PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanah air. Insiden infeksi virus dengue telah meningkat secara bermakna dalam
beberapa dekade terakhir. Kurang lebih dua perlima dari populasi dunia saat ini
berisiko untuk terkena infeksi dengue. WHO memperkirakan 50-100 juta infeksi
masyarakat terhadap penyakit ini yang masih rendah. Demam berdarah dengue
(DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang
ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi
akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit
kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan (WHO,
2010). Terdapat sekitar 2,5 miliar orang di dunia beresiko terinfeksi virus dengue
memerlukan rawat inap setiap tahunnya dan 90% dari penderitanya ialah anak-anak
beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014 jumlah kasus DBD terdata sejumlah 1.628
kasus atau turun 31,13% dari 2.364 kasus pada Tahun 2013. Kabupaten Semarang
merupakan salah satu daerah endemis di Provinsi Jawa Tengah. Setiap tahun selalu
terjadi kasus DBD dan setiap tahun juga terdapat kematian karena penyakit tersebut.
Data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2011 terdapat 108 kasus, Inci dence Rate (IR)
1,15 per 10.000 penduduk dengan kematian 2 penderita (Case Fatality Rate (CFR
1,85%)), tahun 2012 terdapat 110 kasus, IR 1,18 (CFR 1,82%) dengan kematian 2
penderita,dan pada tahun 2013 terdapat 296 kasus, IR 3,13 kematian 3 penderita
Beberapa masalah klinis timbul pada pasien anak rawat jalan oleh karena
sulitnya memprediksi apakah akan menjadi dengue klasik, DBD atau DBD dengan
kebocoran plasma yang berkaitan dengan tidak adanya biaya lebih menyulitkan
untuk menegakkan diagnosis, dilain pihak juga tidak ada data tentang nilai
hematokrit yang normal untuk masing-masing populasi berdasarkan usia dan jenis
kelamin atau masing-masing individu sehat dan pasien yang keluar rumah sakit
cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah
melalui optimalisasi curah jantung dan perfusi jantung, otak dan ginjal sehingga
fungsi homeostasis kembali normal, nutrisi dapat diberikan dan kesembuhan dapat
Sampai saat ini, belum ada terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama
dalam terapi DBD adalah bersifat simtomatik dan suportif. Secara simtomatik yaitu
dengan memberikan cairan yang cukup. Aktifitas anak yang meningkat namun
kondisi daya tahan tubuh lemah menjadikan anak rentang terserang penyakit,
sehingga anak perlu menjalani hospitalisasi. Hospitalisasi ini merupakan salah satu
penyebab kecemasan. Kecemasan pada anak merupakan hal yang harus segera
anak terlepas dari ketegangan dan stres yang dialami. Selain itu dengan melakukan
Jenis permainan pada anak usia prasekolah adalah skill play yaitu dengan
karena mewarnai gambar tidak membutuhkan energi yang besar untuk bermain,
permainan ini juga dapat dilakukan di atas tempat tidur anak, sehingga tidak
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Fradianto & Dewi
(2014) tentang terapi bermain terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak
prasekolah sebelum dilakukan terapi bermain nilai tertinggi pada tingkat kecemasan
sangat berat yaitu dengan jumlah 18 responden dengan presentase 90%, tingkat
kecemasan anak prasekolah setelah diberikan terapi bermain nilai tertinggi pada
35%. Hal tersebut menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penulisan
Hasil Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk aplikasi riset ini diharapkan dapat
dilaksanakan.
3. Bagi Perawat
kepada pasien anak dengan Dengue haemorrhagic fever dan Melatih berfikir
4. Bagi Penulis
5. Bagi Pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,
yang biasa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(Cm,m), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
diferensiasi sel, jaringan, organ dan system organ yang berkembang sehingga
kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh
Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun
periode ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka
masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah
dapat diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan pembagian kelompok
berhitung, berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin,
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak
balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau
yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012).
bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota
(Depkes, 2012).
pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak
jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada
(Hermawan, 2011).
1. Pengertian
anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul
renjatan (shock) angka kematian akan meningkat (Sujono Riyadi dan Suharsono,
2010).
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
2010).
2. Etiologi
a. Virus
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus Dengue sampai
dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas
2010). Infeksi yang terjadi dengan serotipe manapun akan memicu imunitas
b. Vektor
Virus Dengue ditularkan oleh satu orang yang terinfeksi virus Dengue
ke orang lain oleh nyamuk Aedes aegypti dan subgenus stegomya. Aedes
sendiri, walaupum mereka merupakan vektor yang sangat baik untuk virus
Ae.aegypti.
c. Pejamu
tentukan oleh besarnya dan durasi viremia pada hospes manusia, individu
dengan viremia tinggi memberikan dosis virus infeksius yang lebih tinggi ke
terinfeksi menjadi lebih besar, meskipun kadar virus yang sangat rendah
Depkes RI (2009), Kemenkes (2011) dan IDAI (2011), menyatakan bahwa tanda-
a. Demam
menerus berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara
mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anorexia, lemas,
c. Renjatan (syok)
Renjatan dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari 3-7
perdarahan: kulit teraba dingin pada ujung hidung, jari dan kaki; penderita
menjadi gelisah; nadi cepat, lemah, kecil sampai tas teraba; tekanan nadi
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang). Renjatan yang terjadi pada
4. Patofisiologi
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
(Murwani, 2011).
gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik
Metabolisme anaerob
6. Penegakan diagnosa
lebih berat yang disebabkan oleh satu dari keempat serotipe virus dengue.
Gambaran klinis DBD menyerupai DD pada awal fase febris dalam berbagai
yang menunjang adanya kebocoran plasma meliputi efusi pleura dan asites,
perdarahan lain
3) Derajat III : didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
4) Derajat IV : syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur.
Sutaryo (2009): Diagnosis penyakit DD adalah adanya demam akut selama 2-7
keadaan umum tiba-tiba memburuk, hal ini terjadi biasanya pada saat atau
setelah demam menurun, yaitu di antara hari sakit ke 3-7. Hal ini dapat di
lembab dan dingin, sianosis di sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lembut.
Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase syok. Pasien
seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok. Fabie (2007)
lembut, cepat, kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan nadi menurun
mmHg atau lebih rendah. Syok harus segera diobati apabila terlambat
pasien dapat mengalami syok berat, tekanan darah tidak dapat diukur dan
nadi tidak dapat diraba. Tatalaksana syok yang tidak adekuat akan
Pasien menyembuh dalam waktu 2-3 hari. Selera makan membaik merupakan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
9) Asidosis metabolic
b. Urine
c. Foto thorax
Umumnya posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik
berbaring.
d. USG
dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi
virus dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila
IgM negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih
darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac Elisa
sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan
satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI.
8. Penatalaksanaan
a. Pre Hospital
Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit,
tapi butuh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah sebagai
1) Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih
(pocari sweet), minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk
meningkatkan trombosit
yang banyak
pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan
fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan
yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit (DepKes RI, 2011).
Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit.
untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai
cairan awal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat
yang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit < 50.000/41. Secara
umum pasien DBD derajat I danII dapat dirawat di Puskesmas, rumah sakit
kelas D, C dan pada ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B dan A.
a. Pengkajian
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
2012). Menurut Utami (2013) pengkajian pada DHF dapat dilihat dari:
1) Identitas pasien.
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
5) Riwayat imunisasi
6) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik, maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat
keluhan mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
menjadi kurang.
7) Kondisi lingkungan
dikamar.
8) Pola kebiasaan
makan berkurang/menurun.
c) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
hematuria.
aedes aegypti
lemah
nampak biru.
b) Kuku cyanosis/tidak
c) Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan pada
b. Masalah Keperawatan
c. Rencana keperawatan
Tujuan:
Intervensi
ketakutan.
C. Hospitalisasi
1. Pengertian
kehidupan anak. Di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan yang asing,
pemberian asuhan yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup
mereka, sering kali mereka sering mengalami prosedur yang menimulkan nyeri,
kehilngan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui ( Nursalam, dkk
2008).
2. Manfaat Hospitalisasi
2007). Manfaat lain dari hospitalisasi bagi anak menurut Hockenberry dan
bereaksi terhadap stress, seperti regresi dan agresi. Orangtua tidak hanya
anak dan anggota keluarga yang lain untuk belajar tentang tubuh mereka
dan profesi kesehatan. Anak dapat belajar tentang penyakit, dan orangtua
secara fisik dan berbeda dalam beberapa hal dari anak seusianya mungkin
menolong anak memperoleh teman baru dan belajar lebih tentang mereka.
kesehatan yang signifikan, seperti dokter, perawat, spesialis child life, atau
yang baru yang memiliki masalah yang sama. Mereka menemukan bagimana
anaknya.
disebabkan karena :
Rudolph, Hoffman, dan Rudolph (2006) sering kali sulit dipisahkan, bahkan pada
dari orangtua dan yang dicintainya; perubahan rutinitas; kondisi tidak familiar
pengobatannya, dan mutilasi; serta takut akan kematian (Hoffman, & Rudolph
2006). Respon anak terhadap krisis ini menurut Hockenberry dan Wilson (2007)
temperamen anak dan tingkat kecemasan anak dan orangtua secara signifikan
lebih berpengaruh terhadap respon hospitalisasi anak. Stressor dan respon anak
a. Cemas Perpisahan
beberapa kasus kecemasan tersebut akan hilang dalam 3-4 menit setelah
terjadinya cemas pada anak yang dirawat, sebab pada masa ini anak
akan cidera dan nyeri tubuh terjadi pada rata-rata anak. Perawat dalam
respon nyeri yang berbeda untuk setiap tahap perkembangan. Pada tahap
kesalahan yang dilakukannya, hal ini sesuai dengan pemikiran magis anak.
pada anak, sehingga pada tahap ini anak membutuhkan orang yang dapat
2) Takut terhadap cidera tubuh dan nyeri yang mengarah pada rasa takut
yang khas; sebagai contoh takut bahwa kerusakan kulit (misal: jalur
keadaan perawatan, dan keluarga. Perawatan anak yang berkualitas tinggi dapat
anak-anak dari populasi yang kurang beruntung (mengalami sakit dan dirawat di
rumah sakit) (Behrman, 2009). Pada anak yang sakit dirawat di rumah sakit akan
kondisi ini menyebabkan anak menjadi takut dan cemas. Cemas merupakan
reaksi atas situasi baru dan berbeda. Perasaan cemas dan takut adalah suatu hal
yang normal, namun perlu menjadi perhatian bila rasa cemas itu semakin kuat
dan terjadi lebih sering dengan konteks yang berbeda (Admin, 2007).
berdampak penting pada jangka pendek maupun jangka panjang pada anak,
maka perawat harus peka dan mengetahui dampak tersebut, serta mampu
D. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki obyek yang spesifik. Cemas dialami secara subyektif dan
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
berikut:
a. Respon fisik: sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
sulit tidur.
3. Tingkatan Kecemasan
a. Kecemasan ringan
b. Kecemasan sedang
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan
untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang
lain.
4. Dampak Kecemasan
Sisi negatif cemas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang
berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan
dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial,
diagnosis gangguan cemas ditegakkan ketika cemas tidak lagi berfungsi sebagai
individu selalu khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang
nyata, merasa gelisah, lelah, dan tegang serta sulit berkonsentrasi selama
E. Konsep Bermain
1. Defenisi bermain
tumbuh menjadi anak yang kreaktif, cerdas dan penuh inovatif (Hidayat, 2011).
yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata
2. Tujuan bermain
Menurut Wong (2008), tujuan bermain bagi anak usia prasekolah yaitu:
perkembangannya.
saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di
rumah sakit.
Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal, maka alat permainan ini
harus aman, ukurannya sesuai dengan usia anak, modelnya jelas, menarik
sederhana, dan tidak mudah rusak. Contoh jenis permainan yang dapat
yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan
fisik atau motorik kasar, kemudian pensil, bola, balok, lilin. Jenis alat ini dapat
buku bergambar, buku cerita, boneka, pensil warna, radio dan, lain-lain, ini dapat
(Hidayat, 2010).
gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada anak usia
seperti ini benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat
gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air (Meida, 2015).
sambil tiduran ditempat tidurnya anak dapat dibacakan buku cerita atau
energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan
anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari-lari; 4) Permainan harus
melibatkan kelompok umur yang sama; 5) Melibatkan orang tua (Wong, 2010).
tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat. Perawat hanya bertindak
sebagai fasilitator, orangtua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak
perasaan yang tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih, nyeri,
tidak mau makan. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
tegangan dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
METODE
A. Desain Penulisan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekriptif. Metode
dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan
selalu jelas dengan faktualnya sehingga semuanya sehingga semuannya selalu dapat
di kembalikan langsung pada data yang di peroleh. Data yang dikumpulkan semata-
B. Lokasi
Pengambilan kasus ini dilakukan di RSUD Ambarawa merupakan salah satu
pelayanan kesehatan daerah dengan kasus DHF pada yang paling banyak ditemui di
Kabupaten Semarang.
C. Waktu
Pengambilan kasus akan dilakukan pada bulan Mei 2017
hubungan saling percaya kepada klien dan keluarga klien. Pengumpulan ini
tingkat kecemasan yang dialami oleh anak setelah diberikan terapi bermain
di RSUD Ambarawa
c. Penulis memeriksa kelengkapan hasil catatan dan apabila ada yang kurang
sudah memenuhi kriteria dalam melakukan pengambilan kasus sampai batas waktu
A. Analisa Data
1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Catatan Keperawatan
Dalam tabel ini berisikan hari, tanggal, jam dilakukannya tindakan dan juga
5. Evaluasi
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 12 Mei 2017 di Ruang Anggrek
1. Identitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 3 tahun
Pendidikan :-
Agama : Islam
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
klinik pada tanggal 11 mei 2017 jam 16.00 WIB dengan keluhan panas 6 hari
yang lalu, panas naik turun terutama pada malam hari, batuk(+), di klinik klien di
beri paracetamol dan di infus RL 16 Tpm lalu klien di rujuk ke RSUD Ambarawa
pada tanggal 11 mei 2017 jam 19.00 WIB dan setelah di periksa dokter di IGD,
a. Prenatal
b. Natal
Persalinan ibu klien normal tidak ada masalah, tempat persalinan di bida.
c. Post natal
Kondisi kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan baik tidak ada
gangguan, APGAR score normal, ketika lahir bayi langsung menangis dengan
e. Pernah di rawat di rs
f. Obat-obatan
g. Alergi
h. Kecelakaan
i. Imunisasi
Ibu klien mengatakan pernah mendapat imunisasi lengkap saat masih kecil.
5. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak pertama dan juga anak kandung dari ayah dan ibu
klien. Keluarga saat ini tidak mengalami penyakit menular atau keturunan
Genogram
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
: perkawinan
: keturunan
6. Riwayat Sosial
Ibu klien mengatakan bahwa anak nya di asuh oleh dirinya sendiri dan
ayahnya, ibu klien mengatakan pembawaan anaknya secara umum yaitu suka
bicara aktif dan kadang-kadang pendiam jika bertemudengan orang yang belum
di kenal nya. Lingkungan rumah klien cukup bersihdan ibu klien punya kebiasaan
menggantungkan pakaian, lantai rumah terbuat dari ubin dan didalam nya
banayak terdapat jendela yang sering di buka setiap hari, pengelolaan sampah
biasanya di bakar.
b. Tindakan oprasi -
c. Obat obatan
1) Infus Rl : 20 tpm
d. Tindakan keperawatan
1) Injeksi
e. Hasil laboratorium
1) Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sehat sejak lahir baik dan normal.
setiap hari.
