III linea para sternalis
dextra
Batas paru-jantung kiri: ICS IV
linea midclavikularis sinistra
Batas paru atas –jantung: ICS II
linea parasternalis sinsitra
Auskultasi
Paru : suara napas vesikuler +/+,
ronki -/-, wheezing -/-
Jantung : S1>S2, irama reguler
85x/menit, murmur(-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi
TFU setinggi diatas umbilikus
Terdapat striae gravidarum
Auskultasi
Bising usus terdengar, 3x/menit
Atrial Bruit (-)
Perkusi
Tidak dilakukan
Palpasi
Dinding perut supel, distensi (-)
7
Nyeri tekan (+) pada kuadran
hipogastrium
Pembesaran hepar dan lien (-)
Genitalia Inspeksi v/u tampak tali pusat sepanjang
5cm menjulur dari jalan lahir,
perdarahan aktif (+)
VT : tidak dilakukan
Ekstremitas Inspeksi
Tidak terdapat deformitas pada
ekstremitas atas maupun bawah
Tidak terdapat oedem pada
kedua ekstremitas bawah
Tidak didapatkan adanya
efloresensi yang bermakna
Palpasi
Akral teraba hangat
Oedem (-) pada kedua
ekstremitas
CTR < 2 detik
Status Obstetri
Status Lokalis Abdomen dan Genitalia
Inspeksi : Buncit Gravida, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Genitalia
8
a. Inspeksi : Perdarahan aktif (+)
b. Inspekulo : Tidak dilakukan
c. VT : Tidak dilakukan
9
2.4 RESUME
Pasien G3P2A0 usia 41 th rujukan dari PKM Klari datang ke IGD
Kebidanan RSUD Karawang dengan perdarahan jalan lahir. Pasien mengaku
hamil 8 bulan, rutin kontrol ANC di PKM, dan sudah mendapatkan vaksin TT
sebanyak 1x selama hamil di PKM. Pasien datang dengan keluhan perdarahan di
jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Pasien mengaku perdarahan terus mengalir dan
bergumpal berwarna kehitaman. Perdarahan dirasakan secraa tiba-tiba dan tidak
merasakan nyeri pada bagian perut. Mules-mules, keluar lendir, keluar air-air
disangkal. Gerak janin masih bisa dirasakan. Keluhan ini adalah perdarahan yang
pertama kali dirasakan pasien selama kehamilan ini. Riwayat keluar darah dari
jalan lahir pada kehamilan sebelumnya tidak ada.
2.6 TATALAKSANA
Hemodinamik stabil, observasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan
Pematangan paru : Dexametason 2x6 mg iv
Tokolitik : nifedipine
Infus Ringer laktat 2 iv line
2.7 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
10
Ad sanationam : dubia ad bonam
2.8 FOLLOW UP
Tanggal 1 April 2018
S Pasien mengatakan darah yang keluar dari jalan lahir sudah
berhenti.
O O: Compos mentis
TD : 110/80 mmHg S : 36,00C
N : 76x/menit RR : 20x/menit
Status Generalis : Dalam batas normal
Status Obs: TFU 29cm
Kontraksi baik
Iv/u tenang, Perdarahan aktif (-)
A Riwayat HAP ec Plasenta previa marginalis pada G3P2
hamil 32 minggu, JPKTH
P Dexametason 2x6 mg iv
Nifedipine 4x10 mg
Observasi TTV dan perdarahan
11
Iv/u tenang, Perdarahan aktif (-)
A Riwayat HAP ec Plasenta previa marginalis pada G3P2
hamil 32 minggu, JPKTH
P Dexametason 2x6 mg iv
Nifedipine 4x10 mg
Observasi TTV dan perdarahan
P Nifedipine 4x10mg
Cefadroxil 2x1
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
3.1.2 Epidemiologi
13
penyebab hingga 50% dari sekitar 500.000 kematian ibu yang terjadi secara global
setiap tahun.6 Ada 4 kematian dari APH dalam laporan yang lebih baru.7 Pada
tahun 2005–07 laporan Pertanyaan Rahasia tentang Kematian Ibu di Afrika
Selatan, perdarahan obstetrik adalah yang ketiga penyebab kematian paling umum
adalah 12,4% dari semua kematian; ada 108 kematian dari APH dan 74 dari ini
(68,5%) dianggap jelas dapat dihindari.9 Perdarahan muncul sebagai penyebab
utama berat morbiditas ibu di hampir semua audit ‘near miss’ di kedua negara
maju dan berkembang.
3.1.3 Penyebab
14
Pada kasus perdarahan antepartum, perlu dipikirkan kemungkinan
penyebab yang lebih bahaya terlebih dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, karena merupakan kemungkinan dengan
prognosis terburuk dan terberat yang memerlukan penatalaksanaan gawat darurat
segera.
3.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis :
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan dalam.
4. Pemeriksaan laboratorium.
15
Pada kasus perdaharan, perlu dilakukan tes laboratorium Full Blood
Count, koagulasi, 4 unti Cross-matched, Apt test, golongan darah dan rhesus. Jika
pada wanita dengan rhesus negatif, disarankan untuk dilanjuti dengan
pemeriksaan tes Kleihauer. Apt Test berfungsi untuk membedakan apakah
perdarahan berasal dari ibu atau janin.
5. Pemeriksaan Ultrasound.
2.1.6 Tatalaksana
Tatalaksana Inisial :
16
d. Periksa kondisi janin dengan kardiotokograf dan doppler untuk
menghitung denyut jantung janin.
17
3.2 PLASENTA PREVIA
3.2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir sebagaimana
kata “previa” berasal dari kata prae yang artinya didepan dan vias yang artinya
jalan. Secara definisi, plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah plasenta yang
berimplantasi pada dinding depan atau belakang uterus di daerah fundus uteri.
Penyebab terbanyak perdarahan antepartum pada trimester tiga adalah plasenta
previa dan solusio plasenta.
3.2.2 Epidemiologi
3.2.3 Etiologi
1.
Tingginya usia ibu : Semakin lanjut usia ibu semakin meningkatkan resiko
terjadinya plasenta previa. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
18
memiliki resiko 1,1% untuk mengalami plasenta previa, dibandingkan
dengan wanita berusia kurang dari 35 tahun yang memiliki resiko 0,5%.
2. Multiparitas : Kemungkinan terjadinya plasenta previa meningkat lebih
dari 8x lipat pada perempuan dengan angka paritas lebih dari empat kali.
Semakin jarak antar kehamilan pendek atau singkat, akan meningkatkan
resiko terjadinya plasenta previa karena plasenta yang baru berusaha
mencari tempat untuk mengimplantasi selain dari bekas plasenta
sebelumnya.
3. Kehamilan ganda : Terdapat studi yang melaporkan angka kejadian
plasenta previa 40% lebih tinggi pada kehamilan ganda dibandingkan
dengan kehamilan janin tunggal. Plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah uterus sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
4. Riwayat kelahiran Caesar : Riwayat kelahiran Caesar meningkatkan resiko
terjadinya plasenta previa. Pada penelitian tahun 2006 terhadap 30.132
perempuan, insiden terjadinya plasenta previa ditemukan sebesar 1,3%
pada populasi yang memiliki riwayat satu kali kelahiran Caesar, dan 3,4%
pada mereka yang pernah menjalani dua kali atau lebih kelahiran Caesar.
5. Merokok : Perempuan perokok memiliki resiko yang tinggi untuk
mengalami plasenta previa. Resikonya terjadinya plasenta previa
meningkat 2x lipat pada perempuan yang merokok. Hipoksemia akibat
karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi
hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Yang mungkin terkait, terganggunya
vaskularisasi desidua, akibat perubahan atropik atau peradangan.
3.2.4 Klasifikasi
Menurut letak plasenta melekat, plasenta previa dapat dibagi menjadi 4
tipe, yaitu:
1. Plasenta previa totalis/komplit : adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
19
2. Plasenta previa parsialis : adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum
3. Plasenta previa marginalis : adalah plasenta yang tepinya berada
pada pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah : adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah uterus demikian rupa sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak < 2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang >2
cm dianggap plasenta letak normal.
3.2.5 Epidemiologi
20
3.2.6 Etiologi
1. Tingginya usia ibu : Semakin lanjut usia ibu semakin meningkatkan resiko
terjadinya plasenta previa. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
memiliki resiko 1,1% untuk mengalami plasenta previa, dibandingkan
dengan wanita berusia kurang dari 35 tahun yang memiliki resiko 0,5%.
2. Multiparitas : Kemungkinan terjadinya plasenta previa meningkat lebih
dari 8x lipat pada perempuan dengan angka paritas lebih dari empat kali.
Semakin jarak antar kehamilan pendek atau singkat, akan meningkatkan
resiko terjadinya plasenta previa karena plasenta yang baru berusaha
mencari tempat untuk mengimplantasi selain dari bekas plasenta
sebelumnya.
3. Kehamilan ganda : Terdapat studi yang melaporkan angka kejadian
plasenta previa 40% lebih tinggi pada kehamilan ganda dibandingkan
21
dengan kehamilan janin tunggal. Plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah uterus sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
4. Riwayat kelahiran Caesar : Riwayat kelahiran Caesar meningkatkan resiko
terjadinya plasenta previa. Pada penelitian tahun 2006 terhadap 30.132
perempuan, insiden terjadinya plasenta previa ditemukan sebesar 1,3%
pada populasi yang memiliki riwayat satu kali kelahiran Caesar, dan 3,4%
pada mereka yang pernah menjalani dua kali atau lebih kelahiran Caesar.
5. Merokok : Perempuan perokok memiliki resiko yang tinggi untuk
mengalami plasenta previa. Resikonya terjadinya plasenta previa
meningkat 2x lipat pada perempuan yang merokok. Hipoksemia akibat
karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi
hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Yang mungkin terkait, terganggunya
vaskularisasi desidua, akibat perubahan atropik atau peradangan.
a. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan
sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat
terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum
selama trimester ketiga.
b. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda
plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian.
Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam
kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk
8
alasan lain.
22
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum
masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa
sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian
terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang
terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
3.2.8 Diagnosis
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila
letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul.
Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa
harus dicurigai.
23
c. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila tidak
dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat
sumber perdarahan lain
3.2.9 Komplikasi
24
3. Perdarahan Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya
pembuluh darah sangat potensial untuk robek dan disertai oleh perdarahan
yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua
tindakan manual.
3.2.10 Tatalaksana
Di negara yang sedang berkembang, perdarahan hampir selalu merupakan
malapetaka besar bagi penderita maupun penolongnya. Keadaan yang serba
kurang akan memaksa penolong menangani setiap kasus secara individual,
tergantung pada keadaan ibu, keadaan janin, dan keadaan fasilitas pertolongan dan
penolongnya pada waktu itu.
25
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali, atau boleh dikatakan
tidak pernah menvebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam.
Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah
sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih
banyak daripada sebelumnya. Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam
kecuali dalam keadaan siap operasi.
Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang
telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu
dan/atau janinya (yang masih hidup); dan kehamilannya belum cukup 36 minggu,
atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulai,
dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar
kandungan baik lagi. Penanganan pasif ini, pada kasus-kasus tertentu sangat
bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat
prematuritas, asal jangan dilakukan pemeriksaan dalam. Sebaliknya, kalau
perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan
membahayakan ibu dan/atau janinnya atau kehamilannya telah cukup 36 minggu,
atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram; atau persalinan telah mulai,
maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif.
Dalam hal ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap
operasi.
Penanganan pasif.
26
pemeriksaan-dalam. Atas dasar pengalaman itu, tindakan pengakhiran kehamilan
untuk beberapa kasus tertentu dapat ditunda, sehingga janin dapat hidup dalam
kandungan lebih lama, dan dengan kemungkinan janin hidup di luar kandungan
lebih besar lagi.
27
Memilih cara persalinan.
28
mungkin akan terjadi, atau sekurang-kurangnya dipertimbangkan untuk
dilanjutkan dengan sterilisasi untuk menghindarkan kehamilan berikutnya.
Seksio sesarea.
Di rumah sakit yang serba lengkap, seksio sesarea akan merupakan cara
persalinan yang terpilih. Nesbitt (1962) melaporkan 65% dari semua kasus
plasenta previanya diselesaikan dengan seksio sesarea. Di Rumah Sakit Dr. Cipto
antara tahun 1971-1975, seksio sesarea dilakukan pada kira-kira dari semua kasus
plasenta previa, yang kebanyakan terdiri dari kasus-kasus tidak terdaftar. Gawat
janin, atau kematian janin tidak boleh merupakan halangan untuk melakukan
seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Akan tetapi, gawat ibu mungkin terpaksa
menunda seksio sesarea sampai keadaannya dapat diperbaiki, fasilitas
29
memungkinkan. Apabila fasilitasnya tidak memungkinkan untuk segera
memperbaiki keadaan ibu, jangan ragu-ragu untuk melakukan seksio sesarea satu-
satunya tindakan yang terbaik, seperti pada plasenta previa totalis dengan
perdarahan banyak.
Dalam keadaan gawat, laparotomi dengan sayatan kulit median jauh lebih
cepat diilakukan daripada dengan sayatan Pfannenstiel yang lebih kosmetik itu.
Sayatan pada dinding uterus sedapat mungkin menghindarkan sayatan pada
plasenta, agar perdarahan dari pihak ibu dan janin jangan lebih banyak lagi.
Perdarahan dari janin akan sangat membahayakan kehidupannya, apabila tidak
segera ditemukan tali pusatnya untuk kemudian dijepit.
Perdarahan yang berlebihan dari bekas insersio plasenta tidak selalu dapat
diatasi dengan pemberian uterotonika, apalagi kalau penderita telah sangat
anemis. Memasukkan tampon ke dalam uterus untuk menghentikan perdarahan
dari segmen bawah uterus selagi melakukan seksio sesarea merupakan suatu
tindakan yang tidak adekuat. Histerektomia totalis merupakan tindakan yang cepat
untuk menghentikan perdarahan, dan dapat menyelamatkan jiwa penderita; namun
sebelumnya sebaiknya dicoba terlebih dahulu untuk menghentikan perdarahan itu
dengan jahitan. Apabila cara-cara tersebut tidak berhasil mengatasi perdarahan,
dianjurkan untuk menghentikan perdarahan demikian itu dengan jalan mengikat
arteria hipogastrika.
30
Prognosis
31
32
BAB IV
KESIMPULAN
33
Cunningham merekomendasikan transfusi apabila hematokrit kurang dari
24% volume atau apabila hemoglobin kurang dari 8 g/dl akibat perdarahan. Oleh
karena itu, pada pasien ini perlu dilakukan transfusi darah. Menurut Cunningham,
darah lengkap (whole blood/WB) merupakan terapi ideal untuk hipovolemia akibat
perdarahan akut yang massif, karena darah lengkap berguna untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu bersamaan, misalnya
pada perdarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25-30% volume darah
total. Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma.(5)
Darah lengkap mengganti banyak faktor pembekuan, terutama fibrinogen,
dan kandungan plasmanya mengatasi hipovolemia akibat perdarahan. Dosis dan
cara pemberian tergantung keadaan klinis pasien. Pada orang dewasa, 1 unit darah
lengkap akan meningkatkan Hb sekitar 2 g/dl atau hematokrit 3-4%.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
12. Heller L. Emergencies in Gynaecology and Obstetrics. diterjemahkan oleh
Mochaznad Martoprawiro dan Adji Dharma. Gawat Darurat Ginekologi
dan Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1988; 25-9.
13. Klapholz H. Placenta Previa.. In: Friedman EA, Acker DB, Sachs BP,
Obstetrical Decision Making,2 nd ed. Philadelphia: BC Decker mc, 1987;
88-9.
36