Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

Z
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA PAROTIS DENGAN TINDAKAN
PEMBEDAHAN PAROTIDEKTOMI DI RUANG IBS

Disusun Oleh:

Hendy Trigusman
2018.C.10a.0937

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Hendy Trigusman

NIM : 2018.C.10a.0937

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul :Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada Tn.Z Dengan


Diagnosa Medis Parotis dengan tindakan pembedahan Parotidektomi di
ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral)

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra-klinik Keperawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Merry Triana, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan pada Ny.M Dengan Diagnosa Medis Parotis palangka raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4).Laporan Pendahuluan ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik 3 Program Studi
Sarjana Keperawatan
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Merry Triana, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan masukan dan bimbingan dalam menyelasikan asuhan
keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya,18 Oktober 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
BAB 1.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum............................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................................3
BAB 2.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................5
2.1Konsep CA Parotis..............................................................................................................5
2.1.1Defenisi..............................................................................................................................5
2.1.2Anatomi Fisiologi..............................................................................................................5
2.1.3 Etiologi..............................................................................................................................7
2.1.4Klasifikasi..........................................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi......................................................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis............................................................................................................13
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan penunjang...................................................................................................14
2.1.9 penatalaksanaan medis....................................................................................................15
2.1.10 Parotidektomi.................................................................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.......................................................................................17
2.3.1 Pengkajian.......................................................................................................................17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan (Standar Diagnosa Keperawatan)...............................................18
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................................19
2.3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................................24
2.3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................................24
Bab 3............................................................................................................................................25

iii
ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................42

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor parotis adalah pertumbuhan sel ganas yang menyerang kelenjar liur
parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari
kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa
adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor
etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar
liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang
telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada
anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam
kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor
ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 %
tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari
seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan
pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya
peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada
kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine
NeedleAspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat
membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan
tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor
biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti
masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2013).
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis
dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling,
2016) Mengingat banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu
adanya perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif

1
2

melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat
teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.
Peran perawat pada kasus tumor parotis meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami tumor parotis, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti
yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien tumor parotis
melalui metode ilmiah.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor
biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti
masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2013)
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis
dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling,
2016)
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar
Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga. (kamus kedokteran
Dorland edisi 29, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan CA Parotis”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung
tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis CA
Parotis

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa keperawatan,
membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi
tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
2. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
3

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya tentang CA
Parotis dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai CA Parotis dan pengobatannya sehingga dapat
digunakan untuk membantu progam pemerintah.
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan
bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk publikasi
ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam
keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep CA Parotis


2.1.1 Defenisi
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau
mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel
pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer,
2013)
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial
n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
(Zwaveling, 2016)
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.
(kamus kedokteran Dorland edisi 29, 2015)
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2018)

5
6

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara


bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus
dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk,
2010; Rensburg, 2015). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis
(parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar.
Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial,
menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar
ke-2 permanen rahang atas (Dawes, 2018).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua,
terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 2015). Saluran
submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada
satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah
terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Dawes, 2018)
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak
paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak
pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing
kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa
kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Dawes, 2018)
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis,
kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 2015).
7

Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok.


Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan
ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran
posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan
margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 2015).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar
ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak
pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras.
Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar
palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal .
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan
pertama yang mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya
makanan di mulut, melihat, membaui, dan memikirkan makanan.
Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah
mengandung musin, enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat
padat. Fungsi ludah bekerja secara fisis dan secara kimiawi.

2.1.3 Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat
nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali didalam setahun.
Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang
umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan auto osom. Onkogen
merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel
akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak
terkendali semua sifat kanker fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari
virus atau tumor.
3. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan
kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat
8

mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah


pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk
mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan (bermutasi)
berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system
imun tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi
untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua
periode ketika system imun sedang lemah.
2.1.4 Klasifikasi
Diklasifikasikan menjadi 3 jenis tumor parotis yaitu tumor jinak, tumor ganas dan
mixed tumors.

1. Tumor Jinak
A. Pleomorfik adenoma paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan
pleomorfik dikarenakan terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.
Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat dan konsistensi lunak.
Secara histologist dikarakteristikkan dengan struktur beraneka ragam
biasanya terletak seperti gambaran lembaran untaian atau seperti pulau-
pulau dari spindle atau stellata.
B. Warthin’s tumor tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki
kapsul apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multiple.
Histology Warthin’s tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epithelial
asini.
2. Tumor Ganas
A. Mukoepidermoid karsinoma keganasan pada kelenjar parotis yang paling
banyak. Paling umum mengenai usia anak-anak dan remaja dari usia 20
tahunan. Untuk tumor Low-grade memiliki presentasi lebih tinggi untuk
terbentuk dari sel mucinous dan prognosis yang dimiliki lebih baik.
Sedangkan tumor High-grade memiliki lebih banyak sel epitel dan
prognosisnya lebih buruk.
B. Adenoid kistik merupakan keganasan kedua yang paling umum terjadi pada
kelenjar parotis. Tumor ini memiliki perkembangan yang lambat . adenoid
9

kistik karsinoma memiliki tiga perbedaan pola histology, yang berkorelasi


dengan prognosis dari tumor tersebut.
C. Adenokarsinoma adenokarsinoma yang banyak terjadi pada kelenjar parotis
adalah Karsinoma sel asinik, dimana karsinoma ini berjalan dengan lambat
3. Mixed Tumor
Pleomorfik adenoma dan neoplasma jinak campuran, dapat berubah
menjadi karsinoma. Perubahan ini terjadi pada sekitar 2-15% dari
keganasan kelenjar saliva.

2.1.5 Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran
kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus
dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai
pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna,
dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik
adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai
penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa
menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul
sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi
maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial.
facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi
padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan
juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat
disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
1. Teori multiseluler: menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal
dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor
berasal dari sel-sel duktus intercalated dan mioepitel.
10

2. Teori biseluler: menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan
suktus intercalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus intercalated
dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik,
mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin’s tumor,
11

WOC PAROTIS
Penyebaran Anggota Paramyxovirus

Titer IgM&IgG

Proliferasi di Parotis

Viremiaa

Glandula Parotid Terinfeksi


Terinfeksi
PAROTITIS

B2 B3 B5 B6 Psikososial

Masuknya virus ke Proses inflamasi Pembengkakan Proses inflamasi


tubuh kelenjar parotis Gelisahh Informasi (-)
Pembengkakan
Pembengkakan dan kaku
kelenjar parotis Proses Kurang
Demam Sulit mengunyah & pada otot terjadinya pengetahuan
nyeri telan penyakit
Nyeri rahang
MK: Hipertermia MK: Gangguan rasa
spontan, nyeri
Anoreksia nyaman
kepala&kaku pada
kepala dan leher MK: Ansietas
MK: Defisit Nutrisi

MK: Nyeri akut


12

PRA- Operasi Intra-Operasi Post-Operasi

Gelisahh Saraf wajah Pembengkakan kelenjar


parotis

Kurang
pengetahuan Keruskan sebagai Sulit mengunyah
saraf

Proses terjadinya Anoreksi


Resiko cedera
penyakit

Nyeri akut

Ansietas
13

2.1.6 Manifestasi Klinis


Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan
kesulitan menggerakkan salah satu sisi wajah. Pada tumor parotis benigna
biasanya asimtomatis (81%), nyeri dirasakan pada sebagian pasien (12%)
dan paralisis nervus facialis (7%). Paralisis nervus fasialis lebih sering
didapatkan pada pasien dengan tumor parotis maligna. Adanya bengkak
biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang
(painless) dan menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan.
Tanda pada tumor benigna benjolan bias digerakkan, soliter dan
keras. Namun, pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang
terfiksasi, konsistensi keras dan cepat bertambah besar.
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis fasial unilateral

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya
pertumbuhan pada lokasi tumor atau melalui penyebaran stase yang
termasuk :
1. Perforasi (perlubangan) usus besar yang disebabkan peritonitis
(radang peritoneum) yaitu membrane serosa yang melapisi dinding
rongga abdomen.
2. Pembentukan abses ( Kumpulan nanah setempat)
3. Pembentukan fistula (saluran abnormal akibat pembedahan) pada
urinari bladder atau vagina.
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
14

kelenjar air liur yang tidak diobati dapat berkembang, menyebar ke


jaringan lain, dan menyebabkan rasa sakit pada wajah. Komplikasi kanker
kelenjar air liur juga dapat muncul sebagai efek samping pengobatan.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi berdasarkan
metode pengobatan yang dilakukan:
1. Operasi
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
4. Pencegahan Kanker Kelenjar Air Liur

2.1.8 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat
menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax
diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan
bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang
ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-
kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan
antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah
dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara
tumor jinak dan ganas. (Zwaveling, 2016)
2. Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah lengkap, urin.
• Laboratorium patologi anatomi
3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor
dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di
diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat
bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
15

2.1.9 penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan
ekstervasi (pengangkatan) Glandula submandibularis dan glandula
sublingualis
 Tumor – tumor jinak :Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah
dengan sebagian daerah sekitarnya.
 Tumor-tumor ganas: Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas
kedua kelenjer ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan
sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik
memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah
keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum
halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI
memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan
penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson
atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan
stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena batu.
80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz, 2013)

2.1.10 Parotidektomi
Macam pembedahan pada tumor parotis, dapat berupa : ( Eisele
dan Johns ,2013)
l. Parotidektomi superfisial, yaitu mengangkat lob u s su p e r f is ia
paroti s, sebelah lateral nervus fasialis. Indikasi operasi ini untuk tumor
jinak dan tumor ganas dini ( T l ,T 2) deng a n derajat kega n asan
rendah. Tumor yang letaknya pada lobus superfisial dilakukan
parotidektomi superfisial, jaringan yang diperoleh dari operasi ini
dilakukan pemeriksaan VC . Bila hasil VC jinak maka operasi selesai,
16

tetapi bila hasil V C positif gan as mak a operasi dilanjutk an denga


n m e ngan gka t lobus profund a ( par oti dektomi total) dengan usaha
maksimal untuk menyelamatkan (preservasi) nerv us f as ialis .

2. Parotidektomi total, yaitu mengangkat seluruh kelenjar parotis beserta


tumornya . Indikasi operasi ini untuk tumor jinak yang rekuren, tumor
jinak lobus profunda dan tumor ganas parotis terutamam keganasan
derajat tinggi. Pada kasus keganasan, untuk mendapatkan bukti radikalitas
operasi (negative free margin) secara rutin di bagian-bagian tepi jaringan
yang dikeluarkan saat operasi dilakukan pemeriksaan VC. Bila klinis teraba
pembesaran kelenjar getah bening leher (kel. sentinel di daerah
subdigastrikus) dan hasil VC positif ganas, dilakukan juga diseksi leher
radikal (RND) atau modifikasi (modified radical neck dissection). Pada kasus
tumor jinak lobus profunda, dilakukan usaha menyelamatkan nervus fasialis
semaksimal mungkin. Oleh karena itu, setiap dokter yang melakukan
operasi parotis harus mampu melakukan teknik pengeluaran tumor
dengan benar agar terhindar dari komplikasi terputusnya syaraf fasialis.
Sedangkan tumor ganas pada kelenjar parotis, biasanya nervus fasialis
sudah rusak (putus) sehingga memang tidak bisa dipertahankan lagi. Bila
nervus fasialis masih utuh (jarang) maka diusahakan menyelamatkan syaraf
yang penting ini, tetapi seringkali terpaksa harus dikorbankan untuk
memperoleh radikalitas pembedahan. Bila bagian tepi ujung-ujung syaraf
fasialis didapakan hasil VC negatif, dianjurkan untuk segera melakukan
nerve grafting dengan nervus aurikularis magnus, atau suralis (end to end
anastomosis) dengan teknik bedah mikro.

3. Parotidektomi radikal
Disini dilakukan parotidektomi total disertai pemotongan otot maseter,
ramus mandi bula dan jaringan sekitarnya yang dianggap perlu. Nervus
fasialis tak diperhatikan lagi karena sudah rusak. Biasanya hasil FNAB atau
VC kelenjar leher positip (ganas) sehingga dilanjutkan dengan RND.
Indikasi operasi ini untuk tumor ganas parotis yang infiltratif, mengenai
struktur di sekitarnya (T3,T4). Perlu seleksi ketat sebelum memutuskan
melakukan pembedahan yang besar(radikal) ini, harus dipertimbangkan
17

benar tentang resiko pembedahan dan biaya yang dikeluarkan dibandingkan


dengan manfaat/hasil pembedahan.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Terdiri dari Nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku/Bangsa, Agama,
Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tgl MRS , Diagnosa
Medis
a. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
secara umum keluhan utama pada tumor parotis terdapat benjolan
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan parotis, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi):
Adanya riwayat ca parotis sebelumnya atau ada kelainan pada parotis,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian
leher sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium
atau kanker serviks.
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga yang mengalami ca parotis berpengaruh pada kemungkinan
klien mengalami ca karotis atau pun keluarga klien pernah mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Keadaan umum adalah keadaan saat kita melakukan pengkajian

2. Tanda-tanda Vital :
18

a. Suhu/T :……………….0C  Axilla  Rektal  Oral


b. Nadi/HR : ………………x/mt
c. Pernapasan/RR : …..…………..x/tm
d. Tekanan Darah/BP : ……...………..mm Hg

2.3.2 Diagnosa Keperawatan (Standar Diagnosa Keperawatan)


Diagnosa Pre OP
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan pra operasi
Diagnosa Intra Op
1. Risiko pendarahan berhubungan dengan kerusakan jaringan ditandai dengan
luka
Diagnosa Post Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan mendesak sel syaraf
19

2.3.3 Intervensi Keperawatan Pre Op


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ansietas berhubungan Setelah tindakan keperawatan dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314 hal. 387)
dengan kekhawatiran elama 3x24 jam ansietas teratasi dengan Observasi:
mengalami kegagalan (D.0080 kriteria hasil: 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Hal. 180) 1. Verbalisasi kebingungan menurun kondisi, waktu, stesor)
2. perilaku gelisah menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. perilaku tegang menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. pucat menurun Terapeutik:
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang dialami
2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
20

perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Intervensi Keperawatan Intra Op


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
21

1. Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan (I.02067 Hal. 283)
1x 20 menit diharapkan perdarahan dapat
berhubungan dengan Observasi:
dikendalikan, dengan kriteria hasil:
tindakan pembedahan 1. Kelembabapan membrane mukosa 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat
(D.0012 Hal. 42) 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
2. Kelembabapan kulit meningkat
setelah kehilangan darah
3. Hemoptysis menurun
4. Hematemesis menurun 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
5. Hematuria menurun
4. Monitor koagulasi (mis. prothrombin time (PT),
6. Hemoglobin membaik
partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen,
7. Hematocrit membaik
degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik:
1. Pertahankan bedrest selama perdarahan
2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah decubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
22

4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan


5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

Intervensi Keperawatan Post Op


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
23

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri SIKI ( I.080238) Hal. 201
1x 20 menit diharapkan nyeri menurun Observasi :
dengan benjolan mendesak
dengan kriteria hasil SLKI (L.08066) Hal. 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
sel syaraf (SDKI 0077 hal 145 kualitas, intensitas nyeri
1. keluhan nyeri menurun 5 2. identifikasi skala nyeri
172)
2. meringis menurun 5 3. identifikasi faktor yang memperberat dan
3. kesulitan tidir menurun 5 memperingan nyeri
4. kemampuan menuntaskan aktivitas 4. monitor penggunaan analgetik
meningkat 5 Terapeutik :
5. pola tidur membaik 5 1. berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi:
1. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi pereda nyeri
3. anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
1. kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
24

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.Perawat melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien
yang bermasalah kesejajar tubuh dan mobilisasi yang aktual maupaun beresiko.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakan evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.
Bab 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Hendy Trigusman


NIM : 2018.C.10a.0937
Ruang Praktek : Ruang OK
Tanggal Praktek : 18 Oktober 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 18 oktober 2021/ 09.00 WIB

I PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. G.obos 8
Tgl MRS : 16 oktober 2021
Diagnosa Medis : Ca Parotis

a. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Klien mengatakan ada benjolan di pipi kanan dan merasa cemas akan
dilakukan operasi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 3 minggu yang lalu klien merasa ada benjolan di sebelah pipi
kanan. karena takut membesar klien dipaksa oleh anak nya untuk periksa ke
rumah sakit doris sylvanus palangkaraya, setelah di IGD dilakukan
pemeriksaan fisik, didapatkan benjolan pada bagian parotis, kemudian klien

25
26

disarankan oleh perawat untuk melakukan rawat inap dan tindakan operasi,
kemudian ke ruang rawat inap.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
klien mengatakan sebelum tidak ada memiliki penyakit seperti ini, dan tidak
ada hipertensi dan lainnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit tumor,
hipertensi, DM dan jantung coroner. Di keluarganya juga tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV.
GENOGRAM KELUARGA :
GENOGRAM :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
=Pasien
27

b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
kesadara pasien compos mentis, klien tampak cemas tidak ada
terpasang terapi apapun. klien mengatakan merasa takut karena harus
melakukan operasi
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36 0C  Axilla  Rektal  Oral
e. Nadi/HR : 80 x/mt
f. Pernapasan/RR : 20 x/tm
g. Tekanan Darah/BP : 120/80 mm Hg
3 Pemeriksaan Fisik
1) Pre Operatif
Klien nampak berbaring terlentang dengan kesadaran compos mentis,
klien tampak cemas dan merasa takut karena baru pertama kali
menjalani operasi, tampak terpasang Infus RL 20Tpm, TTV
TD:120/80, N: 80x/menit,R:20x/menit dan S: 36 0C .
2) Intra Operaratif
Klien diberikan anastesi, tubuh klien tampak benjolan pipi sebelah
kanan -/+ 5 cm, terpasang infus RL 20Tpm, dilakukan tindakan
Parotidektomi pada pipi sebelah kanan, darah yang dikeluarkan ± 200
cc, diberikan transfusi darah WB sebanyak 3 kantong, lama operasi 3
jam, suhu ruang 20⁰C, kelembaban ruang 50 %, TTV :TD:100/60,
S:35⁰C, N: 90x/menit, RR: 21x/menit.
3) Post Operasi
Klien mengatakan nyeri post operasi, Nyeri luka habis operasi, nyeri
terasa tertusuk- tusuk, nyeri pada wajah dan lengan, skala nyeri 6
(Sedang), nyeri terus menerus, TTV TD: 120/80, S:36,0⁰C, N:
80x/menit, RR: 20x/menit
28

4 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATURIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
Pemeriksaan labolatorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan (satuan)

17 – 10- 2021 Leukosit 9,1 4,4-11,3


Eritrosit 4,51 4,1-5,1
Haemoglobi 13,6 12,3-15,3
n Trombosit 113 350-470
Masa perdarahan 2’3” <6 menit
Masa 8’30” <12 menit
Penjendalan GDS 113 70-140
SGOT 21 <31
SGPT 10 <32
Ureum 23 10-50
Creatinin 0,9 <1,1
HbsAg Negatif

Taggal 17 Oktober 2021


Parameter Result/hasil Interpretasi Unit
Rapid Test SARS- COV 2
Covid-19 Ag NEGATIF NEGATIF NEGATIF
29

Pemeriksaan Radiologi
Hari/ Jenis Kesan /
Pemeriksaan
Tanggal Interpretasi

17-10-2021 Rontgen thorax Cor & pulmo dbn

X-RAY Tampak tumor parotis


ukuran ± 0,5 x 0,5 cm

Terapi/penatalaksanaan

Pre Op Intra Op Post Op

Infus RL 20Tpm Anastesi Infus RL 20Tpm

Injeksi Ketorolac Infus RL 20Tpm Ketorolac 3x10mg


3x10mg
Injeksi ranitidine 2x1 mg Injeksi Ketorolac Injeksi ranitidine 2x1 mg
3x10mg

5PENATALAKSANAAN MEDIS (Preoperatif, Premedikasi, Post


Operatif)
1. Preoperatif
pada saat sebelum melakukan operasi pasien mengatakan disuruh puasa
oleh perawat
2. Premedikasi
Pada premedikasi klien mengatakan diruangan tidak ada diberikan obat
sebelum dilakukan tindakan, TTV TD:120/80 mmHg, S: 360C, N: 80
x/mnt, RR: 20x/mnt, terpasang cairan infus RL 20 tpm.
3. Intra Operatif
Pada saat Inta operatif klien diberikan anastesi dan terbaring di meja
operasi untuk dilakukan tindakan Parotidektomi pada benjolan yang
terdapat pada bagian pipi sebelah kanan klien.
30

4. post operatif
Setelah tindakan eksisi selesai dari OK, pasien dibawa ke ruang recovery
room, untuk diobservasi lebih lanjut. Setelah pasien kembali optimal atau
pulih, pasien di jemput oleh perawat dari ruangan dan pasien diserah
terimakan

Palangka Raya, 18 oktober 2021


Mahasiswa

Hendy Trigusman
31

A. Pre operatif
ANALISIS DATA
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
. DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS: Timbulnya sel kanker Ansietas
Klien mengatakan cemas dan pada jaringan epitel
merasa takut karena baru pertama
kali menjalani operasi Hyperplasia sel
kanker pada jaringan
DO: epitel
1. Klien ampak gelisah
2. Klien tampak cemas terdapat parotis
3. klien tampak takut
4. Skala ansietas 2 (sedang) adanya benjolan
5. TTV
Suhu/T : 36 0C pra operasi
N/HR : 80 x/mt
ansietas/ cemas
RR : 20 x/tm
TD/BP: 120/80 mm Hg

B. Intra Operasi

ANALISIS DATA
32

No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
. DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS:-
Proses Intra Operasi Resiko
DO: Pendarahan
Parotidektomi
1. Klien tampak terpasang
infus RL 20 tt/menit
2. Klien diberikan anestesi Insisi kulit
umum
3. Dilalukan tindakan
pembedahan parotidektomi Terputusnya jaringan
4. HB : 12,6
5. Darah yang dikeluarkan ±
Perdarahan
200 cc
6. Dilakukan transfusi darah
WB sebanyak 1 kantong Risiko Perdarahan
7. Lama tindakan operasi 3
jam
8. TTV :
Suhu/T : 36 0C
N/HR : 80 x/mt
RR : 20 x/tm
TD/BP: 120/80 mm Hg

C. Post Operasi

ANALISIS DATA
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
. DATA OBYEKTIF PENYEBAB
33

1. DS: Timbulnya sel kanker


Klien mengatakan nyeri pada pada jaringan epitel Nyeri akut
luka post operasi
bagian pipi kanan, nyeri seperti di Hyperplasia sel
tusuk-tusuk, nyeri tidak menyebar kanker pada jaringan
ke bagian lain hanya di bagian epitel
depan telinga saja, skala nyeri 6
(0-10), nyeri berlangsung selama terdapat parotis
5-10 menit saat bergerak
adanya benjolan
DO:
1. Pasien tampak meringis tindakan operasi
2. pasien tampak kesakitan
3. depan telinga di balut dengan terjadinya luka bekas
kasa operasi
4. TTV
Suhu/T : 36 0C munculnya persepsi
N/HR : 80 x/mt nyeri
RR : 20 x/tm Nyeri
TD/BP: 120/70 mm Hg

PRIORITAS MASALAH

1. Ansietas berhubungan dengan tindakan pra operasi


2. Resiko Pendarahan Berhubungan dengan Kerusakan jaringan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan operasi parotidektomi
34
35

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Z


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1. Ansietas Setelah di lakukan OTEK: 1 Mengetahui tingkat


berhubungan perawatan selama 1X10 O: kecemasan klien
dengan tindakan pra menit diharapkan Ansietas 1. identifikasi saat tingkat ansietas 2 Mengetahui tingkat
berubah
operasi menurun, dengan kriteria: kecemasan klien
2. Monitor tanda-tanda ansietas
3 Untuk mengurangi dan
1. Verbalisasi kebingungan T: memberikan rasa nyaman dan
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun aman
menumbuhkan kepercayaan
2. perilaku gelisah menurun E: 4 untuk mengurangi rasa cemas
3. perilaku tegang menurun 4. Anjurkan keluarga untuk tetap 5 agar rasa cemas klien
4. pucat menurun besama pasien, jika perlu berkurang
5. latih kegiatan pengalihan untuk
6 Untuk mengurangi rasa cemas
mengurangi ketegangan
6. latihan teknik rileksasi 7 Pemberian obat agar rasa
K: cemas berkurang
7. kolaborasi pemberian obat ansietas,
jika perlu.
36

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Z


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

Resiko Pendarahan Setelah dilakukan OTEK: 1.Untuk mengetahui adanya


Berhubungan dengan perawatan selama 1x20 O: perdarahan
Kerusakan jaringan. menit diharapkan resiko 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan 2.Untuk mengetahui nilai
2. Monitor nilai hemoglobin sebelum hemoglobin setelah kehilangan
pendarahan klien menurun
dan setelah kehilangan darah darah
dengan kriteria hasil 3. Monitor tanda-tanda vital ortostastik 3.Mengetahui tanda-tanda vital
1. Kelembapan membran 4. Monitor kougalasi ortostastik
mukosa meningkat T: 4.Mengetahui kougalasi
2. Hemoglobin membaik 5. Pertahankan bed rest selama 5.Istirahat total selama perdarahan
3. Tekanan darah membaik perdarahan 6.Untuk mengontrol perdarahan
4. Denyut nadi apikal K: 7.Untuk memenuhi kebutuhan darah
membaik 6. Kolaborasi obat pengontrol yang hilang
5. Suhu tubuh membaik perdarahan.
7. Kolaborasi pemberian produk darah
37

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Z


Ruang Rawat : -
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah di lakukan OTEK: 1. Untuk mengetahui skala


berhubungan dengan perawatan selama 1x24 jam O: nyeri klien
Tindakan operasi diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui TTV klien
2. Monitor TTV 3. Untuk mengetahui dari
wide eksisi menurun, dengan kriteria:
T: manan nyeri berasal
1. Klien mampu 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 4. Untuk mengurangi rasa
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
mengontrol nyeri
nyeri 5. Agar mengetahui dari
2. Skala nyeri berkurang 4. Berikan teknik nonfarmakologis mana nyeri berasal
menjadi 0-1 (Tidak E: 6. Untuk mengurangi rasa
ada/ringan) 5. Jelaskan penyebab, periode, dan nyeri
3. meringis menurun pemicu nyeri
4. keluhan nyeri menurun K:
6. Kolaborasi pemberian obat analgetic
sesuai indikasi
38

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Z


Ruang Rawat : -
Tanda tangan
Hari / dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal Jam
Nama Perawat

Selasa 17-10- Diagnosa Kep : Ansietas Evaluasi dilakukan pukul 08.00 WIB
2021/ 1 Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
2 Memonitor tanda-tanda ansietas S : Klien mengatakan cemas dan merasa takut
07. 00 WIB karena baru pertama kali menjalani operasi
3 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan berkurang
kepercayaan
07.05 WIB
4 Memahami situasi yang membuat ansietas O:
07.10 WIB 5 Menganjurkan keluarga untuk tetap besama pasien, 1 Ansietas karena melakukan operasi
2 TTV
jika perlu
07.15 WIB Suhu/T : 36 0C
6 Melalatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi N/HR : 80 x/mt
07.20 WIB ketegangan RR : 20 x/tm
7 Melatihan teknik rileksasi TD/BP: 120/80 mm Hg Hendy
07.25 WIB 8 kolaborasi pemberian obat antidepresan jika perlu. 3 keluarga menemi pasien saat sebelum Trigusman
tindakan dimulai
07.30 WIB 4 sudah diberikan teknik rileksasi
07.35 WIB A : Masalah belum teratasi
P: Hentikan intervensi (Tindakan Operasi)
39

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Z


Ruang Rawat : -
Tanda tangan
Hari / dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal Jam
Nama Perawat

Selasa 19-10- Diagnosa Kep : Resiko Pendarahan Evaluasi dilakukan pukul 09.00 WIB
2021/ 1 Memonitor tanda dan gejala perdarahan S:-
2 Memonitor tanda-tanda vital ortostastik O:
08.10 WIB 3 Memonitor kougalasi 1. Klien terpasang infus RL 20tpm
4 Melakukan kolaborasi pemberian produk darah 2. Klien terpasang monitor
08.15 WIB 3. Klien diberikan anestesi umum
5 Memantau dan mengukur perdarahan selama operasi
4. Dilakukan tindakan pembedahan
08.18 WIB berlangsung
5. Darah yang dikeluarkan ± 200 cc
08.20 WIB 6. Persediaan 1 kantong darah WB
7. TTV
08.25 WIB Suhu/T : 36,5 0C
N/HR : 80 x/mt
RR : 20 x/tm Hendy
08.30 I
TD/BP: 120/80 mm Hg Trigusman
B
A : Masalah belum teratasi
P: Hentikan intervensi (ke ruangan Recovery
room)
40

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Z


Ruang Rawat : -
Tanda tangan
Hari / dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal Jam
Nama Perawat

Selasa 19-10- Diagnosa Kep : Nyeri akut Evaluasi dilakukan pukul 10.00 WIB
2021 1. Mengidentifikasi skala nyeri S : Klien mengatakan nyerinya berkurang
2. Memonitor TTV O:
09. 20 WIB 3. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1 Klien tampak lebih tenang skala nyeri
pemilihan strategi meredakan nyeri
menurun menjadi 3 (ringan)
09. 25 WIB 4. Memberikan teknik nonfarmakologis
2 TTV Hendy
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
09. 30 WIB Suhu/T : 36 0C
6. Mengajarkan teknik relaksasi dan teknik distraksi Trigusman
N/HR : 80 x/mt
7. Berkolaborasi pemberian obat analgetic sesuai
09. 35 WIB RR : 20 x/tm
indikasi
TD/BP: 120/80 mm Hg
09. 40 WIB 3 Klien tampak bisa melakukan teknik
nonfarmakologis secara mandiri
09. 45 WIB A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi nomor 1,3 dan 5 (ruang
09. 50 WIB Dahlia)
1. Mengidentifikasi skala nyeri
41

2. Mempertimbangkan jenis dan sumber


nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes
RI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Sylvia. 2015, patofisiologi Edisi 6 Vo 2 konsep klinis prose-proses penyaki. jakarta:


EGC

Kusuma. H. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa. Jogjakarta

Iskandar. 2012. Paduan Penelitian Tindakan. Jakarta


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ANSIETAS (KECEMASAN)

Disusun Oleh

Hendy Trigusman
(2018.C.10a.0937)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA.2020/2021
Topik : Kecemasan (Ansietas)

Sub Topik : Cara mengatasi kecemasan

Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2021

Waktu : 10.00-10.30 (30 menit)

Peserta : Pasien dan keluarganya

Tempat : Ruang pre medikasi

Nama Penyuluh : Hendy Trigusman

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 30 menit, klien dan keluarga
mampu memahami dan mengetahui cara mengatasi kecemasan

B. Tujuan Khusus
Klien dan keluarga mampu :

1. Menjelaskan pengertian kecemasan


2. Menguraikan tingkatan kecemasan.
3. Menguraikan tanda dan gejala cemas.
4. Menguraikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress.
5. Mempraktikkan cara mengatasi kecemasan
C. Materi
1. Pengertian Kecemasan
2. Tingkat Kecemasan
3. Tanda dan gejala kecemasan
4. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
5. Cara mengatasi kecemasan
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

E. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik

F. Strategi pendidikan kesehatan


No Kegiatan Pendidikan Kesehatan Waktu

Fasilitaror Peserta (klien)

1 Pembukaan: 1. Menjawab salam 5 menit


2. Mengajukan pertanyaan
1. Memberi salam dan
3. Menjawab pertanyaan
memperkenalkan diri
4. Menyimak
2. Memberikan pertanyaan apersepsi
3. Mengkomunikasikan pokok
bahasan
4. Mengkomunikasikan tujuan
2 Kegiatan Inti : 1. Menyimak 15 menit
2. Mengajukan pertanyaan
1. Menjelaskan materi
3. Memperhatikan dan
2. Memberi kesempatan bertanya
mengikuti saran yang
3. Menjawab pertanyaan
diberikan
4. Memberikan reinforcement
4. Melakukan redemonstrasi
5. Melakukan demonstrasi
5. Menyimak dan
menjawab pertanyaan
3 Penutup : 1. Menyimak 10 menit
2. Menjawab pertanyaan
3. Menjawab salam
1. Menyimpulkan materi
2. Melaksanakan evaluasi
3. Mengucapkan salam penutup

G. Evaluasi
1. Prosedur :Diberikan diakhir pendidikan kesehatan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk soal : lisan
4. Jumlah soal :2
5. Jenis soal : Essay
6. Butir soal /pertanyaan :
a. Apakah yang dimaksud dengan kecemasan ?
b. Bagaimana cara mengurangi cemas?

I. Lampiran

1. Materi Penyuluhan Ansietas


Materi Pendidikan Kesehatan

A. Pengertian Kecemasan
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan didukung
oleh situasi (Videbeck, 2018).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar
dialam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan
ketidakberdayaan perasaan isolasi, keterasingan an ketidakamanan
juga hadir (Stuart, 2016)
Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang
ditandai dengan perasaanketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
(RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal (NANDA, 2013).

B. Tingkat Kecemasan
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas
yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.

Gambar Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)

1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda


dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2018), respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan,
rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin
b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya
diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat
pembelajaran optimal
c. Respons emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar,
aktivitas menyendiri, terstimulasi dan senang

2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada


sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2018), respons dari ansietas sedang
adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital
meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-
mandir, memukul tangan, suara berubah ; bergetar, nada suara
tinggi, kewaspadaan dan ketegangan menigkat, dan sering
berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian
secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang
perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung,
kepercayaan diri goyah, tidak sabar dan gembira

3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak
mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, mengertakan gigi, mondar-mandir,
berteriak, dan meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir
terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri,
egosentris
c. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat. menarik diri, penyangkalan dan ingin
bebas

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang,


karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2018), respons
dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot
sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda
vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur,
hormon stress dan neurotransmiter berkurang, wajah
menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif : persepsi sangat sempit. pikiran tidak logis,
terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan
masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit
memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi
mungkin terjadi
c.  Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu,
tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,
sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut,
lelah
C. Tanda dan gejala kecemasan
1. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri
dada, letih, pegal, sakit kepala, sakit leher.
2. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama
saraf simpatis ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis,
sesak nafas, diare, parestesia dll.
3. Khawatir: rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-
hal yang belum terjadi seperti mau mendapat musibah.
4. Kewaspadaan berlebihan.: kewaspadaan yang berlebihan meliputi
gejala tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak
bisa santai dll.

D. Faktor-faktor yang menimbulkan stress


1. Lingkungan yang asing
2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan
memerlukan bantuan orang lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7. Masalah pengobatan

E. Cara mengatasi kecemasan


1. Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing):
a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,
b. Tahan napas selama 3 detik
c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
d. Ulangi selama 3 kali
2. Teknik guided imagery
a. Diri dalam keadaan rileks
b. Teman dan konselor membimbing anda dengan kondisi
verbal (bicara perlahan dan lembut)
c.  Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang
diinginkan oleh suara hatinya.
d. Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa damai,
dan akan mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu
yang membebani, atau lebih siap menghadapinya.
e. Hindari kafein, alkohol dan rokok
f. Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan,
minuman, serta kebiasaan yang kita konsumsi atau lakoni.
Kafein, alkohol, dan rokok disebut-sebut sebagai substansi
yang bisa meningkatkan rasa cemas seseorang.
3. Tertawa dan olahraga.
Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap
menyehatkan. Buktinya untuk mengatasi rasa cemas ini, para
pakar juga menyarankan agar kita banyak tertawa. Karena cara
tersebut ampuh mengusir emosi dengan sesuatu positif sifatnya.
Tak ubahnya dengan olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan
olahraga bisa membantu mengurangi rasa cemas.
4. Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas
Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi emosi
dan rasa sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur
ketakutan dan kecemasan yang ada dalam benak Anda, seperti
"Saya cemas karena...", "Saya nggak yakin kalau harus...', atau
"Saya takut ketika..."
5. Bersantai
Rasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau
tugas lainnya. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu
buat bersenang-senang dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa
pula digunakan untuk meditasi, membangun mimpi dan
berimajinasi. Karena kebiasaan tersebut akan membantu
mengurangi rasa cemas.
6. Dengar musik.
Berbahagialah orang yang gemar mendengarkan musik.
Karena dengan mendengarkan musik-musik favorit, akan
membantu menjalani ritme hidup anda yang menyenangkan.
TINGKATAN ANSIETAS
Apa itu ansietas FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
 Ansietas Ringan CEMAS
cemas yang normal yang
Ansietas adalah perasaan was-was, atau menyebabkan seseorang menjadi
pikirana tidak nyaman seakan-akan terjadi waspada 1. lingkungan yang asing
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.  Ansietas Sedang 2. kehilangan kemandirian
cemas yang memungkinkan sehingga mengalami ketergantungan dan
BAGAIMANA TANDA DAN seseorang untuk memusatkan pada memerlukan bantuan orang lain
hal yang penting dan 3. Berpisah dengan pasangan dan
GEJALANYA? mengesampingkan yang lain keluarga
  Nafas pendek   Ansietas Berat 4. Masalah biaya atau sosial ekonomi
  Nadi dan tekanan darah naik  cemas yang memungkinkan 5. kurang informasi
seseorang untuk memusatkan 6. Ancaman akan penyakit yang lebih
 Mulut kering pada hal yang membuat dia cemas parah
 Tidak nafsu makan dan tidak bisa berkonsentrasi pada
 Diare atau susah BAB hal yang lain
 Panik
 Gelisah Tingkatan tertinggi dari
 Berkeringat cemas dimana seseorang
 Gemetar  mengalami ketakutan atau
 sakit kepala terror serta kehilangan kendali
 sulit tidur  sehingga tidak mampu
melakukan apapun walau
Gerakan meremas tangan
diberi bimbingan

 Berbicara cepat dan berlebihan


 !erasaan tidak aman dan menangis
Memusatkan perhatian pada hal
yang membuat cemas
Hindari kafein CEMAS
TEKNIK MENGURANGI CEMAS
alkohol dan rokok  (ANSIETAS)
olahraga
Pernafasan (Triagle Breathing)
Tulislah rasa cemas dalam
 Ambil nafas selama 3 secarik kertas
detik dengan lambat 
 Tahan nafas selama 3 detik  Bersantai atau rileks
 Keluarkan perlahan selama mendengarkan musik untuk
3 detik melalui mulut  mengurangi cemas dan
 Ulangi selama 3 kali mengalihkan cemas

DISUSUN
OLEH:

 Hendy Trigusman
(2018.C.10a.0937)

YAYASAN EKA HARAP


PALANGKARAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai