Z
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA PAROTIS DENGAN TINDAKAN
PEMBEDAHAN PAROTIDEKTOMI DI RUANG IBS
Disusun Oleh:
Hendy Trigusman
2018.C.10a.0937
NIM : 2018.C.10a.0937
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan pada Ny.M Dengan Diagnosa Medis Parotis palangka raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4).Laporan Pendahuluan ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik 3 Program Studi
Sarjana Keperawatan
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Merry Triana, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan masukan dan bimbingan dalam menyelasikan asuhan
keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
BAB 1.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum............................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................................3
BAB 2.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................5
2.1Konsep CA Parotis..............................................................................................................5
2.1.1Defenisi..............................................................................................................................5
2.1.2Anatomi Fisiologi..............................................................................................................5
2.1.3 Etiologi..............................................................................................................................7
2.1.4Klasifikasi..........................................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi......................................................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis............................................................................................................13
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan penunjang...................................................................................................14
2.1.9 penatalaksanaan medis....................................................................................................15
2.1.10 Parotidektomi.................................................................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.......................................................................................17
2.3.1 Pengkajian.......................................................................................................................17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan (Standar Diagnosa Keperawatan)...............................................18
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................................19
2.3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................................24
2.3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................................24
Bab 3............................................................................................................................................25
iii
ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................42
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor parotis adalah pertumbuhan sel ganas yang menyerang kelenjar liur
parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari
kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa
adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor
etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar
liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang
telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada
anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam
kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor
ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 %
tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari
seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan
pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya
peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada
kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine
NeedleAspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat
membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan
tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor
biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti
masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2013).
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis
dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling,
2016) Mengingat banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu
adanya perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif
1
2
melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat
teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.
Peran perawat pada kasus tumor parotis meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami tumor parotis, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti
yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien tumor parotis
melalui metode ilmiah.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor
biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti
masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2013)
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis
dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling,
2016)
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar
Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga. (kamus kedokteran
Dorland edisi 29, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan CA Parotis”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung
tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis CA
Parotis
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya tentang CA
Parotis dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai CA Parotis dan pengobatannya sehingga dapat
digunakan untuk membantu progam pemerintah.
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan
bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk publikasi
ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam
keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.1.3 Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat
nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali didalam setahun.
Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang
umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan auto osom. Onkogen
merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel
akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak
terkendali semua sifat kanker fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari
virus atau tumor.
3. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan
kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat
8
1. Tumor Jinak
A. Pleomorfik adenoma paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan
pleomorfik dikarenakan terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.
Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat dan konsistensi lunak.
Secara histologist dikarakteristikkan dengan struktur beraneka ragam
biasanya terletak seperti gambaran lembaran untaian atau seperti pulau-
pulau dari spindle atau stellata.
B. Warthin’s tumor tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki
kapsul apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multiple.
Histology Warthin’s tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epithelial
asini.
2. Tumor Ganas
A. Mukoepidermoid karsinoma keganasan pada kelenjar parotis yang paling
banyak. Paling umum mengenai usia anak-anak dan remaja dari usia 20
tahunan. Untuk tumor Low-grade memiliki presentasi lebih tinggi untuk
terbentuk dari sel mucinous dan prognosis yang dimiliki lebih baik.
Sedangkan tumor High-grade memiliki lebih banyak sel epitel dan
prognosisnya lebih buruk.
B. Adenoid kistik merupakan keganasan kedua yang paling umum terjadi pada
kelenjar parotis. Tumor ini memiliki perkembangan yang lambat . adenoid
9
2.1.5 Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran
kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus
dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai
pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna,
dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik
adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai
penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa
menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul
sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi
maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial.
facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi
padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan
juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat
disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
1. Teori multiseluler: menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal
dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor
berasal dari sel-sel duktus intercalated dan mioepitel.
10
2. Teori biseluler: menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan
suktus intercalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus intercalated
dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik,
mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin’s tumor,
11
WOC PAROTIS
Penyebaran Anggota Paramyxovirus
Titer IgM&IgG
Proliferasi di Parotis
Viremiaa
B2 B3 B5 B6 Psikososial
Kurang
pengetahuan Keruskan sebagai Sulit mengunyah
saraf
Nyeri akut
Ansietas
13
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya
pertumbuhan pada lokasi tumor atau melalui penyebaran stase yang
termasuk :
1. Perforasi (perlubangan) usus besar yang disebabkan peritonitis
(radang peritoneum) yaitu membrane serosa yang melapisi dinding
rongga abdomen.
2. Pembentukan abses ( Kumpulan nanah setempat)
3. Pembentukan fistula (saluran abnormal akibat pembedahan) pada
urinari bladder atau vagina.
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
14
2.1.10 Parotidektomi
Macam pembedahan pada tumor parotis, dapat berupa : ( Eisele
dan Johns ,2013)
l. Parotidektomi superfisial, yaitu mengangkat lob u s su p e r f is ia
paroti s, sebelah lateral nervus fasialis. Indikasi operasi ini untuk tumor
jinak dan tumor ganas dini ( T l ,T 2) deng a n derajat kega n asan
rendah. Tumor yang letaknya pada lobus superfisial dilakukan
parotidektomi superfisial, jaringan yang diperoleh dari operasi ini
dilakukan pemeriksaan VC . Bila hasil VC jinak maka operasi selesai,
16
3. Parotidektomi radikal
Disini dilakukan parotidektomi total disertai pemotongan otot maseter,
ramus mandi bula dan jaringan sekitarnya yang dianggap perlu. Nervus
fasialis tak diperhatikan lagi karena sudah rusak. Biasanya hasil FNAB atau
VC kelenjar leher positip (ganas) sehingga dilanjutkan dengan RND.
Indikasi operasi ini untuk tumor ganas parotis yang infiltratif, mengenai
struktur di sekitarnya (T3,T4). Perlu seleksi ketat sebelum memutuskan
melakukan pembedahan yang besar(radikal) ini, harus dipertimbangkan
17
2.3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Terdiri dari Nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku/Bangsa, Agama,
Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tgl MRS , Diagnosa
Medis
a. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
secara umum keluhan utama pada tumor parotis terdapat benjolan
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan parotis, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi):
Adanya riwayat ca parotis sebelumnya atau ada kelainan pada parotis,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian
leher sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium
atau kanker serviks.
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga yang mengalami ca parotis berpengaruh pada kemungkinan
klien mengalami ca karotis atau pun keluarga klien pernah mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Keadaan umum adalah keadaan saat kita melakukan pengkajian
2. Tanda-tanda Vital :
18
1. Ansietas berhubungan Setelah tindakan keperawatan dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314 hal. 387)
dengan kekhawatiran elama 3x24 jam ansietas teratasi dengan Observasi:
mengalami kegagalan (D.0080 kriteria hasil: 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Hal. 180) 1. Verbalisasi kebingungan menurun kondisi, waktu, stesor)
2. perilaku gelisah menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. perilaku tegang menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. pucat menurun Terapeutik:
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang dialami
2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
20
perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
1. Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan (I.02067 Hal. 283)
1x 20 menit diharapkan perdarahan dapat
berhubungan dengan Observasi:
dikendalikan, dengan kriteria hasil:
tindakan pembedahan 1. Kelembabapan membrane mukosa 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat
(D.0012 Hal. 42) 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
2. Kelembabapan kulit meningkat
setelah kehilangan darah
3. Hemoptysis menurun
4. Hematemesis menurun 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
5. Hematuria menurun
4. Monitor koagulasi (mis. prothrombin time (PT),
6. Hemoglobin membaik
partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen,
7. Hematocrit membaik
degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik:
1. Pertahankan bedrest selama perdarahan
2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah decubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
22
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri SIKI ( I.080238) Hal. 201
1x 20 menit diharapkan nyeri menurun Observasi :
dengan benjolan mendesak
dengan kriteria hasil SLKI (L.08066) Hal. 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
sel syaraf (SDKI 0077 hal 145 kualitas, intensitas nyeri
1. keluhan nyeri menurun 5 2. identifikasi skala nyeri
172)
2. meringis menurun 5 3. identifikasi faktor yang memperberat dan
3. kesulitan tidir menurun 5 memperingan nyeri
4. kemampuan menuntaskan aktivitas 4. monitor penggunaan analgetik
meningkat 5 Terapeutik :
5. pola tidur membaik 5 1. berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi:
1. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi pereda nyeri
3. anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
1. kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
24
I PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. G.obos 8
Tgl MRS : 16 oktober 2021
Diagnosa Medis : Ca Parotis
25
26
disarankan oleh perawat untuk melakukan rawat inap dan tindakan operasi,
kemudian ke ruang rawat inap.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
klien mengatakan sebelum tidak ada memiliki penyakit seperti ini, dan tidak
ada hipertensi dan lainnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit tumor,
hipertensi, DM dan jantung coroner. Di keluarganya juga tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV.
GENOGRAM KELUARGA :
GENOGRAM :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
=Pasien
27
b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
kesadara pasien compos mentis, klien tampak cemas tidak ada
terpasang terapi apapun. klien mengatakan merasa takut karena harus
melakukan operasi
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36 0C Axilla Rektal Oral
e. Nadi/HR : 80 x/mt
f. Pernapasan/RR : 20 x/tm
g. Tekanan Darah/BP : 120/80 mm Hg
3 Pemeriksaan Fisik
1) Pre Operatif
Klien nampak berbaring terlentang dengan kesadaran compos mentis,
klien tampak cemas dan merasa takut karena baru pertama kali
menjalani operasi, tampak terpasang Infus RL 20Tpm, TTV
TD:120/80, N: 80x/menit,R:20x/menit dan S: 36 0C .
2) Intra Operaratif
Klien diberikan anastesi, tubuh klien tampak benjolan pipi sebelah
kanan -/+ 5 cm, terpasang infus RL 20Tpm, dilakukan tindakan
Parotidektomi pada pipi sebelah kanan, darah yang dikeluarkan ± 200
cc, diberikan transfusi darah WB sebanyak 3 kantong, lama operasi 3
jam, suhu ruang 20⁰C, kelembaban ruang 50 %, TTV :TD:100/60,
S:35⁰C, N: 90x/menit, RR: 21x/menit.
3) Post Operasi
Klien mengatakan nyeri post operasi, Nyeri luka habis operasi, nyeri
terasa tertusuk- tusuk, nyeri pada wajah dan lengan, skala nyeri 6
(Sedang), nyeri terus menerus, TTV TD: 120/80, S:36,0⁰C, N:
80x/menit, RR: 20x/menit
28
Pemeriksaan Radiologi
Hari/ Jenis Kesan /
Pemeriksaan
Tanggal Interpretasi
Terapi/penatalaksanaan
4. post operatif
Setelah tindakan eksisi selesai dari OK, pasien dibawa ke ruang recovery
room, untuk diobservasi lebih lanjut. Setelah pasien kembali optimal atau
pulih, pasien di jemput oleh perawat dari ruangan dan pasien diserah
terimakan
Hendy Trigusman
31
A. Pre operatif
ANALISIS DATA
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
. DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS: Timbulnya sel kanker Ansietas
Klien mengatakan cemas dan pada jaringan epitel
merasa takut karena baru pertama
kali menjalani operasi Hyperplasia sel
kanker pada jaringan
DO: epitel
1. Klien ampak gelisah
2. Klien tampak cemas terdapat parotis
3. klien tampak takut
4. Skala ansietas 2 (sedang) adanya benjolan
5. TTV
Suhu/T : 36 0C pra operasi
N/HR : 80 x/mt
ansietas/ cemas
RR : 20 x/tm
TD/BP: 120/80 mm Hg
B. Intra Operasi
ANALISIS DATA
32
C. Post Operasi
ANALISIS DATA
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
. DATA OBYEKTIF PENYEBAB
33
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Selasa 17-10- Diagnosa Kep : Ansietas Evaluasi dilakukan pukul 08.00 WIB
2021/ 1 Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
2 Memonitor tanda-tanda ansietas S : Klien mengatakan cemas dan merasa takut
07. 00 WIB karena baru pertama kali menjalani operasi
3 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan berkurang
kepercayaan
07.05 WIB
4 Memahami situasi yang membuat ansietas O:
07.10 WIB 5 Menganjurkan keluarga untuk tetap besama pasien, 1 Ansietas karena melakukan operasi
2 TTV
jika perlu
07.15 WIB Suhu/T : 36 0C
6 Melalatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi N/HR : 80 x/mt
07.20 WIB ketegangan RR : 20 x/tm
7 Melatihan teknik rileksasi TD/BP: 120/80 mm Hg Hendy
07.25 WIB 8 kolaborasi pemberian obat antidepresan jika perlu. 3 keluarga menemi pasien saat sebelum Trigusman
tindakan dimulai
07.30 WIB 4 sudah diberikan teknik rileksasi
07.35 WIB A : Masalah belum teratasi
P: Hentikan intervensi (Tindakan Operasi)
39
Selasa 19-10- Diagnosa Kep : Resiko Pendarahan Evaluasi dilakukan pukul 09.00 WIB
2021/ 1 Memonitor tanda dan gejala perdarahan S:-
2 Memonitor tanda-tanda vital ortostastik O:
08.10 WIB 3 Memonitor kougalasi 1. Klien terpasang infus RL 20tpm
4 Melakukan kolaborasi pemberian produk darah 2. Klien terpasang monitor
08.15 WIB 3. Klien diberikan anestesi umum
5 Memantau dan mengukur perdarahan selama operasi
4. Dilakukan tindakan pembedahan
08.18 WIB berlangsung
5. Darah yang dikeluarkan ± 200 cc
08.20 WIB 6. Persediaan 1 kantong darah WB
7. TTV
08.25 WIB Suhu/T : 36,5 0C
N/HR : 80 x/mt
RR : 20 x/tm Hendy
08.30 I
TD/BP: 120/80 mm Hg Trigusman
B
A : Masalah belum teratasi
P: Hentikan intervensi (ke ruangan Recovery
room)
40
Selasa 19-10- Diagnosa Kep : Nyeri akut Evaluasi dilakukan pukul 10.00 WIB
2021 1. Mengidentifikasi skala nyeri S : Klien mengatakan nyerinya berkurang
2. Memonitor TTV O:
09. 20 WIB 3. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1 Klien tampak lebih tenang skala nyeri
pemilihan strategi meredakan nyeri
menurun menjadi 3 (ringan)
09. 25 WIB 4. Memberikan teknik nonfarmakologis
2 TTV Hendy
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
09. 30 WIB Suhu/T : 36 0C
6. Mengajarkan teknik relaksasi dan teknik distraksi Trigusman
N/HR : 80 x/mt
7. Berkolaborasi pemberian obat analgetic sesuai
09. 35 WIB RR : 20 x/tm
indikasi
TD/BP: 120/80 mm Hg
09. 40 WIB 3 Klien tampak bisa melakukan teknik
nonfarmakologis secara mandiri
09. 45 WIB A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi nomor 1,3 dan 5 (ruang
09. 50 WIB Dahlia)
1. Mengidentifikasi skala nyeri
41
Disusun Oleh
Hendy Trigusman
(2018.C.10a.0937)
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 30 menit, klien dan keluarga
mampu memahami dan mengetahui cara mengatasi kecemasan
B. Tujuan Khusus
Klien dan keluarga mampu :
E. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik
G. Evaluasi
1. Prosedur :Diberikan diakhir pendidikan kesehatan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk soal : lisan
4. Jumlah soal :2
5. Jenis soal : Essay
6. Butir soal /pertanyaan :
a. Apakah yang dimaksud dengan kecemasan ?
b. Bagaimana cara mengurangi cemas?
I. Lampiran
A. Pengertian Kecemasan
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan didukung
oleh situasi (Videbeck, 2018).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar
dialam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan
ketidakberdayaan perasaan isolasi, keterasingan an ketidakamanan
juga hadir (Stuart, 2016)
Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang
ditandai dengan perasaanketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
(RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal (NANDA, 2013).
B. Tingkat Kecemasan
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas
yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak
mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, mengertakan gigi, mondar-mandir,
berteriak, dan meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir
terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri,
egosentris
c. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat. menarik diri, penyangkalan dan ingin
bebas
DISUSUN
OLEH:
Hendy Trigusman
(2018.C.10a.0937)