Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam Bab ini penulis akan membahas tentang pengelolaan klien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Pengkajian dilakukan pada klien yaitu Sdr.M
dengan diagnosa medis F. 20.3 Skizofrenia Paranoid. Pengelolaan pada Sdr.M dilakukan
selama 2 hari. Fokus Pembahasan dalam proses pengelolaan klien Sdr.M dengan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu meliputi beberapa indikator antara lain
yaitu : pengertian dari masalah keperawatan yang muncul, data yang mendukung
ditegakkannya masalah keperawatan, prioritas masalah, intervensi, implementasi,
evaluasi, faktor yang mendukung serta faktor penghambat dalam proses
pengelolaannya. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas alternative pemecahan
masalah dalam upaya memaksimalkan proses pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Selanjutnya satu persatu dari
indicator - indikator diatas akan diuraikan secara lebih lengkap dan jelas menurut
beberapa sumber , yaitu sebagai berikut .
Menurut (Azhari, 2012) Harga diri rendah merupakan gangguan kejiwaan yang
memerlukan penanganan dan perawatan secara seksama guna penyembuhan dan
mengembalikan kepercayaan diri orang tersebut. Untuk itu orang yang menderita
gangguan ini harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa. Penghargaan diri yang
rendah juga akan memicu seseorang untuk melakukan dua sikap ekstrim yang
merugikan, yaitu sikap pasif dan agresif. Sikap pasif yaitu sikap yang tidak tegas dalam
melakukan berbagai tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung,
merasa diperintah atau digurui yang membuat diri menjadi benci dan merasa dikucilkan.
Sikap agresif dalam hal ini yaitu memaksakan gagasan, tidak mau menerima masukan
dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan daripada menyelesaikan
masalah, padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-ide orang lain berarti
menghambat tercapainya keputusan yang tepat dan akurat. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya
diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau
kronis (negative self evaluasi yang telah berlangsung lama). dapat di ekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Harga diri yang rendah bisa
berkaitan dengan kesehatan seperti stress, sakit jantung dan bertambahnya ulah nakal.

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


Seseorang yang mengalami harga diri rendah biasanya dijumpai tanda dan
gejala merasa bersalah, tidak mampu, ketegangan peran yang dirasakan, mudah
tersinggung sehingga menyebabkan individu ini bisa melakukan hal yang destruktif baik
ditujukan pada diri sendiri maupun kepada orang lain ( Stuart, 2010).
Menurut ( Keliat, 2011), tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik
diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan
produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala diatas,
dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak
kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan bicara lambat dengan
nada suara rendah.
Dalam proses penegakkan Masalah Gangguan konsep diri : harga diri rendah
harus melalui proses pengumpulan data yang mendukung, seperti data sudjektif dan
data objektif. Untuk mendapatkan data tersebut maka perlu dilakukan proses
pengkajian. Direja (2011) menjelaskan pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presifitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. (Stuart &
Larai, 2001 dalam Yosep, 2009)
Proses pengkajian Pada klien Sdr.M sudah dilaksanakan oleh penulis pada pada
tanggal 09 mei 2017 pukul 08.00. Dari hasil pengkajian sudah didapatkan beberapa data
- data yang menunjang dan ditegakkannya masalah keperawatan Masalah Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Data tersebut meliputi data subjektif dan objektif. Data
subjektif Sdr.M mengatakan pasien mengatakan malu karena tidak bekerja, susah tidur
dan merasa tidak berguna. Kemudian dari data objektif yaitu klien pasien tampak
gelisah, despresi tegang. Faktor prespitasi Pasien sulit mencari pekerjaan, Sehingga
dapat ditegakkannya diagnosa Gangguan konsep diri : harga diri rendah di dukung
darihasil pengkajian kondep diri pada point Peran diri Pasien mengatakan seorang anak
pertama yang belum menikah dan pasien merasa malu karena pasien belum bekerja.

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


Harga diri : Pasien merasa malu, karena dengan statusnya sebagai pasien jiwa. Aktivitas
motorik Pasien tampak gelisah, tegang dan kadang-kadang bingung. Tetapi pasien mau
mengikuti semua kegiatan yang dilakukan diruangan maupun diluar ruangan seperti
menyapu, mengepel, mencuci piring, olah raga tetapi masih di bimbing oleh perawat.
Bila dilihat dari data yang penulis dapatkan, dari pengkajian dan data yang
terdapat dalam tinjauan teori terdapat kesenjangan pada kenyataan di lapangan dan
teori yaitu tidak semua data ada dalam teori, muncul dalam pengkajian yang dilakukan
oleh penulis. Pada teori yang di utarakan oleh ( Keliat, 2011), tanda dan gejala harga diri
rendah yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda
dan gejala diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri
rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan
bicara lambat dengan nada suara rendah. Dan dalam kenyatan di lapangan di dapatkan
bahwa tidak semua teori tentang tanda gejala Gangguan Konsep Diri : Harga Diri rendah
muncul pada pasien Sdr.M. Hal Ini terjadi karena klien bukan baru pertama kali ini
dirawat di rumah sakit jiwa dan tentunya juga karena klien telah menjalani perawatan
dari waktu dalam kurun waktu yang lama. Dan ini juga dimungkinkan karena telah
banyak intervensi keperawatan yang diberikan oleh perawat ruangan dan intervensi
medis dari tim medis RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Sehingga data yang seharusnya
muncul pada saat pengkajian akhirnya tidak muncul. Tetapi dari data yang diperoleh
dipengkajian, sudah dapat mengkuatkan untuk menegakkan diagnosa Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri rendah.
Menurut Gordon, (dikutip oleh Carpenito, 1996 dalam Direja, 2011) yang
berbicara tentang pengertian diagnosa keperawatan yaitu masalah kesehatan aktual
atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Pendapat yang lain juga menyebutkan tentang pengertian diagnosa
keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual
maupun potensial (Stuart & Laraia 2001, dalam Direja, 2011). Dan Menurut (Stuart,
Sundeen, 2010) Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan
pasien yang mencakup baik respon adaptif ataupun maladaptif serta stressor yang
menunjang.

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


Untuk menegakkan diagnosa tentunya harus dilaksanakan Pengelompokan
data yang di sebut Analisa data yang menurut (Fitria, 2009) merupakan pengelompokan
data-data pasien atau keadaan tertentu dimana pasien mengalami permasalahan
kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya, Data subjektif :
Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, Mengungkapkan dirinya merasa tidak
mampu, Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja,
Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau
toileting). Data objektif : Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu , Pandangan
hidup yang pesimistis, Tidak menerima pujian, Penurunan produktivitas, Penolakan
terhadap kemampuan diri, Kurang memperhatikan perawatan diri, Berpakaian tidak
rapi, Berkurang selera makan, Tidak berani menatap lawan bicara, Lebih banyak
menunduk. Dan pada pengkajian di dapatkan Data Obyektif pasien mengatakan malu
karena tidak bekerja, susah tidur dan merasa tidak berguna Data Obyektif: pasien
tampak gelisah, espresi tegang, Selain data-data yang telah diuraikan diatas, ditemukan
juga data-data lain dari klien yaitu, pasien mengatakan lebih suka menyendiri dan duduk
sendiri , pasien juga mengatakan suka berjalan-jalan sendiri dan pasien tampak lebih
banya diem yang m,engarah pada masalah isolaso Sosial, serta data lain pasien
mengatakan kalau ada masalah lebih suka memendam sendiri dengan data obyektif :
Pasien mengatakan kalau ada masalah lebih suka memendam sendiri, Pasien lebih suka
mondar-mandir , Pasien lebih suka menyendiri yang mengarah pada masalah
keperawata Tidak efektifnya koping individu. Namun karena hasil dari pengkajian lebih
banyak mengarah pada konsep diri pasien sehingga Penulis mangangkat masalah
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah sebagai prioritas masaah.
Prioritas masalah keperawatan adalah masalah utama klien dari beberapa
masalah yang dimiliki oleh klien (Kusumawati & Hartono, 2010). Gangguan konsep Diri :
Harga Diri Rendah menjadi prioritas masalah utama karena Harga Diri Penulis
menegakan diagnosa harga diri rendah sebagai prioritas utama karena jika tidak segera
dilakukan tindakan keperawatan akan menimbulkan masalah lain diantaranya akan
mengakibatkan masalah isolasi social dan jika dibiarkan terus menerus dapat muncul
masalah gangguan persepsi halusinasi sehingga memicu perilaku kekerasan yang
mengancam keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Safier, 1997dalam
Townsend, 2009).

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


Intervensi adalah pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan terdiri
dari persepsi, keyakinan dan pendirian. Intervensi keperawatan membantu klien dalam
meningkatkan pemahaman perilaku dan memberi motivasi untuk mengubah
perilakunya yang maladaptive (Sujono Riyadi & Teguh Purwanto, 2023). Secara garis
besar penulis turut menyertakan beberapa Intervensi yang disusun dalam Rencana
Tindakan Keperawatan (Direja (2011), sebagai proses pengelolaan klien dengan masalah
keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri rendah adalah sebagai berikut :
Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik, Identifikasi
kemampuan positif yang dimiliki (Diskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan klien dirumah adanya keluarga dan
lingkungan terdekat klien, Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan klien penilaian yang negatif), Nilai kemampuan yang dapat dakukan saat ini
(Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dilakukan saat ini Bantu klien
menyebutknnya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan
klien, Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif), Pilih
kemampuan yang akan dilatih, Diskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari, Bantu psien
menentukan aktifitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri. Dari intervensi
keperawatan diatas maka penulis melakukan implementasi untuk melaksanakan
perencanaan yang sudah disusun selama dua kali interaksi.
Menurut Direja, (2011) Implementasi adalah tindakan keperawatan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, interpersonal,
intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan . Pendapat lain
menyatakan bahwa implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Riyadi & Purwanto, 2009.
Setelah dilakukannya intervensi penulis akan melakukan implementasi.
Secara garis besar penulis turut menyertakan beberapa Implementasi yang
sudah dilakuakn dalam proses pengelolaan msalah keperawatan pada klien dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Implementasi tersebut antara lain yaitu :
membina hubungan saling percaya, pada saat bertemu dengan klien antara lain
menyapa klien dengan ramah seperti mengucapkan salam, selamat pagi, siang, atau
sore, berjabat tangan dengan klien, memperkenalkan diri dengan sopan, menyebutkan
nama lengkap atau nama panggilan, dan tujuan intervensi, menanyakan nama lengkap

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


klien atau nama yang disukainya, menepati janji setiap kali berinteraksi dan jujur,
menanyakan alasan masuk RSJ, menanyakan masalah yang dihadapi klien dan membuat
kontrak interaksi dengan jelas, mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
perasaan klien, hal ini dilakukan agar hubungan saling saling percaya dengan klien
terjalin dengan baik.
Hubungan terapeutik perawat dengan klien adalah kesadaran diri, penerimaan
diri dan meningkatkan kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan
integritas pribadi, kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling
ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima
cinta, meningkatkan fungsi dan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan
mencapai tujuan pribadi yang realistis. (Stuart dan Sundeen dalam Sujono Riyadi dan
Teguh Purwanto 2013). Tindakan keperawatan sesuai teori yang dilakukan yaitu SP 1
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teurapeutik.
Menurut Peplau, Komunikasi terapeutik yaitu satu seni menyembuhkan, menolong
individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan melalui satu proses
interpersonal karena melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan
yang sama(Alligood & Tomey, 2010). Teori ini sangat tepat diaplikasikan pada klien yang
mengalami harga diri rendah karena menjelaskan proses hubungan antara perawat dan
klien dimulai dari tahap orientasi, identifikasi, eksploitasi dan resolusi. Peningkatan
hubungan perawat dan klien dapat dilakukan melalui kerjasama sebagai sebuah tim
untuk meningkatkan kesadaran diri, tingkat kematangan, dan pengetahuan selama
proses perawatan (Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D, 2013). Hal ini
dilakukan bertujuan agar terbina hubungan saling percaya antara klien dan perawat.
Tindakan ini dilakukan sebagai awal sebelum penulis melakukan tindakan keperawatan
selanjutnya karena kepercayaan akan membuat klien mau menceritakan lebih detail apa
yang dirasakanya dengan lebih nyaman Rasional : membantu pasien untuk
memeperluas dan menerima semua aspek kepribadian (Stuart, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa terbinanya hubungan saling percaya antara perawat
dengan pasien dapat membantu klien untuk memperluas dan menerima semua aspek
kepribadian, serta dapat mengurangi ancaman yang diperlihatkan perawat kepada klien
dan kemudian membantu klien untuk Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
Dengan teridentifikasinya aspek positif yang dimiliki pasien maka semua implementasi
dalam proses pengelolaan klien dengan gangguan halusinasi pendengaran bisa

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


dimaksimalkan sehingga klien mampu masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah yang dialami pasien dapat teratasi secara efektif. Ketika klien sudah mampu
Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki, Implementasi yang selanjutnya adalah
Nilai kemampuan yang dapat dakukan saat ini, Pilih kemampuan yang akan dilatih,
Diskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari, dan Bantu psien menentukan aktifitas
mana yang dapat klien lakukan secara mandiri.
Tindakan keperawatan sesuai teori yang dilakukan yaitu SP 2 membantu
pasien membuat daftar tentang : aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien,
aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan klien, kemampuan yang dapat
dilaksanakan dan dilanjutkan pelaksanaanya, tindakan ini dilakukan bertujuan untuk
membantu klien dalam merumuskan kegiatan realistis yang dapat dilakukan, Rasional :
klien bisa menilai kemampuan, aspek positif yg dimiliki, menguatkan identitas diri dan
mengangkat harga diri klien (Stuart, 2013). Terapi kognitif yaitu psikoterapi individu
yang pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan
memandang segala sesuatu pada saatklien mengalami kekecewaan, sehingga klien
merasa lebih baik dan dapat bertindaklebih produktif (Townsend, 2005). Melalui terapi
kognitif individu diajarkan/ dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide
dengan benar benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya dan menetapnya
gangguan mood (Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D, 2013).
Setelah SP 2 sudah bias dilasanakan oleh pasien, maka penulis melanjutkan
Implementasi yaitu sesuai dengan intervensi yaitu dengan SP 3. Pada SP 3 di penulis
mengawalinya dengan mengevaluasi hasil dari SP 1 dan SP 2 yang seudah dilaksanakan
sebellumnya. Evaluasi dari SP 1 atau tindakan pertaama yaitu Subyektif : Pasien
mengatakan kemampuan yang dapat dimiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah
seperti olah raga, merapikan tempat tidur. Obyektif : Pasien tampak keorepartif dengan
perawat. Analisis : Pasien mampu menulis jadwal kegiatan sendiri yang dapat melakukan
dari bangun tidur di RSJ dan pasien lebih memilih melakukan kegiatan olah tag di RSJ.
Planing : Lanjutkan sp 2. Dan evaluasi SP 2 yaitu : Subyektif : Pasien mengatakan
kegiatan yang ke 2 ingin dilakukan yaitu merapikan tempat tidur, Obyektif : Pasien
tampak senang dan mampu merapikan tempat tidurnya, Analisis Evaluasi sp 1, pasien
mau olah raga, Planing : Lanjutkan sp 3. Pada SP 3 penulis menanyakan kembali
kegiatan apa yang aka dilaksanakan oleh pasien, dan pasein menjawab akan membaca,

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


pasien langsung membaca majalah yang ada di ruangan, pasien tampak senang. Setelah
itu Penulis menganjurkan pasien menulis pada jadwal harian untuk setiap kegiatan yang
sudah dilakukan. Untuk mengetahui hasil dari tindakan, penulis juga harus melakukan
evaluasi terhadap implementasi yang sudah dilakukannya.
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Direja 2011). Evaluasi dari keseluruhan
tindakan yang sudah dilakukan yaitu saau ini pasien mengatakan masih merasa malu
karena dirinya belum bisa bekerja dan membantu keluarga, klien masih merasa bahwa
dirinya tidak berguna, namun pasien sudah menyadari bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk bekerja dan ingin cepat sembuh sehingga bias mencari pekerjaan.
klien tampak bersemangat, pasein tampak senang, pasien tampak mampu menjawab
pertanyaan penulis. klien mampu melaksanakan kegiatan yang Klien sukai dan
menugulanginya ketika di minta.
Evaluasi selanjutnya adalah dengan cara membandingkan data saat pengkajian
atau belum dikelola dan setelah dilakukan implementasi keperawatan. Sebelum dikelola
pasien pasien saat di rumah merenung dikamar dan berdiam diri mengatakan malu
karena tidak dapat pekerjaan dan menganggur dirumah., pasien mangatakan dirinya
tidak berguna, pasien susah untuk di ajak berkomunikasi. Data sesudah dikelola pasien
mengatakan masih merasa malu karena dirinya belum bisa bekerja dan membantu
keluarga, pasien masih merasa bahwa dirinya tidak berguna, namun pasien sudah
menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk bekerja dan ingin ceat sembuh
sehingga bias mencari pekerjaan. Pasien tampak bersemangat, pasein tampak senang,
pasien tampak mampu menjawab pertanyaan penulis. Pasien mampu melaksanakan
kegiatan yang pasien sukai dan menugulanginya ketika di minta.
Faktor penghambat dalam mengelola klien Sdr.M dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah yaitu karena klien tergolong pasien baru dan sebelumnya belum
pernah di rawat di RSJ. Ketika akan diajak berinteraksi klien sering kehilangan
konsentrasi dan keinginan untuk berinteraksi dengan penulis. Klien mengatakan sedang
tidak ingin diajak mengobrol karena merasa capek, dan seringkali mengalihkan
pandangan ketika diajak berkomunikasi. Cara bicara klien cenderung pelan dan susah
untuk didengar sehingga seringkali penulis bertanya secara berulang ulang untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Sedangkan faktor pendukungnya adalah klien

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


mengatakan ingin cepat sembuh dan segera bekerja untuk melanjutkan hidupnya
membantu keluarga, pasien juga masih mengenali identitas dan asal usulnya sehingga
kemungkinan perkembangan kesehatan mental klien ke arah yang lebih baik masih
sangat besar. Saat berhasil diajak untuk berinteraksi dan difokuskan klien terlihat
antusias untuk melakukan kegiatan yang di sukai dan menyampaikan keluhan yang
dirasakan kepada penulis. Klien juga mampu mengikuti anjuran perawat untuk
mengikuti setiap kegiatan dan mau minum obat sesuai jadwal walaupun klien tidak
mengerti fungsi dari obat yang di konsumsinya tersebut.

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO

Anda mungkin juga menyukai