Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

B DENGAN DIAGNOSA MEDIS TB PARU DI


RUANG ICU DI RSUD CIBINONG

DOSEN PENGAMPU :
Ns.Okta Dwi Lestari, S.Kep

DISUSUN OLEH :
Angga Prayoga
162210006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIJAYA HUSADA
T.A 2022/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru sehingga pada bagian
dalam alveolus terdapat bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus dan akan
mengecil (Nugroho, 2017).
Berdasarkan data World Health Organization(WHO) dari Global Tuberculosis
Report 2015, pada tahun 2014 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9.6 juta dengan
kematian akibat TB sebanyak 1,5 juta orang. TB merupakan penyebab mortalitas tertinggi
untuk kasus kematian karena penyakit infeksi dan telah menginfeksi hampir sepertiga
penduduk dunia sehingga, WHO mendeklarasikan TB sebagai Global Health Emergency
(Amin, 2014). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah
Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%)
(WHO, 2016).
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru masih merupakan masalah kesehatan bagi
masyarakat dunia dan Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya
pengendalian penyakit tuberkolosis (TB) Paru sejak 1995 dengan strategi
DOTs(Kemenkes RI, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat laporan
tugas akhir tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB Paru. Untuk itu penulis
merumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan TB Paru? “

1.3 Tujuan Penulisan


a) Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami TB Paru.
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru.
c) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien yang mengalami TB
Paru.

2
d) Mampu melakukan implementasi tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami TB Paru.
e) Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami
TB Paru.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam


upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru.

2. Secara Praktis

a) Bagi Rumah Sakit


Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman
pelaksanaan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru
sehingga penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran
klinis yang baik bagi pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan di rumah
sakit yang bersangkutan.
b) Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien TB Paru dan
meningkatkan pengembangan profesi keperawatan.
c) Bagi klien dan keluarga
Sebagai bahan bacaan kepada keluarga tentang penyakit TB Paru. Selain
itu agar keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit.

3
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi Penyakit


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan Indonesia, bahkan menjadi penyebab kematian utama dari golongan penyakit
infeksi (Arsin, 2016).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahap asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price, 2015). Tuberculosis adalah
penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang
paru-paru, dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Depkes, 2016).
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru
atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran
selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P,2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil
(kemenkes RI,2015).

4
2.2 Manifestassi Klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :

a. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas


badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk/batuk berdahak

Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dindingbronkus.

c. Sesak Napas

Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru

d. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

5
e. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering


ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau
kuman ini berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa lemak atau lipid, sehingga
kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari
kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang
memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi
tempat perkembangan pada penyakit tuberkulosis. Selain itu, faktorpenyebabnya yaitu
herediter, jenis kelamin, usia, stress, meningkatnya sekresisteroid, infeksi berulang
(Somantri, 2009).

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain :


a. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif..
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kortikosteroid atau terinfeksi HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.
d. Individu tanpa perawatan yang adekuat.
e. Individu dengan gangguan medis seperti : Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronik,
penyimpanan gizi.
f. Individu yang tinggal di daerah kumuh (Elizabeth, 2001).

2.4 Anatomi Fisiologi


a. Anatomi Paru-Paru
Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai
alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran untuk
terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2). Pertukaran ini
terjadi pada alveolus – alveolus di paru melalui sistem kapiler (Wherdhani, 2017).

6
Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada paru sebelah kiri.
Pada paru kanan lobus – lobusnya antara lain yakni lobus superior, lobus medius dan
lobus inferior. Sementara pada paru kiri hanya terdapat lobus superior dan lobus
inferior.
Namun pada paru kiri terdapat satu bagian di lobus superior paru kiri yang
analog dengan lobus medius paru kanan, yakni disebut sebagai lingula pulmonis. Di
antara lobus – lobus paru kanan terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis
dan fissura obliqua, sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri
terdapat fissura obliqua (Mukty, 2017).
Paru sendiri memiliki kemampuan recoil , yakni kemampuan untuk
mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk mengembang
dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan yang dihasilkan oleh sel
alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan mengempisnya paru juga
sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan otot pernafasan lainnya, serta
tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum pleura. Paru manusia terbentuk
setelah embrio mempunyai panjang 3 mm. Pembentukan paru di mulai dari
sebuah Groove yang berasal dari Foregut.
Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu
jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri
menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea . Pada perkembangan selanjutnya trakea
akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal
bronchi dancabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur
16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya
terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran alveol bertambah besar
sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan
perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan
somatic berhenti (John B.west, 2016).
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring,
laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian,
yakni saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui
paru-paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut. Pada
waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat
erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris (John B.West,2015).

7
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen
dandarah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan
tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil
buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui hidung
dan mulut ( Wartonah & dkk,2016).

b. Fisiologi Paru-Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume
toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi
beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot
seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Price,2015).
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas
dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding
dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks,
menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan

8
antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir
keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali
pada akhir ekspirasi (Price, 2015).
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah
dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya
sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka
tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg.
Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi
tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan
uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh
lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus.
Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Price,2015).
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler
darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak
selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki
cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibrosis paru, udara
dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak
lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi,
blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai
faktor utama (Rab,2016).

Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai


kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh.
Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai
pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang penting
pada paru-paru dibagi atas:
a. Filtrasi udara
Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :
1) Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.
2) Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru
3) Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di
keluarkan bersama sekresi.

9
b. Mukosilia
Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan digerakkan oleh
silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam
mengeluarkan mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas
permukaan bronkus dan aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh
asap rokok, hipoksemia maupun hiperkapnia.
c. Sekresi Humoral Lokal
Zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :
1. Lisozim, dimana dapat melisis bakteri
2. Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik.
3. Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan dalam
membunuh virus. Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah
terjadinya infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru
yang berulang.

d. Fagositosis
Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian
menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan
sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen. Faktor yang
mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :
1) Gerakan mukosiliar.
2) Faktor humoral lokal.
3) Reaksi sel.
4) Virulensi dari kuman yang masuk.

10
5) Reaksi imunologis yang terjadi.

2.5 Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit
tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular
(terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit
tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk
dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya
sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Jika
droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan
terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil.
Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer
berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui
sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak

11
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh
kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun
pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan
membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan
bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di
tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat penderita batuk
yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
(Djojodibroto, 2014).

12
2.6 Pathway

2.7 Kemungkinan Data Fokus


a. Anamnesa
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali. Bagitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga penderita merasa tidak
pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya
tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

13
2. Batuk
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari ulai dari kering (non
produktif) kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk
darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchu juga terjadi pada ulkus dinding
bronchus.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan
turun), sakit rus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam,
dll. Gajala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
 TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
 Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
 Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)
 Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin tinggi
atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva anemis,
skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya
pergeseran trakea.

14
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya pasien
kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
c. Pemeriksaan Diagnostik
a) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-
72 jam).
c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
d) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena TB
paru.
e) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Promotif , terbagi antara lain :
- Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC.
- Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.

15
- Mensosialisasikan BCG dimasyarakat
b. Preventif, terbagi antara lain:
- Vaksinasi BCG
- Menggunakan Isoniazid
- Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.
- Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit

2. Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:
a) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
b) Jangka Panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat dilakukan
dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.
c) Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan pada
pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat : Rifampicin, Isoniazid,
Ethambutol, Pyridoxin.

2.9 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru
c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
d. Deficit pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan
2.10 Perencanaan
NO. Tujuan Intervensi
1. Setelah diberikan asuhan 1. Dukungan kepatuhan program
keperawatan selama 5 kali pengobatan
kunjungan dalam 45 menit a. Observasi
diharapkantingkatkepatuhan 1) Identifikasi kepatuhan menjalani
pasien meningkat dengan program pengobatan
kriteria hasil : b. Terapeutik

