Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

RESIKO BUNUH DIRI DI RSJ KALAWA


ATEI PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Purnadi Nakalelu
Nim : 2022-04-14901-055

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI
A. Konsep Dasar Bunuh Diri
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian (Gail W. Stuart, 2006). Bunuh diri adalah
pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs, Ann, 2005). Bunuh
diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai
gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,
2004). Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau
ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau
mernyakiti diri sendiri (Yosep, Iyus. 2009).
2. Tanda dan Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
Riwayat psikososial:
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial (Rastirainia, 2009)
3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation.
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah
metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien
pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap
ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b) Suicidal intent.
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan
yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat.
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture.
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan
pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan
yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya
meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya.
Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan
hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki
kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang
mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for
help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu di selesaikan.
e) Suicidal attempt.
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan. Walaupun demikian banyak individu masih
mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide.
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak
mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan,
orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin
mati mungkin akan mati.

B. Rentang Respon ( Menurut Yosep 2009)


Respon Adatif Respon Maladaptif

Peningkatkan Berisiko destruktif Destruktif diri Pencederaan


Bunuh Diri tidak langsung Diri Diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman


bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adatif pada diri seseorang.
a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertolongan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalakan diri sendri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpimnan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat atau maladaptive terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap
kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk
kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seorang melakukan percobaan bunuh diri tau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan tindakan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
C. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
E. Mekanisme Koping
1. Mood/affek: Depresi yang persisten, merasa hopelessness, helplessness,
isolation, sedih, merasa jauh dari orang lain, afek datar, sering mendengar
atau melihat bunyi yang sedih dan unhappy, membenci diri sendiri, merasa
dihina, sering menampilkan sesuatu yang tidak adekuat di sekolah,
mengharapkan untuk dihukum.
2. Perilaku/behavior: Perubahan pada penampilan fisik, kehilangan fungsi,
tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan, gangguan tidur,
sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit, perilaku antisocial : menolak
untuk minum, menggunakan obat-obatan, berkelahi, lari dari rumah.
3. Sekolah dan hubungan interpersonal: Menolak untuk ke sekolah, bolos
dari sekolah, sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan hanya
interest pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system
pendukung sosial yang efektif.
4. Keterampilan koping: Kehilangan batas realita, menarik dan
mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri
sebagai orang yang secara total tidak berdaya.
F. Faktor – faktor Risiko Bunuh Diri
a. Perilaku
1. Membeli senjata
2. Mengubah surat wasiat
3. Membuat surat wasiat
4. Perubahan sikap yang nyata
5. Membeli obat dalam jumlah yang banyak
b. Fisik
1. Nyeri kronik
2. penyakit fisik
3. penyakit terminal
c. Psikologis
1. Penganiayaan masa kanak-kanak
2. Riwayat bunuh diri dari keluarga
3. Rasa bersalah
4. Remaja homoseksual
d. Situasional
1. Remaja yang tinggal ditatanan nontradisional
2. Ketidakstabilan ekonomi
3. kehilangan kebebasan
4. pension
e. Sosial
1. Gangguan kehidupan keluarga
2. kesepian
3. Kehilangan hubungan yang penting
4. putus asa
f. Verbal
1. menyatakan keinginan untuk mati
2. mengancam bunuh diri
G. Jenis Bunuh Diri
a. Bunuh diri egoistik (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan
individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalanintergrasi dalam
keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentang
untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang
menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia
merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antar
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-
norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan.
Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya
karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-
kebutuhannya.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS (Masuk Rumah Sakit), informan,
tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama: Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai
3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
a) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
1. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
2. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki / perempuan.
3. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
4. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
5. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
c) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6) Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang
lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Format / Data focus pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri (Keliat
dan Akemat,2009)
Pengkajian :
1. Keluhan Utama : …………………………………………………….
2. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan …………………..
3. Konsep diri ……………………………………………………………
4. Alam perasaan
( ) sedih ( ) Putus Asa
( ) ketakutan ( ) Gembira Berlebihan
(Klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusan yang sangat mendalam)
5. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan ( )Tidak koperatif
( ) Defensif ( ) Kontak mata kurang
( ) Mudah tersinggung ( ) Curiga
( Klien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul )
6. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
( Klien biasanya menunjukkan afek atau tumpul )
7. Mekanisme koping maladaptif
( ) Minum alcohol ( ) Bekerja berlebihan
( ) Reaksi lambat ( ) Mencederai diri
( ) Menghindar ( ) Lainnya
( Klien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri )
8. Masalah psikososial
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) Masalah dengan perumahan

Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan dan verbal)
Effect

Resiko Bunuh Diri


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa
B. DIAGNOSA
1. Risiko Bunuh Diri.
2. Harga diri rendah kronik
3. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal.

Tgl No Diagnosa Perencanaan Intervensi


Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi

1 Risiko 1.klien dapat 1. Menjawab salam 1.1 Kenalkan diri pada klien
bunuh diri membina
hubungan saling 2.Kontak mata 1.2 Tanggapi perbicaraan
percaya klien dengan sabar dan tidak
3.Menerima menyangkal
perawat
1.3 Bicara tega,sjelas,jujur
4.Berjabat tangan
1.4 Bersifat hargai dan
bersahabat
1.5 Temani klien saat keinginan
menciderai diri meningkat
1.6 Jauhkan klien dari benda
benda yang
membahayakan(seperti
pisau,silet,gunting,tali kaca,dll
2.Klien dapat 1.Menceritakan 2.1 Dengarkan keluhan yang
mengekspresikan penderitaan secara klien rasakan
perasaannya terbuka dan
konstruktif dengan 2.2 Bersikap empati untuk
orang lain. meningkatkan ungkapan
keraguan,ketakutan dan
keprihatinan.
2.3 Beri dorongan pada klien
untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana
harapan karena harapan adalah
hal yang penting dalam
kehidupan
2.4 Beri klien waktu dan
kesempatan untuk menceritakan
arti penderitaan kematian dan
sekarat
2.5 Beri dorongan pada klien
untuk mengekspresikan tentang
mengapa harapan tidak pasi dan
dalam hal-hal dimana harapan
mempunyai kegagalan.
3. Klien dapat 1. Mengenang dan 3.1 Bantu klien untuk
mengeskspresikan meninjau kembali memahami bahwa ia dapat
perasaannya kehidupan secara mengatasi aspek-aspek
positif keputusasaan dan memisahkan
dari aspek harapan.
2.Mempertimbang
kan nilai-nilai dan 3.2 Kaji dan kerahkan sumber-
arti kehidupan. sumber internal
individu(outonomi,mandiri,rasi
onal pemikiran
kognitif,fleksibilitas dan
3.Mengekspresikan
spiritualitas.
perasaan-perasaan
yang optimis 3.3 Bantu klien
tentang yang ada. mengidentifikasi sumber-
sumber harapan
(missal:hubungan antar
sesame,keyakinan,hak-hak
untuk diselesaikan).
3.4 Bantu klien
mengembangkan tujuan-tujuan
realitas jangka panjang dan
jangka pendek(beralih dari yang
sederhana ke yang lebih
kompleks,dapat menggunakan
suatu poster tujuan untuk
menandakan jenis dan waktu
untuk mencapai tujuan-tujuan
spesifik
4.Klien 1.Mengekspresikan 4.1 Ajarkan klien untuk
mengunakan perasaan tentang mengantisipasi pengalaman
dukungan sosial hubungan yang yang dia senang melakukan
positif dengan setiap
orang terdekat. hari(missal:berjalan,membaca
buku favorit dan menulis surat.
2.Mengekspresikan
percaya diri 4.2 Bantu klien untuk
dengan hasil yang mengenali hal-hal yang
di inginkan. dicintai,yang ia sayangi dan
pentingnya terhadap kehidupan
3.Mengekspresikan orang lain disamping tentang
percaya diri kegagalan dalam kesehatan
dengan diri dan
orang lain. 4.3 Beri dorongan pada klien
untuk berbagi keprihatian pada
4. Menetapkan orang lain yang mempunyai
tujuan-tujuan yang masalah dan atau penyakit
realistis. yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi tersebut
dengan koping yang efektif.

5.Klien 1. Sumber 5.1 kaji dan kerahkan sumber-


menggunakan tersedia(kel sumber eksternal
dukungan sosial uarga,lingk individu(orang terdekat,tim
pelayanan kesehatan,kelompok
ungan dan
pendukung,agama yang
masyarakat dianutnya)
).
2. Keyakinan 5.2 kaji system pendukung
makin keyakinan (nialai,pengalaman
masa lalu,aktifitas
meningkat
keagamaan,kepercayaan
agama).lakukan rujukan selesai
indikasi (missal:konseling dan
pemuka agama).
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1)mengidentifikasi jenisnHalusinASI 1) Mendiskusikan masalah yang di rasakan
Klien. keluarga dalam merawat klien.
2)Mengintifikasi isi Halusinasi Klien. 2) Memberikan pendidikan kesehatan
3) Mengidentifikasi Waktu Halusinasi
tentang pengertian halusinasi ,jenis
Klien.
4)Mengindetifikasi Frekuensi Halusinasi halusinasi yang di alami klien ,tanda dan
Klien. gejala Halusinasi,serta proses terjadinya
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat Halusinasi.
menimbulkan Halusinasi Klien. 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan
6) Mengidentifikasi respon klien Halusinasi.
terhadap Halusinasi Klien.
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi.
8)Menganjurkan Klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1 Melatih keluarga memperaktikkan cara
harian klien merawat klien dengan Halusinasi.
2) Melatih klien menghadapi 2 Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada klien halusinasi
halusianasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
3) Menganjurkna klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

Sp3p SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Membantu keluarga membuat jadwal
harian klien. aktivitas di rumah termasuk minum obat
2) Melatih klien mengendalikan (discharge planning).
halusinasi dengan cara melakukan 2) Menjelaskan pollow up klien setelah
kegiatan. pulang.
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

Sp4p
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2) Memberikan penkes tentang
pengunaan obat secara teratur.
3) Menganjurkan klien
memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.

No.Di Diagnosa Rencana Tindakan Evaluasi keperawataan


agnosa keperawa keperawat keperawataan
kepera tan aan
watan
1 Risiko SP1P Melakukan SP1P S:”Waallaikum salam”
bunuh Risiko risiko bunuh diri “nama saya M,10 menit
diri bunuh diri 1. Mengidentifik disini aja ya pak.” priksa
asi benda- aja pak kalau ada barang-
benda yang barang yang berbahaya.”
“apa bila nanti kalau mau
dapat
muncul keinginan saya
membahayaka bunuh diri saya panggil
n klien bapak atau perawatn
2. Mengamankan lainnya.”
benda-benda “bapak atau suster bantu
yang dapat saya,keinginan saya
membahayaka bunuh diri muncul lagi.”
“Ya,nanti saya berteman
n klien
supaya tidak sendiri.”
3. Melakukan “Senang pak,jam 11.00,
kontrak disini aja ya pak.”ya
tritment disini aja pak.”
4. Mengajarkan O:
cara-cara  Klien mampu
mengendalian menyebutkan apa
5. Melatih cara yang dia alami.
mengendalian  Klien dapat
bunuh diri menyebutkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
 Klien dapat
mempraktikkan
mengendalian bunuh
diri’
 Klien menerima
kehadiran perawat
 Kontak mata tajam
 Klien komperatif
 Tidak ada barang-
barang berbahaya
dikamar klien
2
A:
Sp1p tercapai

P:
Perwat:
Risiko SP2P Lanjutkan sp2p pada
bunuh Risiko pertemuan kedua pada
diri bunuh diri hari senin,7 mei 2012
pukul11.00 diruang
perawaatan klien.
Klien:
Melakukan SP2P Memotifikasi klien
risiko bunuh dirI: melatih cara
1. Mengidentifik mengendalikan bunuh
diri.
asi aspek
positif klien
2. Mendorong S:”Waalaikum salaam”
klien untuk “baik pak,udah tidak ada
berfikir positif lagi, 5 menit aja
pak,disini saja”
tentang dirin
“syukur punya orang
3. Mendorong tua,istri dan teman-teman
klien untuk dirumah yang baik,yang
menghargai sedih pasti istri saya”.
diri sebagai “menolong teman dan
individu yang orang lain,bekerja
menghasilkan uang.”
berharga
“saya puas apabila saya
dapat uang yang banyak
dan membahagyakan istri
saya pak.”
“biasanya saya
melakukan kegiatan
menyapu kamar.”
“perasaan saya senang
pak.”

O:
 Klien menyebutkan hal
yang positif yang
dimilikinya
 Klien dapat menyebutkan
hal patut disyukuri
dalam hidupnya.
 Klien dapat
mempraktikkan
kegiataan yang bisaa
dia lakukan
 Klien mempraktikkan
3 Risiko SP3P cara menyapu
bunuh Risiko  Kontak baik
diri bunuh diri  Klien komperatif
A:SP2P tercapai

P:
Perawat:
Melakukan SP3P
Lanjutkan SP3p pada
risiko bunuh diri:
pertemuan ke tiga pada
1. Mengidentifikasi
hari selasa 8 MEI
pola koping yang 2012pukul 08.00 diruang
bias diterapkan perawaatan klien
klien Klien:
2. Menilai pola Memotifikasi klien untuk
koping yang biasa dapat menghargai dirinya
dilakukan
3. Mengidentifikasi S:”Waallaikum
pola koping yang salmslam.”
konstruktif ‘Baik pak,udah tidak ada
4. Menganjurkan lagi 5 menit aja
klien menerapkan pak,disini saja.”
“pada saat stress dan
pola koping pada saat
konstruktif dalam sendirian,menyelesaikan
kegiatan harian masalah dengan
5. Mendorong klien orangnya
memilih pola langsung,berdoa atau
koping yang sholat,bercerita dengan
teman dekat atau orang
konstruktif
tua keuntunganannya
bias membantu member
solusi bust masalah
saya,buat saya
tenang,saya mau milih
4 berdoa dan sholat aja
Risiko SP4P dulu.”
bunuh Risiko “perasaan saya senang
diri bunuh diri pak,sholat dan berdoa.”
O:
 Kontak mata ada
 Afek labil
 Bicara cepat
 Klien kompertatif
A:SP3P tercapai
Melakukan SP4P P:
risiko bunuh diri: Perawat:
Lanjutkan SP4P interaksi
1. Membuat rencana ke4 pukul 10.00 diruang
masa depan yang perawaatan klien.
realistid bersama Klien:
Memotifasi klien latihan
klien.
berkenalan dengan
2. Mengidentifikasi perawat dan klien lain
cara mencapai sesuai jadwal yang
rencana masa dibuat.
depan yang
realistis S:”Waallaikum
3. Member salam,baik pak,10 menit
dorongan klien saja pak.”
melakukan “rencananya sayamau
kegiataan dalam kerja cari uang,kegiataan
rangka meraih kegiataan.”
“caranya saya harus
masa depan yang
punya keahlian,dan harus
realistis pandai brrgaul dengan
4. Menganjurkan orang lain.”
klien “saya akan melukis siapa
memasukkan tau lukisan ini.”
dalm jadwal :masukkan jadwalnya
harian klien jam 16.00aja pak.”

O:
 Kontakmata baik
 Klien komperatif
 Bicara kiheren
A.SP4P tercapai
P.
Perawat:
Lanjutkan intervensi
perawataan klien oleh
keluarga,persiapan klien
pulang

Klien:
Memotifasi klien berlatih
melukis untuk merai
masa depan.

Anda mungkin juga menyukai