Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir
manusia misalnya, manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat dibutuhkan
oleh manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain segi positif timbul
pula segi negatif misalnya dengan alat tranportasi yang digunakan untuk
beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan,salah satu contohnya adalah fraktur
pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada dada.Trauma dada adalah
abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang
mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal
baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system
pernafasan. Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi
yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea,
takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan
cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah, hypertympani pada perkusi di
atas daerah yang sakit dan ada jejas pada thorak.
Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses
kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga
pasien. Selain itu perawat harus dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat
dalam menangani pasien dengan penyakit trauma dada.Dari data diatas penulis
tertarik mengangkat kasustrauma dada, karena peran dan fungsi perawat dalam
merawat pasien trauma dada sangat penting, selain trauma dada itu berbahaya,
bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ serta
terganggunya pada sistem sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam
kasus trauma dada ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik
maupun psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Flail
Chest serta mengetahui konsep medis dari Flail Chest.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab,
klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan,serta proses keperawatan yang akan dijalankan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Flail Chest.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang
diperlukan pada pasien yang dirawat dengan Flail Chest.
4. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Flail Chest.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian Flail Chest
Flail chest terjadi ketika dua atau lebih kosta yang berurutan mengalami
fraktur pada dua atau lebih tepat atau ketika sternum lepas. Sekmen yang patah
kehilangan kontinuitas dengan dinding dada dan mengakibatkan perubahan tekanan
intra torakal melalui gerakan para doksal. Gerakan para dosal dapat diartikan
sebagai pegerakan segmen flail berlawanan dinding dada yang utuh. Pada waktu
inspirasi, segmen yang patah bergerak kedalam, walaupun normalnya bergerak
keluar, saat ekspirasi segmen yang patah akan terdorong keluar. Sering kali segmen
yang oatah tidak terlihat pada awalnya, ditemukan ketika pasien kelelahan akibat
peningkatan kerja pernapasan. Kerja pulmonal terganggu akiibat flail chest akan
tetapi gangguan akibat cedera pulmonal dibawah nya lebih signifikat.
Tabel keuntungan dan kerugian autotranfusi
Keuntungan Kerugian
Tersedia dengan cepat terbatas untuk luka tidak
Tidak ada ketakutan terkontaminasi
Ketidak cocokan memerlukan perawatan khusus
Tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dan operator yang terlatih
dengan darah yang tersimpan (hiperkalemi, tidak dapat di gunakan pada luka
hipokalemi, asidosis metabolik) yang terjadi > 4-6 jam
Darah sesuai dengan temperatu tubuh,
hipotermi sekunder minimal
Mungkin dapat di terima pada pasien dengan
kepercayaan tertentu untuk tranfungsi darah

3
2.1.2 Etiologi
Flail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:
1. Trauma Tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur
costa antara lain: Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki,
jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada lantai yang keras atau akibat
perkelahian.
2. Truma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka
tusuk dan luka tembak
3. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan
yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh
karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur,seperti pada
gerakan olahraga: Lempar martil, soft ball, tennis, golf.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnosa flail
Chest adalah:
1. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu
pada saat inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar.
Keadaan ini tidak akan tampak pada klien yang menggunakan
ventilator.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Sianosis
5. Akral dingin
6. Wajah pucat
7. Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan
parenkim paru.
8. Nyeri dada dan krepitasi tulang

4
9. Distres respirasi : dispnea, takipnea, dan kegagalan respirasi mungkin
terjadi
10. Hemathoraks dan pneumothoraks
11. Pergerakan dinding dada asimetri atau pergerakan para dosal
12. Kemungkinan enfisema subkutan
Biasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan terbatasnya
gerak pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan paradoksal flail chest yang
ada akan tertutupi. Pada mulanya, penderita mampu mengadakan kompensasi terhadap
pengurangan cadangan respirasinya. Namun bila terjadi dan penurunan daya
pengembangan paru-paru akan terjadi anoksia berat, hiperkapnea, dan didapat akral
dingin positif dan wajah yag pucat karena oksigen aliran darah ke daerah perifer
berkurang akibat penurunan ekspansi paru..Pada pasien flail chest akan didpat nyeri
yang hebat karen terputusnya inegritas jaring

2.1.4 Anatomi Fisiologi


Tulang rib atau iga atau Os costae jumlahnya 12 pasang (24 buah), kiri
dan kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan
perantaraan tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas
vertebra torakalis dengan perantaraan persendian. Perhubungan ini
memungkinkan tulang-tulang iga dapat bergerak kembang kempis menurut
irama pernapasan.
Tulang iga dibagi tiga macam:
1. Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang, berhubungan langsung
dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
2. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang,
berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari
tulang iga sejati ke- 7.
3. Tulang iga melayang (os kosta fluitantes), banyaknya dua pasang, tidak
mempunyai hubungan dengan tulang dada.
Tulang-tulang ini berfungsi dalam sistem pernapasan, untuk melindungi
organ paru-paru serta membantu menggerakkan otot diafragma didalam

5
proses inhalasi saat bernapas. Setelah tulang iga terdapat lapisan otot
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding
anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan
muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior
dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk
lipatan/plika aksilaris posterior.
Setelah lapisan otot. Rongga dada berisi organ vital paru dan jantung,
pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi
karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma,
yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan bronkus.
Paru-paru dilapisi oleh Pleura. Lapisan ini adalah membran aktif yang
disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan
cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura
visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke
hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang
melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi
paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru
normal, hanya ruang potensial yang ada.
Rongga toraks dibentuk oleh suatu kerangka dada berbentuk cungkup yang
tersusun dari tulang otot yang kokoh dan kuat, namun dengan konstruksi
yang lentur dan dengan dasar suatu lembar jaringan ikat yang sangat kuat
yang disebut Diaphragma. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari
bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari
lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo
sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah
mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut
berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa / tenang sekitar
75%.

6
2.1.5 Patofisiologi
Flail chest, adanya patahan pada dua segmen koste atau lebih akan
mengganggu keseimbangan dalam pernafasan. Ketika segmen thorak
mengembang bebas, maka patahan itu akan terdorong bebas ke dalam oleh
tekanan atmosfer, yang mengurangi kemampuan paru untuk berekspansi
maksimal pada saat inspirasi. Akibatnya jumlah oksigen yang masuk dalam paru
akan mengalami penurunan, jika hal ini terjadi, selanjutnya peredaran oksigen
dalam darah akan menurun.
Pada saat ekspirasi, tekanan paru yang meningkat akan mendorong udara
keluar paru, tapi segmen kostae yang telah patah akan menonjol keluar sehingga
kesanggupan sangkar toraks mendorong udara keluar dari paru akan berkurang.
Hal ini juga disebabkan karena sebagian karbondioksida pada paru yang tidak bisa
dihembuskan keluar, masuk kedalam paru yang menonjol pada daerah flail chest.
Karbondioksidapun terakumulasi pada bagian yang fraktur dan volume
udara ekspirasi berkurang.Terakumulasinya karbondioksida pada paru
mengakibatkan suatu keadaan asidosis respiratori. Pada pasien flail chest,pada
saat inspirasi, paru-paru akan menggencet jantung, membatasi pompa
jantungsehingga CO menurun dan aliran darah ke seluruh tubuh menjadi
berkurang.Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang
sangat mudah terkena tumbukan luka .karna dada merupakan tempat jantung ,paru
dan pembuluh darah besar .trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman
kehidupan .luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan
untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen
darah .bahaya utama berhubungan denga luka dada berupa pendarahan dalam dan
tusukan terhadap organ luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil
dan goresan yang dapat menghancurkan atau terjadi trauma penetrasi .luka dada
berupa penetrasi atau non penetrasi (tumpul).luka dada penetrasi mungkin
disebabkan oleh luka dada yang terbuka , memberi kesempatan bagi udara
atmosfir masuk kedalam permukaan pleura dan mengganggu mekanisme ventilasi
normal . luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru,kantung
dan struktur thorak lain

