Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata KuliahKeperawatan Anak

Pengampu : Ns. Ika Purnamasari, M. Kep. dan Ari Setyawati., M. Kep

Disusun Oleh :

Muhammad Aldi Saputra (2020200002)

Kresna Bramasta Putra (2020200005)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI D3


KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SAINS AL- QUR’AN JAWA TENGAH DI


WONOSOBO

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kita nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami
selaku penyusun bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini. Kedua kalinya kami
menghanturkan shalawat serta salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
terang benderang sehingga kita diberkahi banyak ilmu pengetahuan. Pada
makalah ini akan dibahas Asuhan Keperawatan psikososial gangguan citra tubuh

Terimakasih kepada Ibu Ari Setyawati, S. Kep., Ns., M. Kep dan Ns., Ika
Purnamasari, M. Kep yang telah membimbing kami dalam membuat makalah
ini.Dan Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini khususnya bagi anggotaanggota yang saling membantu dalam proses
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sehingga makalah selanjutnya bisa tersusun lebih baik.

Wonosobo, 23 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
KONSEP DASAR PENYAKIT...............................................................................6
A. Anatomi Fisiologi.........................................................................................6
B. Definisi..........................................................................................................7
C. Etiologi..........................................................................................................7
D. Patofisiologi..................................................................................................8
E. Pathways.......................................................................................................9
F. Manifestasi Klinis.......................................................................................10
G. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................11
H. Penatalaksanaan..........................................................................................11
I. Komplikasi..................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................12
A. Pengkajian...................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................13
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................13
BAB IV..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang


bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan
kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak
langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia
adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang
menyebabkan pneumonia adalah Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza
virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan Para influenza virus (Athena
& Ika 2014).
Di Indonesia, pneumonia juga merupakan urutan kedua penyebab
kematian pada balita setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
melaporkan bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir (period
prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1 ‰
menjadi 2,7 ‰ pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh
pneumonia tahun 2007 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%.2,3 Demikian
juga hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang
melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ke tahun terus
meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun
2007(Athena & Ika 2014).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Anak yang diampu oleh ibu Ns. Ika Purnamasari, M. Kep.dan Ari
Setyawati., M. Kep

2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi dari pneumonia
2) Untuk mengetahui Definisi pneumonia
3) Untuk mengetahui Etiologi pneumonia
4) Untuk mengetahui Patofisiologi pneumonia
5) Untuk mengetahui Pathways pneumonia
6) Untuk mengetahui Manifestasi Klinis pneumonia
7) Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari pneumonia
8) Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari pneumonia
9) Untuk mengetahui Komplikasi dari pneumonia
10) Untuk mengetahui Rencana Asuhan Keperawatan pneumonia
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Anatomi Fisiologi

1) Anatomi
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara
(Mutaqqin, 2009).
2) Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2009).
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin,
2009).
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16- 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
Bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).
5) Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2009).
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya  90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara
(Mutaqqin, 2009).

2) Fisiologi
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu
kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas
diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum
penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut
datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada
mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari
udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke
udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama
adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke
luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari
beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-
paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel
jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolusalveolus dan
reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk
mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru
(Mutaqqin, 2009).

B. Definisi

Pneumonia adalah peradangan pada paremkim paru yang


melibatkan bronkus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(Kusuma, 2016)
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak
atau nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi.
Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat
dan tarikan dinding dada kedalam. Namun pada bayi seringkali tidak
disertai batuk (Kusuma, 2016)
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi
pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru.
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan
oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)
Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan
konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang
disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak
pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak mengandung
udara (Dorland, 2015).

C. Etiologi

Menurut pendapat (Amin & Hardi 2016), penyebaran infeksi


terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui slang infuse oleh stapilococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan
penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak
tepat. Setelah masuk keparu-paru organism bermultiplikasi dan jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya yaitu:
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptokokus
hemolyticus, Streptokoccus aureus, Hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, v.sitomegalitik,
v.influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur : Histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
5. Aspirasi : Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing.
6. Pneumonia Hipostatik. g. Sindrom Loeffler

D. Patofisiologi

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi.


Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada
alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi
oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil,
juga bermigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya
mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena
sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial
bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang
kurang terventilasi dan keluar ke sisi jantung tanpa mengalami oksigenasi.
Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung.
Pencampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini
akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
E. Pathways
F. Manifestasi Klinis

Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah
sebagai berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5°C – 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas
dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan
penyakit masa kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal
dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih
sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
10. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan peroral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum,
atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distress pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
1) Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
2) Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
G. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan diagnostik pneumonia


adalah :
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial dapa juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat
mengindentifikasi semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose
organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing

H. Penatalaksanaan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan


antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit
paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
antara lain :
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

I. Komplikasi

Komplikasi pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2013) yaitu :


1. Hipotensi dan syok
2. Gagal pernafasan
3. Atelektasis
4. Efusi pleura
5. Delirium
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan


pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari
kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan
keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas
 Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah,
sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan (ronchi dan
wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah,
diare)
 Riwayat Kesehatan Masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru,
trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC
Paru dan lain sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
 Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan evaporasi karena demam
 Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya
sesak nafas.
 Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan 0menurun karena adanya kelemahan fisik
5. Pemeriksaan Fisik
 Head to toe
 Data Fokus

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada kasus pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)

C. Intervensi Keperawatan

NO DX KEP SLKI SIKI


1 D.0001 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Bersihan pada jalan diharapkan bersihan 1.Monitor pola nafas
nafas b.d sekresi jalan nafas meningkat 2.Monitor bunyi nafas
yang tertahan. dengan kriteria hasil :
Dibuktikan  ProduksI sputum 3.Identifikasi
dengan : menurun Kemampuan batuk
 Mengi menurun
- Sputum berlebih 4.Monitor sputum
 Wheezing
menurun (jumlah, warna, aroma)
- Batuk tidak
efektif  Frekuensi nafas 5.Monitor tanda & gejala
dalam rentang infeksi saluran nafas
- Tidak mampu normal
batuk  Batuk efektif Teraupetik
meningkat
- Mengi, Wheezing,
atau ronki kering  Pola nafas 6.Posisikan semi fowler
meningkat
- Dispnea 7.Berikan minum air
hangat
- Pola nafas
berubah 8.Lakukan suction
selama 15 detik
- Frekuensi nafas
bertambah 9.Berikan oktisgen, jika
perlu
Edukasi
10.Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
11.Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
12.Kolaborasi pemberian
broncodilaor
2 D.0005 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Pola nafas tidak 1.Monitor pola nafas
diharapkan pola nafas
efektif b.d (frekuensi,kedalaman,
membaik dengan kriteria
deformitas dinding usaha nafas)
hasil :
dada. Dibuktikan
2.Monitor,bunyi nafas
dengan : -Kapasitas vital
tambahan (Gurgling,
membaik
- Penggunaan otot mengi, wheezing, ronki)
bantu pernapasan -Tekanan ekpirasi
3.Auskultasi bunyi nafas
meningkat
-Fase ekspirasi
4.Monitor saturasi
memanjang -Tekanan inspirasi
oksigen
meningkat
-Dispnea
Teraupetik
-Dyspnea menurun
-Pola nafas
5.Posisikan semi fowler
abnormal -Penggunaan otot bantu
nafas menurun 6.Lakukan fisioterapi
(takipnea,
dada
bradipnea, -Frekuensi nafas
hipoventilasi) membaik 7.Berikan oksigen, jika
perlu
-Pernafaan
cuping hidung Kolaborasi
-Tekanan ekspirasi
menurun 8.Kolaborasi pemberian
bronkodilator
-Tekanan inspirasi
menurun
3 D.0130 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Hipertermia b.d 1.identifikasi penyebab
diharapkan
proses penyakit hipertermia
termogulasi membaik
(infeksi
dengan kriteria hasil : 2.monitor suhu tubuh
mycobacterium
tuberculosis). -menggigil membaik 3.monitor warna dan
Dibuktikan suhu kulit
-kejang menurun
dengan :
Teraupetik
-takikardi membaik
-suhu tubuh diatas
nilai normal 4.longgarkan atau
-takipnea membaik
lepaslan pakaian
-kejang -suhu tubuh membaik
5.berikan cairan oral
-takikardi -suhu kulit membaik
6.lakukan kompres
-takipnea -tekanan darah membaik dingin
-kulit terasa hangat -ventilasi membaik 7.sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
8.anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9.kolaborasipemberian
cairan elektrolit
10.Kolaborasikan
pemberian
antipiretik
4 D.0003 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Gangguan 1.Monitor frekuensi,
diharapkan pertukaran
pertukaran gas b.d irama, kedalaman dan
gas meningkat dengan
ketidakseimbangan upaya nafas
kriteria hasil :
ventilasi-perfusi.
2.Monitor adanya
-Dispnea menurun
Dibuktikan
dengan : -Bunyi nafas tambahan sumbatan jalan nafas
mnurun
-Dispnea 3.Auskultasi bunyi nafas
-Pusing menurun
-Takikardi 4.Monitor saturasi
-Penglihatan kabur oksigen
-Bunyi nafas
menurun
tambahan 5.Monitor kecepatan
-Gelisah menurun aliran oksigen
-PCO2
meningkat/menurun -Nafas cuping hidung 6.Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
-P02 menurun menurun
makan
-Pusing -PCO2 membaik
Teraupetik
-Penglihatan kabur -PO2 membaik
7.Pertahankan kepatenan
-Sianosis -Takikardia membaik jalan nafas