16
Perilaku patuh : 1) Buatkan jadwal pendamping
pengobatan yang disarankan keluarga untuk menemani klien dalam
a.Partisipasidalam keputusan menjalani program pengobatan
perawatan kesehatan 2) Libatkan keluarga untuk
b. Klien mengonsumsi obat mendukung program pengobatan yang
sesuai interval yang sudah di jalani
ditentukan 3) Awasi jumlah dan penggunaan obat
c.Klien patuh dalam c. Edukasi
pengobatan sesuai dengan 1)Informasikan program pengobatan
yang diresepkan yang harus dijalani
d. Menggunakan layanan 2) Informasikan manfaat yang akan
kesehatan sesuai dengan diperoleh jika teratur menjalani
kebutuhan program pengobatan
3) Ajarkan klien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat
2. Edukasi penyakit
a. Berikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit tuberculosis
Ajarkan pencegahan penularan
penyakit tuberculosis dengan
menggunakan masker untuk menutupi
mulut dan hidung dan ingatkan klien
untuk berludah pada tempatnya
3. Edukasi efek samping obat
a. Jelaskan tujuan obat yang diberikan
pemberian obat yang sudah diresepkan
b. Jelaskan dosis, cara pemakaian,
waktu dan lamanya pemberian obat
c. Jelaskan indokasi dan kontraindikasi
obat yang dikonsumsi

17
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL PADA TN.B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS TB PARU DI RUANG ICU
DI RSUD CIBINONG

1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS
1) Identitas Klien
a) Nama : Tn. B
b) No.Med.Rec : 1132***
c) Umur : 21 tahun
d) Status Perkawinan : Belum Menikah
e) Jenis Kelamin : laki-laki
f) Tanggal Pengkajian : 15-05-2023
g) Agama : Islam
h) Alamat Rumah : Cibinong
i) Dignosa Medis : TB Paru
j) Tanggal masuk RS : 13-05-2023
k) Tanggal Pengkajian : 15-05-2023
b. Pengkajian Primer
1) Airway : Sumbatan jalan napas
√ Ada benda asing darah sputum/lendir lain-lainnya
2) Breathing : (Pola Napas)
Sesak napas :
Ya (Aktivitas / Tanpa Aktivitas)
Tidak ada keluhan
Pernapasan :
Pernapasan tidak spontan/Ventilator
Pernapasan: dada/perut/penggunaan otot bantu napas/cuping hidung/retraksi
dinding dada
3) Circulation :
a) Sirkulasi perifer
Tekanan Darah : 117/69 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Suhu : 36,7̊C

18
Ektremitas : Hangat / dingin
Warna kulit : Coklat
Tekstur Kulit : Kering
Nyeri dada : ada / tidak
Capilary refill : < 3 detik / > 3 detik
Edema : ada / tidak ada
Lokasi edema : muka/tangan/tungkai/tidak ada edem
 Fluid (cairan dan elektrolit)
1. Cairan :
Turgor kulit
Baik/sedang/buruk
2. Mukosa mulut :
Lembab/kering
3. Kebutuhan nutrisi :
Oral : memberikan cairan peroral
Parenteral : ada
4. Eliminasi :
BAK : 3 x/h, terpasang cateter
Jumlah :
4) Disability :
Tingkat kesadaran :
Kesadaran : Apatis
Penurunan kesadaran : (Apatis/Somnolen/Delirium/Sopor/Koma)
Reaksi Pupil : isokor/miosis/anisokor/medriasis/pinpoint
Reaksi terhadap cahaya: Pupil bereaksi terhadap cahaya/ tidak
Nilai GCS : E : 4 M : 4 V: ETT
Total GCS : ETT
5) Exposure :
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh pasien : apakah ada memar/
laserasi/deformitas/tidak ada
c. Pengkajian Sekunder (Riwayat Sakit dan Kesehatan)
Alasan dirawat di HCU/ICU/ICCU :
Riwayat Kesehatan Sekarang :

19
Pasien di bawa keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari smrs,
sebelumnya selama satu tahun sulit di ajak komunikasi dengan baik, namun s1 hari
memberat keluhan lain berupa demam+3 hari batuk+, penurunan berat badan sejan
1 tahun.
Riwayat Kesehatan Dahulu:
Hanya berobat ke klinik.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan pasien
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
Review Of System
1. Keadaan Umum : Apatis
2. Kesadaran : Apatis
3. TTV :
TD : 117/69
Nadi : 104
Suhu : 36,7
Pernafasan : 22
4. Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Sistem Pernafasan
1. Pola napas : Tidak Teratur
2. Tipe Pernafasan : Pernafasan tidak spontan (ventilator)
3. Retraksi dada : tidak ada keluhan
4. Nafas Cuping Hidung : tidak ada keluhan
5. Nyeri Saat Bernafas : tidak ada keluhan
6. Ekspansi Dada : simetris
7. Sesak Nafas : tidak ada keluhan
8. Batuk : tidak ada keluhan
9. Sumbatan Jalan Nafas : tidak ada
10. Bunyi Nafas : normal (vesikuler)
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : -

20
Sistem Cardiovaskuler
1. Nyeri Dada : tidak ada keluhan
P : tidak ada keluhan
Q : tidak ada keluhan
R : tidak ada keluhan
S : Tidak ada keluhan
T : tidak ada keluhan
2. Irama Jantung : teratur
3. CRT : < 3 detik
4. Akral : hangat
5. Peningkatan JVP : tidak ada keluhan
6. Nyeri Dada : tidak ada keluhan
7. Bunyi Jantung : lub dup
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan :-
Sistem Neurologis
1. GCS : E : 4 M : 4 V: ETT
2. Kesadaran : Apatis
3. Pupil : Isokor
4. Refleks fisiologis :
Bisep :+/-
Trisep :+/-
Patella :+/-
Archilles :+/-

Refleks Patologis
Babinsky :+/-
Hoffman :+/-
Trommer :+/-
5. Pelo :+/-
6. Parese dan Plegia :+/-
7. Aphasia :+/-
8. Kejang : tidak ada keluhan
Lain-lain :

21
Masalah Keperawatan :
Sistem Persepsi Sensori :
1. Mata :
Sklera : anikterik
Konjungtiva : an anemis
Gangguan Penglihatan : tidak ada keluhan
Alat Bantu Penglihatan : tidak ada keluhan
Lain-lain :
2. Hidung
Epistaksis : tidak ada keluhan
Polip : tidak ada keluhan
Gangguan Penciuman : tidak ada keluhan
Lain-lain :
3. Telinga
Gangguan Pendengaran : tidak ada keluhan
Alat Bantu Pendengaran : tidak ada keluhan
Sumbatan : tidak ada keluhan
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan :
Sistem Perkemihan
1. Kebersihan Genetalia : bersih
2. BAK : alat bantu cateter
3. Frekuensi : 3 x/hr
4. Jumlah : 500 cc
5. Warna : Kuning
6. Nyeri Tekan : tidak ada keluhan
7. Gangguan Berkemih : tidak ada keluhan
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Sistem Pencernaan
1. Bibir : bersih
2. Membran mukosa : kering
3. Tenggorokan : tidak ada keluhan atau tidak ada edema
4. Abdomen : tidak ada keluhan

22
5. Peristaltik Usus : 5 x/m
6. Nyeri tekan : tidak ada keluhan
7. BAB : 3 x/hari
Konsistensi : cair
8. Makan : 4 x sehari
Porsi : 2 porsi
9. Gangguan Rectum : tidak ada keluhan
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan :-
Sistem Muskuloskeletal
1. ROM : aktif / pasif
2. Kaku Sendi : iya
3. Alat Bantu Gerak : tidak ada
4. Kekuatan Otot
X 3
X 3

Lain-lain : -
Masalah Keperawatan :-
Sistem Integumen
1. Warna Kulit : coklat sawo matang
2. Turgor : kelembaban kulit sedang
3. Edema : tidak ada edema
4. Lesi : tidak ada lesi
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan :-
Sistem Reproduksi
Laki-laki / Perempuan (coret salah satu)
1. Kemerahan : tidak ada keluhan
2. Gatal-gatal : tidak ada keluhan
3. Bengkak : tidak ada keluhan
4. Pus : tidak ada keluhan
5. Kelainan Bawaan : tidak ada keluhan
6. Nyeri : tidak ada keluhan

23
7. Gangguan Payudara : tidak ada keluhan
8. Masalah Haid dan Reproduksi : tidak ada keluhan
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan :-
Tidur dan Istirahat
1. Waktu Tidur : DPO
2. Pengantar Tidur : DPO
3. Pola Tidur Siang : DPO
4. Gangguan Tidur : DPO
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan : -
Personal Hyegiene
Mandi :3x/hari
Ganti Pakaian : 3x/hari
Sikat Gigi : 3x/hari
Menyisir Rambut : 3x/hari
Keramas : 2 hari/sekali
Potong Kuku : 2 hari/sekali

Aktivitas Dasar
ADL’S 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi Dari √
Tempat Tidur
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

Ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu Alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang & alat

24
4 : Dibantu total
Masalah keperawatan : Mobilitas Fisik

Psiko-Sosio-Spiritual
Hubungan dengan Orang lain : tidak terkaji
Penampilan : baik
Mood : tidak terkaji
Konsep Diri : tidak terkaji
Proses Pikir : tidak terkaji
Orientasi : tidak terkaji
Kegiatan Ibadah : tidak terkaji
Terapi/Program Medis
Tgl Nama Obat Dosis
Citicoline 2x1
Omeprazole 2x40
Ondan 3x8
Paracetamol drip 4x1
Amikosin 1x1
M.P 3X6

Pemeriksaan Laboratorium & Penunjang


Tgl : 09-05-2023
Jenis Pemeriksaan Result Range Interpretasi Hasil
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 130 137-175 gr/dL
Leukosit 14870 5000-10000 /µL
Trombosit 350000 150000-450000 /µL
Hematokrit 39,1 40-48 %
KIMIA KLINIK
Ureum
Ureum 21 20-40 mg/dL

25
Creatinin
Creatinin 1,1 0.5-1.5 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium
Natrium 120 135-155 mEq/L
Kalium
Kalium 5.5 3.6-5.5 mEq/L
Chlorida
Chlorida 82 95-108 mEq/L

26
2. Analisa Data

No. Data Subjektif Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: - Pencetus serangan Gangguan
DO: (Allergen kucing) pertukaran gas (b/d
Pasien tampak gelisa ketidakseimbangan
TTV : Reaksi antigen dan ventilasi perfusi.
TD : 117/69 antibody D.0003
HR : 104 x/menit
S : 36,7 Pengaktifan subtansi
RR : 26 x/menit (histamin, badikinin,
dll)

Perneabilitas kapiler

Kontraksi otot polos

Bronkospasme

Usaha nafas,RR
meningkat

Hiperventilasi

Penumpukan udara
retrospinal
Gangguan ventilasi
perfusi

Gangguan pertukaran
gas

27
2. DS : - Membentuk sarang Bersihan jalan
DO : TB Premonia nafas tidak efektif
TTV : kecil/sarang primer D.0149
TD : 117/69
HR : 104 x/menit Broncus
S : 36,7
RR : 30 x/menit Iriasi
KU Lemah
Sputum + Peradangan pada
Dispnea + bronkus
Batuk +
Pembuluh darah pecah

Batuk darah

Bersihan jalan
nafas tidak efektif

3. Rumusan Masalah

1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi.


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.

28
1. Rencana Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.B


DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS DI RUANG ICU
DI RSUD CIBINONG

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Intervensi
1. D.0003 Luaran Utama : Intervensi Utama
Gangguan Pertukaran gas (L.01003) Terapi oksigen (I.01026)
pertukaran gas b/d Tujuan Umum : Observasi
ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan keperawatan  Monitor kecepatan aliran oksigen
ventilasi perfusi. selama 3x24 jam diharapkan  Monitor posisi alat terapi oksigen
pertukaran gas Meningkat dengan  Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
kriteria hasil : Terapeutik
 Siapkan dan atur perlalatan pemberian oksigen
No. Indicator 1 2 3 4 5  Bersihkan secret pada mulut, hidung trakea, jika perlu
1. Volume Edukasi
tidal  Ajarkan pasien dan keluarga menggunakan oksigen
dirumah
Ket : Kolaborasi

29
1. Menurun  Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
2. D.0149 Luaran Utama : Intervensi Utama :
Bersihan jalan Bersihan jalan nafas (L.01001) Pemantauan Respirasi (I.01014)
nafas tidak efektif. Tujuan Umum : Observasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan  Monitor Frekuensi Irama kedalaman Dan upaya Nafas
.
selama 3x24 jam diharapkan bersihan  Monitor Pola nafas
jalan nafas Meningkat dengan kriteria  Monitor batuk efektif
hasil :  Monitor adanya Sumbatan Jalan Nafas
No. Indicator 1 2 3 4 5  Monitor Saturasi Oksigen
1. Batuk  Monitor Nilai AGD
efektif Terapeutik
2. Produksi  Atur interval pemantauan respirasi sesuai dengan kondisi
sputum pasien
3. Pola  Domentasi hasil pemantauan
nafas Edukasi
 Jelasken tujuan dan prosedur pemantauan
Ket :
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu

30
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

2. IMPLEMENTASI
Diagnosa Tgl/Waktu Implementasi Respon (Subjektif dan Objektif) Paraf
Keperawatan
D.0003 15-05-2023
Gangguan 15.00  Memonitor kecepatan S : - Angga
pertukaran gas b/d aliran oksigen O : Klien tampak terpasang ventilator
ketidakseimbangan  Memonitor posisi alat TD : 120/74 mmHg
ventilasi perfusi. terapi oksigen S:-
 Memonitor tingkat HR : 104 x/mnt
kecemasan akibat terapi RR : 30 x/mnt
oksigen
17.00 S:- Angga
 Mensiapkan dan atur O : perawat telah memasang ventilator.
perlalatan pemberian
oksigen

31
 Membersihkan secret pada :-
20.00 mulut, hidung trakea, jika O : suara nafas pasien sudah tidak ada Angga
perlu . suara nafas tambahan ( Ronki).

D.0149 15-05-2023
Bersihan jalan 15.30  Memonitor Frekuensi Irama S : - Angga
nafas tidak efektif. kedalaman Dan upaya Nafas O : Perawat selalu memantau monitor
 Memonitor Pola nafas perkembangan upaya nafas pasien
 Memonitor batuk efektif
16.00  Memonitor adanya Sumbatan S : - Angga
Jalan Nafas O : perawat selalu memantau adanya

 Memonitor Saturasi Oksigen sumbatan jalan nafas


16.30  Memonitor Nilai AGD S:- Angga
O : Ajarkan keluarga pasien cara batuk
efektif
D.0003 15-05-2023  Siapkan dan atur perlalatan
17.00 pemberian oksigen S:- Angga

32
Gangguan  Bersihkan secret pada mulut, O : perawat mengsiapkan peralatan
pertukaran gas b/d hidung trakea, jika perlu oksigen
ketidakseimbangan
ventilasi perfusi. 17.30 S:-
O : perawat membersihkan secret pada
mulut dan hitung pasien

D.0149 18.00  Mengatur interval pemantauan S: -


Bersihan jalan respirasi sesuai dengan kondisi O: Perawat Memantau respirasi sesuai
nafas tidak efektif. pasien. kondisi pasien
 mendomentasi hasil S: -
pemantauan O: Perawat selalu mendokumentasi Hasil
pemantauan

33
34
3. EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tgl/Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
D.0003 15 Mei 2023 S:- Angga
Gangguan O : Klien tampak terpasang ventilator
pertukaran gas b/d TD : 120/74 mmHg
ketidakseimbangan S:-
ventilasi perfusi HR : 104 x/mnt
RR : 26 x/mnt
A : Masalah Belum Teratasi.
P : Intervensi Dilanjutkan
D.0149 15 Mei 2023 S:- Angga
Bersihan jalan O : Perawat selalu memantau monitor perkembangan upaya
nafas tidak efektif nafas pasien
TD : 120/70 mmHg
S : 36,7
HR : 104 x/mnt
RR : 26 x/mnt
A: Masalah Belum Teratasi
P: Intervensi Dilanjutkan

35
D.0003 15 Mei 2023 S:- Angga
Gangguan O : Klien tampak terpasang ventilator
pertukaran gas b/d TD : 120/74 mmHg
ketidakseimbangan S:-
ventilasi perfusi HR : 104 x/mnt
RR : 26 x/mnt
A : Masalah Belum Teratasi.
P : Intervensi Dilanjutkan
D.0149 S:-
Bersihan jalan 15 Mei 2023 O : Perawat selalu memantau monitor perkembangan upaya
nafas tidak efektif nafas pasien
TD : 120/70 mmHg Angga
S : 36,7
HR : 104 x/mnt
RR : 26 x/mnt
A: Masalah Belum Teratasi
P: Intervensi Dilanjutkan

36
Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahap asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price, 2015). Tuberculosis adalah
penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang
paru-paru, dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Depkes, 2016).
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang
tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari
kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet,
karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB
adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis.

Saran
Diharapkan penulisan Askep ini bisa memberikan masukan untuk tambahan ilmu bagi
mahasiswa ilmu keperawatan yaitu tentang Laporan Pendahuluan dan Askep Kasus pada TB
paru dan menjadikan ilmu yang bermanfaat ini untuk pengaplikasikannya dan praktik bila
menghadapi kasus TB paru tersebut.

37

Anda mungkin juga menyukai