MASALAH KEPERAWATAN
Disusun oleh :
J230215075
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI
A. MASALAH UTAMA
Risiko Bunuh Diri
Menurut Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi
3 yaitu :
Resiko kekerasan
Core Problem
Resiko Bunuh Diri
Halusinasi
(Nita Fitria,2010)
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Merupakan suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan
psikolog dalam menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556
pernyataan benar atau salah.
2. Elektroensefalografik (EEG)
Pemeriksaan yang dilakukan dalam psikiatri untuk membantu membedakan
antara etiologi fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3. Test laboratorium kromosom darah
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan oleh genetik.
4. Rontgen kepala
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur
anatomi tubuh (Dermawan 2013).
d. Penatalaksanaan
Terapi yang diterima pasien: Electro Convulsif Therapie (ECT) suatu
tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik. Terapi auntuk waham antara lain seperti
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan
pasien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat (Iskandar,2012).
D. MASALAH KEPERAWATAN
a) Resiko bunuh diri
- Data subjektif
Menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tidak ada gunanya
hidup
- Data objektif
Isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri
b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Data subjektif
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya, mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli dan mengkritik dirinya sendiri
- Data objektif
Merusak diri sendiri dan orang lain
c) Resiko perilaku kekerasan
- Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, klien suka
membentak dan menyerang orang lain
- Data objektif
Klien mengamuk, merusak, dan melempar barang-barang melakukan
tindakan kekerasan pada orang disekitarnya.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.) Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
- Definisi
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam
waktu lama dan terus menerus.
- Gejala dan Tanda Mayor
DS :
Menilai diri negatif
Merasa malu/bersalah
Merasa tidak mampu melakukan apapun
Meremehkan kemampuan memgatasi masalah
Merass tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
DO :
Enggan mencoba hal baru
Berjalan menunduk
Postur tubuh menunduk
- Gejala dan Tanda Minor
DS :
Merasa sulit konsentrasi
Sulit tidur
Mengungkapkan keputusan
DO :
Kontak mata kurang
Lesu dan tidak bergairah
Berbicara pelan dan lirih
Pasif
Perilaku tidak asertif
Mencari penguatan secara berlebihan
Bergantung pada pendapat orang lain
Sulit membuat keputusan (SDKI, 2017)
b.) Resiko Bunuh Diri (D.0135)
- Definisi
Beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan.
- Faktor Resiko
Gangguan perilaku (mis. euforia mendadak setelah depresi, pelaku
mencari senjata bervahaya, memebeli obat dalam jumlah banyak,
membuat surat warisan)
Demografi (mis. lansia, status perceraian, janda/duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
Gangguan fisik (mis. nyeri kronis, penyakit terminal)
Masalah sosial (mis. berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi sosial)
Gangguan psikologis (mis.penganiayaan masa kanak – kanak, riwayat
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat) (SDKI, 2017)
c.) Resiko Perilaku Kekerasan (D. 0146)
- Definisi
Beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain.
- Faktor Resiko
Faktor resiko
Pemikiran waham
Curiga pada orang lan
Halusinasi
Berencana bunuh diri
Disfungsi sistem keluarga
Kerusakan kognitif
Disorientasi atau konfusi
Alam perasaan depresi
Kelanan neurologis
Lingkungan tidak teratur
Impulsif
Ilusi (SDKI, 2017).
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
a.) Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
- Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Jam diharapakan harga diri
rendah kronis dapat (Meningkat) dengan kriteria hasil:
- Harga Diri (L.09069)
Penilaian diri positif meningkat dari skala 1 (menurun) menjadi skala
5 (meningkat)
Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif dari skala 1
(menurun) menajdi skala 5 (meningkat)
Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri dari skal 1
(menurun) menjadi skala 5 (meningkat)
Minat mencoba hal baru dari skala 1 (menurun) menjadi skala 5
(meningkat)
Perasaan malu dari skala 1 (meningkat) menjadi skal 5 (menurun)
Perasaan bersalah dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
Perasaan tidak mampu melakukan apapun dari skal 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun) (SLKI, 2019).
- Intervensi Keperawatan :
Manajemen perilaku (I.12463)
Observasi
Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
Jadwalkan kegiatan terstruktur
Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan
konsistem setiap dinas
Tingkatkam aktivitas fisik sesuai kemampuan
Batasi jumlah pengunjung
Bicara dengan nada rendah dan tenang
Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
Cegah perilaku pasif dan agresif
Beri penguatan postif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
Hindari sikap mengancam dan berdebat
Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah di tetapkan
Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif (SIKI, 2018).
b.) Resiko Bunuh Diri (D.0135)
- Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Jam diharapakan resiko bunuh
diri dapat (Meningkat) dengan kriteria hasil:
- Kontrol Diri (L.09076)
Verbalisasi ancaman kepada orang lain dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
Perilaku menyerang dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
Perilaku melukai diri sendiri/orang lain dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
Perilaku merusak lingkungan dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
Perilaku agresif/mengamuk dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun) (SLKI, 2019).
- Intervensi Keperawatan
Pencegahan Bunuh Diri (I. 14538)
Observasi
Identifikasi gejala bunuh diri
Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
Terapeutik
Libatkan dalam perencanaan perawatan diri
Libatkan perencanaan perawatan mandiri
Lakukan pendekatan langung dan tidak langsung
Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu
Lakukan intervensi perlindungan
Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri
Edukasi
Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang
lain
Anjurkan menggunakan sumber pendukung
Latih pencegahan resiko bunuh diri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
Rujuk ke pelayanan kesehatan mental (SIKI, 2018).
c.) Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
- Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Jam diharapakan resiko perilaku
kekerasan diri dapat (Meningkat) dengan kriteria hasil:
- Intervensi Keperawatan :
Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
Observasi
Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
Terapeutik
Pertahankan lingkungan bebas dari baya secara rutin
Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
Anjurkan pemgunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
Latih mengurangi kemarahan secara verb dan nonverbal (SIKI, 2018).
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dilakukan setelah implementasi
tindakan keperawatan. Apabila tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, kemudian catat apa saja yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan
perubahan intervensi (Tarwono & Wartonah, 2015).
TINDAKAN KEPERAWATAN/
STRATEGI PELAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Maramis, Rusdi (2010). Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta: FK
Unika
Atmajaya
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th 2. Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and
Suicide. In : Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 9 ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007, p.527-30.
Ambarwati, Fitri Respati & Nasution, Nita (2012). Buku Pintar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. (2013).Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton. St. Louis:
Mosby Yeart Book.