-Gelisah -Sianosis membaik 8.Berikan oksigen


tambahan jika perlu
-Nafas cuping -Pola nafas membaik
hidung Kolaborasi
-Warna kulit membaik
-Pola nafas 9.Kolaborasi penentuan
abnormal dosis oksigen

-Kesadaran 10.Kolaborasi
menurun penggunaan oksigen saat
aktivitas dan tidur
5 D.0019 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
Defisit nutrisi b.d 1.Identifikasi status
diharapkan status nutrisi
peningkatan nutrisi
membaik dengan kriteria
kebutuhan
hasil : 2.Identifikasi makanan
metabolisme.
yang disukai
Dibuktikan -Berat badan membaik
dengan : 3.Identifikasi kebutuhan
-Indeks masa tubuh
kalori dan jenis makanan
-Nafsu makan membaik (IMT)
menurut 4.Monitor asupan
-Frekuensi makan
makanan
-Berat badan membaik
menurun 5.Monitor mual &
-Nafsu makan membaik
muntah
-Bising usus
-Membrane mukosa
hiperaktif 6.Monitor berat badan
membaik
-Membrane mukosa
pucat Teraupetik
-Sariawan 7.Lakukan oral hygiene
sebelum makan
8.Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9.Berikan makanan yang
tinggi protein dan tinggi
kalori
10.Berikan suplemen
makanan
Edukasi
11.Anjurkan posisi
duduk
12.Ajarkan diet
yang diprogramkan
Kolaborasi
13.Kolaborasikan
pemberian medikasi
sebelum makan
6 D.0056 Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1.monitor kelelahan fisik
Intoleransi aktivitas diharapkan toleransi 2.identifikasi
b.d tirah baring, aktivitas meningkat kemampuan
kelemahan, dengan kriteria hasil : berpartisipasi dalam
ketidakseimbangan -kemudahan dalam aktivitas tertentu
antara suplai dan melakukan aktivitas Teraupetik
kebutuhan oksigen. sehari-hari meningkat 3.latihan gerak pasif dan
Dibuktikan -kekuatan tubuh bagian aktif
dengan : atas dan bawah 4.libatkan keluarga
meningkat dalam aktivitas
-Mengeluh lelah -keluhan lelah membaik Kolaborasi
-dispneu saat aktivitas 5.anjurkan melakukan
-Frekuensi jantung
menurun aktivitas secara bertahap
meningkat
-Dyspnea
-sianosis
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah kondisi di mana seseorang mengalami infeksi
yang terjadi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru orang tersebut.
Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-
paru maupun keduanya. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi
oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Infeksi virus, bakteri, ataupun
jamur adalah penyebab utama pneumonia. Pneumonia lebih dikenal
sebagai paru-paru basah di Indonesia.Penyakit ini bukan hanya dapat
menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, hingga
bayi yang baru lahir dan merupakan penuyakit serius maka harus cepat
ditangani

B. Saran
Dari makalah diatas diharapkan kita dapat meningkatkan belajar
dan memperbanyak ,serta mengetahui dan mampu memberikan asuhan
keperawatan anak dengan masalah pneumonia dengan tepat dan sesuai spo
yang ada
DAFTAR PUSTAKA

 Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dewasa Dengan Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of Health
Development. Indonesian Jurnal of Health Development, 2(2), 102–107.
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40
 Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health
Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Datadan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
 Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
 Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro,
B., Hutapea, A. D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan
Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita
Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam 15.00)
 Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
(diakes tanggal 17 juni 2021, jam 11.50)
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan.
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan.
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai