DISUSUN OLEH :
1. Mohammad Padzluzzaman S.Kep.,Ns
2. Maryati A. Md.Kep
3. Frida sari, S.Kep., Ns.
4. eksan
PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
JAWA TENGAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, tonsilitis kronis juga menjadi salah satu peyakit THT yang
paling banyak dijumpai terutama pada anak. Penelitian Sapitri tentang karakteristik
penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher
Jambi, dari 30 sampel didapatkan distribusi terbanyak usia 5-14 tahun (50%), jenis
kelamin perempuan (56,7%) dan memiliki keluhan nyeri pada tenggorok/sakit menelan
(100%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016). Meskipun ukuran tonsil
bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau
orang dewasa, Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak
kecil rentan terutama terhadap ISPA (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).
Menurut Soepardi dan Muhammad tahun 2007, tonsilitis bisa disebabkan oleh
beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis akut dan tonsilitis kronik memiliki
perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup
Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus,Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis
akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi kuman dari golongan gram
negatif. Selain itu, penggunaan antibiotik yang luas pada pengobatan ISPA, tanpa
bukti empiris yang jelas, telah menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi berbagai
strain mikroba dari Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemofilus
influenzae, Moraxella catarrhalis dan lainnya terhadap antibiotik. Sehingga pemilihan
antibiotik empiris pada penderita tonsilitis kronis harus memperhatikan pola kuman
penyebab yang paling sering ditemukan di masing-masing rumah sakit agar pengobatan
yang dijalani bisa adekuat (Nizar, Qamariah, and Muthmainnah 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Tonsilitis ?
2. Bagaimanakah anotomi fisiologi dari Tonsilitis ?
3. Apakah penyebab Tonsilitis ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari Tonsilitis ?
5. Bagaimana klasifikasi Tonsilitis ?
6. Bagimanakah manifestasi klinis dari tonsillitis ?
7. Bagaimanakah Faktor resiko Tonsilitis ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan dari Tonsilitis ?
9. Bagaimanakah pengkajian terfokus yang muncul pada penderita Tonsilitis ?
10. Apa Saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
Tonsilitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Tonsilitis.
2. Tujuan Khusus
3. Mampu memahami definisi Tonsilitis
4. Mampu memahami anatomi fisiologi dari Tonsilitis
5. Mampu memahami penyebab dan factor resiko dari Tonsilitis
6. Mampu memahami klasifikasi dari Tonsilitis
7. Mampu memahami manifestasi klinis dari tonsillitis
8. Mampu memahami patofisiologi dari tonsillitis
9. Mampu memahami penatalaksanaan dari Tonsilitis
10. Mampu meahami pengkajian terfokus dari Tonsilitis
11. mampu memahami asuhan keperawatan yang mungkin muncul dari tonsillitis
BAB II
PEMBAHASAN
Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan tonsil
palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian
belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi. Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi dan
membentuk kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014). Tonsil palatina yang biasanya
disebut tonsil terletak didalam fosatonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan
celah intra tonsil yang merupakan sisa kantung faring yang kedua. Kutub bawah
tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil berbentuk aneka
ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Tonsil mendapat darah dari arteri
palatine minor, arteri palatine asendens, dan arteri lingualis dorsal. Tonsil lingual
terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika.
Digaris tengah, disebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks,
yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang
menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat
penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus
(Rusmarjono & Hermani B, 2012)
Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang berperan dalam imunitas,
bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatine membentuk cincin waldeyer selaku
agregat limfoid pertama pada saluran aerodiestife. Tonsil akan menghasilkan limfosit
dan aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh. Tonsil akan
membengkak saat berespon terhadap infeksi (Klarissa C & Fardizza F, 2014).
B. Definisi Tonsilitis
Peradangan pada tonsil yang dapat disebabkan oleh bakteri atau virus,
termasuk strain bakteri Streptokokus, Adenovirus, virus Influenza, virus
Epstein-Barr, Enterovirus, dan virus Herpes simplex. Salah satu penyebab paling
sering pada tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococcus beta hemolitik
(GABHS) dan disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman.
Peradangan tonsil akan menyebabkan pembesaran di daerah tonsil sehingga sulit
untuk menelan. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil,
dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri patogen akan
bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut
dengan tonsilitis kronis (Fakh, Novialdi, & Elmatris, 2016; Sundariyati, 2017).
C. Penyebab
1. Tonsillitis disebabkan oleh virus
Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus, virus
Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus dll) yang dapat
mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas, termasuk virus yang
menyebabkan mononukleosis infeksius (virus Epstein-Barr). Tonsilitis akut
yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang dapat menyebabkan infeksi
mononukleosis. Ini juga disebut 'penyakit berciuman' karena
penyebarannya melalui air liur dan biasanya menyerang remaja dan dewasa
muda. Ini ditandai dengan :
a. Sakit tenggorokan
b. Demam
c. Pembesaran kelenjar getah bening serviks
d. Amandel membesar dan kelelahan
e. Manifestasi klinis lainnya adalah splenomegali (pembesaran limpa),
hepatomegali dan hepatitis (pembesaran hati dan peradangan hati) dan
jumlah trombosit dan darah putih yang rendah (Otolaringology, 2018).
2. Tonsillitis disebabkan oleh bakteri
Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti
spesies Streptococcus, spesies Staphylococcus). Gejala yang disebabkan
antara lain :
a. Tiba-tiba timbul rasa sakit dan rasa sakit saat menelan
b. Kelenjar getah bening lembut di leher
c. Demam tinggi Kurangnya gejala saluran pernapasan atas (seperti hidung
tersumbat, sumbatan hidung) (Otolaringology, 2018)
D. Patofisiologi
Tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui droplet sehingga kuman
menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi infeksi yang berulang maka akan
menyebabkan tonsil tidak dapat membunuh kuman yang berada pada tonsil sehingga
menyebabkan banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi dimana
kondisi tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh menurun
maka akan semakin berat jika kondisi tubuh sedang menurun karena peradangan
sebelumnya pada saat epitel terkikis maka jaringan limfoid superkistal mengambil
perannya yaitu mencegah radang dengan menginfiltrasi leukosit polimorfonuklear
karena peradangan yang berulang maka selain epitel mukosa dan jariangan
limfoid diganti dengan jaringan parut sehingga terjadi pengecilan atau pengerutan
dan kripti melebar kemudian proses perjalanan infeksi masih terus berlanjut sampai
menembus kapsul tonsil sehingga menyebabkan pelekatan pada jaringan disekitar
fossa tonsilaris yang menyebabkan tonsilitis (Sundariyati, 2017)
Tonsilitis akut bisa diakibatkan karena bakteri yang menyebabkan peradangan
lokal primer diarea tonsil dan itu dapat menyebabkan gangguan seperti rasa nyeri
karena pembesaran atau biasa disebut edema pada tonsil sehingga terasa nyeri pada
saat menelan karena saat menelan terjadi gerakan yang menyentuh area peradangan
di tonsil dan juga mengakibatkan ngorok / mendukur saat tidur karena jalan nafas
yang terrganggus terkadang sampai sesak nafas jika pembesaran tonsil semakin
besar dan menuntup jalan nafas apabila peradangan tidak dapat disembuhkan dan
kembali seperti semula dan terjadi infeksi yang berulang maka akan terjadi
peradangan kronis atau disebut tonsilitis kronis (Ivan Maulana, 2016)
1.
Penyebaran limfogen
Pathway Tonsilitis
Inflamasi
Penyebaran limfogen
Inflamasi
Edema tonsil Pembengkakan tonsil
E. Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsillitis akut : tonsillitis disebabkan oleh beberapa bakteri dan virus. Tonsilitis
akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβ- hemolyticus,
pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes (Nizar,M dkk,
2016).
2. Tonsilitis akut diagi menjadi 2 yaitu: (Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsillitis viral
Penyebab tonsillitis viral sering diakibatkan oleh virus Epstein Barr.
Selain itu tonsillitis viral lebih mirip dengan common cold yang memiliki rasa
nyeri pada tenggorokan penderita.
b. Tonsilitis bakterial
Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβ-
hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes
3. Tonsilitis membranosa : diartikan sebagai tonsil yang telah bengkak tertutupi oleh
tonsilitis menyerupai seperti membran. Membran ini mudah diangkat, seperti
lapisan putih kekuning-kuningan. Tonsilitis membranosa dibagi menjadi 2 yaitu :
(Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsilitis Difteri
Merupakan tonsillitis yang disebabkan oleh kuman Coryne bacterium
diphteriae. Kuman ini merupakan jenis gram positif. Difteri biasanya
memiliki ciri-ciri tertutupnya tonsil yang bengkak dengan membran berwarna
putih kekuning-kuningan.
b. Tonsilitis Septik
Tonsillitis septik ini disebabkan oleh streptococcus hemoliticus yang dapat
menyebabkan epidemi. Bakteri ini terdapat pada susu sapi mentah yang
langsung dikonsumsi, jadi sangat sianjurkan untuk memasak susu sapi terlebih
dahulu sbelum dikonsumsi.
4. Tonsillitis kronik : merupakan kondisi pembesaran tonsil disertai serangan infeksi
yang berulang-ulang. Tonsillitis kronik juga disebabkan oleh kuman yang menyerang
tonsillitis akut seperti Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus
viridans dan Streptococcus pyogenes, tetapi terkadang kuman pada tonsillitis kronik
berubah menjadi kuman gram negatif ( Nizar,M dkk, 2016).
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di hidung, nyeri pada
tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada tonsil. Tonsilitis umumnya
disebabkan oleh virus. Tonsilitis streptokokus lebih jarang
ditemukan dan biasanya ditandai dengan demam (Hull dan Johnston, 2008)
Adapun gejala klinis Tonsilitis (Soepardi, 2007) :
1. Gejala lokal, ditandai dengan rasa yang tidak enak ditenggorokan, sakit pada
tenggorokan, sulit dan sakit untuk menelan
2. Gejala sistemis, ditandai dengan tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala,
demam subfebris, nyeri otot dan persendian
3. Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis folikularis
kronis), edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis), tonsil
fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris anterior hiperemis
dan pembengkakan kelenjar limfe regional. Pada pemeriksaan
tonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar
dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Ada rasa yang mengganjal
ditenggorokan, merasa kering di tenggorokan dan nafas berbau.
G. Faktor Resiko
1. Umur
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak usia 5 tahun sampai 15 tahun.
2. Sering terpapar kuman
Anak-anak usia sekolah berada dalam kontak dekat dengan teman sebaya
mereka dan sering terpapar virus atau bakteri yang dapat menyebabkan tonsilitis.
Tonsillitis dapat disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman.
3. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk
Terdapat hubungan antara kebersihan gigi dan mulut dengan infeksi toraks.
Ketika seseorag mengalami deman atau dehidrasi sering terjadi infeksi di sepanjang
ductus kelenjar liur yang menyebabkan menurunnya kebersihan mulut dan bisa
terjadi tonsillitis.
4. Kebiasaan merokok
Perubahan panas akibat merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi, sekresi
kelenjar liur dan penurunan antibodi pada tonsil. Apabila terdapat patogen
menembus lapisan epitel maka sel fagositik mononuclear akan mengenali dan
mengeliminasi antigen sehingga terjadi gangguan fungsi sel- sel pertahanan
tubuh. Asap dari rokok merangsang tonsil untuk memproduksi antibody,
apabila terjadi terus menerus maka tonsil kan mengalami peradangan.
5. Kebiasaan makan
Tonsillitis dapat timbul akibat tidak menjaga kebiasaan makan makanan yang
sehat. Seperti makan di tempat yang berdekatan dengan pembuangan sampah, yang
banyak dihinggapi lalat, dan terkontaminasi oleh tangan yang tidak bersih. Juga
dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung penyedap rasa,
makanan berminyak, dan kebiasaan minum minuman dingin (Mita, 2017;
Otolaringology, 2018).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum yaitu:
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut), selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi), dilakukan apabila:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun
d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik
BAB III
TINJAUAN KASUS
- menciptakan suasana
terapetik untuk DS: -
menumbuhkan DO: pasien tampak
kepercayaan tenang
- memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu DS: -
kecemasan DO: Pasien tampak
percaya diri dalam
menghadapi operasinya
- menjelaskan prosedur
termasuk sensasi yang DS: Pasien mengatakan
mungkin dialami sudah mengerti tentang
prosedur operasinya
DO: -
- menggunakan Terpasang
perangkat selimut
pelindung(train) -terpasang
train kanan
dan kiri
DS:
DO:
- TD 117/85
mmhg
HR: 88
X/menit
Terpasang
selimut
-terpasang
train kanan
dan kiri
5. evaluasi keperawatan
BAB IV
PMBAHASAN KASUS
SIGN IN
Perawat sirkuler melakuka sign in di ruang pra induksi sebelum induksi anastesi. dan dihadiri minimal
oleh dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi.
a. Apakah pasien telah memberikan konfirmasi kebenaran identifikasi, lokasi operasinya.
prosedurnya dan telah memberikan persetujuan dalam lembar informed concern? (Ya)
b. Apakah lokasi operasi sudah diberikan tanda/marking? (Tidak)
c. Apakah mesin dan obat anestesi telah di cek dan lengkap? (Ya)
d. Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi? (Sudah)
Apakah pasien memiliki
a. Riwayat alergi yang diketahui? Alergi dingin
b. Resiko kesulitan pada jalan napas atau resiko aspirasi? (Tidak ada)
c. Resiko kehilangan darah > 200 ml (35ml/kgBB pada dewasa)? (Tidak ada)
SCRUBING
Dokter operator, asisten operator dan perawat instrument melakukan cuci tangan bedah (air mengalir,
chlorehexidine 4%, pembersih kuku, sponge, sikat). Dengan langkah-langkah :
a. Lepaskan asesoris yang berada ditangan
b. Pakai apron
c. Lipat lengan baju 10 cm diatas siku
d. Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air mengalir
e. Bersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku dibawah alir mengalir dari arah
dalam keluar
f. Tuang cairan chlorehexidine 4% ke spons secukupnya (5ml)
g. Basahi spon dan remas-remas sampai berbusa, lumuri dan gosok seluruh permukaan
tangan sampai 5 cm diatas siku
h. Sikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit (dengan arah menjauhi
badan)
i. Buang sikat dan bilas dengan air mengalir sampai bersih (spon tetap dipegang)
j. Dengan meremas spon sampai berbusa, lumuri kembali tangan sampai / lengan (5
detik untuk 2 orang)
k. Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari 15 detik secara
berurutan. Setiap jari digosok seolah mempunyai 4 sisi) lalu buang spon
kemudian bilas dibawah air mengalir sampai bersih.
l. Lumuri kembali dan gosok telapak tangan sampai pergelangan tangan dengan
chlorehexidine 4% lakukan cuci tangan procedural.
m. Bilas degan air mengalir sampai bersih
n. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai siku, jangan dikibas.
o. Pertahankan posisi tangan agar telapak tangan sejajar dengan bahu.
INSTRUMENTASI
10. Scrubing nurse/instrumentator menyiapkan set instrument tonsilectomy , bahan habis pakai yaitu
kassa steril 20, set yankeur dan benang plain 2.0
ASEPSIS
11. Perawat instrumen memberikan kassa steril yang telah dijepit dengan ovarium klem/sponge holding
forcep yang berisi povidon iodine 10 % di dalam kom, kepada operator untuk melakukan asepsis
pada area operasi (dengan cara memutar dari dalam ke luar area yang akan diinsisi).
DRAPPING
12. Perawat instrumen memberikan duk steril kepada asisten operator untuk melakukan
drapping
a. Satu duk sedang dibentangkan melebar, 1 duk kecil dilipat segitiga satukan ujungke ujung dimana
duk segitiga diatas, masukkan dibawah kepala pasien kemudian duk segitigadilipat menutup area
wajah yang tidak dilakukan asepsis pasang duk klem
b. Berikan 1 duk besar untuk menutupi area cudal, pasang set duk perlak diatas duk besar bagian caudal
untuk mencegah tumpahan darah, cairan tubuh pasien yang merembes / tembus dan pasang duk
lubang diatas daerah operasi.
c. Siapkaan suction yankeur serta difiksasi dengan towl klem.
TIME OUT
13. Perawat sirkuler memimpin time out. Dilakukan sebelum insisi dihadiri minimal oleh perawat, ahli
anestesi dan operator.
a. Seluruh anggota telah menyebutkan nama dan peran masing-masing
b. Konfirmasi klien mengenai (identitas klien, diagnosa, prosedur operasi dan area
insisi)
c. Antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit? (ya, ceftriaxone lg IV)
14. Antisipasi kejadian kritis :
Operator
a. Hal kritis atau langkah tak terduga apakah yang mungkin diambil? (Tidak ada)
b. Berapa estimasi lama operasi? (1 jam)
c. Antisipasi kehilangan darah yang dipersiapkan? (tidak ada)
Tim Anastesi
a. Adakah masalah spesifik yang timbul? (tidak ada)
b.. Adakah terdapat hal penting mengenai pasien yang perlu diperhatikan? (airway
dan hemodinamik)
Tim Keperawatan
a. Apakah perlatan sudah steril (sesuai indikator)? (sesuai indikator)
b. Adakah masalah atau perhatian khusus mengenai peralatan? (tidak ada)
15. Operator memimpin doa.
Pembimbing klinik/Cl