Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

A DENGAN NYERI
AKUT POST OPERASI TONSILITIS DI RUANG
ZAAL UMUM KELAS I RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA M. HASAN
PALEMBANG TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

DHEA RIZKI UTAMI


144011926015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A DENGAN NYERI
AKUT POST OPERASI TONSILITIS DI RUANG
ZAAL UMUM KELAS I RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA M. HASAN
PALEMBANG TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

DHEA RIZKI UTAMI


144011926015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. A DENGAN NYERI AKUT POST
OPERASI TONSILITIS DI RUANG ZAAL UMUM KELAS I RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA M. HASAN PALEMBANG TAHUN 2022
(XVI + 59 Halaman + 1 Gambar + 2 Tabel + 8 Lampiran)

DHEA RIZKI UTAMI


144011926015
KARYA TULIS ILMIAH, (JUNI 2022)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAHTINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH PALEMBANG

Dosen Pembimbing I : Ns. Adi Saputra, S.Kep, M.Kes


Dosen Pembimbing II : Ns. M. Ramadhani F, S.Kep, M.Kep

ABSTRAK

Tonsilitis kronis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang THT Tonsilitis
paling sering terjadi di negara subtropis. Word Health Organization (WHO) tidak
mengeluarkan data mengenai jumlah kasus tonsilitis di dunia, namun WHO
memperkirakan 287.000 orang dewasa di atas 15 tahun mengalami tonsilektomi. Tujuan
penelitian ini melakukan Asuhan Keperawatan Pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post
Operasi Tonsilitis. Metode penelitan ini menggunakan rancangan deskriptif dengan
metode studi kasus. Subjek penelitian Nn.”A” Dengan Nyeri Akut Post Operasi
Tonsilitis di ruang zaal umum kelas I rumah sakit Bhayangakara M Hasan Palembang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 - 30 April 2022 dengan hasil studi kasus
didapatkan pasien mengatakan setelah operasi pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat
dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit
menelan data objektif Keadaan umum lemah,TD 115/90mmHg, N 82x/menit,
pernafasan 20x/menit dan suhu 36,5ºC. Dari data fokus tersebut maka diagnosa yang
ditegakkan Nyeri akut ditandai dengan agen cidera fisik (prosedur operasi) dibuktikan
dengan pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah
jika pasien makan atau minum dan sulit menelan, pasien tampak meringis. Adapun
intervensi dan implementasi yang dilakukan yaitu mengobservasi Tanda-tanda vital,
mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan teknik
nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis, memberikan Kompres es pada
tenggorokan, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, berkolaborasi
pemberian analgetik dan berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian jenis diet.
Berdasarkan evaluasi dilakukan tindakan keperawatan pada An.”B” selama 3x shift
masalah nyeri akut teratasi . Hendaknya dilakukan penilitian lebih lanjut terhadap
Asuhan Keperawatan dengan Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis dengan desain atau
rancangan penelitian yang berbeda.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Post Operasi, Tonsilitis,
Nyeri akut
Daftar Pustaka : 24 (2012-2022)

ii
NURSING CARE IN A CUTE PAIN OF Ms “A” WITH POST OPERATION
TONSILITIS IN THE GENERAL ZAAL ROOM CLASS I BHAYANGKARA
M. HASAN HOSPITAL PALEMBANG 2022  
(XVI + 59 Pages + 1 Image + 2 Table + 8 Appendices)

DHEA RIZKI UTAMI


144011926015
SCIENTIFIC WRITING, (JUNE 2022)

DIPLOMA III NURSING STUDY PROGRAM INSTITUTE OF HEALTH


SCIENCE SITI KHADIJAH PALEMBANG

Advisors : Ns. Adi Saputra, S.Kep.,M.Kes


                : Ns. M. Ramadhani F, S.Kep., M.Kep

ABSTRACT

Chronic tonsillitis is still a major health problem in the ENT field. Tonsillitis is most
common in subtropical countries. The World Health Organization (WHO) does not
release data on the number of cases of tonsillitis in the world, but WHO estimates that
287,000 adults over 15 years of age have a tonsillectomy. The purpose of this study was
to be able to perform nursing care in acute pain for Ms.“A” with post-operation
tonsillitis in the General Zaal Room Class I Bhayangkara M. Hasan Hospital Palembang
2022.The method of this study was the descriptive method in a case study. This study
was conducted on 28-30 April 2022. The results of the case study showed that the
patient said that after surgery the patient had a sore throat like a cut with a pain scale of
7, the pain increased if the patient ate or drank and difficulty swallowing. From the
objective data, the general condition was weak, blood pressure 115/90mmHg, pulse
82x/minute, respiration 20x/minute, and temperature 36,5ºC. From the focus data, acute
pain was characterized by physical injury agents (surgical procedures) as evidenced by
the patient's throat being slashed with a pain scale of 7, the pain increases if the patient
ate or drank and has difficulty swallowing, patient grimaces. The interventions and
implementations carried out were observing vital signs, assessing the location,
characteristics, duration, frequency, quality, and intensity of pain, identifying pain
scales, identifying non-verbal pain responses, identifying factors that exacerbate and
relieve pain, providing non-pharmacological techniques, breathing exercises deep and
hypnosis, giving ice packs to the throat, explaining the causes, periods, and triggers of
pain, collaborating on analgesics and collaborating with nutritionists in giving the type
of diet. Based on the evaluation, nursing actions were carried out on Ms. "A" for 3x
shifts the problem of acute pain was resolved. Further research should be carried out on
nursing care with acute pain post tonsillitis surgery with a different design or research
design.

Keywords : Nursing Care, Tonsillitis , Acute Pain, post operation.


References : 24 (2012-2022)

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh “Dhea Rizki Utami” NIM 144011926015 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di
Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun
2022 “ telah diperiksa dan disetujui untuk di ujikan.

Palembang,  14   Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Adi Saputra, S.Kep, M,Kes) (Ns. M. Ramadhani F, S.Kep,


M.Kep)
NIDN. 0213097901 NIDN. 0226058702

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh “Dhea Rizki Utami” NIM 144011926015 dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di

Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun

2022“ Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 16 Juni 2022

Dewan Penguji

Ketua Penguji

Ns. Adi Saputra, S.Kep, M,Kes ( )


NIDN. 0213097901

Penguji I
Ns. M. Ramadhani F, S.Kep, M.Kep ( )
NIDN. 0226058702

Penguji II
Ns. Mardiah S.Kep., M.Kes ( )
NIDN. 0227067601

Menyetujui,

Ka. Prodi DIII Keperawatan

(Ns. Mardiah S.Kep., M.Kes)


NIDN. 0227067601

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dhea Rizki Utami

NIM : 144011926015

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : STIK Siti Khadijah Palembang

Dengan ini menyatakan :

1. Memberikankewenangan pada perpustakaan STIK Siti Khadijah untuk

mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah/Laporan Tugas Akhir saya secara digital

melalui media resmi STIK Siti Khadijah Palembang.

2. Tidak akan menuntut konvensasi apapun atas publikasi Karya Tulis Ilmiah saya.

3. Karya Tulis ini adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan

merupakan hasil jiplakan Karya orang lain.

Jika ternyata dikemudian hari terbukti Karya Tulis Ilmiah/Laporan Tugas Akhir

merupakan hasil jiplakan, maka saya bersedia di berikan sanksi sesuai ketentuan yang

berlaku di STIK Siti Khadijah Palembang.

Demikian surat pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa ada tekanan dari

pihak manapun.

Palembang, 16  Juni 2022

vi
( Dhea Rizki Utami)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Kami rela Allah membagikan ilmu untuk kami dan mebagikan harta untuk musuh

kami. Harta akan binasa dalam waktu singkat dan ilmu akan abadi dan tidak akan

musnah. (Ali bin Abi Thalib)

2. Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan. Karena itu bila kau telah

selesai (mengejarkan yang lain) dan kepada Tuhan, berharaplah (QS Al Insyirah : 6-8)

Ku Persembahan Untuk…

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan KTI ini dengan

baik. Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

1. Kedua Orangtua ku, Bapak Mustopa Kamal dan Ibu Yusmala Dewi yang telah

mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih

sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun

2. Kedua kakak perempuan dan kakak laki-laki ku yaitu Mella Afringga dan Gusti

Randy yg hadir untuk jadi penyemangat meski terhalang jarak

3. Seluruh Dosen Prodi DIII Keperawatan yang telah banyak memberikan waktu dan

ilmu kepada kami selama masa-masa kuliah

4. Teman-teman seperjuangan prodi DIII Keperawatan Angkatan XXVI Stik siti

khadijah Palembang, Terima kasih waktu dan moment yang tak terlupakan..

5. Almemater tercinta,semoga ilmu yang didapatkan selama ini berguna bagi orang

banyak dan juga kehidupanku

vii
viii
BIOGRAFI

Nama : Dhea Rizki Utami

Tempat, tanggal lahir : Banyuasin, 05 November 2001

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp Tanjung Mulyo, Desa Bukit, Kec Betung ,

Kab Banyuasin.

Status dalam Keluarga : Anak Bungsu dari 3 Bersaudara

Nama Orang Tua :

- Mustopa Kamal

- Yusmala Dewi

Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri 20 Betung (2007-2013)

2. SMP Negeri 1 Betung (2013-2016)

3. SMA Negeri 1 Betung (2016-2019)

4. STIK Siti Khadijah (2019-2022)

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang kuasa, karena atas limpahan rahmat serta

karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Asuhan

Keperawatan Pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal

Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022 tepat pada

waktu yang ditentukan,

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sangat meyadari bahwa masih

banyak terdapat kekurangan dan kesalahan ada Karya Tulis Ilmiah ini dikarenakan

keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka

dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik

dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah

dimasa yang akan datang.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapakan banyak

terimakasih kepada orang tua serta saudara yang telah member dukungan baik moril

maupun materi. Selain itu penulis menyadari banyak bantuan, bimbingan serta saran

dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis banyak mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga kepada  :

1. Bapak Prof.Dr.dr. HM T Kamaluddin., Sp.FK,MSc., M.Kes selaku Ketua STIK

Siti Khadijah Palembang.

x
2. Ibu Ns. Mardiah S.Kep., M.Kes Selaku Ketua Program Studi Diploma III

Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang.

3. Bapak AKBP Dr. Wahono Edhi Prastowo, Sp.PD.,FINASIM Selaku Kepala

Rumah Sakit RS Bhayangkara M. Hasan Palembang yang telah memberikan izin

serta membantu dalam penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan sebaik mungkin.

4. Bapak Ns. Adi Saputra, S.Kep, M,Kes Selaku pembimbing I yang selalu

meluangkan waktu dan telah banyak memberikan masukan, saran, bimbingan

dengan sabar dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Ns. M. Ramadhani F, S.Kep, M.Kep Selaku Penguji yang telah banyak

memberikan masukan, saran, bimbingan dengan sabar dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Ns. Mardiah, S.Kep, M,Kes selaku Penguji yang akan memberikan kritik

dan saran mengenai Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua Dosen dan Staf pengajar Program Studi Diploma III Keperawatan STIK

Siti Khadijah Palembang

8. Teman-teman seperjuangan Program Diploma III Keperawatan STIK siti

Khadijah Palembang angakatan ke XXIX

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat, ridho serta hidayahnya

dan menjadikannya sebagai amal jariah. Akhirnya semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu kesehatan, serta bagi semua

yang membacanya.

Palembang,  16  Juni 2022

xi
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................................ ii
ABSTRACT.............................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................... vii
BIOGRAFI................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Studi Kasus............................................................................................ 5
1.4.1 Bagi Masyarakat........................................................................................ 5
1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan........................... 5
1.4.3 Bagi Penulis............................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 6


2.1 Konsep Tonsilitis................................................................................................. 6
2.1.1 Definisi Tonsilitis....................................................................................... 6
2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi............................................................................... 7
2.13 Etiologi........................................................................................................ 10
2.1.4 Manifestasi Klinik...................................................................................... 11
2.1.5 Komplikasi................................................................................................. 11
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 12
2.1.7 Penatalaksanan Medis Keperawatan.......................................................... 12

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Tonsilitis............................................................. 14


2.2.1 Pengkajian.................................................................................................. 14
2.2.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................. 17
2.2.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 18
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................................. 26

xii
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.…………………………………………………... 26

2.3 Konsep Dasar Nyeri ……………………………………………………. …… 28


2.3.1 Definisi Nyeri...................................................................................…… 28
2.3.2 Etiologi Nyeri ..................................................................................…… 28
2.3.3 Patofisologi Nyeri............................................................................…… 29
2.3.3 Penilian Skala Nyeri.........................................................................…… 39

2.4 Teknik Non Farmakologi …………………………………………………… 31


2.4.1 Definisi.............................................................................................…… 31
2.4.2 Tujuan ............................................................................................…… 31
2.4.3 Manfaat............................................................................................…… 31
2.4.4 Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam ......................................…… 32
2.4.5 Indikasi ............................................................................................…… 32
2.4.6 Kontraindikasi..................................................................................…… 33
2.4.7 Teknik Relaksasi Nafas Dalam ......................................................…… 33

BAB III METODE PENULISAN........................................................................... 34


3.1 Rancangan Studi Kasus........................................................................................ 34
3.2 Subjek Studi Kasus............................................................................................. 34
3.3 Fokus Studi.......................................................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional............................................................................................ 35
3.5 Instrumen Studi Kasus......................................................................................... 35
3.6 Tempat dan Waktu............................................................................................... 35
3.7 Metode Pengumpulam Data................................................................................ 36
3.8 Penyajian Data..................................................................................................... 39
3.9 Etika Studi Kasus................................................................................................. 39

BAB IV KASUS DAN PEMBAHASAN................................................................. 41


4.1 Hasil Studi Kasus................................................................................................. 41
4.2 Pembahasan......................................................................................................... 48
4.3 Keterbatasan Penelitian....................................................................................... 56

BAB V PENUNTUP................................................................................................. 57
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 57
5.2 Saran.................................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Tonsilitis 7

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan 19

Tabel 2.1 Skala Nyeri 30

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

SIKI : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengajuan Judul Studi Kasus

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin dari Kampus

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Sakit

Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian Rumah Sakit

Lampiran 5 Undangan Seminar Proposal

Lampiran 6 Undangan Komprehensif

Lampiran 7 Lembar Informed Consent

Lampiran 8 Format Asuhan Keperawatan

Lampiran 9 Lembar Konsul P1 dan P2

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.

Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga

infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai

tonsilofaringitis (Ngastiyah, 2014)

Tonsilitis kronis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang

THT Tonsilitis paling sering terjadi di negara subtropis, pada negara yang

beriklim dingin angka kejadian lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi di

Negara tropis. Word Health Organization (WHO) tidak mengeluarkan data

mengenai jumlah kasus tonsilitis di dunia, namun WHO memperkirakan 287.000

orang dewasa di atas 15 tahun mengalami tonsilektomi (operasi tonsil).

Berdasarkan survei epidemiologi penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan (THT)

di 7 provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi kedua

setelah nasofaring akut 4,6% (Rahmadani, 2020).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2020

terdapat 434 orang menderita tonsilitis dan adenoit kronik sebanyak 38 serta yang

menderita otitis media kaut sebanyak 455 orang, pada tahun 2021 terdapat 434

orang menderita tonsilitis dan adenoit kronik sebanyak 45 serta yang menderita

otitis media kaut sebanyak 437 orang.

1
2

Berdasarkan data Diklat Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan pada bulan

januari sampai dengan April 2022 terdapat 8 kasus pasien tonsilitis yang

menjalani operasi (Diklat Rs. Bhanyangkara, 2022).

Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang menyebabkan

kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok. Pada orang

dewasa biasanya keadaan ini juga dapat mengakibatkan keluhan berupa ngorok

saat tidur karena pengaruh besarnya tonsil mengganggu pernafasan bahkan

keluhan sesak nafas juga dapat terjadi apabila pembesaran tonsil telah menutup

jalur pernafasan.. Jika peradangan telah ditanggulangi, kemungkin tonsil kembali

pulih seperti semula atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula.Apabila

tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil, dapat terjadi infeksi

berulang.(Savitri, 2013). Oleh karena itu tonsilitis harus segera ditangani dengan

upaya pembedahan berupa Tonsilektomi. Tonsilektomi merupakan suatu tindakan

invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil atau tanpa adenoid (Wijaya &

Putri, 2013).

Adapun masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus post operatif

tonsilektomi yaitu nyeri akut, resiko infeksi, resiko hypovolemia (Farida, 2016).

Adapun respon nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul

ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsangan nyeri (Fadhillah dkk, 2016). Selain pada luka post

operatif appendisitis menyebabkan resiko infeksi akibat peningkatan oranganisme

patogenik dan resiko hypovolemia yang akibat penurunan volume cairan

intravaskuler ( Fadhillah dkk, 2016).


3

Sesuai dengan studi kasus terdahulu Ramli (2019), murdiono dkk (2019) dan

Rahayuningsih dkk (2021) didapatkan beberapa diagnosa keperawatan pada pasien

post operasi tonsilektomi antara lain nyeri Akut berhungan dengan iritasi jalan

napas atas skunder, resiko ketidakseimbangan nutrisi berhubungan denga intake

tidak adekuat

Oleh karena itu diperlukan upaya tindakan keperawatan dengan memberikan

asuhan keperawatan post operasi secara komprhensif dari pengakjian, diganosis

keperawatan, intervensi, implentasi, dan evaluasi keperawtan (Faridah, 2017).

Berdasarkan urian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post Operasi

Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan

Palembang Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam

studi kasus ini “Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Nn. A Dengan

Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit

Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada Nn. A Dengan Nyeri Akut

Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara

M. Hasan Palembang Tahun 2022.


4

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan Medikal Bedah Pada Nn. A Dengan

Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah

Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan Medikal Bedah Pada Nn. A Dengan

Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah

Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022.

c. Menyusun intervensi keperawatan Medikal Bedah Pada Nn. A Dengan

Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah

Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022.

d. Melakukan implementasi keperawatan Medikal Bedah Pada Nn. A

Dengan Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas

I Rumah Sakit Bhayangkara Moh. Hasan Palembang Tahun 2022.

e. Melakukan evaluasi keperawatan Medikal Bedah Pada Nn. A Dengan

Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah

Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022.


5

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi Masyarakat

Studi kasus ini diharapkan menambah pengetahuan masyarakat dalam

upaya perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami Tonsilitis

1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan Teknologi terapan bidang keperawatan

dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada post operasi

Tonsilitis

1.4.3 Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan khususnya studi kasus tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah pada pasien post operasi Tonsilitis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tonsilitis

2.1.1 Definisi Tonsilitis

Tonsilitis merupakan imflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil.

Organisme yang menjadi penyebabnya bakteri Streptococcus atau

Stapylococcus. Prevalensi penyakit tonsillitis masih ditemukan adanya

peningkatan setiap tahunnya. Terdapat berbagai faktor predisposisi ataupun

pencetus yang menyebabkan terjadinya tonsilitis, seperti factor makanan,oral

hygine yang buruk. Tonsilitis terbagi menjadi dua, yakni tonsilitis akut jika

penyakit ini dengan keluhan berlangsung kurang dari tiga minggu, sedangkan

tonsilitis kronis merupakan inflamasi atau peradangan yang terjadi pada

tonsil biasanya berlangsung lebih dari tiga bulan (Nizar, Qamaria, &

Muthmainah, 2016).

Tonsilitis merupakan peradangan yang terjadi pada tonsil yang

disebabkan oleh virus atau bakteri sehingga tonsil menjadi bengkak, merah,

melunak, dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya ( Prasetyai, 2018)

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat

ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya

sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut

sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah, 2014)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, tonsillitis merupakan suatu

penyekit peradangan pada tonsil yang di isebabkan oleh bakteri dengan gejala

6
7

nyeri tenggorokan, nyeri telan, kesulitan menelan, demam, pembesaran

tonsil, mulut berbau, dan kadang telinga terasa sakit.

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi

2.1.2.1 Anatomi Tonsilitis

Gambar 2.2 Anatomi Tonsilitis (Paulsen & Waschke,2013).

Menurut Syaifudin (2015) anatomi tonsilitis sebagai berikut

1. Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak dalam

fosa tonsil pada keduasudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior

(otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palate faringeus). Tonsil berb

entuk oval dengan panjang 2-5 cm, masingmasing tonsilmempunyai

kriptus yang meluas ke dalamjaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi

seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai

fosa supratonsilar. Permukaan tonsil palatine ditutuoi oleh epitel berlapis

gepeng yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsil. Pada penderita
8

tonsilitis permukaan sekitar tosil palatine akan kelihatan kemerahan

2. Vulva

Vulva adalah organ berbentuk kerucut yang terletak di tepi belakang

tengah palatum lunak, yang terdiri atas jaringan ikat yang mengandung

sejumlah kelenjar alveolar dan beberapa serat otot. Organ ini juga

mengandung banyak kelenjar serosa yang menghasilkan air liur tipis

dalah organ berbentuk kerucut yang terletak di tepi belakang tengah

palatum lunak, yang terdiri atas jaringan ikat yang mengandung

sejumlah kelenjar alveolar dan beberapa serat otot. Organ ini juga

mengandung banyak kelenjar serosa yang menghasilkan air liur tipis.

Pada penderita tonsiltis kelenjar serosa akan meningkatan produksi air

liur

3. Tonsil

Tonsil adalah sebuah organ berukuran kecil yang terletak di belakang

tenggorokan dan merupakan bagian dari sistem limfatik (kelenjar getah

bening). Tonsil di tenggorokan terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1) Tonsil Faringeal (Adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berbolus dan terdiri dari

jaringan limfoid yang sama dengan terdapat pada tonsil. Lobus atau

segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari

sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini

tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah,

dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai karpus.

Adenoid terletak didinding nasofaring. Jaringan adenoid di


9

nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior,

walau dapat meluas ke fosa rosenmuller dan orifisium tuba

eustachius.

2) Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh

ligamentum glosoepigiotika.

3) Papilla sirkum valata

merupakan garis tengah, di sebelah anterior masa ini terdapat

foramen sekum pada apeks, yaitu sudet yang terbentuk

2.1.2.2 Fisiologi Tonsilitis

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan

untuk differesiasi dan proliferasi limfoit yang sudah disensitisasi. Tonsil

mempunyai dua fungsi yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan

asing dengan efektif dan sebagai organ utama produksi antibodi dan

sensitisasi sel limfosit antigen spesifik. Sistem imunitas ada 2 macam

yaitu imunitas seluler dan humoral (syarifudun, 2015)

Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang

dapat “memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan

imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat

menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan

virus. Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid

terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan

infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi

yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus
10

dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil

dan adenoid (syarifudun, 2015)

2.1.3 Etiologi

Tonsilitis sering disebabkan oleh bakteri streptokokus beta-hemolitikus

grup Apeneumococcus dan straphylococcus (Wuri Sulistiyawati &Anik, 2019).

a. Streptokokus Beta Hemolitikus

Streptokokus betahemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat

berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi

saluran nafas akut.

b. Streptokokus Pyogenis

Streptokokus pyogenic adalah bakteri gram positif berbentuk bundar yang

tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group

A.

c. Streptokokus Viridans

Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal

yang baik a-hemolik,menghasilkan warna hijau pekat agar darah.

d. Virus Influenza

Virus influenza adalah virus RNA dari family Orthomyxo viridae (virus

influenza). Virus ini ditularkan dengan media udara melalui bersin pada

manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit

kepala, hidung tersumbat Pada kasus yang buruk influenza juga dapat

menyebabkan pneumonia.

2.1.4 Manifestasi Klinik

Menurut Andra & Yessie, 2013 gejala tonsilitis berupa nyeri


11

tenggorok (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali

dirasakan ditelinga karena telinga dan tenggorokan memiliki persarafan

yang sama. Gejala lain deman, tidak enak badan, sakit kepala, muntah,

ngorok, dan sulitan menelan dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan

hingga menjadi parah, sakit saat menelan dan kadang-kadang muntah.

2.2.5 Komplikasi

Komplikasi tonsilitis menurut Andra & Yessie (2013), yaitu :

a. Abses pertonsil Terjadi diatas tonsil dalamjaringan pilar anterior dan

palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan

biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

b. Otitis Media Akut

Infeksi dapat menyebar ketelinga tengah melalui tuba auditoris

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah

pada rupture spontan gendang telinga.

c. Mastoiditis Akut Rupture spontan gendang telinga lebih jauh

menyebarkan infeksi kedalam sesl-sel mastoid.

d. Laringitis

Merupakan proses peradangan dari membrane mukosa yang membentuk

laring. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan

bisa karena virus, bakteri, lingkungan, maupun karena alergi.

e. Sinusitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau

lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau

ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membrane mukosa.
12

f. Rhingitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi membrane mukosa dari cavum

nasal dan nasopharing. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bisa

berupa penyakit kronis dan akut yang kebanyakan oleh virus dan alergi

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksan penunjang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnose

tonsilitis menurut Andra & Yessie (2013) adalah pemeriksaan

laboratorium meliputi :

1) Leukosit : Terjadi peningkatan

2) Hemoglobin : Terjadi penurunan

3) Usaptonsil untuk memeriksa kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

b. Pemeriksaan Penunjang Kultur dan uji resistensi bila diperlukan

2.1.7 Penatalaksanan Medis Keperawatan

Penatalaksanaan pasien tonsillitis menurut Andra & Yessie (2013) adalah:

2.2.7.1 Penatalaksanaan Medis.

Pembedahan

Tonsilektomi merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan dengan

mengangkat tonsil dan kapsulnya serta menyayat ruang peritonsil antara kapsul

tonsil dan dinding otot. Tindakan ini dapat dilakukan dengan dengan atau tanpa

adenoidektomi. Beberapa indikasi absolut tindakan tonsilektomi, sebagai berikut

a. Obstruksi saluran napas baik nasofaring maupun orofaring oleh tonsil,

adenoid dan keduanya menyebabkan sleep apnea

b. Gangguan menelan karena obstruksi orofaring oleh tonsil

c. Tumor ganas pada tonsil


13

d. Pendarahan yang tidak terkendali pada tonsil

e. Infeksi tenggorokan akut berulang sesuai kriteria “Paradise”, yakni terdapat

≥3 episode/tahun dalam 3 tahun terakhir, ≥5 episode/ tahun dalam 2 tahun

terakhir atau ≥ 7 episode dalam 1 tahun

f. Tonsilitis kronik yang tidak responsif terhadap terapi antimikroba

2.2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Monitor Tanda-tanda vital ( TD, N, RR, dan T)

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah normal ,

nadi terjadi peningkatan, RR terjadi peningkatan, dan suhu tubuh tidak

terjadi peningkatan

b. Kaji karakeristik nyeri ( PQRST )

1) Pada pengkajian karakteristik nyeri Provoking incident pada pasien

tonsiltis nyeri terjadi pada saat menelan

2) Quality of pain pada pasien tonsilitis nyeri seperti panas, tertusuk-

tusuk, tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi dan kesulitan

mencari posisi yang enak dalam melakukan pernapasan

3) Region ditenggorokan

4) Severity(scala) of pain skala nyeri yang dirasakan pada pasien tosilitis

yaitu nyeri sedang hingga nyeri berat

5) Time pada pasien tonsiltis waktu dirasakan pada saat menelan gejala

secara hilang timbul (intermiten).

c. Pertahankan teknik steril saat perawatan luka


14

Teknik steril pada saat perawatan luka dilakukan dengan tujuan tidak

terjadi proses penyembuhan luka yang lama dan resiko terjadi infeksi

pada luka

d. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistimik

Pada luka post operasi perlu dilakukan observasi tanda dan gejala infeksi

yaitu dolor, kolor, tumor, rubor, dan fungsio laesa

e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Pada pasien post operasi tonsilitis dianjurkan untuk meningkatkan

asupan cairan untuk membantu proses pemulihan

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrient yang dibutuhkanPada pasien post operasi tonsilitis akan

diberikan jenis diet lunak

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Tonsilitis

2.2.1 Pengkajian

Fokus pengkajian pada penderita tonsilitis menurut Andra & Yessie (2013)

a. Identitas pasien

Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.

b. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Sakit tenggorokan, demam,dll

1. Riwayat penyakit sekarang


15

mengeluh nyeri menelan. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau

minum, tenggorokan klien terasa nyeri. Jika keluhan utama yang menjadi

alasan klien adalah nyeri maka perawat melakukan pengkajian ringkas

dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi

pengkajian.

a. Provoking incident pada pasien tonsiltis nyeri terjadi pada saat menelan

b. Quality of pain pada pasien tonsilitis nyeri seperti panas, tertusuk-

tusuk, tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi dan kesulitan

mencari posisi yang enak dalam melakukan pernapasan

c. Region ditenggorokan

d. Severity(scala) of pain skala nyeri yang dirasakan pada pasien tosilitis

yaitu nyeri sedang hingga nyeri berat

e. Time pada pasien tonsiltis waktu dirasakan pada saat menelan gejala

secara hilang timbul (intermiten).

2. Riwayat kesehatan lalu

Riwayat kelahiran, riwayat imunitas, dan penyakit yang pernah diderita

(faringitis berulang, ISPA, otitis media)

4. Pengkajian Head to toe

a.Keadaan Umum

Saat dilakukan inspeksi biasanya di temukan kondisi seperti tingkat

ketegangan atau kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan

respon verbal
16

b.Kepala

Tanda : simetris, untuk mengetahui keadaan kulitnya kepala dan agar

mengetahui apakah ada yang luka

Gejala : raba dan tentukan tekstur kulit, akral hangat atau dingin

c.Rambut

Tanda : bersih, tidak ada rambut bercabang dan rontok.

Gejala : pertumbuhan rambut atau tidak, kotor atau tidak serta bercabang

atau tidak.

d.Mata

Tanda : lihat kantung mata terjadi kelainan atau tidak, reflek Berkedip bagus

atau tidak, konjungtiva dan sklera : merah atau pucat

Gejala : tekan dengan pelan apakah terdapat TIO (Tekana Intra Okuler).

e.Hidung

Tanda : simetris atau tidaknya, ada atau tidaknya secret

Gejala : untuk melihat bentuk serta fungsi dari hidung dan mengetahui ada

atau tidaknya implamasi atau sinusitis.

f. Telinga

Tanda : daun telinga simetris atau tidak, ukurannya, warna

Gejala : pijat daun telinga apakah ada respon nyeri atau tidak serta rasakan

kelenturan kartalago

g. Mulut

Tanda : adanya luka post operasi , nyeri telan

Gejala : anoreksia, membran mukosa kering,

h.Leher
17

Tanda : apakah bentuk, warna kulit, jaringan perut, apakah adanya

perkembangan kelenjar tiroid, dan apakah kesimetrisan leher dari depan

belakang dan samping.

Gejala : pegangi leher klien, sarankan klien untuk menelan dan rasakan

adanya kelenjar tiroid

i. Dada

Tanda : simetris, bentuknya dada dan gerakan dada kekanan dan kekiri, lihat

adanya retraksi antar rusuk lalu lihat pergerakan paru

Gejala : apakah mendengar ada tidaknya suara vesikular, wheezing, clecies ,

atau ronchi.

j. Abdomen

Tanda : apakah bentuk perut secara keseluruhan, warna, ada tidaknya

retraksi, benjolan yang tidak normal, serta ada atau tidaknya lecet-lecet

frekuensi bab > 3x/hari.

Gejala : apakah bentuk perut, mendengar bunyi peristaltik usus, dan

mencari tahu ada atau tidak sakit tekan pada bagian dalam abdomen.

k.Kaki

Tanda : apakah ada edema atau tidak

Gejala : apakah ada nyeri tekan bagian kaki

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon

individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial

sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Nursalam, 2012). Menurut


18

Fadhilla (2016) , adapun Diagnosis Keperawatan yang bisa muncul pada pasien

post operasi tonsilitis adalah :

a. Nyeri akut ditandai dengan agen cidera fisik (Prosedur Operasi) di

buktikan dengan pasien tampak meringis, gelisah, bersikap protektif,

frekuensi nadi meningkat, sulit tidur

b. Gangguan intergeritas kulit jaringan ditandai dengan luka insisi di

buktikan dengan pasien mengalami kerusakan jaringan (membran

mukosa)

c. Defisit Nutrisi ditandai dengan nafsu makan menurun gangguan

menelan dibuktikan dengan pasien mengalami berat badan menurun otot

pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat

d. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif di buktikan dengan

pasien mengalami Tindakan Invasif

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah metode komunikasi tentang asuhan

keperawatan kepada klien dan rencana tindakan keperawatan tertulis yang

menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang diharapkan tindakan

tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara fisik. (Nursalam,2012).


19

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Fadhilla (2017)

No Diagnose SLKI SIKI


keperawatan
1 Nyeri akut L.08066 Manajemen nyeri
ditandai Setelah dilakukan Tindakan
dengan proses tindakan Observasi
inflamasi dari keparawatan 1x 24 1. lokasi, karakteristik, durasi,
tindakan jam diharapakan frekuensi, kualitas, intensitas
pembedaaan nyeri akut nyeri
(D.0077) Membaik dengan 2. Identifikasi skala nyeri
Tanda dan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non
gejala mayor 1. Frekuensi nadi verbal
Subjektif : 2. Pola napas 4. Identifikasi faktor yang
1. Mengeluh 3. Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
nyeri 4. Meringis nyer
Objektif: 5. Gelisah 5. Identifikasi pengetahuan dan
1. Tampak keyakinan tentang nyeri
meringis 6. Identifikasi pengaruh budaya
2. Bersikap terhadap respon nyeri
protektif (mis. 7. Identifikasi pengaruh nyeri
waspada, posisi pada kualitas hidup
menghindari 8. Monitor keberhasilan terapi
nyeri) komplementer yang sudah
3. Gelisah diberikan
4. Frekuensi 9. Monitor efek samping
nadi meningkat penggunaan analgetik
5. Sulit tidur Terapeutik
Ditandai 1. Berikan teknik
dengan nonfarmakologis untuk
Subjektif : mengurangi rasa nyeri (mis.
20

Tidak tersedia TENS, hypnosis, akupresur,


Objektif: terapi musik, biofeedback,
1. Tekanan terapi pijat, aroma terapi,
darah teknik imajinasi terbimbing,
meningkat kompres hangat/dingin, terapi
2. Pola napas bermain)
berubah 2. Control lingkungan yang
3. Nafsu makan memperberat rasa nyeri (mis.
berubah Suhu ruangan, pencahayaan,
4. Proses kebisingan)
berpikir 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
terganggu 4. Pertimbangkan jenis dan
5. Menarik diri sumber nyeri dalam pemilihan
6. Berfokus strategi meredakan nyeri
pada diri Edukasi
sendiri 1. Jelaskan penyebab, periode,
7. Diaforesis dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi    pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan L.14125 Perawatan inergeritas kulit
21

kerusakan Setelah dilakukan Tindakan


intergeritas tindakan Observasi
kulit ditandai keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab
dengan luka 1x24 jam gangguan integritas kulit (mis.
insisi(D.0129) intergeritas kulit Perubahan sirkulasi, perubahan
Tanda dan Meningkat dengan status nutrisi, peneurunan
gejala mayor kriteria hasil : kelembaban, suhu lingkungan
Subjektif : 1. Elastis ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Hidrasi Terapeutik
(tidak tersedia)
3. Perfusi jaringan 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika
Objektif  :
4. Kerusakan tirah baring
Kerusakan
jaringan 2. Lakukan pemijatan pada area
jaringan
5. Kerusakan penonjolan tulang, jika perlu
dan/atau
lapisan kilit 3. Bersihkan perineal dengan air
lapisan kulit
6. Nyeri hangat, terutama selama
Gejala Dan 7. Pendarahan periode diare
Tanda Minor 8. Kemerahan 4. Gunakan produk berbahan

Subjektif 9. Hematuria petrolium atau minyak pada

(tidak tersedia) 10. Pigmentasi kulit kering


abnormal 5. Gunakan produk berbahan
Objektif
11. Jaringan parut ringan/alami dan hipoalergik
1. Nyeri
12. Nekrosi pada kulit sensitif
2. Perdarahan
13. Abrasi kornea 6. Hindari produk berbahan dasar
3. Kemerahan
14. Suhu kulit] alkohol pada kulit kering
4. Hematoma
15. Sensasi Edukasi
16. Tekstur 1. Anjurkan minum air yang
cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
3. Anjurkan meningkat asupan
buah dan saur
22

4. Anjurkan menghindari terpapar


suhu ektrime
2. Perawatan luka
Tindakan
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(mis:
drainase, warna, ukuran, bau
2. Monitor tanda –tanda inveksi
Terapeutik
1. lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitar daerah
luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berika salep yang sesuai di
kulit /lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap dua jam atau sesuai
kondisi pasien
10. Berika diet dengan kalori
30-35  kkal/kg  BB/hari  dan
23

protein1, 25-1,5 g/kg BB/hari


11. Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai
indikasi
12. Berikan terapi TENS(Stimulasi
syaraf transkutaneous), jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan tandan dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makan
tinggi kalium dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
3. Defisit nutrisi L.03030 Manajemen Nutrisi
ditandai Setelah dilakukan Tindakan
dengan tindakan Observasi
gangguan keperawatan selama 1. Identifikasi status nutrisi
menelan 1x24 jam Defisit 2. Identifikasi alergi dan
(D.0019) nutrisi Membaik intoleransi makanan
Gejala dan dengan Kriteria 3. Identifikasi makanan yang
Tanda Mayor Hasil: disukai
Subjektif     : 1. Porsi makan 4. Identifikasi kebutuhan kalori
24

(tidak tersedia) yang dihabiskan dan jenis nutrient


Objektif : 2. Kekuatan otot 5. Identifikasi  perlunya
1. Berat badan penguyah penggunaan  selang  nasogastrik
menurun 3. Kekuatan otot 6. Monitor asupan makanan
minimal 10% menelan 7. Monitor berat badan
di bawah 4. Serum albumin 8. Monitor hasil pemeriksaan
rentang ideal . 5. Verbalisasi laboratorium
keinginan untuk Terapeutik
Gejala dan menigkatkan 1. Lakukan oral hygiene sebelum
Tanda Minor nutrisi makan, jika perlu
Subjektif : 6. Pengetahuan 2. Fasilitasi menentukan pedoman
1. Cepat tentang pilihan diet (mis. Piramida makanan)
kenyang makan yang 3. Sajikan makanan secara
setelah makan sehat menarik dan suhu yang sesuai
2. Kram atau 7. Pengetahuan 4. Berikan makan tinggi serat
nyeri abdomen tentang standar untuk mencegah konstipasi
3. Nafsu makan asupan nutris 5. Berikan makanan tinggi kalori
menurun  . yang tepat dan tinggi protein
Objektif : 8. Penyiapan dan 6. Berikan suplemen makanan, jika
1. Bising usus penyimpanan perlu
hiperaktif makanan 7. Hentikan pemberian makan
2. Otot 9. Sikap terhadap melalui selang nasigastrik jika
pengunyah makanan/minum asupan oral dapat ditoleransi
lemah an sesuai dengan Edukasi
3. Otot tujuan Kesehatan 1. Anjurkan posisi duduk, jika
menelan 10.Perasaan cepat mampu
lemah kenyang 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Membran 11.Nyeri abdomen Kolaborasi
mukosa pucat 12.Sariawan 1. Kolaborasi pemberian medikasi
5. Sariawan 13.Rambut rontok sebelum makan (mis. Pereda
6. Serum 14.Diare nyeri, antiemetik), jika perlu
25

albumin turun 15.Berat badan atau 2. Kolaborasi dengan ahli gizi


7. Rambut IMT untuk menentukan jumlah kalori
rontok 16.Nafsu makan dan jenis nutrient yang
berlebihan 17.Bising usus dibutuhkan
8. Diare 18.Tebali lipatan
kulit trisep
19.Membrane
mukosa

4. Resiko infeksi L.14137 Pencengahan Infeksi


ditandai Setelah dilakukan Tindakan
dengan luka tindakan keperawan Observasi
post operasi selam 1x24 jam - Monitor tanda dan gejala infeksi
(D.0142) Resiko infeksi lokal dan sistimik
Menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Kebersihan 2. Berikan perawatan kulit pada
tangan daerah luka
2. Kebersihan 3. Cuci tangan sebelum dan
badan sesudah kontak dengan pasien
3. Nafsu makan dan lingkungan pasien
4. Demam 4. Pertahankan tekni aspetik pada
5. Kemrahan pasien berisko tinggi
6. Nyeri Edukasi
7. Bengakak 1. Jelaskan tanda gejala infeksi
8. Vesikel 2. Ajarakan cara memriksa luka
9. Cairan berbusuk 3. Anjurkan meningkatkan asupan
10. Kulutur darah cairan
11. Kulutur area Kolaborasi
luka 1. Kolaborasi pemberian
12. Kadar sel imunisasi, jika perlu
26

darah putih

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan bagian aktif dalam Asuhan Keperawatan, yaitu

tindakan yang dilakukan oleh Perawat berupa tindakan mandiri dan kolaborasi .

(Nian Affrain, 2015)

1. Beberapa implementasi yang perlu dipertimbangkan meliputi:

2. Rasa aman dan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan

3. Pencegahan komplikasi mungkin terjadi

4. Meningkatkan imunitas tubuh agar penyakit tidak lebih parah serta upaya

meningkatkan kesehatan

5. Individualitas klien, dengan menjelaskan prosedur tindkan implementais

yang akan dilakukan.

6. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki,

penyakitnya, hakikatnya stresor, keadaan psiko-sosial-kultural, pengertian

terhadap penyakit dan intervensi.

7. Penampilan perawat menarik dalam melakukan implementasi kepada klien

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dalam tindakan keperawatan pada setiap

tindakan keperawatan, serta beberapa rencana perawatan yang dilaksanakan.

(Nian Affrain, 2015)

Pada tahap ini tindakan memonitor tindakan apa saja yang belum

dilakukan oleh perawat selama pengkajian, analisa, perencanaan dan

implementasi (Nursalam 2012).


27

1. Evaluasi proses (Formatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan. Beriorientasi pada

etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan.

2. Evaluasi hasil (Sumatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara

paripurna. Beriorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan

keberhasilan dan ketidakberhasilan.

Pada tahap evaluasi ini penulis menggunakan evaluasi sumatif yang

dilakukan setelah akhir tindaakan keperawatan.

Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka

waktu yang ditetapkan.

1. S (Subjetif) adalahRespon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan kepada pasien

langsung.

2. O (Objektif) adalah Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan, dapat mengobservasi perilaku pasien pada saat

tindakan dilakukan.

3. A (Asessment) adalah Analisis ulang data atas data subjektif dan objektif

untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul muncul

masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

4. P (Planning) adalah Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil

analisis pada respon pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.


28

2.3 Konsep Dasar Nyeri

2.3.1 Definisi Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika

jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsangan nyeri.(Fadhillah dkk, 2016)

Nyeri adalah serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan

sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang didapat diprediksi dan

dengan durasi kurang dari enam bulan. (Nurarif , 2015)

Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan

adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan

selama enam bulan atau kurang. (Carperito, 2013)

Jadi, nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan karena

terjadinya cidera fisik didalam tubuh kita, selain itu suatu kondisi dimana

seseorang merasakan perasaan tidak menyenangkan atau tidak nyaman yang

bersifat subjektif dan perasaan ini akan terasa berbeda pada setiap yang

mengalaminya karena hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan apa yang

sedang dirasakannya.

2.3.2 Etiologi Nyeri

Menurut SDKI (2016) etiologi nyeri yaitu gejala penyakit, kurang

pengendalian situasional atau lingkungan, ketidakadekuatan sumber daya

(misalnya, dukungan financial, social, dan pengetahuan, kurangnya privasi,

gangguan stimulus lingkungan, efek samping terapi ( misalnya, medikasi,

radiasi, kemotrapi ) dan ganguan adaptasi kehamilan


29

2.3.3 Patofisiologi Nyeri

Mekanisme yang mendasari munculnya nyeri adalah sensasi perifer,

senssitisasi sentral, dan disinhibisi. Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion

natrium dan kalium terjadi setelah cidera saraf dan meningkatkan eksitabilitas

membrane, sehingga muncul aktivitas ektropik yang bertanggung jawab

terhadap munculnya nyeri neuropatik spontan (Woolf, 2014)

Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di

nosiseptor disebut nyeri inflamasi. Terjadi di jaringan saraf, baik saraf pusat

maupun perifer disebut neuropatik. Trauma atau lesi jaringan akan direspon oleh

nisiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti

brandikinin. Mediator inflamsi dapat mengativasi nosiseptor yang menyebabkan

munculnya nyeri spontan atau membuat nosiseptor lebih sensitive secara

lansung maupun tidak langsung.

2.3.4 Penilaian Skala Nyeri

Skala nyeri adalah metode yang digunakan untuk membantu menilai rasa

sakit yang dialami oleh seorang pasien. Pada studi kasus ini menggunakan

metode pengukuran skala nyeri numerik dan skala nyeri wong baker faces terdiri

dari serangkaian enam sampai sampai tujuh gambar wajah dengan ekspresi atau

emticon yang menunjukkan berat ringannya rasa sakit. Dimulai dari wajah

tersenyum bahagia sampai sedih berlinang air mata.(Brunner & Suddarth, 2015).

a.   Skala Numerik
30

Skala yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.

Dalam pengukuran ini diberikan skala 0-10 untuk menggambarkan

keparahan nyeri.Angka 0 berarti klien tidak merasa nyeri, sedangkan

angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat.Skala ini efektif digunakan

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapeutik.

Nilai Skala Nyeri


0 Tidak Nyeri
1 Seperti gatal, tersentrum/nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti Terbakar atau ditusuk-tusuk
7-9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien
dengan aktifitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien

Keterangan 1 – 3 (Nyeri Ringan)


4 – 6 (Nyeri Sedang)
7 – 9 (Nyeri Berat)
10 (Sangat Nyeri)

Tabel 2.1 skala nyeri (Prasetyo, 2012)

2.4. Teknik Non Farmakologi Relaksasi Napas Dalam

2.4.1 Definisi
31

Teknik relaksasi nafas dalam merupakam bentuk asuhan keperawatan

untuk mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan

nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi

nafas dalam ini juga dapat membuat ketentraman hati dan berkurangnya rasa

cemas (Arfa, 2013).

Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi

lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan

memejamkan mata (Setyoadi & Kushariyadi, 2013)

2.4.2 Tujuan

Menurut Bare dan Smeltzer (2013) teknik relaksasi nafas dalam bertujuan

untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah

atelektasis paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik

maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan

2.4.3 Manfaat

Menurut Khayati, 2016 manfaat teknik relaksasi nafas dalam yaitu

1. Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman

2. Mengurangi rasa nyeri

3. Pasien tidak mengalami stress

4. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yang

biasanya menyertai nyeri

5. Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri

6. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan perhatian


32

2.4.4. Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas

baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga

mengstimulasi respons saraf otonom yang berpengaruh dalam menghambat

pusat simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas

parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi ini

terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro center (CCC)

yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume, sehingga

menurunkan cardiac output, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan

darah (Tahu, 2015). Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan

merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi

aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan kontraktilitas,

kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume sekuncup

berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu

menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi kecemasan (Khayati, 2016).

2.4.5 Indikasi Terapi Relaksasi Napas Dalam

Menurut Khayati, 2016 indikasi terapi Relaksasi Napas Dalam yaitu

1. Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai dengan

sedang akibat penyakit yang kooperatif

2. Pasien yang nyeri kronis

3. Nyeri pasca operasi

4. Pasien yang mengalami stress

2.4.6 Kontraindikasi
33

Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terapi relaksasi nafas dalam tidak

diberikan pada pasien yang mengalami sesak nafas (Khayati, 2016).

2.4.7 Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Dalam Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Potter dan

Perry, 2013)

1) Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau dikursi

2) Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga) dan tangan

lainnya berada di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan

abdomen saat bernafas

3) Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan

4) Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik

sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap

tertutup selama menarik nafas

5) Tahan nafas selama 3 detik

6) Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut

selama 4 detik

7) Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit dengan periode

istirahat 2 menit ( 1 siklus adalah 1 kali proses mulai dari tarik nafas, tahan

dan hembuskan)
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Rancangan Studi Kasus

Rancangan yang digunakan adalah deskritif adalah berupa penelitian

dengan pendekatan studi kasus (Case Study). Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

memfokuskan diri secara intensif pada satu objek teretentu yang mempelajari

sebagai suatu kasus. Metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk tetap

holistik dan signifikan (Arikunto, 2013). Dalam studi kasus ini penulis

dilakukan asuhan keperawatan pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post Operasi

Tonsilitis

3.2 Subjek Studi Kasus

Dalam laporan penulisan studi kasus ini, subjek merupakan orang yang di

jadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmojo, 2012) . Penulis

mengambil subjek dalam Karya Tulis Ilmiah adalah Nn. A Dengan Nyeri Akut Post

Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M.

Hasan Palembang Tahun 2022.

3.3 Fokus Studi

Fokus penelitian dalam studi kasus ini difokuskan pada asuhan keperawatan

Medikal Bedah pada Nn. A Dengan Nyeri Akut Post Operasi Tonsilitis Di Ruang Zaal

Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang Tahun 2022.

34
35

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang terjadi

akibat suatu kerusakan jaringan yang terjadi secara mendadak, akibat prosedur

pembedahan

3.4.2 Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri

atau virus. Gejala penyakit ini yaitu sakit tenggorokan, sulit menelan, dan

demam.

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat yang digunakan  untuk pengumpulan data

(Notoatmojo, 2012). Dalam studi kasus ini menggunakan data dikumpulkan

instrumen dalam bentuk format asuhan keperawatan dengan metode wawancara,

pemeriksaan fisik, dokumentasi pada pasien post operasi tonsilitis dan lembar

pengkajian nyeri

3.6 Tempat dan Waktu

3.6.1 Tempat

Studi kasus ini akan dilakukan di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah

Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang

3.6.2 Waktu

Studi Kasus ini akan dilakukan pada bulan 28 April sampai dengan 30

April Tahun 2022


36

3.7 Metode Pengumpulam Data

Instrument Karya Tulis Ilmiah adalah suatu alat yang di gunakan dalam

pengumpulan data, alat ukur yang di gunakan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah

lembaran ceklist yang disususan secara terstruktur yang berisi pernyataan dan

responden menggunakan lembaran format asuhan keperawatan dalam bentuk

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan skala penilaian (Notoadmojo,2012).

Mempelajari data yang di dapat oleh penulis baik secara medis maupun dari

kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kasus, sebagai bahan untuk

menunjang tindakan keperawatan dn perkembangan klien. Menurut Nursalam

(2013) metode pengumpulan data di klasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu

3.7.1 Biofisiologi

Yaitu pengukuran yang berorientasi fisiologi Teknik biografis

(pengukuran) yakin melakukan pemantauan kondisi pasien dengan cara

mengukur dan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti

melakukan pengukuran suhu, tekanan darah, pengukuran nadi, pengukuran

nafas.

3.7.2 Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang

di perlukan untuk menyajikan gambaran real suatu peristiwa atau

kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu

mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan

pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap

pengukuran tersebut. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,


37

peristiwa, objek, situasiatau suasana tertentu penelitian ini menggunakan

jenis observasi di mana pengamatan yang di lakukan berdasarkan

pengamatan dan perkembangan yang terjadi. (Notoadmojo 2014).

3.7.3 Wawancara

Wawancara adalah proses di mana memperoleh penjelasan untuk

mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya-jawab bisa

sambil bertatap muka atau tanpa muka yaitu melalui media

telekomunikasi antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang di

wawancarai (interview), dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara bebas terpimpin. Pada hakikatnya wawancara merupakan

kegitan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah

isu atau tema yang di angkat dalam penelitian. Atau merupakan proses

pembuktian terhadap informasi. Artinya wawancara ini mempunyai ciri

yang fleksibelitas (keluasan) tapi arahnya yang jelas.Artinya

pewawancara di berikan kebebasan yang responden secara bebas dapat

memberikan informasi selengkap mungkin. Wawancara dilakukan

tentang identifikasi pasien, riwayat kesehatan sekarang, riwayat penyakit

yang di derita sebelumnya, dan riwayat kesehatan keluarga yang

sebelumnya, kondisi lingkungan pasien, dan activity daily (ADL) seperti

makan, makan, minum, BAB, BAK, istirahat dan tidur. (Notoadmojo

2014).
38

3.7.4 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara

tertulis kepada responden untuk di jawabnya (Notoadmojo 2014).

Kuesioner merupakan pengumpulan data secara formal untuk

menjawab pertanyaan tertulis , kuesioner yang di gunakan dalm studi

kasus ini adalah format pengkajian asuhan keperawatan medikal bedah.

3.7.5 Skala penilaian

Pada Studi Kasus ini menggunakan metode pengkuran skala nyeri

Metode Numeric Rating Scale (NRS) di dasari pada skala angka 1-10

untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS

diklaim lebih mudah di pahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin,

etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab

nyeri akut ketimbang VAS dan VRS. Skala Nyeri Akut dengan

menggunakan NRS ( Randi, 2013).

Keterangan :

1. Tidak Nyeri = 0

2. Nyeri Ringan = 1-3

3. Nyeri Sedang = 4-6


39

2. Nyeri Berat Terkontrol = 7-9

3. Nyeri Berat tidak Terkontrol = 10

3.8 Penyajian Data

Penelitian yang di gunakan penulis untuk study kasus ini

menggunakan penyajian data teks (textular) dan tabel. Penyajian data textular

adalah penyajian hasil datab hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat,

dan penyajian data tabel adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk

pengelompokan. (Notoadmojo, 2014).

3.9 Etika Studi Kasus

Etika atau akhlak adalah ilmu tentang apa yang buruk, temtang hak

dan kewajiban orang dalam kelompok sosial (Notoadmojo, 2012 )

Rencana studi kasus yang menggunakan objek manusai tidak boleh

bertentangan denga etika agar hak responden dapat terlindungi, penelitian

dilakukan dengan etika sebagai berikut (Nursalam, 2012) sebagai berikut :

3.9.1 Memberikan informed consent

Lembaran persetujuan diedarkan kepada responden sebelum

penelitian dilaksanakan terlebih dahulu responden mengetahui maksud

dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi selama

pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, bila tidak bersedia, maka

penelitian harus tetap menghormati hak-hak responden.


40

3.9.2 Anonymity (tanpa nama)

Dalam menjaga kerahasian identitas responden penelitian tidak

mencantumkan nama responden pada lembaran pengumpulan data dan

cukup memberikan kode.

3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan

kerahasiaan dari responden dijamin penulis.


BAB IV

HASIL KASUS PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

Setelah melakukan pengkajian pada tanggal 28 April 2022 jam 11.00 W

IB di Ruang Zaal Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang.

Penulis melakukan wawancara dan observasi secara langsung dengan kasus Asuhan

Keperawatan Dengan Masalah Nyeri Akut Pada Nn. ”A” Post Operasi Tonsilitis. Y

ang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan. Tahap

pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematik untuk menentukan

status kesehatan dan fungsional kerja serta respons pasien pada saat ini dan

sebelumnya. Tujuan dari pengkajian keperawatan adalah untuk menyusun database

atau data dasar mengenai kebutuhan, masalah kebutuhan dan respons pasien

terhadap masalah (Notoatmodjo, 2012).

Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2022 di Ruang Zaal Umum

Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang, tahap pertama yaitu

informed consent dengan pasien dan keluarga pasien, pada saat di lakukan

pengkajian , peneliti melakukan informed consent dan meminta persetujuan dari

41
42

pasien yaitu Nn. “A” untuk dilakukan wawancara dan observasi secara langsung

dengan pasien dan keluarga pasien Wawancara dan Observasi .

Hasil pengkajian pada hari jumat tanggal 28 April 2022 di Ruang Zaal

Umum Kelas I Rumah Sakit Bhayangkara M. Hasan Palembang tahun 2022,

dengan nyeri akut pada Nn.“A” post operasi tonsiltis, peneliti menanyakan identitas

pasien berinisial Nn.”A”, Berumur 19 Tahun, Agama Islam, Pendidikan Terakhir

SMA , belum menikah, Alamat Asrama Arhanud, Pekerjaan Mahasiswa , tanggal

masuk Rumah Sakit pada tanggal 27 April 2021 jam 17:00, dengan RM 02.0844

dengan Penanggung Jawab Ny.”M”, Umur 41 Tahun, Alamat Asrama Arhanud ,

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan hubungan dengan pasien adalah anak.

Kemudian peneliti menanyakan keluhan utama saat MRS pada Nn.”A”

yaitu sering sakit tenggorokan. Riwayat penyakit sekarang yaitu saat pengkajian

pasien mengatakan setelah operasi pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat

dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit

menelan. Peneliti menanyakan riwayat penyakit dahulu pada pasien Nn.”A”

mengatakan sering sakit tenggorakan sejak 6 bulan lalu. Sedangkan riwayat

penyakit keluarga pasien Nn.”A” mengatakan tidak ada keluarga yng memiliki

riwayat penyakit seperti Hipertensi, DM, TBC dan jantung, riwayat pengobatan dan

alergi dan pasien Nn.”A” mengatakan tidak ada alergi pada obat-obatan atau

makanan.

Dari data objek peneliti mendapatkan hasil pemeriksaan fisik yang

didapatkan dari Nn.”A” keadaan umum lemah dari vital sign yang dilakukan di

dapatkan hasil TD : 115/90mmHg, N : 82x/menit, pernafasan 20x/menit dan suhu


43

36,5 C, Skala nyeri sedang yaitu 7 pada tenggorokan post operasi tonsilitis.

Sehingga masalah keperawatan yang muncul pada Nn.”A” yaitu nyeri akut.

Pengkajian selanjutnya peneliti melakukan tentang Data Sistematik dimana

sistem tubuh yang bermasalah saja yaitu, tenggorokan terdapat luka post operasi

T1 dan T2 Nn.”A” mengatakan nyeri, Quality sulit menelan Region

ditenggorokan, Scale dengan skala nyeri 7, Time nyeri bertambah hebat jika pasien

makan atau minum.

Sistem Gastrointestinal dimana Nn.”A” mengatakan nafsu makan berkurang

karena nyeri saat makan, jenis diet Susu diberikan melalui pipet sebanyak kurang

lebih 200ml, intake cairan mengunakan IVFD RL 500 ml gtt 20x/menit, minum +

700 ml.

Pengobatan yang di berikan kepada pasien Nn.”A” IVFD RL 500 ML drip 1

ampul keterolac 20 tetes/menit, terapi obat yaitu injeksi kalnex 100 mg 3x1 ampul

via IV, injeksi Ceftriaxone 1mg 2x1 ampul via IV, Injeksi .

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan analisa data pada hari kamis

28 April 2022 didapatkan data Subjektif Nn.”A” mengatakan setelah operasi

pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah

jika pasien makan atau minum dan sulit menelan Objektif pasien tampak

meringis , KU lemah TD : 115/90mmHg, N : 82x/menit, pernafasan 20x/menit dan

suhu 36,5ºC IVFD terpasang GTT 20 x/mnt. Sehingga masalah keperawatan yaitu

Nyeri akut.
44

4.1.2 Diagnosis Keperawatan

Melalui pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada pasien Nn.”A”

peneliti menyimpulkan masalah keperawatan yang muncul pada pasien Nn.”A”

yaitu Nyeri akut ditandai dengan agen cidera fisik (prosedur operasi) dibuktikan

dengan pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri

bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit menelan, pasien tampak

meringis.

4.1.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah ditemukan yaitu Nyeri akut

ditandai dengan agen cidera fisik (prosedur operasi) penulis merencanakan asuhan

keperawatan selama 3x3 shift masalah keperawatan nyeri akut teratasi dengan

kriteria hasil : frekuensi nadi membaik, pola napas meningkat, keluhan nyeri

menurun, meringis menurun, gelisah menurun. Intervensi yang dilakukan yaitu

observasi Tanda-tanda vital, kaji karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi

faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologis

Latihan napas dalam dan hipnosis, berikan Kompres es pada tenggorokan, jelaskan

penyebab, periode, dan pemicu nyeri, kolaborasi pemberian analgetik dan

memonitor dalam pemberian jenis diet.


45

4.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 28 April 2022 oleh

penulis dimulai pukul 11.20 WIB dilakukan tindakan keperawatan pada pukul

11.20 WIB adalah mengobservsi vital sign respon subjektif adalah pasien tidak

menolak, respon obyektif adalah tanda-tanda vital, pernafasan : 20 kali per menit,

suhu: 36,5º C , nadi : 82 kali per menit tekanan darah 120/90 mmhg, pukul 11.30

WIB mengkaji karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, respon

subjektif adalah pasien nyeri tenggorokan setelah operasi seperti disayat,

mengidentifikasi skala nyeri, respon subjektif adalah skala nyeri 7 mengidentifikasi

respon nyeri non verbal, respon subjektif adalah pasien tampak meringis

mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, respon

subjektif adalah pasien nyeri bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit

menelan memberikan teknik nonfarmakologis Latihan napas dalam, dan hipnosis,

memberikan Kompres es pada tenggorokan, menjelaskan penyebab, periode, dan

pemicu nyeri, berkolaborasi pemberian analgetik Injeksi keterolac 2 ampl drip RL

dan memonitor dalam pemberian jenis diet.

Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 29 April 2022 oleh

penulis dimulai pukul 11.00 WIB dilakukan tindakan keperawatan pada pukul

11.00 WIB adalah mengobservsi vital sign respon subjektif adalah pasien tidak

menolak, respon obyektif adalah tanda-tanda vital, pernafasan : 20 kali per menit,

suhu: 36,5º C , nadi : 84 kali per menit tekanan darah 110/80 mmhg, pukul 11.10

WIB mengkaji karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, respon

subjektif adalah pasien nyeri tenggorokan setelah operasi seperti disayat,


46

mengidentifikasi skala nyeri, respon subjektif adalah skala nyeri 5,

mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, respon

subjektif adalah pasien nyeri bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit

menelan memberikan teknik nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis,

memberikan Kompres es pada tenggorokan, berkolaborasi pemberian analgetik

Injeksi keterolac 2x1 ampl dan memonitor dalam pemberian jenis diet.

Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 30 April 2022 oleh

penulis dimulai pukul 11.00 WIB dilakukan tindakan keperawatan pada pukul

11.00 WIB adalah mengobservsi vital sign respon subjektif adalah pasien tidak

menolak, respon obyektif adalah tanda-tanda vital, pernafasan : 20 kali per menit,

suhu: 36,5º C , nadi : 84 kali per menit tekanan darah 115/80 mmhg, pukul 11.10

WIB mengkaji karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, respon

subjektif adalah pasien nyeri tenggorokan setelah operasi seperti disayat,

mengidentifikasi skala nyeri, respon subjektif adalah skala nyeri 4

mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, respon

subjektif adalah pasien nyeri bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit

menelan memberikan teknik nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis,

memberikan Kompres es pada tenggorokan, berkolaborasi pemberian analgetik

Injeksi keterolac 2x1 ampl dan memonitor dalam pemberian jenis diet.
47

4.1.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil yang didapatkan peneliti setelah melakukan implementasi pada

pada Nn”A” dilakukan evaluasi pertama tanggal 28 April 2022 pukul 13.30

Subjektif pasien mengatakan setelah operasi nyeri tenggorokan dengan skala nyeri

6, sulit menelan , nyeri bertambah hebat jika pasien makan atau minum, Objektif

pasien tampak meringis pemeriksaan vital sign 110/80 mmHg, Nadi 84 x/menit,

RR 20 x/menit, T 36,6 C, Assasment masalah belum tertasi. Planning intervensi

dilanjutkan mengobservasi Tanda-tanda vital, mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi

faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan teknik

nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis, memberikan Kompres es pada

tenggorokan, berkolaborasi pemberian analgetik dan memonitor dalam pemberian

jenis diet.

Pada hari kedua tanggal 29 April 2022 pukul 13.30 Subjektif pasien

mengatakan nyeri tenggorokan berkurang dengan skala nyeri 4, nyeri jika pasien

makan atau minum nyeri berkurang, Objektif Ku baik pemeriksaan vital sign

115/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, T 37 C, Assasment masalah tertasi

sebagian Planning intervensi dilanjutkan mengobservasi Tanda-tanda vital,

mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,

mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri, memberikan teknik nonfarmakologis Latihan napas dalam .

dan hipnosis, memberikan Kompres es pada tenggorokan, berkolaborasi pemberian

analgetik dan memonitor dalam pemberian jenis diet.


48

Pada hari ketiga tanggal 30 April 2022 pukul 13.30 Subjektif pasien mengatakan

nyeri tenggorokan berkurang dengan skala nyeri 3, nyeri jika pasien makan atau

minum nyeri berkurang, Objektif Ku baik pemeriksaan vital sign 120/80 mmHg,

Nadi 82 x/menit, RR 20 x/menit, T 36,8 C, Assament masalah

teratasisebagian. Assasment  masalah  teratasi.  Planning  intervensi  dihentikan  Nn

.”A“ diperbolehkan dokter pulang.

4.2 Pembahasan

Pada bab ini akan membahas tentang Asuhan Keperawatan yang diberikan

kepada pasien Nn.”A” dengan masalah Nyeri akut ditandai dengan agen cidera

fisik (prosedur operasi) dibuktikan dengan pasien nyeri tenggorokan seperti

tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah jika pasien makan atau minum

dan sulit menelan, pasien tampak meringis. Dengan cara membandingkan

kesenjangan antar teori temuan peniliti, teori terkait, dan hasil jurnal terkait.

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pada tahap pengkajian peneliti melakukan pengumpulan data pada pasien

Nn.”A” keluhan utama saat MRS pada Nn.”A” yaitu sering sakit tenggorokan.,

Riwayat penyakit sekarang yaitu saat pengkajian pasien mengatakan setelah operasi

pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah

jika pasien makan atau minum dan sulit menelan. Peneliti menanyakan riwayat

penyakit daluhu pada pasien Nn”A” mengatakan sering sakit tenggorakan sejak 6

bulan lalu.
49

Pengkajian selanjutnya peneliti melakukan tentang Data Sistematik dimana

sistem tubuh yang bermasalah saja yaitu, tenggorokan terdapat luka post operasi

T1 dan T2 Nn”A” mengatakan nyeri, Quality sulit menelan Region ditenggorokan,

Scale dengan skala nyeri 7, Time nyeri bertambah hebat jika pasien makan atau

minum.  Sistem Gastrointestinal dimana Nn”A” mengatakan nafsu makan

berkurang karena nyeri saat makan, jenis diet Susu diberikan melalui pipet

sebanyak kurang lebih 200ml, intake cairan mengunakan IVFD RL 500 ml gtt

20x/menit, minum + 700 ml

Menurut Andra & Yessie (2013) keluhan pada pasien tonsilitis yaitu nyeri

tenggorokan ( yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri sering kali

dirasakan hingga telinga, pada pemeriksaan nyeri kenyamanan didapatkan tanda

dan gejala yaitu nyeri pada daerah mandibula, wajah berkerut, berhati-hati pada

area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, dan pada sistem pengecap

tanda dan gejala yaitu kesulitan menelan dan berbicara akibat nyeri

Sedangkan penelitian Ramli (2019) tentang Asuhan Keperawatan Pada

Klien An.H Yang Mengalami Tonsilitis Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar intevensi pada pengakjian pasien mengatakan nyeri

tenggorokan yang semakin parah saat menelan dengan skala nyeri 5

Menurut penelitian Rahayuningsih dkk (2021) tentang Asuhan Keperawatan

Pada Klien Yang Mengalami Tonsilitis di Ruang Cempaka Rumah Sakit Boyolali

menyatakan pada pengakjian pasien mengatakan nyeri tenggorokan yang

semakin parah saat menelan dengan skala nyeri 6.


50

Berdasarkan hasil studi kasus, teoritis dan penelitian terkait Peneliti

berasumsi dimana skala nyeri yang ditemukan berbeda. Pada penelitian yang

dilakukan Ramli (2019) skala nyeri pada pasien yaitu 5, sedangkan penelitian

Rahayuningsih dkk (2021) skala nyeri pada pasien yaitu 6 dan hasil penelitian

pada Nn.”A” skala nyeri 7. Nyeri terjadi akibat sensasi perifer kerusakan jaringan

adanya proses pembedahan yang menimbulkan nyeri spontan pada pasien, sehingga

skala nyeri yang muncul pada pasien berbeda.

4.2.2 Diagnosis Keperawatan

Melalui pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada pasien Nn”A”

pada diagnosis keperawatan yang muncul yaitu Nyeri akut ditandai dengan agen

cidera fisik (prosedur operasi)

Menurut Fadhillah (2016) Diagnosis yang muncul pada pasien post operasi

tonsilitis yaitu Nyeri akut ditandai dengan agen cidera fisik (Prosedur Operasi) di

buktikan dengan pasien tampak meringis, gelisah, bersikap protektif, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur, gangguan intergeritas kulit jaringan ditandai dengan luka

insisi di buktikan dengan pasien mengalami kerusakan jaringan (membran

mukosa), defisit Nutrisi ditandai dengan nafsu makan menurun gangguan

menelan dibuktikan dengan pasien mengalami berat badan menurun otot pengunyah

lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat dan resiko Infeksi ditandai

dengan efek prosedur invasif di buktikan dengan pasien mengalami Tindakan

Invasif.
51

Menurut penelitian Ramli (2019) tentang Asuhan Keperawatan Pada

Klien An.H Yang Mengalami Tonsilitis Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah

Sakit Bhayangkara Makasar yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik pembedahan.

Sedangkan penelitian Rahayuningsih dkk (2021) tentang Asuhan

Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Tonsilitis di Ruang Cempaka Rumah

Sakit Boyolali diagnosis yang muncul yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik pembedahan, kerusakan intergeritas kulit berhubungan dengan luka

insisi post operasi tonsilitis, dan defisit nutrisi berhubungan dengan nyeri saat

menelan.

Berdasarkan hasil studi kasus, teoritis dan penelitian terkait maka peneliti

berasumsi dimana Peniliti hanya memfokuskan pada diagnosa keperawatan yaitu

Nyeri akut ditandai dengan agen cidera fisik (prosedur operasi) dibuktikan dengan

pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah

jika pasien makan atau minum dan sulit menelan, pasien tampak meringis.

4.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada Nn.N yaitu observasi Tanda-tanda vital,

kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi

skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologis Latihan

napas dalam dan hipnosis, berikan Kompres es pada tenggorokan, jelaskan


52

penyebab, periode, dan pemicu nyeri, kolaborasi pemberian analgetik dan

memonitor dalam pemberian jenis diet.

Menurut Fadhillah (2018) intervensi pada nyeri akut yaitu Observasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri,

Identifikasi respon nyeri non verbal, Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri, Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri,

Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri, Identifikasi pengaruh nyeri

pada kualitas hidup, Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan, Monitor efek samping penggunaan analgetik, Terapeutik Berikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,

terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,

kompres hangat/dingin, terapi bermain), Control lingkungan yang memperberat

rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), Fasilitasi istirahat dan

tidur, Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan

nyeri Edukasi Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi

meredakan nyeri, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan

menggunakan analgetik secara tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Sedangkan penelitian Ramli (2019) tentang Asuhan Keperawatan Pada

Klien An.H Yang Mengalami Tonsilitis Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar intervensi keperawatan yaitu observasi lokasi,

karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, berikan teknik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri yaitu dengan latihan nafas dalam, terapi
53

musik, kontrol lingkungan yang memperebarat rasa nyeri yaitu suhu ruangan,

pencahayaan, dan kebisangan, dan kolaborasi pemberian analgetik.

Menurut penelitian Rahanyuningsih dkk (2021) tentang Asuhan

Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Tonsilitis di Ruang Cempaka Rumah

Sakit Boyolali intervensi yang akan diberikan yaitu observasi TTV, Kaji

Karakteristik nyeri, latihan napas dalam, observasi dalam pemberian analgesik

Berdasarkan hasil temuan peneliti, dan hasil penelitian terkait intervensi

maka peneliti berasumsi pada diagnosis nyeri akut berikan teknik

nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis, dan berikan Kompres es

pada tenggorokan, dan penelitian Ramli (2019) dan Rahayuningsih (2021)

intervensi pada diagnosis nyeri akut yaitu terapi musik. Dengan tujuan

menghilangkan masalah nyeri pada pasien post operasi tonsilitis.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilaksanakan Pada Nn. A mengobservasi Tanda-tanda

vital, mengkaji karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,

mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal,

mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan

teknik nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis, memberikan Kompres

es pada tenggorokan, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri,

berkolaborasi pemberian analgetik dan memonitor dalam pemberian jenis diet.

Menurut penelitian Ramli ( 2019 ) tentang Asuhan Keperawatan Pada

Klien An.H Yang Mengalami Tonsilitis Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah
54

Sakit Bhayangkara Makassar implementasi keperawatan dilakukan pada 3

Januari 2019 yaitu mengobservasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, memberikan teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri yaitu dengan latihan nafas dalam, terapi musik, mengkontrol

lingkungan yang memperebarat rasa nyeri yaitu suhu ruangan, pencahayaan, dan

kebisangan, dan berkolaborasi pemberian analgetik.

Sedangkan penelitian Rahayuningsih dkk (2021) tentang Asuhan

Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Tonsilitis di Ruang Cempaka Rumah

Sakit Boyolali implementasi dilakukan pada tanggal 13 Maret 2021 yaitu

mengobservasi TTV, mengkaji Karakteristik nyeri, melatih napas dalam,

mengobservasi dalam pemberian analgesik.

Berdasarkan hasil temuan peneliti, dan hasil penelitian terkait intervensi

maka peneliti berasumsi implementasi yang dilakukan peneliti yaitu

nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis, dan berikan Kompres es

pada tenggorokan, sedanglan penelitian Ramli (2019) dan Rahayuningsih

(2021) pada impelentasi dilakukan terapi musik.

4.2.5 Evaluasi

Hasil yang didapatkan peneliti setelah melakukan implementasi pada

Nn.”A” dilakukan evaluasi keperawatan 3x3 shift tanggal 30 April 2022 pukul

13.30 Subjektif pasien mengatakan nyeri tenggorokan berkurang dengan skala

nyeri 3, nyeri jika pasien makan atau minum nyeri berkurang, Objektif Ku baik

pemeriksaan vital sign 120/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, T 37 C,


55

Assament masalah tertasi sebagian. Assasment masalah teratasi Planning

intervensi dihentikan Nn.”A” diperbolehkan dokter pulang.

Evaluasi adalah tahap terakhir dalam tindakan keperawatan pada setiap

tindakan keperawatan, serta seberapa rencana perawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode SOAP yaitu S

(Subjetif) adalah respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.

O (Objektif) adalah respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan, dapat mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan

dilakukan. A (Asessment) adalah Analisis ulang data atas data subjektif dan

objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul muncul

masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. P

(Planning) adalah Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada

respon pasien dan tindakan lanjut oleh perawat (Nian Affrain, 2015).

Berdasarkan hasil evaluasi akhir keperawatan 3x24 jam hasil penelitian

Devya ( 2020 ) tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien An.H Yang Mengalami

Tonsilitis Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

pada hari ke tiga yaitu Subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang skala 3,

Objektif keadaan umum baik, vital sign 117/80 mmHg, Nadi 83 x/menit, RR 22

x/menit, T 36C, Assasment masalah teratasi. Planning intervensi dihentikan

pasien diperbolehkan pulang.

Berdasarkan hasil evaluasi akhir keperawatan 2x24 jam hasil penelitian

Rahayuningsih dkk (2021) tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang


56

Mengalami Tonsilitis di Ruang Cempaka Rumah Sakit Boyolali Subjektif pasien

mengatakan nyeri berkurang skala 2, Objektif keadaan umum baik, vital sign

117/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, T 36,4C, Assament masalah

teratasi. Planing intervensi dihentika pasien diperbolehkan pulang.

Berdasarkan hasil evaluasi hasil temuan penulis, teori terkait, dan

penelitian terkait, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

ketiganya. Hal ini dikarenakan ketiganya dalam evaluasi menggunakan metode

SOAP untuk evaluasi dalam asuhan keperawatan.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang

terjadi yaitu:

1. Keterbatasan yang pertama yaitu waktu yang di sediakan untuk pengumpulan

data penelitian sangat singkat sehingga mempengaruhi pengumpulan

informasi saat pengkajian.

2. Keterbatasan yang ketiga yaitu kondisi pada pandemi sulit untuk melakukan

pengkajian, sehingga banyak terdapat kekurangan dalam penulisan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Nn.”A” denganNyeri akut

ditandai dengan agen cidera fisik (prosedur operasi) dibuktikan dengan pasien

nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah jika

pasien makan atau minum dan sulit menelan, pasien tampak meringis maka bab

ini di tulis untuk menyimpulkan dan memberikan saran yang mungkin dapat

bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan di masa yang akan datang

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pada tahap pengkajian, penulis mengalami kesulitan karna pada tahap

pengkajian yang penulis lakukakan pada pasien Nn.”A” didapatkan keluhan

terhadap pasien mengatakan setelah operasi pasien nyeri tenggorokan

seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah jika pasien makan

atau minum dan sulit menelan.

5.1.2 Pada tahap diagnosis keperawatan pasien Nn”A” yaitu Nyeri akut ditandai

dengan agen cidera fisik (prosedur operasi) dibuktikan dengan pasien nyeri

tenggorokan seperti tersayat dengan skala nyeri 7 nyeri bertambah jika

pasien makan atau minum dan sulit menelan, pasien tampak meringis

5.1.3 Pada tahap intervensi, yang penulis lakukan bahwa rencana keperawatan

yang di rencanakan pada Nn.A sudah sesuai dengan proses keperawatan

yaitu observasi Tanda-tanda vital, kaji lokasi, karakteristik, durasi,

57
58

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi

respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologis Latihan napas dalam

dan hipnosis, berikan Kompres es pada tenggorokan, jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu nyeri, kolaborasi pemberian analgetik dan kolaborasi

dengan ahli gizi dalam pemberian jenis diet

5.1.4 Pada tahap implementasi, yaitu penulis lakukan pada saat melakukan

tindakan keperawatan pada pasien Nn.A sudah sesuai dengan tindakan

keperawatan dengan mengobservasi Tanda-tanda vital, mengkaji lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi

skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, mengidentifikasi

faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan teknik

nonfarmakologis Latihan napas dalam dan hipnosis, memberikan Kompres

es pada tenggorokan, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri,

berkolaborasi pemberian analgetik dan berkolaborasi dengan ahli gizi dalam

pemberian jenis diet.

5.1.5 pada tahap evaluasi keperawatan penulis melakukan evaluasi didapatkan

setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien Nn.”A” selama 3x24

Jam masalah nyeri akut teratasi dan pasien Nn.”A” diperbolehkan dokter

pulang.
59

5.2 Saran

Setelah mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan keperaw

atan pada Nn.”A” dengan Nyeri akut ditandai dengan agen cidera fisik (prosedur

operasi) dibuktikan dengan pasien nyeri tenggorokan seperti tersayat dengan skala

nyeri 7 nyeri bertambah jika pasien makan atau minum dan sulit menelan,

pasien tampak meringis menyampaikan saran kepada :

5.2.1 Bagi Masyarakat

Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang

nyeri yang terjadi pada pasien post operasi tonsilitis sehingga keluarga dapat

melakukan tindakan mandiri .

5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Penyusunan studi kasus ini dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan,

dan sebagai informasi lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien post operasi tonsilitis dengan nyeri akut

5.2.3 Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta sikap didalam memberikan

asuhan keperawatan Medikal Bedah pada pasien post operasi tonsilitis untuk

mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,( 2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Dermawan, D & Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing

Devya Ramli. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien An.H Yang Mengalami Tonsilitis
Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang : Stikes
Aisyiyah

Drake F .2017. Penatalaksaan Tonsillectomy. Jakarta : Medscape

Dinas Kesehatan Palembang. 2020 Profil Kesehatan kota Palembang tahun 2020
(https://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-176-1097.pdf)
diakes 10 Maret 2022

Erica Roth, 2015. Buku Ajar Tonsillectomy. Jakarta : Healthline

Fadhilah.. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (edisi 1). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Fadhilah.. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Fadhi.lah. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Fachrul Razy. 2019. Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Klien An.A Yang Mengalami
Tonsilitis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rumah Sakit Bhayangkara
Makasar

Fakh Mi, Novialdi, Elmaritis. 2016. Karakteristik Pasien Tosilitis kronis Pada anak Di
Bagian THT KL RSUP DR. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(2):436-
437

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta:


EGC
Iqbal, Wahit, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta Selatan.
Penerbit Salemba Medika

Ngastiyah.(2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Nizar M, dkk. (2016). Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik pada Pasien
Anak di Bagian THT RSUD ULIN Banjarmasin. Berkala Kedokteran, 12(2) : 201

Notoatmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Nuari, Nian Afrian. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan System
Gastrointestinal. Jakarta Timur : TRANS INFOMEDIA

Nurarif, A.H., Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose


Medis Dan Nanda ( North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC,
Jilid 1. Medi Action: Jogjakarta

Nursalam, (2012). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakata : Selemba Medika

Prasetyo. 2012. Konsep dan Keperawatn Nyeri. Graha Ilmu: Yogyakarta

Ramadhan, Febri, dkk. 2020. JIMKESMAS Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan


Masyarakat : Analisis Faktor Risiko Kejadian Tonsilitis Kronis pada Anak Usia 5-
11 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017 . Vol.2
No. 6 ISSN 2502-731X.

Syaifuddin. 2015. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Komptensi. Jakarta : EGC

Tanjung FF & Imanto M. 2016. Indikasi Tonsilektomi Pada Laki-Laki Usia 19 Tahun
Dengan Tonsilitis Kronis. Jurna Medula Unila

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal
Bedah ( Keperawatan Dewasa teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika

Winkel dan sri hastuti. 2015. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan
Yogyakarta: penerbit Media Abadi
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai