Disusun oleh:
A. MASALAH UTAMA
Resiko Bunuh Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan membinasakan diri
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Ide untuk bunuh diri
mengacu pada pikiran-pikiran tentang menyakiti atau membunuh diri
sendiri (Direja, 2011).
2. Tanda dan Gejala
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mti
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
dan mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikologis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal) (Yusuf, 2016).
3. Penyebab Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Teori tingkah laku memberi kesan bahwa melukai diri adalah
dipelajari dan diperoleh dalam masa kanak-kanak atau dewasa,
perbedaannya teori psikologi memfokuskan pada kerusakan yang penting
dalam awal perkembangan ego, ini memberi kesan bahwa melukai diri
mulai tumbuh pada trauma awal hubungan interpersonal. Dan kecemasan
yang tidak diatasi bisa menimbulkan kelanjutan episode tingkah laku
melukai diri (Stuart, 2016).
Teori interpersonal mengemukakan bahwa melukai diri mungkin
sebagai hasil dari interaksi antara perasaan kehilangan, bersalah pada
waktu kecil dan perasaan tidak berharga. Perilaku menyimpang atau
incest mungkin menjadi presipitasi dari tingkah laku merusak diri jika
mempunyai persepsi yang negatif (Stuart, 2016).
Faktor predisposisi lain berhubungan dengan tingkah laku merusak diri
termasuk di dalamnya adalah :
1) Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhannya dan
mengungkapkan perasaannya
2) Perasaan bersalah
3) Depresi dan depersonalisasi serta fluktuasi emosi
Lima dominan faktor predisposisi yang menunjang pemahaman prilaku
destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah :
1) Diagnosis Psikiatri : lebih dari 90 % orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang membuat individu beresiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia
2) Sifat kepribadiaan :tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat
dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan,
impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial : baru mengalami kehilangan, perpisahan
atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga : Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh
diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif diri
5) Faktor Biokimia : Data menunjukkan bahwa proses yang dimediasi
serotonin, opiat, dan dopamin menimbukan prilaku destruktif diri.
b. Faktor Presipitasi
1) Perasaan stress yang berkelanjutan/berlimpah
2) Ansietas
3) Kehilangan kemampuan penilaian terhadap diri sendiri
4) Kehilangan harga diri
5) Isolasi sosial : menarik diri
6) Struktur sosial, Durkheim cit. Stuart dan Sundeen, 1998,
mengindikasikan tiga subkategori bunuh diri sebagai dasar motivasi
seseorang untuk bunuh diri :
a) Bunuh Diri Egoistic sebagai hasil interaksi yang tidak terintegrasi
dengan lingkungan (lemah dengan lingkungan).
b) Bunuh Diri Altruistic sebagai hasil kepatuhan dan kebiasaan adat.
c) Bunuh Diri Anomic ketika individu tidak dapat
mengatur/mengontrol lingkungan sosial tersebut.
4. Rentang Perilaku Bunuh Diri
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang
penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya:
a. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari
suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya
apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari
bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk
mati.
b. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
c. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yang dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara
mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih
memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini
sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying
for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu di selesaikan.
e. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak
individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f. Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi
kesedihan yang mendalam (Fitria, 2012).
5. Akibat Terjadinya Masalah
Semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
a. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan ataru terabaikan.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami
depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya
(Townsend, 2016).
C. POHON MASALAH
Resiko mencideri diri sendiri, orang lain dan lingungan Effect
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A.H.S. (2011). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.
Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Singapore: Elsevier
Yusuf, Ah., Fitryasari, PK., & Hanik, E.N. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba medika.
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO BUNUH DIRI