Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN FRAKTUR ‘’PATAH TULANG RUSUK’’

OLEH :

MUSFIRAWATI
NIM : 12201812

AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU BONE

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis

1. Anatomi Dan Fisiologi

Rongga rusuk manusia. Gray’s Anatomy of the Human Body, edisi 20, 1918.

Dalam anatomi, tulang rusuk atau Iga (Latin :costae adalah tulang panjang yang
melekung dan membentuk rongga rusuk. ) Tulang rusuk melindungi dada (Latin :thorax),
paru-paru, jantung, hati, dan organ dalam lainnya di rongga dada.

Pada mamalia, tulang rusuk terdapat hanya di bagian dada. Namun pada reptil, tulang
rusuk kadang-kadang terdapat dari bagian leher hingga sacrum.

Terdapat beberapa jenis ikan yang dapat memiliki hingga 4 rusuk pada setiap tulang
punggung.

Manusia (baik pria atau wanita) memiliki 24 tulang rusuk (12 pasang). Hal ini pertama
kali dikemukakan oleh vesalius pada 1543 untuk menyelesaikan kontroversi yang terjadi
pada saat itu.

Tulang rusuk manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu 7 pasang tulang sejati yakni tulang
rusuk yang ujungnya bertemu di dada. Bagian yang kedua adalah 3 pasang tulang rusuk
palsu, yakni tulang rusuk yang ujungnya melekat pada tulang rusuk di atasnya. Bagian
yang ketiga yaitu 2 pasang tulang rusuk melayang, yakni tulang rusuk yang tidak bertemu
ujungnya dan tidak melekat pada rusuk di atasnya.
B.Definisi

Patah tulang rusuk adalah cedera umum yang terjadi ketika salah satu tulang rusuk
mengalami patah atau retak.penyebab paling umum kondisi ini adalah trauma
(benturan) dada,seperti akibat jatuh,Kecelakaan kendaraan bermotor, atau benturan saat
berolahraga.

Banyak kondisi tulang rusuk patah yang hanya retak.Meskipun hanya retak,
Kondisinya tetap menyakitkan sekalipun potensi bahayanya tidak sebesar tulang rusuk
yang patah menjadi beberapa bagian. Ujung tulang patah yang bergerigi dapat merusak
pembuluh darah utama atau organ dalam, seperti paru-paru.

Dalam kebanyakan kasus, patah tulang rusuk biasanya sembuh dengan sendirinya
dalam satu atau dua bulan.Tulang rusuk melindungi organ dalam, terutama paru-paru.
Untuk itu, mengatasi nyeri yang tepat saat kondisi patah tulang rusuk menjadi hal yang
penting agar anda tetap bernafas dalam-dalam dan menghindari komplikasi paru seperti
pneumonia.

C.klasifikasi

1) Osteoporosis Memiliki osteoporosis, penyakit dimana tulang kehilangan


kepadatannya, dapat mnyebabkan Anda lebih rentan terhadap patah tulang .
2) Partisipasi dalam olahraga. Berpartisipasi dalam olahraga kontak, seperti hoki
atau sepak bola, dapat meningkatkan risiko mengalami cedera yang berisiko
terhadap patahnya tulang rusuk.
3) Jejas (lesio) kanker pada tulang rusuk. Jejas kanker dapat melemahkan tulang,
sehingga dapat menyebabkannya lebih rentan terhadap kerusakan atau patah.

D.Etiologi

Patah tulang rusuk paling sering disebabkan oleh bebnturan langsung, seperti
dampak dari kecelakaan bermotor, jatuh, kekerasan pada anak, atau benturan saat
berolahraga. Tulang rusuk juga dapt retak akibat trauma berulang dari olahraga seperti
golf dan mendayung atau dari batuk parah dan berkepanjangan.

E.Patofisologi

Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum
tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan
tulang, dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal
medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi
fraktur.Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit.Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk busa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang
pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang
mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkan dilatasi kapiler di
otot,sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot
yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf,
yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportemen.

