Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN MASALAH RESIKO BUNUH DIRI


Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa Profesi Ners 16
Dosen Pembimbing: Rita Tri Subekti S.Kep.,Ns

Disusun oleh:

ADITYA PATRIA NEGARA


SN221002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN MASALAH RESIKO BUNUH DIRI

A. MASALAH UTAMA
Resiko Bunuh Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan membinasakan diri
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Ide untuk bunuh diri
mengacu pada pikiran-pikiran tentang menyakiti atau membunuh diri
sendiri (Direja, 2011).
2. Tanda dan Gejala
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mti
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
dan mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikologis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal) (Yusuf, 2016).
3. Penyebab Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Teori tingkah laku memberi kesan bahwa melukai diri adalah
dipelajari dan diperoleh dalam masa kanak-kanak atau dewasa,
perbedaannya teori psikologi memfokuskan pada kerusakan yang penting
dalam awal perkembangan ego, ini memberi kesan bahwa melukai diri
mulai tumbuh pada trauma awal hubungan interpersonal. Dan kecemasan
yang tidak diatasi bisa menimbulkan kelanjutan episode tingkah laku
melukai diri (Stuart, 2016).
Teori interpersonal mengemukakan bahwa melukai diri mungkin
sebagai hasil dari interaksi antara perasaan kehilangan, bersalah pada
waktu kecil dan perasaan tidak berharga. Perilaku menyimpang atau
incest mungkin menjadi presipitasi dari tingkah laku merusak diri jika
mempunyai persepsi yang negatif (Stuart, 2016).
Faktor predisposisi lain berhubungan dengan tingkah laku merusak diri
termasuk di dalamnya adalah :
1) Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhannya dan
mengungkapkan perasaannya
2) Perasaan bersalah
3) Depresi dan depersonalisasi serta fluktuasi emosi
Lima dominan faktor predisposisi yang menunjang pemahaman prilaku
destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah :
1) Diagnosis Psikiatri : lebih dari 90 % orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang membuat individu beresiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia
2) Sifat kepribadiaan :tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat
dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan,
impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial : baru mengalami kehilangan, perpisahan
atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga : Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh
diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif diri
5) Faktor Biokimia : Data menunjukkan bahwa proses yang dimediasi
serotonin, opiat, dan dopamin menimbukan prilaku destruktif diri.
b. Faktor Presipitasi
1) Perasaan stress yang berkelanjutan/berlimpah
2) Ansietas
3) Kehilangan kemampuan penilaian terhadap diri sendiri
4) Kehilangan harga diri
5) Isolasi sosial : menarik diri
6) Struktur sosial, Durkheim cit. Stuart dan Sundeen, 1998,
mengindikasikan tiga subkategori bunuh diri sebagai dasar motivasi
seseorang untuk bunuh diri :
a) Bunuh Diri Egoistic sebagai hasil interaksi yang tidak terintegrasi
dengan lingkungan (lemah dengan lingkungan).
b) Bunuh Diri Altruistic sebagai hasil kepatuhan dan kebiasaan adat.
c) Bunuh Diri Anomic ketika individu tidak dapat
mengatur/mengontrol lingkungan sosial tersebut.
4. Rentang Perilaku Bunuh Diri
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang
penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya:
a. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari
suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya
apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari
bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk
mati.
b. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
c. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yang dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara
mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih
memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini
sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying
for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu di selesaikan.
e. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak
individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f. Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi
kesedihan yang mendalam (Fitria, 2012).
5. Akibat Terjadinya Masalah
Semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
a. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan ataru terabaikan.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami
depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya
(Townsend, 2016).
C. POHON MASALAH
Resiko mencideri diri sendiri, orang lain dan lingungan Effect

Risiko Bunuh diri Core problem

Isolasi Sosial Cause

Harga Diri Rendah Kronis

Sumber: Stuart (2016)

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan
a. Resiko bunuh diri
b. Harga diri rendah kronis
c. Resiko mencideri diri sendiri, orang lain dan lingungan
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko bunuh diri
Data subyektif:
Menyatakan ingin bunuh diri/ ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
Data obyektif:
Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data subjektif:
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya, mengungkapkan tidak ada lagi
yang peduli, mengungkapkan tidak bisa apa-apa, mengungkapkan dirinya
tidak berguna, mengkritik diri sendiri
Data objektif:
Merusak diri sendiri, merusak orang lain, menarik diri dari hubungan
sosial, tampak mudah tersinggung, tidak mau makan dan tidak tidur
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Data subyektif:
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Data obyektif:
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri (D.0135)
a. Definisi
Beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mngakhiri
kehidupan.
b. Faktor resiko :
1) Gangguan perilaku (mis. Euforia mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah banyak,
membuat surat warisan)
2) Demografi (mis. Lansia, status percerian, janda/duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
3) Gangguan fisik (mis. Nyeri kronis, penyakit terminal)
4) Masalah sosial (mis. Berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi sosial)
5) Gangguan psikologis (mis. Penganiayaan masa kanak-kanak, riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat)
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis (D.0086)
a. Definisi
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung
dalam waktu lama dan terus- menerus.
b. Tanda mayor
1) Menilai diri negative
2) Merasa malu/ bersalah
3) Merasa tidak mampu melakukan apapun
4) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
7) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
8) Enggan mencoba hal baru
9) Berjalan menunduk
10) Postur tubuh menunduk
c. Tanda minor
1) Merasa sulit konsntrasi
2) Sulit tidur
3) Mengungkapkan keputusasaan
4) Kontak mata kurang
5) Lesu dan tidak bergairah
6) Berbicara pelan dan lirih
7) Pasif
8) Perilaku tidak asertif
9) Mencari penguatan secara berlebihan
10) Bergantung pada pendapat orang lain
11) Sulit membuat keputusan
12) Sering kali mencari penegasan
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
No Diagnosis Tujuan
Tindakan (Pasien) Tindakan (Keluarga)
1 Risiko TUM : Tindakan SP I
Bunuh Diri Setelah dilakukan Psikoterapeutik 1. Diskusikan masalah
tindakan keperawatan, 1. Bina hubungan yg dirasakan dalam
diharapkan klien tidak saling percaya. merawat pasien.
melakukan bunuh diri. 2. Adakan kontak 2. Jelaskan pengertian,
TUK: sering dan singkat tanda & gejala, dan
Setelah melakukan secara bertahap. proses terjadinya
interaksi dengan klien 3. Observasi tingkah risiko bunuh diri
selama … s.d. …. kali, laku klien. (gunakan booklet).
diharapkan klien tidak 4. Tanyakan keluhan 3. Jelaskan cara
melakukan bunuh diri yang dirasakan merawat risiko bunuh
dengan kriteria hasil : klien. diri.
5. Lakukan strategi 4. Latih cara
TUK SP 1 : Klien pelaksanaan memberikan pujian
dapat membina psikoterapeutik hal positif pasien,
hubungan saling SP I memberi dukungan
percaya dengan 1. Identifikasi pencapaian masa
perawat, klien dapat beratnya masalah depan.
mengidentifikasi risiko bunuh diri: 5. Anjurkan membantu
beratnya masalah isarat, ancaman, pasien sesuai jadwal
risiko bunuh diri dan percobaan (jika dan memberikan
benda-benda yang percobaan segera pujian.
berbahaya, klien dapat rujuk).
mencegah keinginan 2. Identifikasi benda-
bunuh diri dengan cara benda berbahaya
berpikir positif tentang dan mengankannya
diri sendiri. (lingkungan aman
untuk pasien).
3. Latihan cara
mengendalikan diri
dari dorongan
bunuh diri: buat
daftar aspek positif
diri sendiri, latihan
afirmasi/berpikir
aspek positif yang
dimiliki.
4. Masukan pada
jadwal latihan
berpikir positif 5
kali per hari.
TUK SP 2 : Klien SP II SP II
dapat mempraktikan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dan memasukkan cara berpikir positif keluarga dalam
mencegah keinginan tentang diri memberikan pujian
bunuh diri dengan sendiri, beri dan penghargaan atas
berpikir positif tentang pujian. Kaji ulang keberhasilan dan
keluarga dan risiko bunuh diri. aspek positif pasien.
lingkungan dalam 2. Latih cara Beri pujian.
jadwal harian. mengendalikan diri 2. Latih cara memberi
dari dorongan penghargaan pada
bunuh diri: buat pasien dan
daftar aspek positif menciptakan suasana
keluarga dan positif dalam
lingkungan, latih keluarga: tidak
afirmasi/berpikir membicarakan
aspek positif keburukan anggota
keluarga dan keluarga.
lingkungan. 3. Anjurkan membantu
3. Masukkan pada pasien sesuai jadwal
jadwal latihan dan memberi pujian.
berpikir positif
tentang diri,
keluarga dan
lingkungan.
TUK SP 3 : Klien SP III SP III
dapat mempraktikan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dan memasukkan cara berpikir positif keluarga dalam
mencegah keinginan tentang diri, memberikan pujian
bunuh diri dengan keluarga dan dan penghargaan
berpikir positif tentang lingkungan. Beri pada pasien serta
cara-cara mencapai pujian. Kaji risiko menciptakan suasana
harapan dalam jadwal bunuh diri. positif dalam
harian. 2. Diskusikan keluarga. Beri pujian.
harapan dan masa 2. Bersama keluarga
depan. berdiskusi dengan
3. Diskusikan cara pasien tentang
mencapai harapan harapan masa depan
dan masa depan. serta langkah-langkah
4. Latih cara-cara mencapainya.
mencapai harapan 3. Anjurkan membantu
dan masa depan pasien sesuai jadwal
secara bertahap dan berikan pujian.
(setahap demi
setahap).
5. Masukkan pada
jadwal latihan
berpikir positif
tentang diri,
keluarga dan
lingkungan dan
tahapan kegiatan
yang dipilih.
TUK SP 4 : Klien SP IV SP IV
dapat mempraktikan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dan memasukkan cara berpikir positif keluarga dalam
mencegah keinginan tentang diri, memberikan pujian,
bunuh diri dengan keluarga dan penghargaan,
berpikir positif tentang lingkungan serta menciptakan suasana
cara-cara mencapai kegiatan yang keluarga yang positif
masa depan dalam dipilih. Beri dan kegiatan awal
jadwal harian. pujian. dalam mencapai
2. Latih tahap kedua harapan masa depan.
kegiatan mencapai Beri pujian.
masa depan. 2. Bersama keluarga
3. Masukkan pada berdiskusi tentang
jadwal latihan langkah dan kegiatan
berpikir positif untuk mencapai
tentang diri, harapan masa depan.
keluarga dan 3. Jelaskan follow up ke
lingkungan, serta RSJ/PKM, tanda
kegiatan yang kambuh, rujukan.
dipilih untuk 4. Anjurkan membantu
persiapan masa pasien sesuai jadwal
depan. dan memberikan
pujian.

DAFTAR PUSTAKA
Direja, A.H.S. (2011). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Singapore: Elsevier

Townsend. (2016). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for


Care Plan Construction. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ah., Fitryasari, PK., & Hanik, E.N. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba medika.
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO BUNUH DIRI

Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)


Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien

2. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenali masalah bunuh diri.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu klien mengenali masalah bunuh diri.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi (Perkenalan)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat di sini, siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/ Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang Bapak
rasakan selama ini? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika
20 menit?”
2. Fase Kerja
”Bagaimana perasaan Bapak setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan
bencana ini Bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Bapak
kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak berharga atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak sering merasakan kesulitan
berkonsenterasi? Apakah Bapak berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin
bunuh diri, atau berharap bahwa Bapak mati? Apakah bapak pernah
mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya? Bagaimana caranya? Apa yang
Bapak rasakan?”
“Baiklah, tampaknya Bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup.” “Saya perlu memeriksa seluruh isi
kamar Bapak untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan Bapak.”
“Nah Bapak, karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat
untuk mengakhiri hidup Bapak, maka saya tidak akan membiarkan Bapak
sendiri.”
“Apa yang Bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul maka untuk mengatasinya Bapak harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi, Bapak jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan.”
“Saya percaya Bapak dapat mengatasi masalah.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Coba bapak sebutkan lagi”
b. Evaluasi Objektif
“Bapak terlihat lebih tenang.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Saya akan menemani Bapak terus sampai keinginan bunuh diri
hilang.”
d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk berbincang
tentang topik yang sama?”
2) Waktu
”Besok pagi jam 8 saya akan datang ke sini lagi. Bagaimana, Bapak
mau kan?”
3) Tempat
”Tempatnya di sini saja ya Pak. Wassalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai