Di Susun Oleh :
Nama: Ersiyana
NIM : (2018.C.10a.0934)
Nama : Ersiyana
NIM : 2018. C .10a.093
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.M
Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
mneyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, karunia,serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru (TB
Paru) RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat
berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Tuberkulosis Paru (TB Paru).
ERSIYANA
DAFTAR ISI
WHO melaporkan pada tahun 2016 sebanyak 10,4 juta orang terkena kasus
TB paru dan 1,4 juta orang diantaranya meninggal. Tahun 2015 diperkirakan
3,9% dari kasusu baru dan 21% kasus lama mengalami TB-MDR terhitung
sejumlah 580.000 kasus. Indonesia menempati urutan ke-4 kasus TB-MDR
dengan estimasi 32.000 kasus dengan 2,8% dari kasus baru dan 16% kasus lama
(WHO,2016). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gresik (2017) terdapat 7,653
orang yang diperiksa mengalami TB Paru (WHO,2018).
Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah agar
penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan dan kebutuhan dasar manusia
secara kompherensif yang meliputi bio,psiko,sosial, dan spiritual pada pasien
dengan Tuberkulosis Paru dengan menggunakan proses keperawatan.
1. Hidung/naso : Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 saluran udara yang
pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi) dipisahkan oleh sekat hidung ( septum
nasi), terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring udara debu, dan
kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
2. Faring
Meruapakan tempat persimpanan anatara jalan makan, yang berbentuk seperti
pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan
osofagus.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil
suara yang dipakai berbicara dan beryanyi, terletak didepan bagian faring.
4. Trakea
Batang tenggorokan kira- kira panjangnya 9 cm, trakea berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan lingkaran fibrosa.
5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan V.
6. Paru – paru
Merupakan sebuah alat yang sebagian besar teridiri dari gelembung–
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.
Pernafaan paru – paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondiokasida yang
terjadi pada paru – paru atau pernapasan eksternal, oksigen di ambiloleh sel darah
merah dibawa ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh.
7. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena terdapat
perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan tekanan
intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka
udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan intapulmonal
lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak keluar dari paru ke
atmosfir disebut ekspirasi.
8. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam paru
terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler paru,
oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di kapiler paru,
sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru. Sebaliknya,
karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding di
alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli.
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem peredaran dara, dari paru
ke jaringan dan sebaliknya, disebut transportasi dan pertukaran oksigen dan
karbondioksida darah. Pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan
disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di
mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama
pengambilan energi dari bahanbahan nutrisi.
2.1.3 Etiologi
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah
(droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi
melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung.
(Wim de Jong, 2005).
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas:
1.) Berdasarkan organ yang terinvasi
TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. TB Paru BTA Positif Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang kurangnya 2
dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1
spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan
gambaran TB aktif.
b. TB Paru BTA Negatif Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS
BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif.
TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap
berat.
2.1.5 Patofisiologi
B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone
Kehilangan cairan Penyubatan Bakteri Perubahan cairan Reaksi infeksi dan Profiferasi sel epitel di
dan elektrolit pembuluh darah Miobacterium intrapleura merusak parenkim sekeliling basil dan
paru membentuk dinding
Ketidakseimbangan Aliran darah tidak Terhirup kesaluran antara basil dan organ
asam basa adekuat pernafasa masuk ke
paru-paru,dan masuk ke
Reaksi sistematis Reaksi sistematis Menyebar melalui kelenjar
getah bening, ke kelenjar
Asidosis metabolik Iskemik paru alveoli
regional menimbulkan
Mual, bb turun reaksi oksidasi
Resfon imflamasi Anoreksia, mual, dan
Nafas cepat dan
Penurunan suplai O2 berat badan menurun Proses peradangan
dangkal
keotak
Produksi mediator Resiko kekurangan
Produksi secret nyeri nyeri cairan dan elektrolit Mengalami perkejuan
Pergerakan otot Risiko defisit nutrisi
meningkat meningkat
menurun
Nusiseptor
terangsang Difusi 02 menurun
1. Bersihan jalan Gangguan
napas tidak efektif
pertukaran gas Intoleransi
Nyeri akut
2. Pola nafas tidak aktivitas
efektif
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat
terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang
dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang
biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang
dapat menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
keorgan-organ lainnya.
1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA pada
sputum seseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis paru. Pemeriksaan sputum juga
dapatmengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan.
Pemeriksaan ini mudah dan murah, tapi kadang-kadang sulit untuk mendapatkan
sampelsputum. Apabila ditemui kesulitan dalam mendapatkan sampel maka dapat dilakukan
hal sebagai berikut:
1). Pada pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum air sebanyak +2liter dan
dianjurkanmelakukan reflex batuk.
2). Memberi tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan
garamhipertonik selama 20-30 menit. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009) Sputum
yang diperiksa terdiri dari 3 spesimen, yaitu:
a. Dahak setempat pertama ketika pasien dating
b. Dahak pagi hari berisi semua dahak yang terkumpul selama 1-2 jam pertama
c. Dahak setempat kedua ketika pasien kembali membawa dahak pagi hari
2. Rontgen Dada
Dilakukan untuk melihat kondisi sebagian besar bagin tubuh termasuk masalah pada
organ dalam serta menampilkan kondisi pada tulang, sendi dan mangamati perkembangan
penyakit serta mengetahui kemajuan dari pengobatan yang di lakukan.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian:
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
a. Streptomisin injeksi 750 mg.
b. Pas 10 mg.
c. Ethambutol 1000 mg.
d. Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan: setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan
dengan Jenis:
a. INH.
b. Rifampicin.
c. Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi
6-9 bulan.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat:
a. Rifampicin.
b. Isoniazid (INH).
c. Ethambutol.
d. Pyridoxin (B6)
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keoerawatan yang meliputi Komponen dari
pengkajian keperawatan meliouti anamnesa, pemeriksaan kesehatan, pengkajian,
pemeriksaan diagnostic serta pengkajian penata laksanaan medis.
1. Biodata
1) Identitas Pasien, Nama, alamat, umur, agama, status perkawinan, pendididkan,
pekerjaan.
2) Identitas Penanggung jawab, Nama, alamat, umur, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2. Riwayat Penyakit (Muttaqin, 2008)
1) Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari
tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
(1) keluhan resepiratoris, meliputi:
a) Batuk, keluhan batuktimbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat
nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah
b) Sesak nafas, keluhan ini ditemukan bila kerusakaan parenkin paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dan lain-lain.
c) Nyeri dada, nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuritikringan,. Gejala ini
timbul apabila system persarafan di pleura terkena TB.
2) Keluhan sistematis, meliputi:
(1) Demam, keluhan yang sering dijumpai dan biasnya timbul ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas, walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pernyataan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “Ya”atau”Tidak” atau
hanya dengan anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka
perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Apakah ada
keluhan lain seperti demam, keringat malam, atau menggigil. Tanyakan apakah batuk
disertain sputum kental atau tidak, apakah klien mampu melakukan batuk efektif atau
mengeluarkan secret.
Apabila keluhan utama batuk darah, maka perlu ditanyakan kembali berapa banyak darah
yang keluar. Saat melakukan suatu anamnesis, perawat perlu menyakinkan pada klien
tentang perbedaan antara batuk darah dan muntah darah, karena pada keadaan klinis, hal
ini sering menjadi rancu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberculosis dari organ,
pembesaran getah bening dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes
mellitus.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi
penularan di dalam rumah.
6. Pengkajian Psiko-Sosial-Spritual
Pengkajian pisikologi pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan prilaku
pasien. Perawat menggumpulkan data hasil pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas
fisik dan intelektual saat ini perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman tempat
tinggal klien hal ini penting mengingat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang
bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih
mudah hidup ditempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari
kurang.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas padang
dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum
tentang kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen, spoor,
soporkoma,atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas meningkat apabila disertai
sesak nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh.
1. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang
dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum
tentang kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen, spoor, soporkoma,
atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapatkan
peningktan suhu tubuh secra signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai
sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan bfrekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi.
2. B1 (Breathing)
1) Inspeksi
Bentuk dada, gerakan pernapasan, batuk, sputum.
2) Palpasi
Palpasi trakhea, gerakan dinding thoraks/ekskrusi pernapasan, getaran suara
(fremitus vocal).
3) Perkusi
Pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit.
3. B2 (Blood)
1) Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah.
3) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura massif
mendorong ke sisi sehat.
4. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmentis ditemukan adanya sianosi perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat.
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok. Pasien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan
berbau yang menandakan funsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum
OAT terutama Rifampisin.
6. B5 (Bowel)
Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
7. B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang muncul
antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga
menjadi tak teratur.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kabupaten Kapuas
Tgl MRS : 09 November 2020
Diagnosa Medis : Tuberkolosis Paru
GENOGRAM KELUARGA :
Laki-laki
Perempuan
-----
Tinggal serumah
Pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Pasien tampak sesak nafas dan lemah terpasang oksigen 2 Lpm, terpasang infus Hydromal 15
TPM, pasien tampak meringis. Posisi berbaring semi flower dan bernampilan kurang rapi.
2. Status Mental:
Tingkat Kesadaran Compas Mentis, Ekspresi wajah meringis, bentuk badan membungkuk,
cara berbaring bebas, berbicara baik, suasana hati sedih, Penampilan kurang rapi, Fungsi
Kognitif Orientasi waktu pasien mengetahu tentang malam dan siang, Orientasi orang pasien
mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi Tempat pasien mengetahui bahwa
beliau berada di Rumah Sakit.
3. Tanda-tanda Vital:
Suhu/T 35,4 0C Axilla, Nadi/HR 87 x/mt , Pernapasan/RR 22 x/menit, Tekanan Darah/TD
130/90 mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada Simestris, kebiasaan merokok tidak ada, nyeri dada ada , batuk sejak 09
Oktober 2020 , terasa sesak saat istirahat, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan
tidak teratur, suara nafas vesikuler, warna sputum kuning kehijauan, suara nafas tambahan
ronchi kering.
Keluhan lainnya: Klien mengatakan dada nya terasa sesak saat malam hari
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan sputum dan
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada ada,pusing saat duduk, kram kaki di kanan dan kiri, pucat Capillary refill > 2
detik, tidak ada oedema, Ictus Cordis tidak melihat, vena judularis meningkat, suara jantung
normal.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS 4 (spontan membuka mata) Verbal 5 (berbicara dengan baik dan jelas) Motorik 6
(mengikuti perintah dengan baik) Total nilai GCS 15 (Compas Mentis), Pupil isokor, reflex
cahaya kanan psotifi dan kiri positif. Uji Syaraf Kranial Nervus Kranial I (Olfaktorius) pasien
dapat mencium aroma minyak ayu putih, Nervus Kranial II (Optikus) pasien dapat melihat
dengan baik, Nervus Kranial III (Okulomotorus) pasien dapat menggerakkan konjungtiva dan
feklek pupil, Nervus Kranial IV (Troklearis) pasien dapat menggerakkan bola mata ke atas
dan ke bawah, Nervus Kranial V (Trigeminus) pasien dapat menggerakkan rahang ke semua
arah, Nervus Kranial VI (Abdosen) pasien dapat menggerkan mata ke semua sisi, Nervus
Kranial VII (Fasialis) pasien dapat menerima rangsangan wajahnya, Nervus Kranial VIII
(Vestibuloakustikus) pasien dapat mendegarkan orang berbicara, Nervus Kranial IX
(Glosafaringus) pasien dapat menelan , nervus Kranial X (Vagus) tidak dilakukan , Nervus
Kranial XI (Aksesorius) pasien dapat menggerakkan kepalanya, Nervus Kranial XII
(Hipoglosus) pasien dapat menjulurkan lidahnya. Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari
positif, jari ke hidung positif , ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan
tubuh positif. Bisep kanan dan kiri skala +2 Trisep, kanan dan kiri skala +2 . Brakidioradialis
kanan dan kri skala +2 refleks lainnya normal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan lainnya.
4. Kongnitif :
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Konsep diri
Gambaran diri : Pasien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang ibu, dan mempunyai empat anak
Peran diri : Sebagai seorang ibu rumah tangga dan bekerja di salah satu perusahan.
Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
E. SOSIAL - SPIRITUAL
Kemampuan berkomunikasi Baik, Bahasa sehari-hari Indonesia, Hubungan dengan Keluarga
Harmonis baik-baik saja, Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain baik-baik
saja, Orang berarti/terdekat, Anak dan Keluarga, Kebiasaan menggunakan waktu luang
Membersihkan Rumah, Kegiatan beribadah Ibadah hari minggu.
Pemeriksaan Hasil
LED 60 mm
Hb 10gr/dl (ce:12-14)
Eritrosit 4,08 gr/dll (ce:4-5)
Leukosit 11.000/ul (10.000/ul)
Trombosit 301.000/ul (150rb-400rb)
Protein 8,8 gr/dl (7,2-8g/dll)
Globulin 5,9 gr/dl (2,3-3,2 gr/dll)
Natrium 129 mEq/L (135-145 mEq/L)
Kalium 3,41 mEq/L (3,5-5,1 mEq/L)
Klorida 94,1 mEq/ L (98-109 mEq/L)
Ureum 78 mg/dl (10-50 mg/dl)
pCO2 28,6 mmHg (35-45)
pO2 76,6 mmol/L (80-100)
2. Pemeriksaan Rontgen
Hasil rontgen paru memberi kesan gambaran TB paru primer
Kultur BTA (+)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
TTV :
TD : 130/80 mmHG
N : 80
RR : 20 x/menit
S : 35,6 ℃
DS : Bakteri Micobacterium Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di ↓
bagian dada Terhirup kesaluran
pernafasan masuk ke paru-
DO :
paru dan masuk ke alveoli
- Pasien tampak meringis ↓
- Pasien nampak gelisah Resfon imflamasi
- Pasien susah tidur ↓
Produksi mediator nyeri
TTV : meningkat
TD : 130/90 mmHg ↓
Nusiseptor terangsang
N : 85
↓
RR : 21 x/menit Nyeri akut
S : 35,9 ℃
PRIORITAS MASALAH
2. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan darah meningkat ditandai dengan pola
tidur terganggu. TTV= TD: 130/90 N: 87 S=35,4℃ RR: 22 x/menit.
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola nafas 1. Pola nafas kembali normal dan bersih
tidak efektif keperawatan selama 1x7 jam 2. Berikan udara/oksigen 2. Mengetahui perkembangan kepatenan
berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas 3. Posisikan semi fowler nafas
peningkatan produksi efektif dengan kriteria hasil: 4. Ajarkan kepada pasien tentang batuk dan 3. Mempermudah pasien untuk bernafas
sputum ditandai sesak Teknik nafas dalam 4. Mengencerkan secret mempermudah
- Pembersihan jalan nafas
nafas. Hasil 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi pernafasan
efektif
pemeriksaan terdapat Dokter yaitu Nebu Ventolin dan Flixotide 5. Mempercepat penyembuhan dan
- Frekuensi dan irama nafas
sputum bewarna kuning per 8 jam perawatan paru
membaik
kehijauan TTV= TD:
- Kepatenan jalan nafas
130/90 N: 87 S=35,4℃
- Ventilasi tidak terganggu
RR: 22 x/menit.
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor fungsi pernapasan 1. Mengetahui suara nafas
gas berhubungan keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor suara nafas
dengan diharpakan kriteria hasil: 3. Keluarkan secret dengan batuk atau 2. Mempermudah klien untuk
ketidakseimbangan suction bernapas normal
- Suara nafas klien kembali
ventilasi-ferfusi 4. Auskultasi suara nafas,catat bila ada 3. Mempercepat pengeluara secret
normal
ditandai dengan irama suara tambahan 4. Mengoptimalkan pernafasan dan
- Suara nafas tambahan
nafas berubah. Hasil 5. Monitor pergerakkan dada, amati bunyi nafas
tidak ada
pemeriksaan terdapat kesimetrisan,penggunaan otot 5. Mengetahui bila ada keabnormalan
- Mampu bernafas dengan
suara tambahan ronchi tambahan dan retraksi otot pernapasan
mudah
kering. TTV= TD: 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai advis 6. Mengoptimalkan pengobatan yang
- Tidak ada secret lagi
130/90 N: 87 S=35,4℃ Dokter diberikan
- Ajarkan pasien batuk
RR: 22 x/menit.
efektif
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observas skala nyeri pasien 1. Skala nyeri yang di rasakan pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam
tekanan darah didarapkan nyeri berkurang 2. Identifikasi respon nyeri non verbal dapat diketahui
meningkat ditandai dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan 2. Respon nyeri non verbal dari dalam
dengan pola tidur memperingan nyeri tubuh pasien dapat di ketahui
- TTV Normal 110 / 20
terganggu. TTV= TD: 4. Fasilitasi istirahat dan tidur selama 3. Faktor yang memperberat dan
mmHg, N: 60-100 kali
130/90 N: 87 S=35,4℃ perawatan memperingan nyeri skala beraktivitas
permenit, S: 36,5-37,2℃ ,
RR: 22 x/menit. 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai advis 4. Pasien dapat rileks, nyaman dan tenang
RR: 18-24 x/menit
Dokter yaitu Sukralfat 5. Membantu proses penyembuhan dengan
- Nyeri hilang dan tidak
membuat rileks, nyaman dan tenang
muncul lagi
Senin, 09 November 2020 Diagnosa 2: S: pasien mengatakan suara nafas kembali normal
1. Monitor suara nafas pasien O:
2. Monitor tanda suara nafas tambahan
- Suara nafas pasien normal
3. Mengobservasi adanya secret
- Tidak ada suara nafas tambahan
4. Mengajarkan pasien batuk efektif
- Secret berkurang
5. Monitor pola nafas pasien
A: Masalah teratasi sebagain
P: Lanjutkan intervensi
(Ersiyana)
1. Mengobservasi irama nafas
2. Beri teknik napas dalam
3. Ajarkan batuk efektif
4. Kolaborasi pemberian obat
Disusun oleh:
NAMA: ERSIYANA
NIM: 2018.C.10a.0934
A. LATAR BELAKANG
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampumentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan
oksigen berlangsungLebih dari 5 menit, maka kerusakan kerusakan sel permanen.
Selain itu oksigendigunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel. Oksigen akandigunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakansumber energi bagi sel tubuh agarberfungsi
secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasioksigen meningkat dalam tubuh.Oksigenasi adalah memberikan
aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1atmosfir sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. SASARAN
Dosen Penguji
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan tanggal pelaksanaan; Rabu, 12 Agustus 2020
Waktu: 12.00 WIB
Tempat: -
E. MATERI
Terlampir
F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
G. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
H. MEDIA DAN ALAT
Leaflet
I. DENAH LOKASI
Terlampir
J. SUMBER
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2953/11.%20Lampiran.pdf?
sequence=11&isAllowed=y
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/da936678c31b0170467c19754868408e.pdf
K. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Semua anggota masyarakat hadir dalam penyuluhan
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Masyarakat antusias mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
4. Evaluasi hasil
a. Kegiatan penyuluhan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Adanya tambahan pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan Oksigenasi
LAMPIRAN 1
MATERI PENYELUHAN`
A. Pengertian
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasioksigen meningkat dalam tubuh.Oksigenasi adalah
memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Menjaga kondisi kesehatan tubuh
2. Mencegah tubuh kekurangan oksigen
C. Manfaat
1. Menjaga kesehatan tubuh
2. Menjaga agar tubuh tetap segar dan bugar
3. Membantu untuk tubuh tetap terpenuhi kebutuhan oksigen
KEBUTUHAN OKSIGENASI
TENANGKAN DIRI
ATUR POLA MAKAN
OLAHRAGA
TARIK NAPAS DARI
HIDUNG DAN
KELUARKAN MELALUI
MULUT