Anda di halaman 1dari 14

A.

KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Menurut Tanto (2014), rhinosinusitis merupakan inflamasi mukosa
pada hidung dan sinus paranasalis. Istilah rinosinusitis tidak lagi dipisah
menjadi rinitis dan sinusitis karena mukosa dari hidung masih terhubung
ke sinus-sinus paranasal. Disebut rhinosinusitis kronis apabila memenuhi
kriteria: gejala berlangsung lebih dari 12 minggu, episode akut ≥4 kali
dalam setahun, dan reversibilitas mukosa abnormal menetap kembali
setelah tatalaksana medis adekuat.
Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapar pada tulang-
tulang di wajah, terdiri atas frontalis (di dahi), etmoid (pangkal hidung),
sfenoid (di belakang sinus etmoid), dan maksila (pipi kanan dan kiri).
Sinus paranasal berfungsi menghasilkan lendir yang dialirkan ke dalam
hidung untuk selanjutnya dialirkan ke arah tenggorokan. Akibatnya
peradangan ini dapat menyebabkam pembentukan cairan atau tulang di
bawahnya. (Nurarif dan Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Menurut Tanto (2014), penyebab rhinosinusitis antara lain:
a. ISPA virus dan infeksi sekunder bakteri
b. Rinogenik: rhinitis alergi, rhinitis infeksi, rhinitis vasomotor, rhinitis
medikamentosa.
c. Pajanan lingkungan: polusi udara, iritan dan rokok
d. Obstruksi rongga hidung (hipertrofi konka, deviasi septum, benda
asing) atau meatus medius
e. Kelainan anatomi hidung: infundibulum lebih sempit dari normal,
obstruksi koana oleh jaringan adenoid jinak
f. Trauma sinus, fraktur, adanya luka tembak
g. Tonsillitis atau adenoiditis
h. Kelainan keadaan umum: pasien imunokompromais, ganguan silia atau
mukosilier
i. Berenang/ menyelam: air terhisap ke sinus
j. Resistensi obat: amoksilin

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klilnis menurut Tanto (2014):
a. Mayor
Nyeri pada wajah/ rasa tekanan, obstruksi nasal/ kongesti nasal, ingus
purulent, hiposmia/ anosmia, dan batuk bukan karena asma (pada
anak).
b. Minor
Nyeri kepala, demam, halitosis, fatigue, nyeri gigi, batuk (pada
dewasa), gejala otologik.

4. Komplikasi
Komplikasi pada rhinosinusitis kronis dapat berupa osteomyelitis
dan abses sub-periostal maupun kelainan pada paru seperti bronchitis
kronis dan bronkiektasis (Soepardi, 2012)

5. Patofisiologi dan pathway


a. Patofisiologi
Invasi mikroorganisme atau benda asing melalui saluran napas
dapat memicu proses inflamasi pada mukosa hidung dan sinus
paranasal. Proses patologis yang terjadi antara lain kerusakan epitel
mukosa, pengurangan jumlah sel silia, serta peningkatan produktivitas
sel goblet menghasilkan secret mucus. Adanya obstruksi juga
membuat sekret yang harusnya keluar tersebut terperangkap di dalam
sinus paranasal.
b. Pathway
Infeksi membran mukosa dan/ atau sinus oleh Inflamasi
virus/ bakteri

Peningkatan Hilangnya fungsi Edema, kemerahan,


sekresi mucus silia normal demam, nyeri kepala

Pengeluaran Bakteri dapat masuk Hipertermi,


sekresi terhambat dan berkembang Nyeri akut

Pertumbuhan Obstruksi sinus pada nasal


bakteri

Iritasi sinus Kesalahan interpretasi


Penyebaran
bakteri secara Sekresi nasal yang Ansietas, Kesiapan
sistemik purulen Meningkatkan
Pengetahuan
Pengobatan tidak Ketidakefektifan
adekuat Bersihan Jalan
Napas, Gangguan
Komplikasi Menelan

Intrakranial Orbita, osteomyelitis


dan abses sub
Meningitis akut periosteal pada tulang
subdural di otak frontal

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Medis
Penatalaksanaan medis pada rhinosinusitis kronis yaitu jika tidak
tersedia endoskopi, berikan sterois topical, obat cuci hidung (NaCl
0,9%), dan antihistamin jika alergi (antihistamin H-1 secara tunggal
atau kombinasi dengan dekongestan PO). Terapi dievaluasi selama 4
minggu, jika terdapat perbaikan lanjutan terapi. Jika tidak ada
perbaikan, segera rujuk ke dokter spesialis THT.
b. Keperawatan
Menghilangkan gejala, memberantas infeksi dan menghilangkan
penyebab dengan cara:
 Mempertahankan kesehatan umum sehingga daya tahan tubuh
alami tidak menurun dengan istirahat dan makan yang cukup
 Periksa terhadap nyeri sinus menetap, rabas nasal, bau busuk,
warna
 Meningkatkan intake cairan
 Udara di sekitar pasien harus bersih dengan kelembaban 45-55%
 Menghindari allergen
 Kolaborasi pemberian antibiotic, analgetik, dekongestan (tidak >5
hari), antihistamin dan kortikosteroid sesuai resep serta pantau
dampaknya selama pengobatan
 Persiapan pasien pre-operasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
keadaan umum, tingkat kesadaaran, GCS, vital sign, riwayat kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan sekarang (alasan utama masuk rumah
sakit, keluhan saat dikaji), riwayat kesehatan keluarga.
b. Pola Gordon
1) Pola Nutrisi:
A: Antopometric measurement (pengukuran antopometri)
Berat Badan, tinggi badan, IMT, lingkar lengan.
B: Biomedical data (data biomedis)
Hasil laboraturium: Hemoglobin, Hematkrit, kreatinin, ureum.
C: Clinical sign (tanda-tanda klinis status nutrisi)
Kelemahan fisik, turgor dan warna kulit, konjungtiva, kerontok-
an dan warna rambut.
D: Dietary (diet)
Pola, porsi, jenis makanan sebelum dan sesudah sakit, makanan
kesukaan pasien, alergi makanan, pantangan, pemenuhan ADL
makan.
2) Pola Minum:
Sebelum dan saat sakit: banyaknya konsumsi air putih per hari,
konsumsi minuman keras (beralkohol), konsumsi kopi, teh atau
minuman bersoda atau minuman lainnya, pemenuhan ADL minum.
3) Pola Eliminasi:
Sebelum dan saat sakit: frekuensi defekasi, konsistensi, warna dan
bau feses, frekuensi, warna dan bau urin, penggunaan pencahar,
penggunaan kateter, kemandirian pemenuhan ADL eliminasi.
4) Pola istirahat dan tidur :
Sebelum dan saat sakit: lama tidur sehari, tidur siang/ tidak,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, kualitas tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
kesulitan dalam beraktivitas; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis, perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot
(flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), mudah lelah,
penurunan kesadaran, bedrest, pemenuhan ADL.
6) Pola kognitif dan Persepsi
Gangguan penglihatan (penglihatan kabur), dyspalopia, lapang
pandang menyempit, gangguan menghidu, gangguan mengecap,
gangguan perasa dan perabaan, gangguan pendengaran, kelainan
anatomis (bentuk, deviasi, ukuran) dan fisiologi sensori.
7) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury,
perubahan persepsi dan orientasi.
8) Pola Peran-Hubungan
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi, peran
sebelum dan saat sakit.
9) Pola Seksual-Reproduksi
Jumlah anak, riwayat abortus, penyakit penyerta kehamilan,
penggunaan KB.
10) Pola Toleransi Stress-Koping
Fungsi pengambilan keputusan, penyebab stress, presipitasi stress,
koping.
11) Pola Nilai-Kepercayaan
Pemenuhan kebutuhan rohani, kegiatan ibadah
c. Pemeriksaan Fisik
 Apabila suhu >38oC maka perlu dicurigai infeksi bakteri
 Inspeksi dan palpasi luar sinus dan hidung: bengkak (dahi, kelopak
mata atas dan bawah), nyeri sinus (maksila: nyeri pipi, etmoid:
nyeri di antara atau belakang kedua bola mata, frontal: nyeri di
dahi atau seluruh kepala, sfenoid: nyeri di vertex, oksipital,
belakang kepala dan mastoid).
 Rinoskopi anterior: konka edema, mukosa hyperemesis, dan
terdapat pus purulent (pada meatus medius: mengenai sinus
maksila, etmoid anterior, dan frontal; pada meatus superior:
mengenai etmoid posterior dan sfenoid)
 Rinoskopi posterior: post nasal drip, infeksi gigi.
d. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik/ Laboratorium)
 Transluminasi
 Laboratorium CRP (C-Reactive Protein: meningkat pada infeksi
bakteri), LED (Laju Endap Darah: tanda inflamasi).
 Pencitraan radilogis
Foto polos posisi Waters: menilai air fluid level pada rhinosinusitis
akut
CT scan: untuk menilai adanya kelainan anatomis seperti polip.
Indikasi: keraguan dalam diagnosis dan terapi, riwayat tidak
berespon terhadap terapi adekuat (minimal 2 minggu pemberian
terapi), dan dilakukan sebelum terapi pembedahan sinus.
Nasoendoskopi, sinuskopi (bila tersedia).

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus berlebihan, sekresi
yang tertahan
2) Hipertermi b.d dehidrasi
3) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
4) Ganguan menelan b.d masalah perilaku makan
5) Ansietas b.d ancaman pada status terkini
6) Kesiapan meningkatkan pengetahuan

3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Status Pernapasan Manajemen Jalan
bersihan jalan (0415) Napas (3180)
napas b.d mucus  Frekuensi pernapasan  Monitor status
berlebihan, skala 4 (deviasi pernapasan dan
sekresi yang ringan dari kisaran oksigenasi
tertahan normal) ditingkatkan sebagaimana
menjadi skala 5 mestinya
(tidak ada deviasi  Posisikan pasien
dari kisaran normal) untuk
 Irama pernapasan memaksimalkan
skala 4 (deviasi ventilasi dan
ringan dari kisaran meringankan sesak
normal) ditingkatkan  Lakukan fisioterapi
menjadi skala 5 dada sebagaimana
(tidak ada deviasi mestinya
dari kisaran normal)  Buang secret dengan
 Kepatenan jalan memotivasi pasien
napas skala 4 (deviasi melakukan batuk atau
ringan dari kisaran menyedot lendir
normal) ditingkatkan  Instruksikan
menjadi skala 5 bagaimana agar bisa
(tidak ada deviasi melakukan batuk
dari kisaran normal) efektif
 Akumulasi sputum  Motivasi pasien
skala 3 (cukup) untuk bernapas pelan,
ditingkatkan menjadi dalam, berputar dan
skala 5 (tidak ada) batuk
 Suara napas Monitor Tanda-
tambahan skala 4 Tanda Vital (6680)
(ringan) ditingkatkan  Monitor tekanan
menjadi skala 5 darah, nadi, suhu, dan
(tidak ada) status pernapasan
 Batuk skala 3 (cukup) dengan cepat
ditingkatkan menjadi  Monitor suara paru
skala 5 (tidak ada)  Monitor pola
Kontrol Gejala pernapasan abnormal
(1608)  Identifikasi
 Memantau kemungkinan
keparahan, frekuensi penyebab perubahan
muncul, dan lama tanda-tanda vital
bertahannya gejala
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
 Melakukan tindakan
pencegahan skala 3
(kadang-kadang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 5 (secara
konsisten
menunjukkan)
2 Hipertermi b.d Termoregulasi (0800) Perawatan Demam
dehidrasi  Tingkat pernapasan (4106)
skala 3 (cukup  Monitor asupan dan
terganggu) haluaran, sadari
ditingkatkan menjadi perubahan/
skala 5 (tidak kehilangan cairan
terganggu)  Sediakan pakaian
 Hipertermi skala 3 atau linen tempat
(sedang) ditingkatkan tidur ringan sesuai
menjadi skala 5 fase demam
(tidak ada)  Tingkatkan sirkulasi
 Sakit kepala skala 3 udara
(sedang) ditingkatkan Kontrol Infeksi
menjadi skala 5 (6540)
(tidak ada)  Lakukan tindakan-
 Dehidrasi skala 3 tindakan pencegahan
(sedang) ditingkatkan yang bersifat
menjadi skala 5 universal
(tidak ada)  Ajarkan pasien dan
 Tanda-tanda vital keluarga mengenai
dipertahankan pada tanda dan gejala
skala 3 (sedang) infeksi dan kapan
 Hidrasi harus dilaporkan
dipertahankan pada kepada petugas
skala 3 (sedang) kesehatan
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
cara menghindari
infeksi
 Berikan terapi
antibiotic yang sesuai
Pengaturan Suhu
(3900)
 Monitor suhu sesuai
kebutuhan
 Monitor tekanan
darah, nadi dan suhu
sesuai kebutuhan
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
secara adekuat
 Berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan
Monitor Tanda-Tanda
Vital
3 Nyeri akut b.d Kontrol Nyeri (1605): Manajemen Nyeri
agen cedera  Mengenal kapan nyeri (1400):
biologis terjadi skala 1 (tidak  Kaji tingkat nyeri,
pernah menunjukkan) meliputi: lokasi,
ditingkatkan menjadi karakteristik, durasi,
skala 4 (sering kualitas, intensitas
menunjukkan)  Kontrol faktor- faktor
 Menggambarkan lingkungan yang
faktor penyebab nyeri dapat mempengaruhi
skala 1 (tidak pernah respon pasien
menunjukkan) terhadap ketidak-
ditingkatkan menjadi nyamanan
skala 4 (sering  Ajarkan penggunaan
menunjukkan) tehnik non
 Mengenali gejala farmakologi seperti
nyeri skala 1 (tidak relaksasi napas dalam
pernah menunjukkan) bila nyeri timbul
ditingkatkan menjadi  Anjurkan pasien
skala 4 (sering untuk meningkatkan
menunjukkan) tidur/ istirahat yang
 Melaporkan nyeri ter cukup
kontrol skala 1 (tidak  Berikan informasi
pernah menunjukkan) tentang nyeri seperti
ditingkatkan menjadi penyebab nyeri,
skala 4 (sering berapa lama nyeri
menunjukkan) akan dirasakan dan
Tingkat nyeri (2102) : antisipasi dari ke-
 Nyeri yang dilaporkan tidaknyamanan
skala 1 (berat) prosedur
ditingkatkan ke skala  Kolaborasi pemberian
4 (ringan) analgetik
 Mengeluarkan PemberianAnalgetik
keringat skala 1 (2210) :
(berat) ditingkatkan  Cek perintah pe-
ke skala 4 (ringan) ngobatan meliputi
 Ekspresi wajah skala obat, dosis, dan
1 (berat) ditingkatkan frekuensi obat yang
ke skala 4 (ringan) akan diberikan
 Frekuensi napas skala  Cek adanya riwayat
1 (berat) ditingkatkan alergi obat
ke skala 4 (ringan)  Monitor vital sign
 Denyut nadi skala 1 sebelum dan sesudah
(berat) ditingkatkan pemberian analgetik
ke skala 4 (ringan)  Berikan analgetik
yang tepat sesuai
dengan resep
 Pilih rute intravena
dari pada intra-
muskuler untuk
injeksi pengobatan
yang sering.
 Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping.
4 Ganguan Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi
menelan b.d Asupan makanan  Monitor kalori dan
masalah dan cairan (1008) intake makanan
perilaku makan  Asupan makanan Identifikasi adanya
secara oral skala 3 alergi atau intoleransi
(cukup adekuat) makanan yang
ditingkatkan menjadi dimiliki pasien
skala 5 (sepenuhnya  Tentukan status gizi
adekuat) pasien dan
 Asupan cairan secara kemampuan pasien
oral skala 3 (cukup untuk memenuhi
adekuat) ditingkatkan kebutuhan gizi
menjadi skala 5  Anjurkan pasien
(sepenuhnya adekuat) terkait dengan
kebutuhan diet untuk
kondisi sakit
 Beri obat-obatan
sebelum makan, jika
diperlukan

4. Evaluasi Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus berlebihan, sekresi
yang tertahan
→ Bersihan jalan napas efektif, RR dan bunyi napas normal, tidak ada
secret, tidak ada napas cuping hidung.
2) Hipertermi b.d dehidrasi
→ Suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
→ Pasien bebas dari nyeri, TTV normal, wajah tidak meringis.
4) Ganguan menelan b.d masalah perilaku makan
→ Pasien tidak mengalami gangguan menelan, asupan nutrisi dan
cairan adekuat.
5) Ansietas b.d ancaman pada status terkini
→ Pasien tidak lagi cemas, tidak mengungkapkan secara verbal
tentang kecemasan, tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan,
TTV normal.
6) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
→ Pengetahuan pasien meningkat, pasien mampu menyebutkan dan
menjelaskan kembali apa yang telah diajarkan, pasien mampu
melakukan sesuai yang diajarkan, terdapat perubahan perilaku dan
kebiasaan menjadi lebih positif.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G.M., dkk. (2018). Nursing Interverention Classification (NIC) Sixth


Edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley-Blackwell 2011. Saputra,
Lyndon. 2015.
Moorhead, S., dkk. (2018). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.
Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi 3. MediAction
Publishing: Yogyakarta.
Soepardi, E.A., dkk. (2012). Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Tanto, C., dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran II Edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai