Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KEPERAWATAN

RISIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh :

ARI SUCI NUR ROHMAH

J230215075

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXIV

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI

A. MASALAH UTAMA
Risiko Bunuh Diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Secara umum, kata bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium” yang
berarti “membunuh diri sendiri”. Jika berhasil, tindakan ini merupakan tindakan
fatal yang menunjukkan keinginan orang tersebut untuk mati. Schneidman
mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku oleh seorang individu yang
memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik untuk penyelesaian pada masalah
yang dihadapi. Istilah bunuh diri dapat mengandung arti ancaman bunuh diri
(threatened suicide), ide bunuh diri (suicide ideation), percobaan bunuh diri
(attempted suicide), bunuh diri yang telah dilakukan (committed suicide), depresi
dengan niat bunuh diri dan melukai diri sendiri (self destruction). Jadi secara
umum definisi bunuh diri adalah perilaku membunuh diri sendiri dengan intensi
mati sebagai penyelesaian suatu masalah. (Maramis, 2010)
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilku
untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress
yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan
mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Rusdi,2013)

Menurut Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi
3 yaitu :

1.) Bunuh diri anomik


Bunuh diri anomik merupakan suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressor) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
2.) Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik yaitu suatu tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3.) Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik merupakan suatu tindakan bunuh diri yang diakibatkan
faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2. Tanda dan Gelaja
a. Subyektif
1. Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
2. Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
3. Mengungkapkan dirinya tidak berguna
b. Obyektif
1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
3. Penyebab Terjadinya Masalah
a.) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart (2013) menjelaskan bahwa yang
menunjang resiko bunuh diri antara lain :
1. Diagnostik lebih dari 90% orang dewasa yang mengkahiri hidupnya
dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit gangguan jiwa
antara lain yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, impulsive, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial seseorang dengan pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan social, kejadian negative dalam hidup, penyakit
kronis, perpisahan dan perceraian.
4. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri meruapakan faktor
resiko penting untuk melakukan destruktif .
b.) Faktor presipitasi
Menurut Stuart (2013) menjelaskan pencetus dapat berupa kejadian yang
memalukan seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,
kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Faktor pencetus yang
menyebabkan seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal dalam melakukan hubungan yang berarti
2. Kegagalan dalam beradaptasi yang dapat menyebabkan stress
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri, atau untuk cara mengakhiri keputusan
4. Akibat Terjadinya Masalah
a. Keputusasaan
b. menyalahkan diri sendiri
c. perasaan gagal dan tidak berdaya dan tidak berharga
d. perasaan tertekan
e. insomnia yang tetap
f. penurunan berat badan
g. berbicara lamban, keletihan
C. PATOPSIKOLOGI dan POHON MASALAH
a. Patopsikologi
Bunuh diri merupakan sebuah perilaku merusak diri yang langsung dan
disengaja untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk
mati sehingga melakukan melakukan tindakan – tindakan untuk mewujudkan
keinginan tersebut. Perilaku bunuh dri disebabkan karena individu mempunyai
koping tidak adaptif akibat dari gangguan konsep diri: harga diri rendah. Resiko
yang mungkin terjadi pada klien yang menalami krisis bunuh diri adalah
mencederai diri sendiri dengan tujuan mengakhirir hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeripada diir sendiri (Keliat,2010).
b. Pohon Masalah

Resiko kekerasan

Core Problem
Resiko Bunuh Diri

Halusinasi

Harga diri rendah Gangguan isi pikir waham

(Nita Fitria,2010)
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Merupakan suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan
psikolog dalam menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556
pernyataan benar atau salah.
2. Elektroensefalografik (EEG)
Pemeriksaan yang dilakukan dalam psikiatri untuk membantu membedakan
antara etiologi fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3. Test laboratorium kromosom darah
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan oleh genetik.
4. Rontgen kepala
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur
anatomi tubuh (Dermawan 2013).
d. Penatalaksanaan
Terapi yang diterima pasien: Electro Convulsif Therapie (ECT) suatu
tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik. Terapi auntuk waham antara lain seperti
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan
pasien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat (Iskandar,2012).

D. MASALAH KEPERAWATAN
a) Resiko bunuh diri
- Data subjektif
Menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tidak ada gunanya
hidup
- Data objektif
Isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri
b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Data subjektif
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya, mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli dan mengkritik dirinya sendiri
- Data objektif
Merusak diri sendiri dan orang lain
c) Resiko perilaku kekerasan
- Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, klien suka
membentak dan menyerang orang lain
- Data objektif
Klien mengamuk, merusak, dan melempar barang-barang melakukan
tindakan kekerasan pada orang disekitarnya.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.) Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
- Definisi
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam
waktu lama dan terus menerus.
- Gejala dan Tanda Mayor
DS :
 Menilai diri negatif
 Merasa malu/bersalah
 Merasa tidak mampu melakukan apapun
 Meremehkan kemampuan memgatasi masalah
 Merass tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
 Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
 Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
DO :
 Enggan mencoba hal baru
 Berjalan menunduk
 Postur tubuh menunduk
- Gejala dan Tanda Minor
DS :
 Merasa sulit konsentrasi
 Sulit tidur
 Mengungkapkan keputusan
DO :
 Kontak mata kurang
 Lesu dan tidak bergairah
 Berbicara pelan dan lirih
 Pasif
 Perilaku tidak asertif
 Mencari penguatan secara berlebihan
 Bergantung pada pendapat orang lain
 Sulit membuat keputusan (SDKI, 2017)
b.) Resiko Bunuh Diri (D.0135)
- Definisi
Beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan.
- Faktor Resiko
 Gangguan perilaku (mis. euforia mendadak setelah depresi, pelaku
mencari senjata bervahaya, memebeli obat dalam jumlah banyak,
membuat surat warisan)
 Demografi (mis. lansia, status perceraian, janda/duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
 Gangguan fisik (mis. nyeri kronis, penyakit terminal)
 Masalah sosial (mis. berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi sosial)
 Gangguan psikologis (mis.penganiayaan masa kanak – kanak, riwayat
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat) (SDKI, 2017)
c.) Resiko Perilaku Kekerasan (D. 0146)
- Definisi
Beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain.
- Faktor Resiko
 Faktor resiko
 Pemikiran waham
 Curiga pada orang lan
 Halusinasi
 Berencana bunuh diri
 Disfungsi sistem keluarga
 Kerusakan kognitif
 Disorientasi atau konfusi
 Alam perasaan depresi
 Kelanan neurologis
 Lingkungan tidak teratur
 Impulsif
 Ilusi (SDKI, 2017).

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
a.) Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
- Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Jam diharapakan harga diri
rendah kronis dapat (Meningkat) dengan kriteria hasil:
- Harga Diri (L.09069)
 Penilaian diri positif meningkat dari skala 1 (menurun) menjadi skala
5 (meningkat)
 Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif dari skala 1
(menurun) menajdi skala 5 (meningkat)
 Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri dari skal 1
(menurun) menjadi skala 5 (meningkat)
 Minat mencoba hal baru dari skala 1 (menurun) menjadi skala 5
(meningkat)
 Perasaan malu dari skala 1 (meningkat) menjadi skal 5 (menurun)
 Perasaan bersalah dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
 Perasaan tidak mampu melakukan apapun dari skal 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun) (SLKI, 2019).
- Intervensi Keperawatan :
Manajemen perilaku (I.12463)
Observasi
 Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
 Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
 Jadwalkan kegiatan terstruktur
 Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan
konsistem setiap dinas
 Tingkatkam aktivitas fisik sesuai kemampuan
 Batasi jumlah pengunjung
 Bicara dengan nada rendah dan tenang
 Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
 Cegah perilaku pasif dan agresif
 Beri penguatan postif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
 Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
 Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
 Hindari sikap mengancam dan berdebat
 Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah di tetapkan
Edukasi
 Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif (SIKI, 2018).
b.) Resiko Bunuh Diri (D.0135)
- Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Jam diharapakan resiko bunuh
diri dapat (Meningkat) dengan kriteria hasil:
- Kontrol Diri (L.09076)
 Verbalisasi ancaman kepada orang lain dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
 Perilaku menyerang dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
 Perilaku melukai diri sendiri/orang lain dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
 Perilaku merusak lingkungan dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
 Perilaku agresif/mengamuk dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun) (SLKI, 2019).

- Intervensi Keperawatan
Pencegahan Bunuh Diri (I. 14538)
Observasi
 Identifikasi gejala bunuh diri
 Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
 Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
 Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
 Terapeutik
 Libatkan dalam perencanaan perawatan diri
 Libatkan perencanaan perawatan mandiri
 Lakukan pendekatan langung dan tidak langsung
 Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu
 Lakukan intervensi perlindungan
 Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri
Edukasi
 Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang
lain
 Anjurkan menggunakan sumber pendukung
 Latih pencegahan resiko bunuh diri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas
 Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
 Rujuk ke pelayanan kesehatan mental (SIKI, 2018).
c.) Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
- Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Jam diharapakan resiko perilaku
kekerasan diri dapat (Meningkat) dengan kriteria hasil:

- Kontrol Diri (L.09076)


 Verbalisasi ancaman kepada orang lain dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
 Perilaku menyerang dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
 Perilaku melukai diri sendiri/orang lain dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
 Perilaku merusak lingkungan dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
 Perilaku agresif/mengamuk dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5
(menurun) (SLKI, 2019).

- Intervensi Keperawatan :
Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
Observasi
 Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
 Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
 Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
Terapeutik
 Pertahankan lingkungan bebas dari baya secara rutin
 Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
 Anjurkan pemgunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
 Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
 Latih mengurangi kemarahan secara verb dan nonverbal (SIKI, 2018).
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).

H. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dilakukan setelah implementasi
tindakan keperawatan. Apabila tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, kemudian catat apa saja yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan
perubahan intervensi (Tarwono & Wartonah, 2015).

TINDAKAN KEPERAWATAN/
STRATEGI PELAKSANAAN

A. RISIKO BUNUH DIRI/ RBD


Tindakan mandiri
1. Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isyarat, ancaman, percobaan
(jika percobaan segera rujuk)
2. Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan aman
untuk pasien )
3. Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki
4. Mendiskusikan harapan dan masa depan
5. Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
6. Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
7. Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
Edukasi pasien dan keluarga
1. Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya risiko bunuh diri
(gunakan booklet)
3. Menjelaskan cara merawat risiko bunuh diri
4. Melatih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi dukungan pencapaian
masa depan
5. Melatih cara memberi penghargaan pada pasien dan menciptakan suasana positif
dalam keluarga: tidak membicarakan keburukan anggota keluarga
6. Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan serta
langkah- langkah mencapainya
7. Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untuk mencapai harapan
masa depan i.
8. Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
Tindakan kolaborasi
1. Melakukan komunikasi dengan pendekatan ISBAR
2. Memberikan psikofarmaka sesuai advice
3. Kolaborasi pengawasan efek samping obat

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Maramis, Rusdi (2010). Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta: FK
Unika
Atmajaya

Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th 2. Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and
Suicide. In : Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 9 ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007, p.527-30.

Ambarwati, Fitri Respati & Nasution, Nita (2012). Buku Pintar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. (2013).Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton. St. Louis:
Mosby Yeart Book.

Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan .


Edisi :4 .Jakarta

Anda mungkin juga menyukai