5) Apakah orang tua merokok : ayah klien merokok tetapi tidak berada
6) Mainan anak : anak mempunyai banyak jenis mainan dan aman bagi
rumah tangga dan barang lain nya dengan sesuai pada tempat nya,
sehingga aman bagi anak dan ibu tidak menyimpan jenis obat-obatan
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan bahwa anaknya makan habis 1 porsi
kadang buah serta klien minum 800 cc/ hari dan BB = 16 kg.
Selama sakit : ibu klien mengatakan bahwa anaknya hanyamakan habis 1/3
Pengkajian ABCD
1) Antropometri
TB : 102 cm
BB Selama sakit : 14 kg
Lingkar kepala : 45 cm
Lingkar dada :
Lingkar lengan : 18 cm
2) Biochemical
Hematokrit : 37.8%
3) Clinical assesment
mulut simetris, lidah sedikit kotor, tidak ada nyeri pada abdomen, gigi
4) Diit
Sebelum sakit : klien makan dengan komposisi nasi, lauk, serta sayur dan
cc/hari.
Selama sakit : klien makan hanya habis 1/3 porsi dengan komposisi
300 cc/hari
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan bahwa anak nya BAB 1x sehari dengan
Selama sakit : ibu klien mengatakan anaknya belum pernah bab selama
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan anak nya mandi 2xsehari pada pagi
tetangga nya.
luang.
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan anak nya tidur 6-8 jam/hari dan tidur
Selama sakit : ibu klien mengatakan anaknya kuat tidur dan tanpa ada
nama sendiri maupun orang lain, respon anak secara umum baik, tetapi
dengan keadaan nya yang lemah maka tampak pasif. Bila anak merasa lapar
atau haus anak langsung mengatakan bahwa dirinya sedang lapar atau haus
Orang tua : ibu klien tidak mempunyai gangguan dalam melihat maupun
mendengar serta bila ada masalah dalam rumah tangga biasa nya di
musyawarahkan bersama.
Klien berumur 3 tahun dan suka bermain dengan teman yang sebaya nya
Orang tua : ibu klien mengatakan sangat bahagia dan senang menjadi
Setruktur keluarga terdiri ayah, ibu dan klien yang berjenis kelamin
perempuan. Intraksinya antara keluarga dan anaknya cukup baik serta anak
Orang tua : ayah bekerja sebagai sopir dan ibu bekerja sebagai karyawan.
Dan ibu klien mengatakan hubungan perkawinan nya baik-baik saja dan
sangat bahagia.
Klien adalah anak pertama yang berjenis kelamin prempuan. Anak baru
berumur 3 tahun dan anak sudah mampu mengenal tentang seksualitas atau
reproduksi.
Orang tua : ibu klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola
seksualnya.
Saat awal di dekati klien langsung diem dan menangis minta pulang,
ataupun injeksi.
Orang tua dan anak beragama islam dan mereka percaya anak nya bisa
sembuh.
9. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
b. Tanda vital
1) TD :-
2) N : 85x /mnt
3) RR : 24x /mnt
4) S : 38,6oC
6) BB saat sakit : 14 kg
7) Lingkar kepala : 45 cm
8) Lingkar dada :
9) Lingkar lengan : 18 cm
c. Kepala
d. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, mata cekung, sclera tidak ikterik, respon
e. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak terdapat sekret, fungsi
f. Mulut
Tidak ada stomatitis, mulut bersih, lidah sedikit kotor, mukosa bibir kering.
g. Telinga
h. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak ada gangguan
menelan.
i. Dada
j. Jantung :
P : redup
A : S1 dan S2 reguler
k. Paru-paru :
P : redup
l. Abdomen :
P : tidak ada nyeri tekan di abdomen kuadran I,II,III,IV, tidak ada masa
P : hypertympani
m. Punggung
n. Ekstermitas
Atas : terpasang infus 20 tpm pada tangan kiri klien, sehingga tangan kiri
klien tidak dapat bergerak dengan bebas, tidak ada luka, tangan
Bawah : dapat bergerak bebas, tidak ada luka, tidak ada lesi.
o. kulit
Turgor kulit baik, kuku pendek dan bersih, tidak ada bentuk merah (peteki)
a. Personal sosial
b. Motorik halus
c. Motorik kasar
d. Bahasa
ANALISA DATA
NO. RM :
- Sering menangis
minta pulang
- Klien sulit diajak
untuk komunikasi
NO. RM :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
NO. RM :
CATATAN KEPERAWATAN
NO. RM :
CATATAN PERKEMBANGAN
NO. RM :
TTD
HARI/TGL NO
NO EVALUASI NM
JAM DP
Terang
1 Jumat I S : Ibu klien mengatakan sudah tahu tentang nutisi
14/05/2017 bagi anak sehat atau sakit
10.00WIB O: - ibu klien bisa menjelaskan kembali apa yang
sudah di jelaskan
- Berat badan : 14 kg
- Keluarga mau mengikuti apa yang di anjurkan
( sajian makanan dan frekuensi makanan
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan
menarik
- Pantau berat badan
CATATAN KEPERAWATAN
NO. RM :
TTD
HARI/TGL NO.DX
NO IMPLEMENTASI RESPON NM
JAM KEP
Terang
1 sabtu I 1. Menganjurkan 1. Klien koopratif
13/05/2017 makan sedikit tapi sarapan pagi habis
10.00 WIB sering porsi
2. Menimbang berat 2. Berat badan 14kg
badan setiap hari 3. Keluarga mau
3. Menganjurkan mengikuti anjuran
keluarga untuk
menyuapi klien 4. Pendidikan
4. Memberikan kesehatan sudah di
pendidikan lakukan dan
kesehatan tentang keluarga koopratif
nutrisi kepada
keluarga klien
CACATATN PERKEMBANGAN
NO. RM :
HARI/TGL NO TTD
NO EVALUASI
JAM DP NM
1 Sabtu I S : Ibu klien mengatakan sudah tahu tentang
13/05/2010 nutrisi bagi anak sehat /sakit
12.00 WIB O: - Ibu klien bisa menjelaskan kembali
apa yang sudah dijelaskan
- Berat badan : 14 kg
- Keluarga mau mengikuti apa yang
dianjurkan (sajian makanan dan frekuensi
makan)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Pantau berat badan
CATATAN KEPERAWATAN
Ruang : Anggrek
1. Klien masih
2 Minggu, 1. Mengkaji tingkat lemah
14 Mei 2017 toleransi fisik anak 2. klien mau
10.20 WIB 2. Menganjurkan untuk
klien untuk istirahat
istirahat bila lelah 3. klien
3. Melibatkan orang nampak di
tuadalam aktivitas bantu
klien melakukan
aktivitas nya
sperti
mandi, ganti
pakaian
1. klien mau di
3 Minggu, 1. Menggunakan dekati
14 Mei 2017 pendekatan yang 2. keluarga
10.45 WIB tenang dan mau
meyakinkan mendam
2. Berada disisi klien pingi
untuk 3. keluarga
meningkatkan mau
rasa aman dan mendampin
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TGL NO TTD
NO EVALUASI
JAM DP NM
1 Sabtu I S : Ibu klien mengatakan sudah tahu tentang
13/05/2010 nutrisi bagi anak nya
12.00 WIB O: - Ibu klien bisa menjelaskan kembali
apa yang sudah dijelaskan
- Berat badan : 14 kg
- Keluarga mau mengikuti apa yang
dianjurkan (sajian makanan dan frekuensi
makan)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Pantau berat badan
B. Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan membahas dan menerangkan tentang proses
perawatan pada An. K dengan demam berdarah dengue di ruang Anggrek RSUD
Penulis juga akan membahas bagaimana masalah keperawatan itu muncul, akibat bila
tidak diatasi, dasar pemikiran dalam mengatasi masalah serta hasil yang diharapkan.
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berubungan dengan intake yang tidak
individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme
nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik ( Carpenito, 2007 : 299).
Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh seperti air,
sumber energi utama dalam diet. Tiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kilo
( gula susu). Protein adalah sumber energi (4 kkal/gr), juga penting untuk
dan perbaikan. Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino, asam
amino disimpan dalam jaringan yaitu dalam jaringan berbentuk hormon dan
enzim. Asam amino tidak dapat disintesis oleh tubuh, tetapi banyak terdapat
dimakanan. Lemak (lipid) merupakan nutrien padat yang paling berkalori dan
dari karbohidrat. Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60% -70% dari seluruh berat
badan, persentase seluruh air dalam tubuh lebih banyak pada orang kurus dari
pada orang gemuk karena otot terdiri dari banyak air daripada jaringan lain
kecuali darah. Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada
menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam
lemak. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin C dan B komplek, yang terdiri
dari delapan vitamin. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak A, D, E, K yang
disimpan dalam tubuh kecuali vitamin D yang disediakan melalui asupan diet
mayor terdiri dari individu yang tidak puas melaporkan atau mengalami : asupan
makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa
penurunan berat badan. Batasan karakteristik minor berat badan 10% sampai
20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh,
urutan pertama dengan alasan dalam keadaan sakit anak sangat membutuhkan
masalah ini tidak teratasi maka akan memperburuk kondisi penderita dan
menunjukkan bahwa pasien mengalami tidak nafsu makan dan dari data fokus
obyektif dapat dilihat makan habis porsi. Pasien tampak lemas dikarenakan
asupan nutrisi yang tidak adekuat sehingga An. K mengalami kelemahan. Tubuh
membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan
perbaikan sel. Oleh karena itu dibutuhkan asupan makanan yang cukup untuk
pasien untuk mengkaji dehidrasi (Wong, 2008 : 496). Menyajikan makan selagi
hangat, berikan porsi sedikit tapi sering rasionalnya untuk meningkatkan nafsu
makan karena An. K mengalami penurunan nafsu makan sehingga lebih efektif
jika asupan makanan dengan porsi yang sedikit tapi sering, untuk meningkatkan
masukan makanan pada anak (Wong, 2008 : 500). Memberikan alternatif nutrisi
didapatkan data ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya sudah membaik
sarapan pagi habis 1 porsi, itu menandakan terjadinya peningkatan nafsu makan
artinya tidak ada peningkatan berat badan dari awal sakit. Analisa masalah
teratasi sebagian.
Planning lanjutkan intervensi : anjurkan makan sedikit tapi sering
berikan makanan yang mudah ditelan dan hidangkan dalam keadaan hangat,
pasien mau menuruti apa yang dikatakan perawat untuk makan sedikit tapi
dilakukan oleh seseorang (Perry dan Potter, 2010 : 1199) sedangkan intoleran
aktifitas adalah ketidak cukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam
suplai energi yang merupakan salah satu manifestasi dari terjadinya gangguan
fungsi trombosit. Jika tejadi kelemahan, seorang anak tidak dapat melakukan
(2007:2) terdiri dari selama aktivitas terjadi kelemahan, pusing dan dispnea,
pernapasan hingga lebih dari 24 X/menit dan frekuensi nadi lebih dari 95
ibu pasien mengatakan anaknya lemas, dan data obyektif aktivitas dibantu
keluarga, frekuensi pernapasan 24 X/menit dan frekuensi nadi 96 X/menit, hal ini
sesuai dengan batasan mayor menurut Carpenito (2007 : 2) yaitu pasien lemah
fisiologis sebagai prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow (Perry dan Potter,
empat (Perry dan Potter, 2010 : 274). Jika masalah ini tidak diatasi, maka
keperawatan pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2017 pukul 11.15 WIB di Ruang
simpanan energi.
Menurut penulis menganjurkan untuk istirahat pada pasien sangat
penting untuk menghemat energi hal ini didukung oleh Setyaningsi (2009:4) tirah
pasien tujuannya adalah untuk megetahui seberapa jauh respon pasien setelah
tujuannya agar nilai dapat diketahui setiap hari sehingga dapat mempermudah
mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien DBD harus
diperiksa Ht, Hb dan trombosit setiap hari mulai hari ketiga sakit sampai demam
telah turun 1-2 hari. Nilai Ht itulah yang menentukan apakah pasien perlu
pkl 11.15 di Ruang Anggrek yaitu subyektif orang tua pasien mengatakan
anaknya keadaan anaknya sudah agak membaik yaitu tidak lemas lagi,
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf
otonum dalam berespon terhadap ancaman yang tidak spesifik (Carpenito, 2007:
9). Cemas pada An. K disebabkan karena rasa takut dan cemas jika didekati
perawat atau dokter, merupakan salah satu efek hospitalisasi. Menurut Nanda
(2013:9) cemas adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was - was untuk mengatasi
menghadapinya.
Menurut Wong (2008) dalam Supartini (2010:188) hospitalisasi
merupakan proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan
orang tua dapat mengalami kejadian yang menurut beberapa peneliti ditunjukan
dengan pengalaman yang sangat trumatik dan penuh dengan stress. Berbagai
perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan
rasa bersalah.
Batasan karakteristik mayor dimanifestasikan oleh gejala - gejala dari
tiga kategori yaitu fisiologis, emosional, dan kognitif. Gejala bervariasi sesuai
data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya cemas bila didekati perawat atau
dokter dan didukung pula dengan data obyektif pasien tampak cemas dan takut
persaan takut menghilang. Ketakutan dapat terjadi tanpa ansietas, dan ansietas
dapat terjadi tanpa ketakutan. Secara klinis, keduanya dapat ada bersamaan
ketiga karena kebutuhan keselamatan dan rasa aman merupakan tingkat kedua
Menurut Supartini (2010 : 190) anak tidak betah tinggal di rumah sakit dan
membersihkan tempat tidur, rasionalnya klien merasa nyaman, selain itu tempat
tidur yang bersih juga dapat mengurangi adanya bakteri - bakteri yang dapat
meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Menurut
ini anak dapat mengekspresikan perasaan dari dalam. (Potter dan Perry, 2013 :
kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur
yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, dan sosial
2017 pukul 11.45 WIB di Ruang Anggrek yaitu obyektifnya pasien sudah bisa di
ajak komunikasi, pasien sudah tidak takut lagi saat di dekati perawat, analisa
PENUTUP
A. Kesimpulan
oleh arbovirus (arthropod born virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
(aedes albopictus dan aedes aegypti). Virus ini mempunyai empat jenis serotipe
yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Tanda dan gejala penyakit DHF sebagai
berikut :demam tinggi 5-7 hari, perdarahan terutama bawah kulit, uji tourniquet
renjatan seperti :sianosis, kulit lembab dan dingin, gelisah, tekanan darah menurun.
Pada pasien DHF terjadi trombositopeni (100.000 mm3 atau kurang) dan
hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih) menurut usia dan jenis
kelamin.
implementasi, diantaranya pasien yang kadang rewel jika didekati perawat, akan
tetapi dengan adanya keluarga yang kooperatif dan selalu menenangkan pasien
pelaksanaan implementasi adalah adanya kerja sama yang baik antara perawat,
Dari ketiga masalah keperawatan yang ditemukan pada An. N hanya satu
intake yang tidak adekuat dan intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik tidak terselesaikan karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan
yaitu untuk diagnosa pertama : berat badan pasien meningkat dan untuk diagnosa
ke dua : pasien bisa beraktivitas sendiri. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
disarankan pada keluarga untuk memberikan masukan peroral yang adekuat pada
An. K dirumah. Selain itu An. K juga disarankan untuk kontrol ulang ke dokter sehari
B. Saran
a. Bagi pasien DHF pada An. K untuk penatalaksanaan di rumah berikan minum
pemberantasan vektor merupakan cara yang paling memadai saat ini. Vektor
sarangnya terdapat di tempat tempat yang berisi air bersih dengan jarak
terbang maksimal 100 meter. Bawa ke petugas kesehatan bila demam tinggi dan
mendadak, mual, muntah, sakit kepala, nyeri perut, sampai epitaksis dan
perdarahan gusi.
c. Bagi institusi rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien
latihan pada petugas kesehatan, serta ikut dalam memberikan pendidikan pada