Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. M DENGAN DIAGNOSIS MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI


RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh :
Nama: Ersiyana
NIM : (2018.C.10a.0934)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh:

Nama : Ersiyana
NIM : 2018. C .10a.093
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.M
Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
mneyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh:

Ketua Program Studi Pembimbing Akademik


S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Ika Paskaria, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, karunia,serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru (TB
Paru) RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat
berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Tuberkulosis Paru (TB Paru).

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


masih banyak terdapat kekurangan dan juga jauh dari kata sempurna oleh sebab
itu saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan. Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang tepat dan berkenan saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan laporan pendahuluan ini.

Palangka Raya, 09 November 2020

ERSIYANA
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................. 3
1.4.1 Untuk Mahasiswa.......................................................... 3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga............................................. 3
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)............. 3
1.4.4 Untuk IPTEK................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit..................................................................... 4
2.1.1 Definisi ......................................................................... 4
2.1.2 Anatomi fisiologi .......................................................... 4
2.1.3 Etiologi ......................................................................... 7
2.1.4 Klasifikasi ..................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi ................................................................. 8
2.1.6 Manisfestasi Klinis ....................................................... 11
2.1.7 Komplikasi ................................................................... 12
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ................................................... 12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................ 13
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar manusia ........................................ 15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................... 22
2.3.1 Pengkajian Keperawatan .............................................. 22
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................. 26
2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................ 27
2.3.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 29
2.3.5 Evaluasi keperawatan ................................................... 29
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian .............................................................................. 30
3.1.1. Identitas Klien .............................................................. 30
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan ..................................... 30
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ........................................................ 32
3.2 Tabel Analisa Data.................................................................. 38
3.3 Rencana Keperawatan ........................................................... 41
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ............................. 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
LEAFLET
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis (TB) merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di
luar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang
sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC. Indonesia merupakan negara dengan
pasien TB terbanyak ke-2 di dunia (WHO,2016). Pada umumnya masyarakat
perlu mengetahui TB Paru secara tepat dan benar agar agar dapat menanggulangi
TB paru karena TB Paru terjadi akibat kegagaln obat, putus pengobatan, atau
pengobatan yang tidak benar sehingga terjadinya resintensi primer (WHO,2015).

WHO melaporkan pada tahun 2016 sebanyak 10,4 juta orang terkena kasus
TB paru dan 1,4 juta orang diantaranya meninggal. Tahun 2015 diperkirakan
3,9% dari kasusu baru dan 21% kasus lama mengalami TB-MDR terhitung
sejumlah 580.000 kasus. Indonesia menempati urutan ke-4 kasus TB-MDR
dengan estimasi 32.000 kasus dengan 2,8% dari kasus baru dan 16% kasus lama
(WHO,2016). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gresik (2017) terdapat 7,653
orang yang diperiksa mengalami TB Paru (WHO,2018).

Tuberculosis Multidrug Resistant merupakan penyakit TB yang telah


mengalami resistensi terhadap isoniazid (INH) dan fifampicin serta satu atau lebih
obat anti tuberculosis (OAT) berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang
berstandar (Tirtana,2011). TB-MDR terjadi karena kegagalan pengobatan,
putusnya pengobatan, atau pengobatan yang tidak benar sehingga terjadinya
resistensi primer (WHO,2015). Efikasi Diri yang tinggi dapat meningkatkan
pengobatan TB-MDR sedangkan Efikasi yang rendah akan berakibat pada
kegagalan pengobatan (WHO,2018).

Berdasarkan uraian di atas upaya untuk mencegah penyakit Tuberkulosis


yang semakin meningkat, rentan terhadap penularan, menutup mulut pada saat
batuk, meludah sembarangan, kontak dengan penderita TB Paru. Salah satu
langkah untuk mencegah TB Paru adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus
Calmette Guerin) sebagai vaksin imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi
berusia 2 bulan, serta bagi yang belum pernah menerima vaksin BCG dianjurkan
untuk melakukan vaksi bila terdapat salah satu anggota keluarga yng menderita
TBC.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latak belakang diatas rumusan masalah pada TB Paru yakni
sebagai berikut: Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa
medis TB Paru RSUD Doris Slyvanus Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan ini adalah agar
penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan dan kebutuhan dasar manusia
secara kompherensif yang meliputi bio,psiko,sosial, dan spiritual pada pasien
dengan Tuberkulosis Paru dengan menggunakan proses keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian status kesehatan pada Ny.M dengan diagnosa medis


TB Paru .
2. Menegakkan diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada Ny.M dengan
diagnosa medis TB Paru.
3. Menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan diagnose yang muncul pada
Ny.M dengan diagnosa medis TB Paru
4. Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang dibuat pada Ny.M dengan diagnosa medis TB Paru
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa medis TB
Paru.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa medis
TB Paru.
1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk Mahasiswa


Menambah pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.

1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga


Klien dan keluarga mengetahui bagaimana cara Mahasiswa dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Tuberkulosis Paru serta untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Pendidikan.
1.4.3 Untuk IPTEK
Dapat digunakan sebagai kunci untuk membangun kekuatan daya saing
yang bernilai tambah dan memberikan keunggulan kompetitif pada masa yang
akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20
tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di
dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah
suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera
diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2018).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun
2018. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2018).
Pada tahun 2017 di Indonesia terdapat peningkatan kasus tuberkulosis
dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi 330.910 kasus
tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun 2014 yang hanya 324.539
Tuberculosis (TB) membutuhkan pengobatan yang lama, menyebabkan beberapa
pasien menghentikan pengobatan karena kurangnya pemahaman tentang
pengetahuan perawatan pasien Tuberkolosis (TB).
Media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan dapat berupa media
booklet. Desain yang menarik di dalam booklet tersebut akan mempengaruhi
motivasi pasien untuk membaca, sehinga akan meningkatkan pengetahuan pasien
tenag Tuberkulosis (TB). Penyuluhan kesehatan tidak terlepas dari media karena
dengan melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan
dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut, sehingga dapat
memutuskan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan ke dalam perilaku yang
positif (Notoatmodjo,2018).
Berdasarkan fenomena di Indonesia Propinsi Jawa Timur merupakan jumlah
pasien Tuberkulosis (TB) terbanyak kedua setekah Jawa Barat. Pada tahun 2018,
di Jawa Timur angka CDR (Case Detection Rate) sebesar 63.03% dengan jumlah
kasus baru (positif dan negatif) sebanyak 41.472 pasien dan Basil Tahan Asam
(BTA) positif sebanyak 25.618 kasus. Rumah Sakit Paru Karang Tembok
Surabaya merupakan rumah sakit yang khusus menangani pasien dengan kasus
paru dan menjadi pusat pengobatan pasien Tuberkulosis (TB) di Surabaya
diperkirakan mencapai 10.108 pasien BTA Positif. Berdasarkan data awal
kejadian Tuberkulosis (TB) di Rumah Sakit Paru Karang Tembok Surabaya mulai
Bulan Januari sampai Desember tahun 2013sebanyak 377 pasien dan mengalami
peningkatan di tahun 2019 (Januari sampai Desember) menjadi 389 pasien.
Berdasarkan uraian di atas upaya untuk mencegah penyakit Tuberkulosis
yang semakin meningkat, rentan terhadap penularan, menutup mulut pada saat
batuk, meludah sembarangan, kontak dengan penderita Tuberkulosis (TB) dalam
waktu yang lama dan teratur serta tidak boleh putus, resiko terhadap kondisi
pasien apabila dalam pengobatan tersebut pasien apabila dalam pengobatan
tersebut pasien tidak mantaati waktu pengobatan yang telah ditetapkan sehingga
dapat mengakibatkan resiko resinten terhadap penyakit Tuberkulosis (TB).

2.1.2 Anantomi Fisiologi

Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen


dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida
dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga proses . Proses yang
pertama yaitu ventilasi, adalah masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar
paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi
gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam
sirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah.

1. Hidung/naso : Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 saluran udara yang
pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi) dipisahkan oleh sekat hidung ( septum
nasi), terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring udara debu, dan
kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.

2. Faring
Meruapakan tempat persimpanan anatara jalan makan, yang berbentuk seperti
pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan
osofagus.

3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil
suara yang dipakai berbicara dan beryanyi, terletak didepan bagian faring.

4. Trakea
Batang tenggorokan kira- kira panjangnya 9 cm, trakea berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan lingkaran fibrosa.

5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan V.

6. Paru – paru
Merupakan sebuah alat yang sebagian besar teridiri dari gelembung–
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.
Pernafaan paru – paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondiokasida yang
terjadi pada paru – paru atau pernapasan eksternal, oksigen di ambiloleh sel darah
merah dibawa ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh.

7. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena terdapat
perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan tekanan
intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka
udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan intapulmonal
lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak keluar dari paru ke
atmosfir disebut ekspirasi.

8. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam paru
terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler paru,
oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di kapiler paru,
sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru. Sebaliknya,
karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding di
alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli.
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem peredaran dara, dari paru
ke jaringan dan sebaliknya, disebut transportasi dan pertukaran oksigen dan
karbondioksida darah. Pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan
disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di
mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama
pengambilan energi dari bahanbahan nutrisi.

2.1.3 Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet
Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600 C dalam
15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,
sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2005).

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah
(droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi
melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung.
(Wim de Jong, 2005).

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas:
1.) Berdasarkan organ yang terinvasi
TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. TB Paru BTA Positif Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang kurangnya 2
dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1
spesimen dahak SPS positif disertai  pemeriksaan radiologi paru menunjukan
gambaran TB aktif.
b. TB Paru BTA Negatif Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS
BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif.
TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi  positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap
berat.

2.) TB ekstra paru


Yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin.

2.1.5 Patofisiologi

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau


dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter.

Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas


perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon
ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi


sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
(Dannenberg1981). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah
lobus atas paru- paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah
tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini.
Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau
proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang


biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan
respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberke.
sWeb of Caution (WOC) TB Paru

Sumber :Menurut Raviglione. 2010. PatofisiologiPenyakitLimfadenitisTuberkulosis. Edisi 2.Jakarta : EGC

Droplet mengandung micobecterium tuberkulosae Udara tercemar micobecterium tuberkulosae

Proses Peradangan, tuberkel


Abnormalitasgenetik, faktor Terhirup lewat saluran pernapasan, masuk ke paru-paru,masuk ke alveoli Kurang terpapar informasi
lingkungan, infeksi virus
Mycrobacterium tuberkulosis
Defisit pengetahuan
TB Paru

B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone

Kehilangan cairan Penyubatan Bakteri Perubahan cairan Reaksi infeksi dan Profiferasi sel epitel di
dan elektrolit pembuluh darah Miobacterium intrapleura merusak parenkim sekeliling basil dan
paru membentuk dinding
Ketidakseimbangan Aliran darah tidak Terhirup kesaluran antara basil dan organ
asam basa adekuat pernafasa masuk ke
paru-paru,dan masuk ke
Reaksi sistematis Reaksi sistematis Menyebar melalui kelenjar
getah bening, ke kelenjar
Asidosis metabolik Iskemik paru alveoli
regional menimbulkan
Mual, bb turun reaksi oksidasi
Resfon imflamasi Anoreksia, mual, dan
Nafas cepat dan
Penurunan suplai O2 berat badan menurun Proses peradangan
dangkal
keotak
Produksi mediator Resiko kekurangan
Produksi secret nyeri nyeri cairan dan elektrolit Mengalami perkejuan
Pergerakan otot Risiko defisit nutrisi
meningkat meningkat
menurun
Nusiseptor
terangsang Difusi 02 menurun
1. Bersihan jalan Gangguan
napas tidak efektif
pertukaran gas Intoleransi
Nyeri akut
2. Pola nafas tidak aktivitas
efektif
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat
terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.

Kreativitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan


meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang
dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang
biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang
dapat menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
keorgan-organ lainnya.

2.2.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
1. Demam
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
5. Batuk ada atau tidak
6. Peningkatan frekuensi pernapasan
7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
9. Demam persisten
10.Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan
2.2.7 Komplikasi
Menurut Sudoyo (2007) penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar
kan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy.
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas ; Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOFT),
kerusakan parenkim berat ; SOPT / fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA pada
sputum seseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis paru. Pemeriksaan sputum juga
dapatmengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan.
Pemeriksaan ini mudah dan murah, tapi kadang-kadang sulit untuk mendapatkan
sampelsputum. Apabila ditemui kesulitan dalam mendapatkan sampel maka dapat dilakukan
hal sebagai berikut:
1). Pada pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum air sebanyak +2liter dan
dianjurkanmelakukan reflex batuk.
2). Memberi tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan
garamhipertonik selama 20-30 menit. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009) Sputum
yang diperiksa terdiri dari 3 spesimen, yaitu:
a. Dahak setempat pertama ketika pasien dating
b. Dahak pagi hari berisi semua dahak yang terkumpul selama 1-2 jam pertama
c. Dahak setempat kedua ketika pasien kembali membawa dahak pagi hari
2. Rontgen Dada
Dilakukan untuk melihat kondisi sebagian besar bagin tubuh termasuk masalah pada
organ dalam serta menampilkan kondisi pada tulang, sendi dan mangamati perkembangan
penyakit serta mengetahui kemajuan dari pengobatan yang di lakukan.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian:
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
a. Streptomisin injeksi 750 mg.
b. Pas 10 mg.
c. Ethambutol 1000 mg.
d. Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan: setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan
dengan Jenis:
a. INH.
b. Rifampicin.
c. Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi
6-9 bulan.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat:
a. Rifampicin.
b. Isoniazid (INH).
c. Ethambutol.
d. Pyridoxin (B6)
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keoerawatan yang meliputi Komponen dari
pengkajian keperawatan meliouti anamnesa, pemeriksaan kesehatan, pengkajian,
pemeriksaan diagnostic serta pengkajian penata laksanaan medis.
1. Biodata
1) Identitas Pasien, Nama, alamat, umur, agama, status perkawinan, pendididkan,
pekerjaan.
2) Identitas Penanggung jawab, Nama, alamat, umur, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2. Riwayat Penyakit (Muttaqin, 2008)
1) Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari
tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
(1) keluhan resepiratoris, meliputi:
a) Batuk, keluhan batuktimbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat
nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah
b) Sesak nafas, keluhan ini ditemukan bila kerusakaan parenkin paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dan lain-lain.
c) Nyeri dada, nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuritikringan,. Gejala ini
timbul apabila system persarafan di pleura terkena TB.
2) Keluhan sistematis, meliputi:
(1) Demam, keluhan yang sering dijumpai dan biasnya timbul ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas, walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pernyataan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “Ya”atau”Tidak” atau
hanya dengan anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka
perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Apakah ada
keluhan lain seperti demam, keringat malam, atau menggigil. Tanyakan apakah batuk
disertain sputum kental atau tidak, apakah klien mampu melakukan batuk efektif atau
mengeluarkan secret.
Apabila keluhan utama batuk darah, maka perlu ditanyakan kembali berapa banyak darah
yang keluar. Saat melakukan suatu anamnesis, perawat perlu menyakinkan pada klien
tentang perbedaan antara batuk darah dan muntah darah, karena pada keadaan klinis, hal
ini sering menjadi rancu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberculosis dari organ,
pembesaran getah bening dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes
mellitus.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi
penularan di dalam rumah.
6. Pengkajian Psiko-Sosial-Spritual
Pengkajian pisikologi pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan prilaku
pasien. Perawat menggumpulkan data hasil pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas
fisik dan intelektual saat ini perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman tempat
tinggal klien hal ini penting mengingat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang
bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih
mudah hidup ditempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari
kurang.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas padang
dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum
tentang kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen, spoor,
soporkoma,atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas meningkat apabila disertai
sesak nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh.
1. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang
dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum
tentang kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen, spoor, soporkoma,
atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapatkan
peningktan suhu tubuh secra signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai
sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan bfrekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi.
2. B1 (Breathing)
1) Inspeksi
Bentuk dada, gerakan pernapasan, batuk, sputum.
2) Palpasi
Palpasi trakhea, gerakan dinding thoraks/ekskrusi pernapasan, getaran suara
(fremitus vocal).
3) Perkusi
Pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit.
3. B2 (Blood)
1) Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah.
3) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura massif
mendorong ke sisi sehat.
4. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmentis ditemukan adanya sianosi perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat.
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok. Pasien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan
berbau yang menandakan funsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum
OAT terutama Rifampisin.
6. B5 (Bowel)
Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
7. B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang muncul
antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga
menjadi tak teratur.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d perubuhan frekuensi nafas berubah
(D.0001,Halaman 18)
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-ferfusi (D.003 Halaman 22)
3. Resiko intoleransi aktivitas b.d gangguan pernapasan (D.0060. Halaman 135)
4. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur (D.0055. Halaman 126)
5. Nyeri akut b.d tekanan darah meningkat (D.0077.Halaman 172)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Bersihan jalan Setelah diberikan 1. monitor tanda-
nafas tidak efektif asuhan keperawatan tanda vital
berhubungan selama 3x24 jam pasien
dengan mucus yang diharapkan bersihan 2. observasi pola
berlebihan jalan nafas klien pernapasan
efektif dengan kriteria pasien
hasil : 3. berikan
- Kemudahan udara/oksigen
bernafas 4. pengaturan
- Frekuensi dan posisi pasien
irama semi flower
pernafasan 5. kolaborasi
baik pemberian obat
- pergerakkan menggunakan
sputum keluar terapi Nebulizer
dari jalan nafas
dengan baik
Gangguan Setelah dilakukan 1. kaji frekuensi
pertukaran gas asuhan keperawatan kemudahan
berhubungan selama 3x24 jam bernafas
dengan perubahan diharpakan pertukaran 2. observasi
membrane gas efektif dengan membrane
alveolus-kapiler kriteria hasil : mukosa. Catat
- menunjukan bila ada
perbaikan sianosis perifer
ventilasi dan atau sirkulasi
oksigen sentral
membaik 3. pertahankan
- jaringan istirahat dan
dengan GDA tidur
dalam rentang 4. posisikan tidur
normal dan semi flower
tidak ada lagi
gejala distress
pernafasan
Risiko intoleransi Setelah dilakukan 1. monitor asupan
aktivitas asuhan keperawatan nutrisi untuk
berhubungan diharapkan aktivitas memastikan
dengan suplai normal dengan keadekuatan
oksigen dan nutrisi krtiteria hasil : sumber energi
menurun - pada saat 2. rencanakan
beraktivitas jadwal antara
pola nafas aktifitas dan
stabil istirahat
- klien dapat 3. kolaborasi
bergerak tanpa dengan medis
pembatasan untuk
memberika
terapi fisik
sesuai indikasi

Ganguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Monitor


asuhan keperawatan di
berhubungan pola tidur
harapkan pola tidur
dengan kurangnya normal dengan kriteria pasien
hasil :
kontrol tidur 2. Beri pasien
- istirahat pasien
terpernuhi terapi musik
- pasien tidak
agar rileks
merasa pusing
karena tidur 3. Jaga
yang kurang
kebisingan
cukup
- pasien terlihat di sekitar
fresh kembali
lingkungan
pasien.
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
asuhan keperawatan
berhubungan pasien
diharapkan nyeri
dengan tekanan mereda denan kriteria 2. Kaji skala nyeri
hasil :
darah meningkat pasien
- Pasien tidak
mengeluh 3. Kolaborasi
nyeri lagi
pemberian obat
- Pasien bisa
lebih tenang sesuai advis
dengan
dokter
kondisinya

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya
tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang
menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian atau evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dengan tenaga kesehatan lainnya .
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Ersiyana


NIM : 2018.C.10a.0934
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek :-
Tanggal & Jam Pengkajian : 09 November 2020 Pukul 09.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kabupaten Kapuas
Tgl MRS : 09 November 2020
Diagnosa Medis : Tuberkolosis Paru

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan dada nya terasa sesak.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien mengatakan dada nya mulai sesak kurang lebih satu bulan yang lalu saat
malam hari, kemudian dibawa oleh anak ke IGD RSUD Doris Slyvanus Palangka
Raya pada 09 November tanggal 2020 pukul 08.30 WIB didapatkan hasil
pemeriksaan terdapat sputum bewarna kuning kehijauan dan langsung dilakukan
tindakan pemasangan infus Hydromal 15 Tpmpada tangan kanan, terpasang
oksigen 2 Lpm. TTV= TD: 130/90 N: 87 S=35,4℃ RR: 22 x/menit.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit keluarga seperti
Hipertensi, TB Paru dan tidak pernah memiliki penyakit operasi sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak pernah memiliki
riwayat penyakit keluarga seperti pasien dan tidak memiliki riwayat penyakit
seperti Hipertensi, Diabetes, dan penyakit menular lainnya.

GENOGRAM KELUARGA :

Laki-laki

Perempuan

-----
Tinggal serumah

Pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Pasien tampak sesak nafas dan lemah terpasang oksigen 2 Lpm, terpasang infus Hydromal 15
TPM, pasien tampak meringis. Posisi berbaring semi flower dan bernampilan kurang rapi.

2. Status Mental:
Tingkat Kesadaran Compas Mentis, Ekspresi wajah meringis, bentuk badan membungkuk,
cara berbaring bebas, berbicara baik, suasana hati sedih, Penampilan kurang rapi, Fungsi
Kognitif Orientasi waktu pasien mengetahu tentang malam dan siang, Orientasi orang pasien
mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi Tempat pasien mengetahui bahwa
beliau berada di Rumah Sakit.

3. Tanda-tanda Vital:
Suhu/T 35,4 0C Axilla, Nadi/HR 87 x/mt , Pernapasan/RR 22 x/menit, Tekanan Darah/TD
130/90 mmHg.

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada Simestris, kebiasaan merokok tidak ada, nyeri dada ada , batuk sejak 09
Oktober 2020 , terasa sesak saat istirahat, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan
tidak teratur, suara nafas vesikuler, warna sputum kuning kehijauan, suara nafas tambahan
ronchi kering.
Keluhan lainnya: Klien mengatakan dada nya terasa sesak saat malam hari
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan sputum dan
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada ada,pusing saat duduk, kram kaki di kanan dan kiri, pucat Capillary refill > 2
detik, tidak ada oedema, Ictus Cordis tidak melihat, vena judularis meningkat, suara jantung
normal.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS 4 (spontan membuka mata) Verbal 5 (berbicara dengan baik dan jelas) Motorik 6
(mengikuti perintah dengan baik) Total nilai GCS 15 (Compas Mentis), Pupil isokor, reflex
cahaya kanan psotifi dan kiri positif. Uji Syaraf Kranial Nervus Kranial I (Olfaktorius) pasien
dapat mencium aroma minyak ayu putih, Nervus Kranial II (Optikus) pasien dapat melihat
dengan baik, Nervus Kranial III (Okulomotorus) pasien dapat menggerakkan konjungtiva dan
feklek pupil, Nervus Kranial IV (Troklearis) pasien dapat menggerakkan bola mata ke atas
dan ke bawah, Nervus Kranial V (Trigeminus) pasien dapat menggerakkan rahang ke semua
arah, Nervus Kranial VI (Abdosen) pasien dapat menggerkan mata ke semua sisi, Nervus
Kranial VII (Fasialis) pasien dapat menerima rangsangan wajahnya, Nervus Kranial VIII
(Vestibuloakustikus) pasien dapat mendegarkan orang berbicara, Nervus Kranial IX
(Glosafaringus) pasien dapat menelan , nervus Kranial X (Vagus) tidak dilakukan , Nervus
Kranial XI (Aksesorius) pasien dapat menggerakkan kepalanya, Nervus Kranial XII
(Hipoglosus) pasien dapat menjulurkan lidahnya. Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari
positif, jari ke hidung positif , ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan
tubuh positif. Bisep kanan dan kiri skala +2 Trisep, kanan dan kiri skala +2 . Brakidioradialis
kanan dan kri skala +2 refleks lainnya normal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan lainnya.

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urine 1200 ml 1x7 jam (Dinas Pagi), Warna kuning pekat, Bau khas amoniak.
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL):


Bibir pucat, Gigi tidak Lengkap, Gusi Merah Muda, Lidah Normal, Mukosa Lembab Tonsil,
Rectum tidak ada lesi atau gangguan, Nyeri pada tenggorokan, BAB 1x sehari warna kuning
konstitasi padat, Bising usus 15 (Normal), Nyeri tekan lokasi Tidak ada.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE):


Kemampuan pergerakan sendi Terbatas, Kekuatan pada lokasi kaki kiri, Ukuran otot simetris,
Deformitas tulang, Lokasi tidak ada perlukaan dan peradangan , Lokasi tidak ada patah
tulang, Tulang belakang Normal Kekuatan otot ekstrimitas atas 5/6 kekuatan otot ekstrimitas
bawah 4/5,
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
10. KULIT-KULIT RAMBUT
Suhu kulit Hangat, Warna kulit Normal, Tugor Baik, Tetur Halus, Tesktur rambut Halus dan
beruban, Distribusi rambut Merata, Bentuk kuku Simetris.
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

11. SISTEM PENGINDERAAN:


Gerakan bola mata Bergerak normal, Visus Mata kanan (VOD) + Mata kiri (VOS) + Slera
Normal/putih, Konjungtiva anemis, fungsi pendengaran berdengung , Kornea bening, Hidung
/ Penciuman Bentuk Simetris.
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Masa Tidak, Jaringan Perut Tidak, Kelenjar Limfe Tidak teraba, Kelenjar Tyroid Tidak
teraba Metabolisme Leher Bebas.

13. SISTEM REPRODUKSI


Tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-gatal,tidak ada perdarahan, tidak ada keputihan,
keberisihan cukup, payudara simetris tidak ada lesi atau pembengkakkan , putting menonjol,
asi tidak keluar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengetahui keadaanya. Pasien ingin cepat sembuh untuk melakukan aktivitasnya
seperti dulu sebelum sakit.
2. Nutrisida Metabolisme
TB 155 cm, BB sekarang 46 Kg, BB sebelum sekitar 48 Kg, Diet Lunak, Kesukuran menelan
Tidak. Hasil Indeks Masa Tubuh (IMT) = 21,3
( normal).

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 2x1 sehari 3x1 hari
Porsi 1/2 porsi 1 porsi
Nafsu makan Kurang Baik Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, telur, ikan gabus Nasi, sayur, ayam,
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 ± 1000 cc/24 jam ±1500 cc/24 jam
jam
Kebiasaan makan Pagi dan Malam Pagi, siang, Malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

3. Pola istirahat dan Tidur


Sebelum sakit tidur pasien kurang lebih 7-8 jam.Tidur dengan nyenyak dan tidak gelisah.

4. Kongnitif :
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Konsep diri
Gambaran diri : Pasien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang ibu, dan mempunyai empat anak
Peran diri : Sebagai seorang ibu rumah tangga dan bekerja di salah satu perusahan.
Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

E. SOSIAL - SPIRITUAL
Kemampuan berkomunikasi Baik, Bahasa sehari-hari Indonesia, Hubungan dengan Keluarga
Harmonis baik-baik saja, Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain baik-baik
saja, Orang berarti/terdekat, Anak dan Keluarga, Kebiasaan menggunakan waktu luang
Membersihkan Rumah, Kegiatan beribadah Ibadah hari minggu.

F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM, PENUNJANG LAINNYA)


1. Tabel pemeriksaan labolatorium

Pemeriksaan Hasil
LED 60 mm
Hb 10gr/dl (ce:12-14)
Eritrosit 4,08 gr/dll (ce:4-5)
Leukosit 11.000/ul (10.000/ul)
Trombosit 301.000/ul (150rb-400rb)
Protein 8,8 gr/dl (7,2-8g/dll)
Globulin 5,9 gr/dl (2,3-3,2 gr/dll)
Natrium 129 mEq/L (135-145 mEq/L)
Kalium 3,41 mEq/L (3,5-5,1 mEq/L)
Klorida 94,1 mEq/ L (98-109 mEq/L)
Ureum 78 mg/dl (10-50 mg/dl)
pCO2 28,6 mmHg (35-45)
pO2 76,6 mmol/L (80-100)

2. Pemeriksaan Rontgen
Hasil rontgen paru memberi kesan gambaran TB paru primer
Kultur BTA (+)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS

NO NAMA OBAT DOSIS INDIKASI


1 Inf. Hydromal 15 Tpm Untuk memenuhi suplementasi
kalori air dan elektrolit
2 Inj. HK 2x1 Berfungsi meredakan peradangan
gangguan pernapasan
3 Inj.OMZ 2x1 Berfungsi untuk meringkan gejala
penyakit maag dan asam lambung
4 Sukralfat 3 x 5 ml mengobati dan mencegah tukak
lambung
5 Nebu Ventolin & Flixotide 2 x 8 jam Ventolin untuk mengobati dan
mencegah pengetatan otot yang
melapisi bronkus di paru-paru.
Sedangkan Flixotide mengobati
dan mecegah asma
6 Vit b6 3 x 1 mg Mengurangi resiko timbulnya efek
samping obat tuberkulosis, seperti
obat, Isoniazid
7 Rifampicin 1 x 350 mg Digunakan untuk mengobati
beberapa jenis bakteri patogen,
termasuk diantaranya tuberkulosis.

PalangkaRaya, 09 November 2020


(Ersiyana)
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Bakteri masuk ke pernafasan Bersihan jalan nafas tidak
Pasien mengatakan sesak atas dan mencapai alveolus efektif
nafas ketika malam hari. ↓
Muncul reaksi radang
DO: ↓
- Terpasang cairan infus Terjadi pengeluaran secret
Hydromal 15 Tpm ↓
- Terpasang oksigen 2 Produksi secret meningkat

Lpm
Bersihan jalan nafas tidak
TTV: efektif
TD: 130/70 mmHg
N: 87
RR: 22 x/menit
S: 35,4 ℃
- Warna sputum: kuning
kehijauan
- Suara nafas vesikuler
- Nafas tambahan ronchi
kering

DS: Penyumbatan pembuluh Gangguan pertukaran gas


Pasien mengatakan nafas darah
nya terasa sempit. ↓
Aliran darah tidak adekuat
DO:

- Pasien Nampak gelisah Iskemik paru
- Pasien mengeluh susah ↓
tidur Penurunan suplai O2 ke otak
- Pasien Nampak sering ↓
batuk kering Pergerakan otot menurun
- Suara nafas vesikuler ↓
- Nafas tambahan ronchi Gangguan pertukaran gas
kering

TTV :
TD : 130/80 mmHG
N : 80
RR : 20 x/menit
S : 35,6 ℃
DS : Bakteri Micobacterium Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di ↓
bagian dada Terhirup kesaluran
pernafasan masuk ke paru-
DO :
paru dan masuk ke alveoli
- Pasien tampak meringis ↓
- Pasien nampak gelisah Resfon imflamasi
- Pasien susah tidur ↓
Produksi mediator nyeri
TTV : meningkat
TD : 130/90 mmHg ↓
Nusiseptor terangsang
N : 85

RR : 21 x/menit Nyeri akut
S : 35,9 ℃
PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


sputum ditandai sesak nafas. Hasil pemeriksaan terdapat sputum bewarna kuning
kehijauan TTV= TD: 130/90 N: 87 S=35,4℃ RR: 22 x/menit.

2. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan darah meningkat ditandai dengan pola
tidur terganggu. TTV= TD: 130/90 N: 87 S=35,4℃ RR: 22 x/menit.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-ferfusi


ditandai dengan irama nafas berubah. Hasil pemeriksaan terdapat suara tambahan
ronchi kering. TTV= TD: 130/90 N: 87 S=35,4℃ RR: 22 x/menit.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: Ny.M


Ruang Rawat: -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola nafas 1. Pola nafas kembali normal dan bersih
tidak efektif keperawatan selama 1x7 jam 2. Berikan udara/oksigen 2. Mengetahui perkembangan kepatenan
berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas 3. Posisikan semi fowler nafas
peningkatan produksi efektif dengan kriteria hasil: 4. Ajarkan kepada pasien tentang batuk dan 3. Mempermudah pasien untuk bernafas
sputum ditandai sesak Teknik nafas dalam 4. Mengencerkan secret mempermudah
- Pembersihan jalan nafas
nafas. Hasil 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi pernafasan
efektif
pemeriksaan terdapat Dokter yaitu Nebu Ventolin dan Flixotide 5. Mempercepat penyembuhan dan
- Frekuensi dan irama nafas
sputum bewarna kuning per 8 jam perawatan paru
membaik
kehijauan TTV= TD:
- Kepatenan jalan nafas
130/90 N: 87 S=35,4℃
- Ventilasi tidak terganggu
RR: 22 x/menit.

2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor fungsi pernapasan 1. Mengetahui suara nafas
gas berhubungan keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor suara nafas
dengan diharpakan kriteria hasil: 3. Keluarkan secret dengan batuk atau 2. Mempermudah klien untuk
ketidakseimbangan suction bernapas normal
- Suara nafas klien kembali
ventilasi-ferfusi 4. Auskultasi suara nafas,catat bila ada 3. Mempercepat pengeluara secret
normal
ditandai dengan irama suara tambahan 4. Mengoptimalkan pernafasan dan
- Suara nafas tambahan
nafas berubah. Hasil 5. Monitor pergerakkan dada, amati bunyi nafas
tidak ada
pemeriksaan terdapat kesimetrisan,penggunaan otot 5. Mengetahui bila ada keabnormalan
- Mampu bernafas dengan
suara tambahan ronchi tambahan dan retraksi otot pernapasan
mudah
kering. TTV= TD: 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai advis 6. Mengoptimalkan pengobatan yang
- Tidak ada secret lagi
130/90 N: 87 S=35,4℃ Dokter diberikan
- Ajarkan pasien batuk
RR: 22 x/menit.
efektif

3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observas skala nyeri pasien 1. Skala nyeri yang di rasakan pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam
tekanan darah didarapkan nyeri berkurang 2. Identifikasi respon nyeri non verbal dapat diketahui
meningkat ditandai dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan 2. Respon nyeri non verbal dari dalam
dengan pola tidur memperingan nyeri tubuh pasien dapat di ketahui
- TTV Normal 110 / 20
terganggu. TTV= TD: 4. Fasilitasi istirahat dan tidur selama 3. Faktor yang memperberat dan
mmHg, N: 60-100 kali
130/90 N: 87 S=35,4℃ perawatan memperingan nyeri skala beraktivitas
permenit, S: 36,5-37,2℃ ,
RR: 22 x/menit. 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai advis 4. Pasien dapat rileks, nyaman dan tenang
RR: 18-24 x/menit
Dokter yaitu Sukralfat 5. Membantu proses penyembuhan dengan
- Nyeri hilang dan tidak
membuat rileks, nyaman dan tenang
muncul lagi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien: Ny.M
Ruang Rawat: -

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat

Senin, 09 November 2020 Diagnosa 1: S: pasien mengatakan sesak nafas berkurang


1. Mengobservasi pola nafas O:
2. Memberikan oksigen
- Pola nafas sedikit kembali normal
3. Memposisikan semi fowler
- Keluarga pasien tampak ikut belajar tentang batuk
4. Menganjurkan batuk efektif
efektif
5. Mengkolaborasikan pemberian obat
- Terdapat pemberian obat Nebu Ventolin dan (Ersiyana)
sesuai terapi Dokter yaitu nebu
Fkixotide per 8 jam
Ventolin dan Fkixotide per 8 jam
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi pola nafas
2. Monitor produksi secret
3. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi D okter
yaitu Nebu Ventolin dan Flixotide per 8 jam

Senin, 09 November 2020 Diagnosa 2: S: pasien mengatakan suara nafas kembali normal
1. Monitor suara nafas pasien O:
2. Monitor tanda suara nafas tambahan
- Suara nafas pasien normal
3. Mengobservasi adanya secret
- Tidak ada suara nafas tambahan
4. Mengajarkan pasien batuk efektif
- Secret berkurang
5. Monitor pola nafas pasien
A: Masalah teratasi sebagain
P: Lanjutkan intervensi
(Ersiyana)
1. Mengobservasi irama nafas
2. Beri teknik napas dalam
3. Ajarkan batuk efektif
4. Kolaborasi pemberian obat

Senin,09 November 2020 Diagnosa 3: S: pasien mengatakan nafsu makan membaik


1. Mengobservasikan skala nyeri pasien O:
2. Mengidentifikasi respon nyeri non
- Skala nyeri pasien 3 (nyeri ringan)
verbal
- Pasien dapat mengidentifikasi respon nyeri non
3. Mengidentifikasi factor yang
verbal
memperberat dan memperingan nyeri
- Fator yang memperberat dann memperingan nyeri
4. Memasilitasi istirahat dan tidur selama
- Pasien tampak tidur, posisi pasien semi fowler
perawatan
- Pasien tampak mengkonsumsi obat sesuai anjuran
5. Mengkolaborasikan pemberian obat
Dokter yaitu Sukralfat
sesuai advis Dokter yaitu Sukralfat

A: Masalah teratasi sebagian


P:
Lanjutkan intervensi
(Ersiyana)
1. Observasi skala nyeri pasien
2. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Indentifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. Fasilitasi istirahat selama perawatan
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai advis Dokter
yaitu Sukralfat
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012


jam 09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/
Anonim. 2002. Tuberkulosis Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan Di
Indonesia. diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.klikpdpi.com/ konsensus/tb/tb.pdf 2002
Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan), Bandung
Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis
Paru. Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.scribd.com /doc/52033675/
Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC:
Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.
Jakarta:Media Aeculapius Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan
Nanda definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Editor : Budi
Sentosa.Jakarta:Prima Medika
Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :
EGC
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
FKUI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN OKSIGENASI

Disusun oleh:

NAMA: ERSIYANA
NIM: 2018.C.10a.0934

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)


Pokok bahasan: Oksigenasi
Sub pokok bahasan: Kebutuhan Oksigenasi
Penyaji : Ersiyana
Sasaran :
Hari dan tanggal pelaksanaan : Rabu, 09 November 2020
Tempat : -

A. LATAR BELAKANG
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampumentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan
oksigen berlangsungLebih dari 5 menit, maka kerusakan kerusakan sel permanen.
Selain itu oksigendigunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel. Oksigen akandigunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakansumber energi bagi sel tubuh agarberfungsi
secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasioksigen meningkat dalam tubuh.Oksigenasi adalah memberikan
aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1atmosfir sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang kebutuhan oksigenasi, dapat mengetahui


pentingnya menjaga kebutuhan oksigenasi.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan dapat:

a. Menjelaskan pengertian kebutuhan oksigenasi.

b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan oksigen.

c. Menyebutkan gejala kekurangan oksigen.

d. Menjelaskan cara menjaga oksigen dalam tubuh stabil

C. SASARAN
Dosen Penguji

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan tanggal pelaksanaan; Rabu, 12 Agustus 2020
Waktu: 12.00 WIB
Tempat: -
E. MATERI
Terlampir
F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA

1. Pembukaan 5 menit - Salam


perkenalan
- Menjelaskan
kontrak dan
tujuan
pertemuan
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan Leaflet
tentang:
- Pengertian
Kebutuhan
Oksigenasi
- Menjelaskan
factor
kekurangan
oksigen
- Menyebutkan
gejala
kurangnya
oksigen
3. Penutup 5 menit Menutup
pembelajaran
dengan salam

G. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
H. MEDIA DAN ALAT
Leaflet
I. DENAH LOKASI
Terlampir
J. SUMBER
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2953/11.%20Lampiran.pdf?
sequence=11&isAllowed=y
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/da936678c31b0170467c19754868408e.pdf

K. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Semua anggota masyarakat hadir dalam penyuluhan
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Masyarakat antusias mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
4. Evaluasi hasil
a. Kegiatan penyuluhan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Adanya tambahan pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan Oksigenasi
LAMPIRAN 1
MATERI PENYELUHAN`
A. Pengertian
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasioksigen meningkat dalam tubuh.Oksigenasi adalah
memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Menjaga kondisi kesehatan tubuh
2. Mencegah tubuh kekurangan oksigen
C. Manfaat
1. Menjaga kesehatan tubuh
2. Menjaga agar tubuh tetap segar dan bugar
3. Membantu untuk tubuh tetap terpenuhi kebutuhan oksigen
KEBUTUHAN OKSIGENASI

 GAYA HIDUP TIDAK SEHAT


 STATUS KESEHATAN YANG
KURANG BAIK
 LINGKUNGAN YANG TIDAK
BERSIH
 SERING BERADA PADA
Di Buat Oleh: TEMPAT YANG BEBAS ASAP
ROKOK
Ersiyana (2018.C.10a.0934)
Oksigen adalah udara bersih yang
kita hirup guna memenuhi
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


kebutuhan dasar manusia yang
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
digunakan untuk kelangsungan
TAHUN 2019/2020
metabolism sel tubuh
mempertahankan hidup.
 ATUR POSISI
SETENGAH BERBARING
1. NAPAS PENDEK DAN ATURLAH POSISI
2. NAPAS CEPAT SENYAMAN MUNGKIN.
3. NYERI PADA DADA
4. SESAK NAFAS
5. SAKIT KEPALA
6. KONDISI TUBUH MELEMAH

 TENANGKAN DIRI
 ATUR POLA MAKAN
 OLAHRAGA
 TARIK NAPAS DARI
HIDUNG DAN
KELUARKAN MELALUI
MULUT

Anda mungkin juga menyukai