F.Manifestasi klinis

Gejala umum dari patah tulang rusuk adalah nyeri yang berhubungan dengan patah
tulang, Gejala patah tulang rusuk biasanya terjadi atau memburuk ketika Anda:

● Mengambil napas dalam-dalam

● Menekan area yang luka

● Menekuk atau memutar tubuh

Jika anda tidak dapat bernafas dengan normal karena cedera, Anda bisa:

● Merasa sesak napas

● Merasa cemas, gelisah, atau takut

● Merasa pusing, lelah, atau mengantuk

G. Komplikasi

Tidak seperti tulang rusuk yang retak, tulang rusuk yang benar-benar patah bisa
melukain pembuluh darah dan organ internal. Risiko meningkat sesuai dengan jumlah
tulang rusuk yang patah. Komplikasinya bervariasi tergantung pada tulang rusuk yang
patah. Kemungkinan komplikasinya meliputi :

1) Merobek atau menusuk aorta. Setelah mengalami patah menyeluruh disalah satu
dari tiga tulang rusuk pertama pada bagian atas tulang rusuk Anda, Ujung yang
tajam dari tulang rusuk yang patah dapat merobek aorta atau pembuluh darah besar
lainnya.
2) Menusuk paru. Ujung bergerigi dari tulang rusuk tengah yang patah bisa menusuk
paru-paru dan menyebabkannya kolaps.
3) Mengoyak limpa, hati atau ginjal. Dua tulang rusuk bagian bawah jarang patah
karena lebih fleksible dari pada tulang rusuk atas dan tengah, yang berlabuh ke
dada. Tetap jika Anda mengalami patah tulang rusuk bagian bawah, ujung yang
patah dapat menyebabakan kerusakan serius pada limba, hati atau ginjal.

H.Pemeriksaan penunjang

1) X-ray. Dengan menggunakan radiasi tingkat rendah, X-ray membuat tulang-tulang


menjadi tampak. Namun X-ray sering bermasalh dalam mengungkap patah tulang,
terutama jika tulang tersebut hanya retak. X-ray juga membantu dalam
mendiagnosis kolaps paru-paru.
2) CT scan. Kondisi ini sering kali dapat mengungkap kondisi patah tulang yang
terlewatkan oleh X –ray. Cedera pada jaringan lunak dan pembuluh darah juga
lebih mudah untuk dilihat pada CT scan. Teknologi ini mengambil X-ray dari
berbagai sudut dan menggabungkannya untuk menghasilkan gambar irisan
penampang struktur dalam tubuh.
3) MRI. Tes ini dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak dan organ disekitar
tulang rusuk untuk menetukan apakah ada kerusakan. Ini juga dapat membantu
dalam deteksi patah tulang rusuk yang lebih halus. MRI menggunakan magnet kuat
dan gelombang radio untuk memproduksi gambar penampang.
4) Scan tulang. Teknik ini baik untuk melihat stres retakan, dimana tulang ratak
setelah trauma berulang-seperti akibat batuk berkepanjangan. Dalam scan tulang,
sejumlah kecil bahan radioaktif disuntikan kedalam aliran darah Anda. Bahan
radioaktif tersebut berkumpul ditulang, terutama ditempat-tempat dimana tulang
melakukan penyembuhan, dan dideteksi oleh scanner.

I. Penatalaksanaan

Terapi:

a. Nyeri biasanya berkurang dengan analgesik oral, seperti :Hidrokodon atau kodein
dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen setiap 4 jam.

b. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur iga.

1) Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan disekitar n.


Interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga diatas dan dibawah yang
cidera.
2) Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan prosesus
spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostales dan parenkim
paru.

c. Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi pernafasan.
Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat memberikan rasa
nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya bernapas dalam dan
panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi, retensi secret, dan pnemonia.

Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot
merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih hebat, Perawatan
rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri, penanganan batuk,
pengisapan endotrakeal.

1) Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)


2) Fraktur >2 iga :waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3) Penatalaksanaan pada fraktur iga multipe tanpa penyulit pneumotoraks,
hemototoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah :
• Analgetik yang adekuat (oral/iv/intercostal block)
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala :Hb, Ht,Leko, Tromb, dan analisis gas darah
• Cek Foto Ro berkala.

J. Pencegahan

Langkah-langkah berikut dapat membantu Anda mencegah patah tulang rusuk :

1) Lindungi diri Anda dari cedera atletik. Memakai alat pelindung ketika bermain
olahraga kontak (contact sports)
2) Mengurangi risiko jatuh dirumah. Menyingkirkan benda-benda yang dapat
menyebabkan tersandung dari lantai dan merapikan mainan segera, gunakan alas
karet dikamar mandi, mengatur pencahayaan rumah Anda, dan menempatkan
skidproof pada karpet dan permadani untuk mencegah Anda tergelincir.
3) Memperkuat tulang. Memperoleh asupan kalsium yang cukup dari makanan
Anda sangatlah penting untuk menjaga tulang yang kuat. Milikilah sekitar 1.200
miligram kalsium setiap hari dari makanan dan suplemen.
K. Penyimpanan KDM

Fraktur rusuk

Trauma/benturan karena kecelakaan Hematoraks

Fraktur

Ekspensi paru

Terganggunya neurosensorik

Gangguan Ventilasi

Terjadinya proses penghantaran nyeri

Bersihan jalan napas tidak


Nyeri di persepsikan di korteks serebri efektif

Stimukus di hantarkan ke organ target

Organ target merespon stimulus nyeri

Nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL :FRAKTUR RUSUK DI RSUD
TENRIAWARU
KABUPATE BONE
TANGGAL 12-15 JUNI 2020

OLEH :

MUSFIRAWATI
NIM : 12201812

AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU BONE

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN

DENGAN FRAKTUR RUSUK


1.PENGKAJIAN

A. BIODATA KLIEN

Nama :Tn.D

Umur :48 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Agama :Islam

Alamat :Barebbo

Status :Kawin

Suku/bangsa :Bugis

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Sopir travel

Tanggal MRS :12 juni 2020

Tanggal pengkajian/jam :12 juni 2020/10.00 wita

Diagnosa medis :Fraktur rusuk

B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB

Nama :Ny K

Umur :45 tahun

Alamat :Barebbo

Hubungan dengan klien :Istri

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama:

Nyeri

P : Nyeri terjadi akibat adanya cedera


Q : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk

R : Pasien mengatakan nyeri terjadi pada daerah dada

S : Nyeri skala 7 (berat)

T : Pasien mengatakan nyerinya 5-10 menit

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tn. D (48 tahun) dibawa penolong dan keluarganya kerumah sakit karena mengalami
kecelakaan bermobil.pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan
dada korban membentur stir mobil,dan ada bengkak dan jejas dibagian dada pasien.
kurang lebih 1 jam SMRS pasien sadarkan diri dan diakui mengalami muntah darah
secara tiba-tiba sebanyak 1kali . Penolong dan keluarga pasien mengatakan pasien
bernapas cepat (sesak).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga mengatakan pasien sudah beberapa kali mengalami kecelakaan tetapi


belum pernah separah ini sampai mengalami penurunan kesadaran serta pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun.

III. RIWAYAT KELUARGA

G.I

G.II
? ? ? ? ? ?

vG.III 48 45 ?

G.IV
20 18
Ket :

: Laki-laki :Hub. Dengan klien

: Perempuan ...... : Tinggal serumah

? : Umur tidak diketahui

: Klien

: Meninggal

GI :Kakek dan nenek klien sudah meninggal karena faktor usia

GII :Kedua orang tua klien sudah meninggal karena faktor usia

GIII :Klien anak kedua dari dua bersaudara dan istri klien masih hidup dan dalam
keadaan sehat

GIV :klien memiliki dua anak kandung dalam keadaan sehat

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

A. Pola Konsep Diri

1. Citra Diri : Pasien sadar bahwa sudah mengalami kecelakaan

2. Ideal Diri : Pasien berharap cepat sembuh dan beraktifitas seperti biasa

3.Harga Diri : Pasien mengatakan dihargai oleh keluarga dan lingkungan


sekitarnya

4. Peran Diri : Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga

5. Identitas Diri : Pasien seorang laki-laki, pasien sudah menikah dan memiliki
anak

B. Pola Kognitif : Pasien mampu mengingat sebelum masuk RS

C. Pola Koping : Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam keluarga pasien

D. Pola Interaksi :Pasien mampu berinteraksi dengan perawat dan dokter

V. RIWAYAT SPRITUAL

A. Ketaatan klien dalam beribadah dan menjalankan kepercayaanya :


Sebelum sakit pasien rajin melakukan sholat/ saat sakit pasien tidak dapat melakukan
sholat

B. Support system dalam keluarga :

Keluarga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien

C. Ritual yang biasa dijalankan klien :

Klien berdoa sebelum makan

VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum klien : Compos mentis

1. Tanda-tanda stres :Cemas

2. Penamopilan dihubungkan dengan usia : Pasien berpenampilan sesuai dengan


usianya

3.Ekspresi wajah : Meringis

Bicara : Pasien berbicara kurang jelas

Mood : Pasien kurang mood

4. Berpakaian dan kebersihan diri : Pasien berpakaian bersih

5. TB : 160 cm

BB : 55

Gaya berjalan : Pasien tidak mampu berjalan

B. Tanda-tanda Vital

1. Vital sign

TD : 120/80 mmHg S : 38,7c

N : 80x/menit P : 35x/menit

2. Antropometri

1. BB : 55

2. TB : 160

3. LILA : 24 cm

4. Lingkar kepala
C. Sistem respirasi

1. Hidung

Inspeksi :bentuk simetris,pernapasan cuping hidung,penggunaan otot-otot


pernapasan

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

2. Leher

Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan

3. Dada

Inspeksi :Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan dinding
dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan .

Palpasi :Terdapa t nyeri tekan dan ada pembengkakan

Auskultasi :Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit

Perkusi :Snoring

D. System kardiovaskuler

Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda sianosis,Tidak ada edema

Auskultasi : Tidak ada suara bising aorta

Palpasi :Tidak ada edema

E. System Gastrointestinal

1. Mulut

Inspeksi :Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir

2. Abdomen

Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada jejas

Palpasi :ada nyeri tekan pada supra publik

Auskultasi :Bising usus normal 12x/menit

Perkusi :Tympani

3. Anus
Inspeksi : Tidak dikaji

F. System pengideran

1. Mata

Inspeksi :Anemis sklera anikterik, bentuk simetris

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

2. Telinga

Inspeksi :Bentuk semetris, terdapat darah

Palpasi :Ada lesi dan nyeri tekan

G. System Integumen

1. Rambut

Inspeksi :Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

2. Kulit

Inspeksi : Warna kulit sianosis lembab, tidak ada lesi pada kulit tidak ada erupsi

Palpasi : Turgor kulit baik

3. Kuku

Inspeksi : Warna kuku putih, bentuk kuku clubbing, kuku mudah patah,
kebersihan kuku baik.

H. System Neurologis

1. Fungsi serebrai

a. Status mental :

Orentasi : Pasien mampu menyebutkan tempat waktu dan orang yang


menemaninya RS

Daya ingat : Pasien tidak mampu mengingat masuk RS

Perhatian dan perhitungan : Klien mampu memperhatikan perawat pada saat


pengkajian serta mampu menyebutkan angka

Bahasa : Pasien mampu berbahasa bugis dan berbahasa


indonesia
b. Kesadaran

Eye :4 Membuka mata secara spontan

Motorik : 6 Mengikuti perintah perawat

Verbal : 5 Orientasi penuh

c. Bicara

Ekspresive : Ekspresi wajah pasien sesuai dengan apa yang klien katakan

Resiptive : Pasien sangat antusias dalam menjawab pertanyaan perawat

2. Fungsi cranial

a. Nervus I (Olpactorius) :Pasien mampu membedakan aroma yang berbeda/


busuk/ harum.

b. Nervus II (Optikus) : Pasien mampu melihat benda yang bersinar dari depan,
samping, dan belakang.

c. Nervus III, IV, (Okulomotorius, Troclearis, Abdosen) : Pasien mampu


menggerakkan bola matanya ke 4 arah yakni, kanan, kiri, atas, bawah, pupil
mata tidak mengalami perubahan.

d. Nervus VI (Tregeminus) : Pasien refleks mengedipkan mata pada saat diberi


rangsangan pada ujung konjungtiva serta pasien
dapat mengunyah dengan baik

e. Nervus VII (Facialis)

Sensorik : Pasien mampu mengejutkan wajahnya

Otonom : Produksi saliva pasien

Motorik : Pasien dapat mengangkap alis

f. Nervus VIII (Auditorius) : Pasien dapat mendengar dentingan jam tangan yang
ada didekatnya.

g. Nervus IX (Glossofarngeus) : Pasien dapat membedakan rasa asin dan manis

h. Nervus X (Vagus) : Kemampuan menelan baik.

i. Nervus XI (Hipoglossus) : Pasien mampu mengerakkan lidahnya keluar serta


mampu menggerakkan kearah kiri, kanan atas, kanan, lidah, berwarna pink
j. Nervus XII (Hipoglosus) : Pasien mampu menjulurkan dan menunjukkan lidah
pada garis tengah, kemudian dari sisi ke sisi.

3. Fungsi motorik

a. Massa otot :Tdak ada artropi

b. Tonus otot : Baik

c. Kekuatan otot : Ektramitas otot kanan/kiri nilai 5

4. Fungsi sensorik

a. Suhu : Pasien mampu membedakan rasa dingin dan hangat saat


diberi rangsangan

b. Nyeri : Pasien mampu merasakan nyeri pada lengan saat diberi


rangsangan

c. Getaran posisi : Pasien mampu merasakan getaran terjadi

5. Fungsi Cereberium

a. Koordinasi : Pasien dapat menunjukkan mata/hidung

b. Keseimbangan : Pasien mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya.

6. Refleks

a. Ekstremitas atas : R. Bisep : Sedikit fleksi (+)

R. Trisep : Sedikit ekstensi (+)

b. Ekstremitas bawah : R. Patella : Sedikit fleksi (+)

R. Babinski : Sedikit ekstensi (+)

7. Iritasi meningan :

a. Kaku kuduk : Pasien Mampu menyentuh dada secara mandiri

b. Lasaque sign : Pasien mampu mengangkat kakinya dan tanganya

c. Kernig sign : Positif

d. Brudzinki sign : Positif

I. Sistem Muskuloskeletal

Inspeksi

a. Kepala
- Bentuk kepala : Mesosepal

- Gerakan : Pasien dapat menggerakkan kepalanya depan dan belakang

b. Vertebrae

- Bentuk. : Lordosis

- Gerakan. : Baik

- ROM. : Aktif

c. Pelvis

- Gaya jalan. : Baik

- Gerakan. : Baik

- ROM. : Aktif

d. Lutut

- Bengkak. : Tidak

- Kaku. : Tidak

- Gerakan. : Pasien dapat menggerakkan lututnya depan dan belakang

e. Kaki

- Bengkak. : Tidak

- Gerakan. : Pasien dapat menggerakkan kakinya

- Kemampuan berjalan : Pasien dibantu oleh keluarganya

J. Sistem Urinaria

Inspeksi

1. Odema Palpebra : Tidak ada

- Moon face : Tidak ada gejala

- Odema anasarka :Tidak ada

2. Keadaan kandung kemih : Normal

3. Gejala noctoria : Pasien tidak mengalami noctoria

4. Dysuria : Pasien tidak mengalami dysuria

5. Penyakit hub. Seksual : Tidak ada


K. Sistem Reproduksi

1. Wanita :–

2. Laki-laki : Tidak dikaji

L. Sistem Imun

Inspeksi

- Allergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia) : Tidak ada


- Penyakit yang berhubungan dengan cuaca : flu :Tidak

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI

NO Jenis Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit


1. Nutrisi
a. Selera makan Baik Kurang baik
b. Menu makan dalam 24 Nasi + sayur + ikan Bubur +sayur
jam
c. Frekuensi makan dalam 3x1 dihabiskan 3x1 tidak dihabiskan
24 jam
d. Makanan yang disukai Semua makanan Tidak ada
dan makanan pantangan - -
e. Pembatasan pola makan Tidak Tidak
f. Cara makan (bersama klg, Tangan dan sendok Sendok
alat makan yang
digunakan)
g. Ritual sebelum makan Berdoa Berdoa
2. Cairan
a. Jenis minuman yang di Teh, air putih, sirup Air putih
komsumsi
b. Frekuensi minum (cc) 8 gelas/hari 5 gelas cairan Rl 200 ml
c. Kebutuhan cairan dalam 200 ml 200 ml
24 jam
3. Eliminasi
a. Bab
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi 2x1 2x1
3. Konsistensi Lembek Lembek
4. Warna Coklat Coklat
5. Kesulitan dan cara Tidak ada Tidak ada
menanganinya
b. Bak
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi 2-5x/hari 4-5x/hari
3. Warna Kuning Kuning
4. Bau Amonia Amonia
4. Istirahat dan tidur
a. Apakah cepat tidur Iya Iya
b. Jam tidur siang 13.00-15.00 12.00-14.30
c. Jam tidur malam 21.00-05.00 21.00-05.00
d. Apakah ada kesulitan Tidak ada Kebiasaan pengganti tidur
tidur
e. Kebiasaan sebelum tidur Berdoa Berdoa
f. Apakah tidur rutin Tidak Iya
5. Olahraga
a. Program olahraga Tidak ada Tidak ada
tertentu
b. Jenis berolahraga Tidak ada Tidak ada
c. Berapa lama berolahraga Tidak ada Tidak ada
d. Perasaan setelah Tidak ada Tidak ada
berolahraga
6. Rokok/Alkohol dan obat-
obatan
a. Apakah merokok Tidak Tidak
b. Berapa banyak Perhari Tidak Tidak
c. Kapan mulai merokok Tidak Tidak
d. Apakah minum alkohol Tidak Tidak
e. Berapa banyak alkohol Tidak Tidak
perhari
f. Apakah kecanduan teh, Tidak Tidak
kopi, minuman ringan
g. Apakah mengkomsumsi Tidak Tidak
obat dari dokter
7. Personal Hygine
a. Frekuensi mandi 2x1/hari Tidak
b. Cuci rambut 2x1/hari Tidak
c. Gosok gigi 2x1/hari Tidak
d. Gunting kuku 1x seminggu Tidak
e. Kesulitan Tidak ada Sakit
8. Aktivitas/mobilitas
a. Kegiatan sehari-hari Sopir trevel Tidak ada
b. Pengaturan jadwal harian Senin-sabtu Tidak ada
c. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
untuk aktivitas
d. Kesulitan penggerakan Tidak ada Lemas
tubuh
9. Rekreasi
a. Bagaimana keadaan anda Senang dan capek Tidak ada
saat bekerja
b. Berapa banyak waktu 1 hari Tidak ada
luang
c. Jenis rekreasi Liburan tempat wisata Tidak ada
d. Perasaan saat rekreasi Senang Tidak ada
DATA FOKUS

Nama :Tn.D Diagnosa : Fraktur rusuk

Umur :48 tahun Hari/Tanggal :Jumat,12 juni 2020

Jenis kelamin :Laki-laki

Data Subjektif Data Objektif


- Penolong mengatakan ada bengkak dan - Tampak ada bengkak dan jejas didada
jejas dibagian dada pasien pasien
- Penolong mengatakan dada pasien - pengkajian PQRST Region :Tampak ada
membentur stir bengkak dan jejas didada pasien sebelah
- Penolong dan keluarga pasien kiri
mengatakan pasien muntah darah - Suara napas ngorok
sebanyak 1 kali - Terdapat lendir dan gumpalan darah di
- Penolong dan keluarga pasien mulut pasien
mengatakan pasien bernapas cepat - Frekuensi napas 35x/menit
(sesak) - Pasien meringis
- TD : 120/80 mmHg
-S :38,7c
-N :80x/menit
-P :35x/menit

P : Nyeri terjadi akibat adanya cedera


Q : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri terjadi pada
daerah dada
S : Nyeri skala 7 (berat)
T : Pasien mengatakan nyerinya 5-10 menit
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS: Nyeri Trauma/benturan karena kecelakaan
- Penolong
mengatakan
ada bengkak
dan jejas Fraktur
dibagian dada
pasien
- Penolong
mengatakan Terganggunya neurosensorik
dada pasien
membentur
stir
DO: Terjadinya proses penghantaran nyeri
- Tampak ada
bengkak dan
jejas didada
pasien Nyeri di persepsikan di korteks serebri
- pengkajian
PQRST
Region
:Tampak ada Stimukus di hantarkan ke organ target
bengkak dan
jejas didada
pasien sebelah
kiri Organ target merespon stimulus nyeri
P : Nyeri terjadi
akibat adanya
cedera
Q : Pasien Nyeri
Nyeri
mengatakan
nyeri terasa
seperti
tertusuk-tusuk
R : Pasien
mengatakan
nyeri terjadi
pada daerah
dada
S : Nyeri skala 7
(berat)
T : Pasien
mengatakan
nyerinya 5-10
menit
2. DS: Bersihan jalan Hematoraks
- Penolong dan napas tidak efektif
keluarga
pasien
mengatakan
pasien muntah
darah
sebanyak 1
kali
- Penolong dan Ekspensi paru
keluarga
pasien
mengatakan
pasien
bernapas cepat
(sesak) Gangguan ventilasi

DO:
- Suara napas
ngorok
- Terdapat
lendir dan
gumpalan Bersihan jalan napas tidak efektif
darah di mulut
pasien
- Frekuensi
napas
35x/menit
- TD : 120/80
mmHg
-S :38,7c
-N :80x/menit
-P :35x/menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI

NO Diagnosa/masalah
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosis keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keprawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan kondisi intervensi keperawatan
muskuloskeletal kronis selama 3x24 jam maka 1.Identifikasi
DS: tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,dura
- Penolong mengatakan dengan kriteria hasil: si,frekuensi,kualitas,inte
ada bengkak dan jejas - Keluhan nyeri nsitas nyeri
dibagian dada pasien menurun 2.Identifikasi skala nyeri
- Penolong mengatakan
dada pasien membentur Terapeutik:
stir sebelum mengalami
penurunan kesadaran 3.Berikan teknik
- nonfarmakologis untuk
DO: mengurangi rasa nyeri
- Tampak ada bengkak (akupresur).
dan jejas didada pasien
- pengkajian PQRST Edukasi
Region :Tampak ada
bengkak dan jejas 4.Jelaskan
didada pasien sebelah penyebab,periode,dan
kiri pemicu nyeri
- pasien meringis 5.Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

Kolaborasi

6.Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu

2. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Observasi:


efektif berhubungan intervensi keperawatan
dengan hipersekresi jalan selama 3x24 jam 1.Monitor pola
napas diharapkan tingkat nyeri napas(frekuensi,kedala
DS: menurun dengan kriteria man,usaha napas)
- Penolong dan keluarga hasil: 2.Monitor bunyi napas
pasien mengatakan -Ekspetasi meningkat tambahan
pasien muntah darah
sebanyak 1 kali Terapeutik:
- Penolong dan keluarga
pasien mengatakan 3.Pertahankan kepatenan
pasien bernapas cepat jalan napas dengan
(sesak). head-tilt(jaw-thrust jika
DO: curiga trauma servikal)
- Suara napas ngorok 4.Posisikan semi-fowler
- Terdapat lendir dan atau fower
gumpalan darah di
mulut pasien Edukasi:
- Frekuensi napas 5.Anjurkan asupan cairan
35x/menit 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi:

6.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mulkolitik,
jika perlu.
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N DIAGNOSIS HARI/ WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI


O TANGGAL
1 Nyeri kronis Jumat,12 13.00 1.Mengidentifikasi 17.00
juni 2029 lokasi,karakteristi S:Penolong
k,durasi,frekuensi mengatakan ada
,kualitas,intensita bengkak dan jejas
s nyeri dibagian dada
pasien
H:Tindakan masih
berlanjut O:Skala nyeri
7(berat)
13.03 2.Mengidentifikasi Pasien meringis
skala nyeri
A:Masalah belum
H: Skala nyeri teratasi
7(berat)
P:Lanjutkan
3.Memberikan intervensi
13.05 teknik 1.Mengidentifikasi
nonfarmakologis lokasi,karakteristi
untuk k,durasi,frekuensi,
mengurangi rasa kualitas,intensitas
nyeri (akupresur). nyeri
2.Mengidentifikasi
H:Tindakan masih skala nyeri
berlanjut 3.Memberikan
teknik
4.Menjelaskan nonfarmakologis
13.07 penyebab,periode untuk mengurangi
,dan pemicu nyeri rasa nyeri
(akupresur).
H:Pasien dan 4.Menjelaskan
keluarga pasien penyebab,periode,
sudah mengerti dan pemicu nyeri
beberapa 5.Menganjurkan
penjelasan yang memonitor nyeri
diberikan secara mandiri
6.Mengkolaborasi
5.Menganjurkan pemberian
13.09 memonitor nyeri analgetik,jika
secara mandiri perlu

H:Pasien belum
mampu
memonitor rasa
nyeri yang
dirasakan
13.11
6. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik,jika
perlu

H:Sudah
terlaksanakan

2 Bersihan jalan 20.00 1.Memonitor pola 23.00


napas tidak napas(frekuensi,k S:keluarga pasien
efektif edalaman,usaha mengatakan
napas) pasien masih
bernapas cepat
H:Tindakan masih (sesak).
berlanjut
0:Frekuensi napas
20.03 2.Memonitor bunyi 35x/menit
napas tambahan
A:Masalah belum
H: Suara napas teratasi
ngorok
P:Lanjutkan
20.05 3.Mempertahankan intervensi
kepatenan jalan
napas dengan 1.Memonitor pola
head-tilt(jaw- napas(frekuensi,ke
thrust jika curiga dalaman,usaha
trauma servikal) napas)
20.07 4. Memposisikan 2.Memonitor bunyi
semi-fowler atau napas tambahan
fower 3.Mempertahankan
5. Menganjurkan kepatenan jalan
20.10 asupan cairan napas dengan
2000ml/hari, jika head-tilt(jaw-
tidak thrust jika curiga
kontraindikasi trauma servikal)
6. Mengkolaborasi 4. Memposisikan
20.14 pemberian semi-fowler atau
bronkodilator, fower
ekspektoran, 5. Menganjurkan
mulkolitik, jika asupan cairan
perlu. 2000ml/hari, jika
tidak
H:Tindakan masih kontraindikasi
berlanjut 6. Mengkolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mulkolitik, jika
perlu.

Anda mungkin juga menyukai