7
2.1.6 Komplikasi
Gagal nafas yang disebabkan oleh adanya ineffective air movement
(Tidak efektifnya pertukaran gas), yang seringkali diperberat oleh
edema/kontusio paru, dan nyeri.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah
1. Rontgen Standar

8
a. Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan
jumlah dan tipe costae yang mengalami fraktur
b. Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma
tumpul thoraks, adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks,
dan kontusio pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan
gambaran fraktur kosta.
2. EKG
3. Monitor laju nafas, Analisis Gas Darah (AGD)
4. Pulse Oksimetri

Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)


1. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun: Pemeriksaan analisis
gas darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan, juga
membantu dalam diagnosis Flail Chest. Terapi awal yang diberikan
termasuk pemberian ventilasi adekuat, oksigen yang dilembabkan dan
resusitasi cairan.
2. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
3. Hemoglobin : mungkin menurun.
4. Pa Co2 kadang -kadang menurun.
5. Pa O2 normal / menurun.
6. Saturasi O2 menurun (biasanya).
7. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan
8. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
simtomatik, observasi
Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavumpleuradengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan
continues suction unit.
9. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkanthorakotomi
10. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain
lebih dari 800 ccsegera thorakotom

9
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada
b. Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak
keluar
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Penatalaksanaan Operatif/invasif
a. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
b. Pemasangan alat bantu nafas
c. Chest tube
d. Aspirasi (thoracosintesis)
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
a) Miringkan pasien pada arah daerah yang terkena.
b) Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,
didasarkan pada kriteria:
a) Gejala contusio paru
b) Syok atau cedera kepala berat
c) Fraktur delapan atau lebih tulang iga
d) Umur diatas 65 tahun
e) Riwayat penyakit paru-paru kronis
h. Oksigen tambahan
Prosedur diagnostik
1. Radiografi dada dan ct-scan menunjukan fraktur costa atau sternal
2. Analisa gas darah (AGD) untuk menentukan status ventilasi
Intervensi trapetik
1. Lakukan manajemen dengan narkotik sistematik, blog syaraf inter costa, atau
blog epidural
2. Berikan oksigen tambahan untuk mempertahankan pO2 800-100 mmHg, monitor
oksimetri nadi secara continue

10
3. Intubasi endotrkheal dengan menggunakan ventilasi mekanik dan positive
nexpiratory pressure (PEEP)
4. Koreksi hipofolemia, berikan kristaloid intravena secara bijaksana karena
kemungkinan kontusio pulmonal dibawahnya
5. Pertimbangkan penepatan kateter arterial untuk pemeriksaan AGD frekuen
6. Persiapkan untuk rawat inap atau tindakan di fasilitas penanganan khusus
7. Antisipasi kemungkinan pembedahan untuk fiksasi internal segmen yang patah
8. Jangan lakukan stabilisasi pada segmen yang patah dengan menggunakan
sandbags, tetapi gunakan splinting dengan gulungan handuk yang dapat
memberikan keuntungan jika hal tersebut meningkatkan volumen kidal pasien.
Flail chest atau trauma thoraks adalah keadaan di mana beberapa atau
hampir semua tulang costae (iga) patah, biasanya di sisi kanan kiri dada yang
menyebabkan adanya pelepasan bagian depan dada sehingga tidak bisa lagi
menahan tekanan waktu inspirasi dan malahan bergerak kedalam waktu inspirasi.
(Brunner & Suddarth. 2000).
Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih
mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi
maka stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada
bila terjadi pada satu sisi (Brunner & Suddarth. 2000).
Flail Chest adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya
fraktur iga multipel berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented)
pada tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak
paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area
tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.
Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan
kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan
utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin
terjadi (kontusio paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan
gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri
saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Penyebab timbulnya hipoksia pada

11
penderita ini terutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada
yang tertahan dan trauma jaringan parunya.

2.2 Konsep Keperawatan Teoritis


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas
klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat
bernafas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh
klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu
posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri
tersebut.

12
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.
3. Pengkajian pasien dengan pendekatan per sistem dengan meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda :Takikardia, disritmi, irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah, tanda Homman, hipotensi/hipertensi ; DVJ.
c. Integritas ego
Tanda :Ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :Nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan,
tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda :Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
f. Pernapasan
Gejala :kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma,
penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial
menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda :Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau
tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada
tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental
ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik
tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala :adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h. Penyuluhan /pembelajaran

13
Gejala :riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
4. Pengkajian Sistem

B1 (Breath) Takipnea
Peningkatan kerja napas
Bunyi napas turun atau tak ada
Fremitus menurun
Perkusi dada hipersonan
Gerakkkan dada tidak sama
Kulit pucat
Sianosis
Berkeringat
Krepitasi subkutan
Mental ansietas
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
B2 (Bleed) Takikardia
Disritmia
Irama jantunng gallops
Nadi apical berpindah
Tanda Homman
Hipotensi/hipertensi
Distensi Vena Jugularis
B3 (Brain) Bingung
Gelisah
Pingsan
B4 (Blader) Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) Tidak ada kelainan
B6 (Bone) Perilaku distraksi
Mengkerutkan wajah.

3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

14
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.

4. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
a. Tujuan
Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
b. Kriteria hasil
1) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada
paru
2) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-
faktor tersebut
c. Rencana tindakan
1) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
2) Posisikan klien dada posisi semi fowler
3) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan
ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif
4) Minimalkan distensi gaster
5) Kaji pernafasan selama tidur
6) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea

15
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
a. Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
b. Kriteria hasil
1) Klien menyatajkan nyei berkurang
2) Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat
dengan tepat
3) Tekanan darah normal
4) Tidak ada peningkatan nadi dan RR
c. Rencana Tindakan
1) Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
3) Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas hiburan
4) Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
5) Jelaskanprosedu sebelum memulai
6) Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
7) Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi,
latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
8) Observasi tanda-tanda vital
9) Kolaborasi : pemberian analgetik

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang


bullow drainage.
a. Tujuan
Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
b. Kriteria hasil
1) Penyembuhan luka sesuai waktu
2) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

16
c. Rencana Tindakan
1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau
drainae
2) Monitor suhu tubuh
3) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang
menonjol
4) Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
5) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
6) Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
7) Kolaborasi pemberian antibiotik.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan


ketahan an untuk ambulasi dengan alat eksternal.
a. Tujuan
Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
b. Kriteria hasil
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2) Mempertahankan posisi fungsinal
3) Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
c. Rencana Tindakan
1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
2) Tinggikan ekstrimutas yang sakit
3) Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada
ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
4) Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur
ketika bergerak
5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

17
6) Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan
daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
7) Ubah psisi secara periodik
8) Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat,
semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat bernafas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas
(Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak
kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya.

Pengkajian pasien dengan pendekatan per sistem dengan meliputi :


a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda
Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

19
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher, bahu dan abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru
kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;
fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit
pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah,
pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.

3. Pengkajian Sistem
B1 (Breath) S:
Kesulitan bernafas
Batuk
O:
Takipnea
Peningkatan kerja napas
Bunyi napas turun atau tak ada
Fremitus menurun
Perkusi dada hipersonan
Gerakkkan dada tidak sama
Kulit pucat
Sianosis
Berkeringat
Krepitasi subkutan
Mental ansietas
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
B2 (Bleed) O:
Takikardia
Disritmia
Irama jantunng gallops
Nadi apical berpindah
Tanda Homman

20
D : hipotensi/hipertensi
Distensi Vena Jugularis
B3 (Brain) S:
Nyeri uni lateral
O:
Bingung
Gelisah
Pingsan
B4 (Blader) Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) Tidak ada kelainan
B6 (Bone) O:
Perilaku distraksi
Mengkerutkan wajah.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder..
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
4. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organism sekunder
terhadap trauma. Sumber :Diagnosa NANDA (2005)

Analisa Data
Data focus Problem Etilogi
DS : Ketidakefektifan pola nafas Sesak nafas
- biasanya Pasien
mengeluhkan napas
pendek
- biasanya Pasien
mengeluhkan sesak napas
- biasanya Pasien mengeluh
nyeri yang hebat dan
bertambah pada
setiap gerakan

21
DO :
 Pemeriksaan fisik :
-TD: 130/90 mmHg
-RR: 26 x/menit
-N : 120x/menit
 Penurunan fremitus
 Auskultasi
terdengar bunyi crackles
 Perubahan gerakan dada.
 Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi.
 Penurunan ventilasi
semenit.
 Penurunan kapasitas
vital.
 Napas dalam.
 Peningkatan diameter
anterior-posterior.
 Ortopnea.
 Fase ekspirasi yang lama.
 Pernapasan purset-lip.
 Kecepatan respirasi
 Rasio waktu.
DS : Gangguan rasa nyaman Nyeri dada
 Mengungkapakan secara
verbal / melaporkan
dengan isyarat.
DO :
 Gerakan menghindari

22
nyeri.
 Posisi menghindari nyeri.
 Perubahan autonomik
dari tonus otot.
 Perubahan nafsu makan
dan makan.
 Perilaku menjaga atau
melindungi.
DS :Kemunkinan pasien Hypertermi Infeksi saluran nafas
Mual
DO :Kulit memerah /odema
· Frekuensi napas
meningkat
· Takikardi
DS :Tidak mampu Imobilisasi
mobilisasi
O: tidak ada kekuatan

3.3 Intervensi Keperawatan


DX TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN
KRITERIA NIC NOC
DAN HASIL
1). Ketidak Setelah Mandiri : 1).Meningkatkan inspirasi
efektifan pola dilakukan 1).Berikan posisi maksimal, meningkatkan
pernapasan tindakan yang nyaman, ekpsnsi paru dan ventilasi
berhubungan keperawatan biasanya dnegan pada sisi yang tidak sakit.
dengan selama 3x24 jam peninggian · Observasi fungsi
ekspansi paru diharapkan kepala tempat pernapasan, catat frekuensi
yang tidak pasien tidur. Balik ke pernapasan, dispnea atau
maksimal dapat menunjuka sisi yang sakit. perubahan tanda-tanda vital.
karena n: Dorong klien 2). Pengetahuan apa yang
trauma. -Memperlihatkan untuk duduk diharapkan dapat
frekuensi sebanyak mengembangkan kepatuhan

23
pernapasan yang mungkin. klien terhadap rencana
efektive. 2). Jelaskan teraupetik.
-Mengalami pada klien · Pertahankan perilaku
perbaikan bahwa tindakan tenang, bantu pasien untuk
pertukaran gas- tersebut kontrol diri dengan
gas pada paru. dilakukan untuk menggunakan pernapasan
-Adaptive menjamin lebih lambat dan
mengatasi faktor- keamanan. dalam.3).Mengevaluasi
faktor penyebab. perbaikan kondisi klien atas
3).Kolaborasi: pengembangan parunya.
-radiologi dan
fisioterapi.
o -Pemberian
antibiotika.
o -Pemberian
analgetika.
o -Fisioterapi dada.
o -Konsul photo
toraks.

2).Perubahan Setelah Mandiri: 1).Pendekatan dengan


kenyamanan : dilakukan 1). Jelaskan dan menggunakan relaksasi dan
Nyeri akut b.d tindakan bantu klien nonfarmakologi lainnya telah
trauma keperawatan dengan tindakan menunjukkan keefektifan
jaringan dan selama 3x24 jam pereda nyeri dalam mengurangi nyeri.
reflek spasme diharapkan nonfarmakologi 2). Akan melancarkan
otot sekunder.. pasien dapat: dan non invasif. peredaran darah, sehingga
• Nyeri 2). Ajarkan kebutuhan O2 oleh jaringan
berkurang/ dapat Relaksasi : akan terpenuhi, sehingga
diadaptasi. Tehnik-tehnik akan mengurangi nyerinya.
• Dapat untuk 3). Mengalihkan perhatian

24
mengindentifikas menurunkan nyerinya ke hal-hal yang
i aktivitas yang ketegangan otot menyenangkan.
meningkatkan/ rangka, yang 4). Analgetik memblok
menurunkan dapat lintasan nyeri, sehingga nyeri
nyeri. menurunkan akan berkurang.
• Pasien tidak intensitas nyeri
gelisah. dan juga
tingkatkan
relaksasi masase.
3). Ajarkan
metode distraksi
selama nyeri
akut.
Kolaborasi :
4).pemberian
analgetik.

3). Risiko Setelah Mandiri : 1).mengidentifikasi tanda-


terhadap dilakukan 1). Pantau tanda peradangan terutama
infeksi tindakkan tanda-tanda bila suhu tubuh
b.d tempat keperawatan vital. meningkat.
masuknya selam 3x24 jam , 2). Lakukan
organisme diharapkan: perawatan luka 2).2).mengendalikan penyebaran
sekunder • tidak ada tanda- dengan teknik mikroorganisme patogen.
terhadap tanda infeksi aseptik.
trauma. seperti pus. 3). Lakukan 2).3).untuk
• luka bersih perawatan mengurangi risiko infeksi
tidak lembab dan terhadap nosokomial.4).antibiotik
tidak kotor. prosedur inpasif mencegah perkembangan
• Tanda-tanda seperti infus, mikroorganisme patogen.
vital dalam batas kateter, drainase

25
normal atau luka, dll.
dapat ditoleransi. Kolaborasi :
4).pemberian 2
 antibiotik.

Gangguan Tujuan : pasien Tentukan tingkat mempengaruhi penilaian


mobilitas fisik akan motivasi pasi terhadap kemampuan
berhubungan menunjukkan en dalam aktivitas apakah karena
dengan tingkat mobilitas melakukan ketidakmampuan ataukah
ketidakcukup optimal. aktivitas. ketidakmauan.
an kekuatan Kriteria hasil : Ajarkan dan menilai batasan kemampuan
dan ketahanan• penampilan pantau pasien aktivitas optimal.
untuk yang seimbang.. dalam hal mempertahankan
ambulasi • melakukan penggunaan alat /meningkatkan kekuatan dan
dengan alat pergerakkan dan bantu. ketahanan otot.
eksternal perpindahan. Ajarkan dan sebagai suaatu sumber untuk
• mempertahank dukung pasien mengembangkan
an mobilitas dalam latihan perencanaan dan
optimal yang ROM aktif dan mempertahankan/meningkat
dapat di toleransi, pasif. kan mobilitas pasien.
dengan Kolaborasi
karakteristik : dengan ahli
0 = mandiri terapi fisik atau
penuh okupasi
1 = memerlukan
alat Bantu.
2 = memerlukan
bantuan dari
orang lain untuk
bantuan,
pengawasan, dan
pengajaran.
3=
membutuhkan
bantuan dari
orang lain dan
alat Bantu.
4=
ketergantungan;
tidak
berpartisipasi
dalam aktivitas

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Flail Chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Kesulitan utama yaitu kontusio paru yang
menyertai. Hipoksia terutama karena nyeri dan trauma jaringan parunya. Terapi awal
yaitu ventilasi yang adekuat dan cairan O2.. Terapi definitif ditujukan pada

27
pengembangan paru, oksigenasi, cairan yang cukup serta analgesia. Tekanan oksigen
arterial dan kinerja pernapasan penilaiannya menentukan kapan diberi intubasi dan
ventilasi.

4.2 Saran
Dalam pembahasan teori dan asuhan keperawatan tentang Flail Chest,
diharapkan mahasiswa mampu memahami, mengetahui , dan menjelaskan tentang
asuhan keperawatan Flail Chest beserta pengaplikasiannya dalam dunia keperawatan

28

Anda mungkin juga menyukai