Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA


UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP

Disusun Oleh

Aldo Dwi Prawira : (716.6.2.0746)

Vilda Kartika Dewi : (716.6.2.0750)

Isqi Lailatul Islami : (716.6.2.0743)

Umalia Liuzanna : (716.6.2.0718)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan Pembelajaran Dengan Sub Pokok Pembahasan “Asma”


Ini Telah Disetujui Untuk Disajikan Pada Tanggal 7 Maret 2018 Universitas
Wiraraja Sumenep

sumenep, 23 Februari 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik R 6


Universitas Wiraraja Sumenep RS.x

................................................................ ............................................................................
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Asma
Sub Pokok Bahasan : Mencegah Asma
Sasaran : Klien dan keluarga
Tempat : Ruang 6 Universitas Wiraraja
Hari/Tanggal : Senin 7 Maret 2018
Waktu Pertemuan : 30 menit

1. Latar Belakang

Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia,


baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini,
penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat diderita
oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa.
Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari
orang tua pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan
penyebab utama penyakit asma. Polusi udara dan kurangnya kebersihan
lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam peningkatan
serangan asma.

Asma adalah penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang


ditandai oleh penyempitan saluran pernapasan kecil dan bronkiolus,
meningkat bronkial sekresi atau lendir dan pembengkakan mukosa atau
peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebih memicu. Asma ditandai
dengan serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat obstruksi jalan napas
(Gibbs, 2008).

penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen di
jawa tengah 1,5 persen menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat dari 1,5
persen menjadi 2 persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung
meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar 20
persen hingga 10 tahun mendatang. WHO memperkirakan di tahun 2015
terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena asma.

Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita mempunyai
gejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma,
gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5 tahun. Sebagian besar anak yang
terkena kadang-kadang hanya mendapat serangan ringan sampai sedang, yang
relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-
larut, biasanya lebih banyak yang terus menerus dari pada yang musiman. Hal
tersebut yang menjadikannya tidak mampu dan mengganggu kehadirannya di
sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari hari ke hari (Sundaru, 2006).

Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya. Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. Karena asma merupakan penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total, biasanya dokter merujuk penderita asma kepada
fisioterapi yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan
akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma untuk dapat tetap aktif dan
mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal.

Fisioterapi dapat membantu mengatasi permasalahan yang


ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma untuk dapat
tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal. Dari berbagai
macam modalitas fisioterapi untuk mengatasi asma, secara umum paling
banyak digunakan adalah latihan kontrol pernapasan (breathing control),
teknik pembersihan saluran napas (seputum clearance techniques), latihan
pola pernapasan (active breathing techniques).

Berbagai penelitian telah mengemukakan bahwa latihan pernapasan


memberikan perbaikan pada pasien dengan kondisi asma. Fisioterapi
mempunyai kemampuan penanganan asma yang secara umum dengan
langkah-langkah sebagai berikut: melakukan pemeriksaan derajat asma,
memaksimalkan fungsi paru, mempertahankan fungsi optimal paru dengan
menghindarkan dari faktor pencetus, mempertahankan fungsi optimal paru
dengan inhalasi, secara teratur melakukan evaluasi progra fisioterapi pada
kondisi asma (Sasanahusada, 2013).

Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang “


Asuhan keperawatan pada klien dengan Asma”.

2. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit
diharapkan pasien dan Keluarga Pasien mampu untuk mencegah penyakit
Asma.
3. Tujuan Khusus
Setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga/orang tua, mampu :

1) Memahami tentang pengertian Asma


2) Mengenal tentang penyebab Asma
3) Mengenal tentang tanda dan gejalanya
4) Mengetahui tentang cara penatalaksanaannya.
5) Pencegahan Asma
4. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian tentang Asma.
2. penyebab Infeksi Asma.
3. Gejala Infeksi Asma.
4. Mengetahui tentang cara penatalaksanaanya.
5. Cara pencegahan infeksi Asma
5. Uraian Tugas
1. Protokol/Pembawa Acara
a. Uraian tugas :
1) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim
kepada peserta.
2) Mengatur proses dan waktu penyuluhan.
3) Menutup acara penyuluhan.

2. Penyaji
a. Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan
proses penyampaian materi penyuluhan.
2) Menyampaikan / menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas
dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
3) Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Observer
a. Uraian tugas :
1) Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta yang datang serta
menempatkan diri ke tempat yang memungkinkan dapat
mengawasi jalannya proses penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mangamati perilaku verbal dan nonverbal peserta selama
proses penyuluhan.
4) Menyampaikan evaluasi langsung secara tertulis pada penyuluh
tentang hal yang dirasa tidak sesuai dengan rencana
penyuluhan.
6. Antisipasi Masalah
1. Bila dari hasil pengamatan observer peserta kurang perhatian, bicara
sendiri/tidak aktifsuasana tenang dan mengembalikan perhatian peserta
pada proses penyuluhan serta memotivasi peserta untuk aktif bertanya.
2. Untuk mencegah peserta meninggalkan acara penyuluhan sebelum
selesai penjelasan/demonstrasi materi penyuluhan, sejak awal
pembawa acara perlu mengingatkan pada peserta.
3. Bila terdapat anak-anak yang dapat mengganggu kelancaran proses
penyuluhan, fasilitator dapat mengajaknya bermain di luar ruangan
penyuluhan.
7. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
1 Pembukaan  Perkenalan  Menjawab salam 5 menit
 Mengemukakan latar  Memperhatikan
belakang pokok materi  Memperhatikan
yang akan disampaikan
 Menggali pengetahuan dan  Memperhatikan
mengajukan pertanyaan.  Memperhatikan
2 Penyampaian Menjelaskan:  Memperhatikan 15
Materi  Mendengarkan menit
1. Pengertian tentang
asma.
2. penyebab asma
bagaimana.
3. Cara pencegahan
asma.
4. Mengetahui tentang
cara
penatalaksanaanya.
5. Cara pencegahan
asma.
3 Penutup/Evaluasi  Menegaskan kembali  Memberikan 10
materi yang disampaikan pertanyaan menit
 Menanyakan kembali hal-  Mendengar
hal yang penting Menjawab dan
 Menjawab pertanyaan memperagakan 6
 Menyimpulkan dan langkah cuci
menutup diskusi tangan, etika
 Mengucapkan salam batuk, penataan
lingkungan

8. Evaluasi
1. Evaluasi Terstruktur
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan
 Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
 Audien hadir di ruang penyuluhan
 Jumlah audien yang datang minimal 7 orang
 Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
 Kesiapan audien meliputi kesiapan menerima penyuluhan
2. Proses
 Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
 Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
3. Hasil
Kriteria penilaian yang digunakan adalah, jumlah peserta yang
aktif berpendapat atau yang mampu menjawab pertanyaan dengan
tepat, dibagi dengan jumlah seluruh peserta yang hadir dalam
penyuluhan, kemudian hasilnya dikalikan 100%. Sehingga kriteria
hasil yang diharapkan:
Pre : 80% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu
memberikan pendapat mengenai kebersihan lingkungan sesuai
dengan kemampuan masing-masing peserta
Post : 90% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu
memberikan jawaban yang tepat saat diberikan pertanyaan oleh
perawat

9. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan ini adalah :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

10. Alat dan media


1. Leaflet
2. Proyektor/ LCD
3. Laptop
11. Rancangan pelaksanaan
1. Struktur organisasi
Penanggung Jawab : Seluruh Mahasiswa kelompok 2
a. Penyaji :
b. Moderator :
c. Observer:
d. Fasilitator :
2. Waktu
Pukul 09.00 – 09.30 (30 menit)
12. Materi
(terlampir)
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi
trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan
timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat
berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan.
Serangan asma dapat berupasesak nafas ekspiratoir yang parok sismal,
berulang-ulang dengan wheezing dan batuk yang disebabkan oleh
konstriksi atau spasme ototbronkus, inflamasi mukosa bronkus dan
produksi lendir kentalyang berlebihan.
Asma merupakan penyakit familier, diturunkan secara poligenik dan
multifaktorial. Telah ditemukan hubungan antara asma danlokus
histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobunin
G(IgG).
B. Penyebab
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus dan terjadi suatu obstruktif
jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh:
1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2. Pembengkakan membran bronkus.
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkhial.
a. Faktor predisposisi.
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahuibagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
b. Faktor Presipitasi (Pencetus )
1) Alergen.
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-
obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti :
perhiasan, logam dan jam tangan
c. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
d. Stress.
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
e. Lingkungan kerja .
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti
f. Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Gejala
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari
wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada
pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita
asma yaitu :
a. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium.

b. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak
dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
c. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskan mudah diserang kembali.
d. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
e. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit
obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat
timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
D. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin
10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap
30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg
dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat
ini dalam 12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon
segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangat berat.
5) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis
30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
6) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
7) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran
bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum
yang buruk. ( Maryunani anik. 2010)
E. Pencegahan
Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan.
Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat antipenyakit
asma untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar
penderita bebas dari gejala penyakit asma.
a. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak
saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk
mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha
menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai
gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga
yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang
dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau
ginjal yang berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran
pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila
penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan
sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak
penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh
pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan
cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan
dalam.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi
dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar
tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus.
Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk
menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan
nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit
asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi
kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan
serangan penyakit asmanya.
c. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau
debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami.
Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian
dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti
kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus
saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya
penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang
influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau
penuh sesak.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara
yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga
yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan
terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan
penyakit asma.
Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil,
uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya
harus dihindari. Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya
obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker),
obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna
(tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat
menimbulkan penyakit asma.
d. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang,
penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul
maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat
hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila
masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik
mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula
dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan
gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga
menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma
kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat
pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan
penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan
penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat
bronkodilator dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau
mungkin dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai