Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN IV

GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) PADA LANSIA

Disusun untuk memenuhi penugasan individu Praktik Klinik Keperawatan IV

Dosen Pembimbing : Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Kes

Oleh:

AN NISA’U SHOLEHA

NIM. 131811133048/ A2018

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2021
2

GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) PADA LANSIA

I. Definisi

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik

kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada tiga macam yaitu tidak dapat

memulai tidur, tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga, dan bangun

secara dini serta tidak dapat tidur kembali (Potter, 2008).

II. Etiologi

Menurut Rafknowledge (2010) secara garis besar ada beberapa faktor yang

menyebabkan insomnia yaitu:

1. Stres, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena

memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.

2. Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan

keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan

diri dari masalah yang dihadapi, depresi bisa menyebabkan insomnia

dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

3. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes,

sakit ginjal, arthritis, atau penyakit mendadak seringkali menyebabkan

kesulitan tidur.

4. Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat

menjadi penyebab insomnia.

5. Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum

pergi tidur bisa menyulitkan untuk tertidur

6. Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant.

Alkohol dapat mengacaukan pola tidur Kurang berolah raga juga bisa

menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.


3

7. Lingkungan mempengaruhi tidur. Lingkungan yang bising, cahaya

yang terang atau gelap, suhu yang ekstrem, kelembapan lingkungan,

dan tatanan yang tidak familiar dapat mengganggu pola tidur seseorang.

III. Patofisiologi

Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang


bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur
terbangun diatur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa
neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang
diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu serotonin.
Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam
menginduksi rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak(Guyton & Hall, 2008).
Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang merupakan hormone
katekolamin yang diproduksi secara alami oleh. Adanya lesi pada pusat pengatur
tidur di hypothalamus juga dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur.
Katekolamin yang dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang
akan merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas. Stress juga
merupakan salah satu factor pemicu, dimana dalam keadaan stress atau cemas,
kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan merangsang
sistem saraf sehingga seseorang akan terus terjaga (Perry, dalamIswari &
Wahyuni).

IV. Gejala Klinis

Menurut Zaini (2013), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang

mengalami gangguan tidur yaitu :

1. Kesulitan untuk jatuh tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia)
Didefinisikan sebagai kesulitan tertidur yang lebih dari 30 menit. Biasanya
disebabkan karena tingkat kesadaran yang tinggi yang berhubungan dengan
anxietas atau faktor lain.
4

2. Kesulitan untuk mempertahankan tidur / sering terbangun dari tidur lalu sulit
tertidur kembali. Keadaan ini bisa muncul secara ireguler dalam 1 malam atau
muncul pada waktu-waktu tertentu, seperti selama fase tidur REM.
3. Terbangun lebih cepat di pagi hari. (terminal insomnia) Kondisi ini cukup
seirng ditemukan pada orang tua. Merasa tetap lelah dan mengantuk meskipun
durasi tidur sudah cukup. Merasa cemas jika sudah mendekati waktu tidur.
4. Untuk mencapai kriteria diagnosis untuk insomnia secara umum, pasien
memiliki satu dari tiga kriteria dibwah (Larayanthi, 2013) :

1) Keluhan mengandung paling sedikit satu dari keluhan tidur dibawah ini

a. Kesulitan untuk memulai tidur


b. Kesulitan untuk mempertahankan tidur
c. Terbangun terlalu awal
d. Tidur tidak mengembalikan energi atau kualitas tidur buruk

2) Kesulitan tidur terjadi walaupun adanya kesempatan tidur dan keadaan


untuk tidur cukup memadai
3) Mengalami setidaknya satu dari beberapa bentuk gangguan di siang hari
yang berhubungan dengan kesulitan tidur :

a. Kelelahan/ malaise
b. Gangguan konsentrasi, perhatian, dan memori
5

c. Disfungsi social
d. Mengantuk di siang hari
e. Berkurangnya energy / motivasi
f. Keprihatinan atau kecemasan tentang tidur

V. Pemeriksaan Penunjang

Melalui pemeriksaan polysomnography pada pasien insomnia didapatkan


sleep latency ≥ 30 menit, wake time after sleep onset ≥ 30 menit, sleep
efficiency < 85%, atau total sleep time (TST) < 6-6,5 jam. Rekaman tidur
polisomnografi (PSG) menunjukkan bahwa meskipun pada orang lanjut usia
menghabiskan waktu lebih banyak di tempat tidur, mereka mengalami kesulitan
untuk dapat tertidur, kurang tidur secara keseluruhan, lebih sering terbangun di
malam hari, terbangun lebih awal di pagi hari sehingga mengurangi efisiensi
tidur dan membutuhkan waktu tidur siang lebih banyak. Hasil dari Multiple
Sleep Latency Tests (MSLTs), suatu pengukuran objektif untuk mengevaluasi
rasa kantuk di siang hari melalui rekaman PSG saat tidur siang, menunjukkan
bahwa secara signifikan orang lanjut usia lebih mengantuk sepanjang hari
dibandingkan dengan orang dewasa muda.

VI. Penatalaksanaam

1. Penatalaksaan Farmakologis :

Pengunaan pengobatan insomnia secara farmakologis dibagi menjadi 2 macam :

1) Benzodiazepine (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam)

Benzodiazepine (BZDs) adalah obat yang paling sering digunakan untuk


mengobati insomnia pada usia lanjut. BZDs menimbulkan efek sedasi karena
bekerja secara langsung pada reseptor benzodiazepine. Efek yang ditimbulkan
6

oleh BZDs adalah menurunkan frekuensi tidur pada fase REM, menurunkan
sleep latency, dan mencegah pasien terjaga di malam hari.

2) Non benzodiazepine

Obat ini efektif pada usia lanjut karena dapat diberikan dalam dosis yang
rendah. Obat golongan non-benzodiazepine yang aman pada usia lanjut yaitu:
Zaleplon, Zolpodem, Eszopiclone, Melatonin reseptor agonist dan Sedating
Antidepressant

2. Penatalaksanaan NonFarmakologis :

1) Terapi tigkah laku

a) Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik

b) Teknik relaksasi

c) Stimulus kontrol

2) Gaya hidup

a) Mengontrol jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur

b) Tidak berada ditempat tidur ketika tidak tidur

c) Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan


menyulitkan tidur pada malam hari

d) Menyiapkan suasana yang nyaman pada kamar untuk tidur

e) Menghindari kafein, alkohol

f) Olahraga dan tetap aktif setiap hari


7

VII. WOC

Stres, depresi, kelainan-kelainan kronis, efek samping pengobatan, pola makan yang
buruk, kafein, alkohol, nikotin, faktor lingkungan

Mempengaruhi
proses tidur

Frekuensi tidur
menurun

Insomnia

Perasaan tidak lemah, Konsentrasi Proses tidur


nyaman, gelisah lelah, lesu menurun tidak adekuat

MK : Gangguan MK : Keletihan Ketidakpuasan


Keseimbangan
Rasa Nyaman (D. 0057) tidur
menurun
(D. 0074)

Antaksia saat MK : Gangguan


berdiri/berjalan Pola Tidur (D.
0055)

MK : Risiko
Cidera (D.0136)

VIII. Pengkajian

1. Identitas Klien
8

Kaji identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, keadaan lingkungan, tempat
tinggal, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose medis.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama klien yang mengalami insomnia biasanya adalah susah utuk tidur
sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Selain itu terjadi kesulitan untuk
mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur cukup yang mengakibatkan seseorang
terbangun sebelum mendapatkan waktu tidur yang cukup.

3. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Kaji tentang kapan mulai datang gejala gangguan tidur (insomnia), penyebab
timbulnya, dampak yang ditimbulkan, alat bantu tidur yang digunakan, serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.

Format pertanyaa yang ditanyakan :

a) Kebiasaan pola tidur bangun

• Waktu tidur dan bangun

• Jumlah jam tidur

• Apakah mengalami kesulitan tidur?

• Apakah sering bangun saat tidur?

• Apakah mengalami mimpi yang mengancam?

• Apakah tidur siang? Berapa jam?

• Apakah terbangun sangat pagi? Kemudian sulit untu tidur kembali?

b) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari hari

• Apakah merasa segar saat bangun?

• Apa yang terjadi jika kurang tidur?

• Tingkat energi saat melakukan aktivitas sehari hari?


9

c) Alat bantu tidur

• Apa yang anda lakukan sebelum tidur?

• Apakah menggunakan obat obatan membantu tidur?

• Ceritakan ruangan/lingkungan yang anda sukai untuk tidur?

d) Gangguan tidur/ faktor-faktor yang berkontribusi

• Jenis gangguan tidur

• Kapan masalah ini terjadi?

• Apakah ada penyakit yang mempengaruhi tidur?

• Bagaimana masalah tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sehari


hari?

• Apa upaya yang anda lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

2) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita insomnia sebelumnya, atau penyakit yang
mempengaruhi tidur, menjalani pengobatan dan obat obat apa yang
dikonsumsi.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji adakah keluarga yang menderita penyakit yang dialami pasien, kaji
adanya penyakit keturunan yang dapat menyebabkan insomnia seperti
penyakit jantung, stroke, asma, dll

4. Kebiasaan Sehari-hari

1) Riwayat psikososial

Kaji meliputi informasi mengenai perilaku, perasan dan emosi yang dialami
klien

2) Biologis

Kaji pola makan klien, minum, pola tidur, pola elemininasi, dan aktivitas
sehari hari
10

3) Sosial

Kaji meliputi dukungan keluarga antar keluarga dan hubungan dengan orang
lain

4) Spiritual/ kulturat

Kaji meliputi pelaksanaan ibadah, keyakinan tentan kesehatan

5. Pemeriksaan Fisik

1) Observasi TTV : tekanan darah, nadi, suhu, RR

2) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi klien

3) Observasi daerah wajah : biasaya orang dengan insomnia ada lingkaran hitam
dibawah mata, kemudian mata sayu, konjungtiva merah

4) Pergerakan ambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap,
mata tampak lengket, menarik diri, bingung

6. Pemeriksaan Diagnostik

1) Elektroencephalogram (EEG) : merekam aktivitas listrik otak

2) Elektromioram (EMG) : pengukuran tonus otot

3) Elektrocologram (EOG) : mengukur pergerakan mata

Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami


insomnia atau tidak dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :

1. Pola tidur penderita

2. Pemakaian obat-obatan, alkohol

3. Riwayat medis

4. Aktifitas fisik

7. Data Penunjang

1) Keluhan kesulitan terlelap/ tidak merasa segar

2) Tidur terganggu, terbangun lebih awal dari keinginan


11

3) Perubahan perilaku dan penampilan

4) Iritabilitas/ letargis

5) Sering menguap

6) Lingkaran hitam disekitar mata

7) Perubahan tingkat aktifitas

8) Mata merah

IX. Diagnosis Keperawatan

1) Gangguan pola tidur (D. 0055) b.d kurang kontrol tidur d.d mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur

2) Keletihan (D. 0057) b.d gangguan tidur d.d merasa kurang tenaga, mengeluh
lelah, tampak lesu

3) Gangguan rasa nyaman (D. 0074) b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman,
gelisah

4) Risiko Jatuh (D. 0136) d.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh

X. Rencana Keperawatan

No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I. 05174)


pola tidur keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan Pola Tidur (L.05045) Observasi :
(D. 0055)
membaik dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
1. Keluhan pola tidur menurun (4)
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik)
2. Keluhan sulit tidur menurun (4) Terapeutik :
3. Keluhan tidak puas tidur menurun
3. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
(4)
kebisingan, suhu)
4. Keluhan istirahat tidak cukup
4. Lakukan prosedur untuk meningkattan
menurun (4)
kenyamanan (posisi, terapi akupresur)
5. Keluhan sering terjaga menurun
(4) Edukasi :

5. Anjurkan menepati kebiasaan tidur


6. Ajarkan faktor faktor yang berkontribusi
12

terhadap pola tidur (mis. Gangguan fisik,


psikologis)
7. Ajarkan cara nonfarmakologis lainnya

2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajamen Energi (I. 05178)


(D. 0057) keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan Tingkat Keletihan Observasi :
(L.05046) menurun dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan keletihan
1. Verbalisasi kepulihan energi
meningkat (4) 2. monitor kelelahan fisik dan emosional

2. Verbalisasi lelah menurun (4) 3. monitor pola dan jam tidur


3. Lesu menurun (4)
Terapeutik :
4. Pola istirahat membaik (4)
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

Edukasi :

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3. Ajarakan strategi koping untuk menguranngi


kelelahan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (I. 09326)
rasa nyaman keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan Status Kenyamanan Observasi :
(D. 0074)
(L.08064) meningkat dengan
kriteria hasil : 1. Identfikasi penurunan tingkat energi, ketidak
mampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
1. Keluhan tidak nyaman menurun
(4) mengganggu

2. Gelisah menurun (4) 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif


3. Keluhan sulit tidur menurun (4) digunakan

3. Monitor respon terhadap terapi relaksasi


13

Terapeutik :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa


gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi

3. Gunakan pakaian longgar

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis


relaksasi yang tersedia (mis : musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif)

2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang


dipilih

3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

4. Anjurkan sering mengulangi teknik relaksasi

Daftar Pustaka
14

Larayanthi, C. I. (2013). MANAJEMENT OF INSOMNIA IN GERIATRIC PATIENTS. E-


Jurnal Medika Udayana, 2(5), 782–798. Dipetik November 30, 2021, dari
https://www.mendeley.com/catalogue/0037b7e9-0e03-39ee-9d22-165ccf44c90c/
Potter & Perry. (2008). Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC

Rafknowledge, (2010). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta. Elex Medika
Computindo.
Zaini, N. b. (2013). WHAT IS INSOMNIA. E-Jurnal Medika Udayana, 2(12), 2061-2076.
Dipetik Novemver 30, 2021, dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/7341

Anda mungkin juga menyukai