Di Susun Oleh:
Tingkat II B/Semester III
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan ini dengan
judul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan
Diagnosa Medis ISPA Dengan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Flamboyan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya” Laporan ini disusun guna melengkapi
tugas PPK 1.
Laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
ingin mengucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
SAMPUL DEPAN....................................................................................................
LEMBAR
PENGESAHAN……………………………………………………....ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................
2
1.3.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)………………………………………2
1.3.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)……………………………………...2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................
3
1.4.1 Bagi Mahasiswa…………………………………………………………
3
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga………………………………………………..3
1.4.3 Bagi
Institusi…………………………………………………………….3
1.4.4 Untuk
IPPTEK…………………………………………………………..3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit...........................................................................................4
2.1.1 Definisi………………………………………………………………….4
2.1.2 Etiologi………………………………………………………………….4
2.1.3 Klasifikasi………………………………………………………………5
2.1.4 Patofisiologi…………………………………………………………….6
2.1.5 Menifestasi Klinis……………………………………………………....9
iv
2.1.6
Komplikasi……………………………………………………………..
10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang………....
……………………………………..10
2.1.8 Penatalaksanaan
Medis………………………………………………...10
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Oksigenisasi........................................10
2.3 Menejemen Asuhan
Keperawatan ..............................................................18
2.3.1 Pengkajian
Keperawatan……………………………………………….18
2.3.2 Diagnosa
Keperawatan………………………………………………....19
2.3.3 Intervensi
Keperawatan………………………………………………...19
2.3.4 Implementasi
Keperawatan…………………………………………….21
2.3.5 Evaluasi
Keperawatan………………………………………………….21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.....................................................................................................23
3.2
Diagnosa........................................................................................................35
3.3
Intervensi.......................................................................................................38
3.4 Implementasi.................................................................................................40
3.5 Evaluasi.........................................................................................................40
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................42
4.2 Saran..............................................................................................................42
v
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan klien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak
40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 1530% kunjungan berobat di rawat
jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2009).
Penyakit ISPA merupakan salah satu dari banyak penyakit yang menginfeksi
di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan tingginya
angka kesakitan dan angka kematian akibat ISPA khususnya pneumonia, terutama
pada balita. Pneumonia di Amerika menempati peringkat ke-6 dari semua
penyebab kematian pada balita. Pneumonia di Spanyol mencapai angka 25%
sedangkan pada anak-anak, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 25-30 orang
per 100.0000 penduduk (Alsagaff, Hood &Mukty, 2010).
Penyakit ISPA juga merupakan masalah kesehatan utama di Jawa Tengah.
Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009,
Prevalensi keluhan ISPA balita di Indonesia sebesar 18,7%, di perkotaan (21,6%)
lebih tinggi dibanding di pedesaan (16,6%). Faktor risiko keluhan ISPA adalah
sebagai berikut : gangguan asap dari pabrik sebesar 1.55 kali (95% CI: 1.312-
1.838), lokasi rumah di daerah rawan banjir sebesar 1.16 kali (95% CI:1.121-
1.338), dan status ekonomi miskin sebesar 0,89 kali (95% CI:0.830-0.973).
Berdasarkan uraian tersebut penulis mempunyai keinginan untuk
mengangkat kasus ISPA dengan kebutuhan oksigenisasi pada Tn.S.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
4
5
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
2.1.4 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI,
1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk
(Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang
paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan
Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
7
ISPA
Menginvasi sel Invasi kuman Inflamasi Virus merusak Aktivasi sistem imun Penumpukan sekresi mukus
pada jalan nafas
lapisan epitel dan
lapisan mukosa
Respon pertahanan sel Merangsang tubuh untuk Merangsang pengeluaran zat- Limfadenopati regional Suplai jaringan O2 ke
meleapas zat pirogen zat seperti mediator kimia, jaringan menurun
bradikinin, serotonin, Tubuh menjadi lemah
histamin, dan prostaglandin dan daya tahan menjadi
Produksi mukus meningkat rendah Menyumbat makanan
Penurunan
Hipotalamus ke bagian
metabolisme sel
Kongesti pada hidung termoregulator
Diare
Nociseptor Nyeri saat menelan
(disfagia)
Kesulitan bernafas Intoleransi aktivitas
Hipotalamus ke bagian
termoregulator Thalamus Gangguan eliminasi
fekal
Resiko nutrisi kurang
Bersihan jalan nafas
Korteks serebri dari kebutuhan tubuh
tidak efektif
Hipertermi
Nyeri akut
9
2.1.7.3 Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru-paru.
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1 Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin dll.
2.1.8.2 Antibiotik :
2.1.8.2.1 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
2.1.8.2.2 Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
2.1.8.2.3 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,
Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat :
Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
2.1.8.2.4 Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenisasi
11
2.2.1 Definisi
Oksigen(O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidupseluruh sel – sel
tubuh.Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen setiap
kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan dan aktivitas berbagai
organ atau sel (Carpenito, 2006).
Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap
hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam
mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi
respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang
berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil
pembakaran sel).
2.2.2 Fisiologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
2.2.2.1 Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2.2.2.2 Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga
dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
2.2.2.2.1 Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap, 2005).
2.2.8.1.2 Kanul nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian
O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan
kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%,
suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam
kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lender (Harahap, 2005).
2.2.8.1.3 Sungkup muka sederhana
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi
O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi
dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi
O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah
(Harahap, 2005).
2.2.8.1.4 Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi
O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender.
Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005).
2.2.8.1.5 Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan konsentrasi
O2 yang diperoleh dapat mencapai 98%, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2005)
2.2.8.2 Sistem aliran tinggi
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi
oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi
O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu
sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas
yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk
mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat
17
diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini ±
4–14 L/mnt dan konsentrasi 30 – 55% (Harahap, 2005).
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan
petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2,
suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan
CO2(Harahap, 2005).Kerugian sistem ini hampir sama dengan sungkup muka
yang lain pada aliran rendah.
2.2.9 Masalah Oksigenisasi
2.2.9.1 Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
2.2.9.2 Perubahan Pola Nafas
2.2.9.2.1 Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit
karena paru-paru terjadi emboli.
2.2.9.2.2 Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
2.2.9.2.3 Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme
yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga
terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.
2.2.9.2.4 Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
2.2.9.2.5 Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki
alveoli dalam penggunaan O2.
2.2.9.2.6 Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
2.2.9.2.7 Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri.
2.2.9.2.8 Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
2.2.9.3 Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini
dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi,
imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
18
berapa lama keluhan yang muncul. Apakah ada keluhan lain seperti demam,
keringat malam, atau menggigil. Tanyakan apakah batuk disertai sputum kental
atau tidak, Apakah klien mampu melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan
sekret.
2.3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan
penyakit yang saat ini dialami.
2.3.1.5 Riwayat Penyakit Kelurga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin
menyebabkan ISPA.
2.3.1.6 Psikososial
Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana prilaku klien pada tindakan yang akan dilakukan terhadap
dirinya.
2.3.2 Dioagnosa
2.3.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru ditandai dengan batuk ber secret. SDKI (D.0001 : Hal 18).
2.3.2.2 Hipertermia berhubungan dengan invasi mikroorganisme ditandai dengan
kulit merah. SDKI (D.0130 : Hal 284)
2.3.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukan
dan mencerna makanan ditandai dengan membran mukosa pucat. SDKI
(D.0019 : Hal 56)
2.3.3 Intervensi
1. Klien tampak sesak 3. Pola napas normal osisikan pasien semi 5. Posisi semi fowler dapat
napas, keringat dingin, 4. TTV dbn fowler memaksimalkan ventilasi
dan gelisah 6. A 6. Mengidentifikasi suara napas
5. Secret yang uskultasi suara nafas, dapat mengetahui seberapa
2. Pola napas cepat dan menghalangi tidak
dangkal catat adanya suara parah secret yang ada
di temukan tambahan 7. Hemodinamika dapat
3. Batuk ber secret 7. M memberikan informasi aliran
4. TTV : TD 110/70 onitor status darah pasien
mmHg, RR 30 x/mnt, hemodinamik 8. Mengatur cairan dapat
N 98 x/mnt, T 39 oC 8. A mengoptimalkan
tur intake untuk keseimbangan tubuh
cairan 9. Untuk mengetahui apakah
mengoptimalkan oksigen yang masuk dapat
keseimbangan. memenuhi kebutuhan
9. M 10. Hidrasi yang adekuat dapat
onitor respirasi dan mengencerkan secret
status O2
10. Pertahankan hidrasi
yang adekuat
Hipertermia berhubungan Dalam waktu 1 x 7 1. Monitor suhu
1. Memonitor suhu tubuh untuk
dengan invasi jam setelah sesering mungkin
mengetahui status suhu pasien
mikroorganisme diberikan intervensi 2. Monitor intake dan
sebelum dan sesudah
dibuktikan dengan kulit hipertermia dengan output dilakukan perawatan
merah kreteria evaluasi: 3. Ganti linen setiap
2. Memonitor intake dan output
DS: Klien mengeluhkan 1. Suhu 36 – 37C hari cairan pasien untuk
demam 2. Nadi dan RR 4. Kolaborasi mengetahui apakah pasien
DO: dalam rentang pemberian cairan
dehidrasi atau kebutuhan
normal dan elektrolit
cairannya terbutuhi atau tidak.
1. Kulit kemerahan intravena3. Mengganti linen setiap hari
2. Suhu tubuh 39 oC 3. Tidak ada
perubahan warna 5. Selimuti pasien
dapat membuat pasien
3. Tampak lemas 6. Kompres pasien
menjadi nyaman karena jika
4. Nampak pusing kulit dan tidak ada
pusing pada lipat paha dan
tidak di ganti maka akan
5. Muncul keringat aksila menjadi sarang bakteri
berlebih 7. Tingkatkan4. Pemberian cairan lewat
sirkulasi udara
intravena dapat membantu
memenuhi kebutuhan cairan
pasien dengan lebih cepat
5. Membuat pasien merasa
nyaman
6. Mengompres pasien pada
daerah paha dan aksila dapat
membantu menurunkan suhu
pasien
7. Suplai oksigen yang baik akan
mempercapat proses
penurunan suhu
Defisit nutrisi Dalam waktu 1 x 7 1. Kaji adanya alergi 1. Mengkaji adanya alergi
berhubungan dengan jam setelah makanan pada klien dapat
21
2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua
profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi
hasil atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi
22
proses atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah
yang kontradiktif dengan masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
23
24
infus NaCL 0,9% 20tpm di sebelah tangan kiri pasien dan terapi Oksigen nasal
kanul 3L/mnt.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Setahun yang lalu klien pernah menderita keluhan yang sama tetapi pasien
hanya mengira itu hanyalah flu biasa dan28klien sembuh dalam seminggu.
Genogram :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah
= Pasien
Atropi Hipertropi
Kontraktur Malposisi
Hipertermia
Defisit nutrisi
PRIORITAS MASALAH
Pukul 09:00 WIB gizi untuk menentukan 1. Klien nampak lebih segar dan baik Ramadana)
jumlah kalori dan nutrisi 2. Turgor kulit cukup
yang dibutuhkan pasien 3. Klien nampak tidak mual lagi
Pukul 15:00 WIB 4. TTV : TD 110/70 mmHg, RR 28
4. Monitor turgor kulit
x/mnt, N 88 x/mnt, T 38 C
5. Monitor mual dan muntah 5. Klien tampak lebih tenang/rileks
Pukul 17:00 WIB 6. Anjurkan banyak minum
A: Masalah defisit nutrisi teratasi
7. Lakukan oral hygiene
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Lakukan oral hygiene dan berikan
makanan yang sudah di resepkan ahli
gizi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
42
DAFTAR PUSTAKA
42
43
http://scholar.unand.ac.id/17098/2/BAB%20I.pdf
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3624271/saat-radang-tenggorokan-
ini-makanan-yang-aman-dikonsumsi
https://www.alodokter.com/leukosit-tinggi-ini-penyebab-dan-gejalanya
http://repository.ump.ac.id/5523/3/Alif%20Hastriananda%20BAB%20II.pdf
septiawanputratanjung.blogspot.co.id/2015/10/laporan-pendahuluan-dan-askep-
ispa.html
DepKes RI.2007.Direktorat Jenderal PPM & PLP.Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta.
Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora
Aksara Pratama.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system
pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2017. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
Naning R.2006.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Soegijanto, S.2007.Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta:
Salemba medika.
Suriadi,Yuliani R.2001.Asuhan Keperawatan pada Anak.CV sagung Seto:Jakarta.
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
43
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
48
44
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
http://www.detikhealth.com/read/2009/10/30/143946/1231859/770/miokarditis.
Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Achmadi, U.F, 2003.Waspadai Penyakit Menular, Badan Peneliti
danPengembangan Depkes RI, Jakarta. Agustama., 2005. Kajian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita