Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN DIAGNOSA TONSIITIS KRONIS


DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG

DISUSUN OLEH :
1. Mohammad Padzluzzaman S.Kep.,Ns
2. Maryati A. Md.Kep
3. Frida sari, S.Kep., Ns.
4. eksan

PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
JAWA TENGAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari


cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu: tonsil laringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsila faucial),
tonsila lingual (tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/ Gerlach’s tonsil) (Belakang 2017).

Menurut National Center of Health Statistics pada Januari 1997 di United


States seperti dikutip oleh Edayu (2011), prevalensi penyakit tonsilitis kronis pada anak
yang berusia di bawah 18 tahun didapatkan 24,9% dari 1000 orang anak. Pada
penelitian Khasanov et al di Rusia mengenai prevalensi tonsilitis kronis pada keluarga,
didapatkan 335 anak usia 1-15 tahun dari 321 keluarga mengalami penyakit tonsilitis
kronis. Menurut penelitian Kishve mengenai penyakit THT pada anak di salah satu
rumah sakit di pedesaan India, penyakit Tonsilitis Kronis mayoritas terjadi pada anak
perempuan (51,72%), kelompok usia 5-14 tahun (66,3%), berasal dari status sosial
ekonomi rendah (61,2%), dan memiliki ibu yang buta huruf (70,8%) (Maulana Fakh,
Novialdi, and Elmatris 2016).

Di Indonesia, tonsilitis kronis juga menjadi salah satu peyakit THT yang
paling banyak dijumpai terutama pada anak. Penelitian Sapitri tentang karakteristik
penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher
Jambi, dari 30 sampel didapatkan distribusi terbanyak usia 5-14 tahun (50%), jenis
kelamin perempuan (56,7%) dan memiliki keluhan nyeri pada tenggorok/sakit menelan
(100%) (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016). Meskipun ukuran tonsil
bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau
orang dewasa, Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak
kecil rentan terutama terhadap ISPA (Maulana Fakh, Novialdi, and Elmatris 2016).

Menurut Soepardi dan Muhammad tahun 2007, tonsilitis bisa disebabkan oleh
beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis akut dan tonsilitis kronik memiliki
perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup
Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus,Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis
akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi kuman dari golongan gram
negatif. Selain itu, penggunaan antibiotik yang luas pada pengobatan ISPA, tanpa
bukti empiris yang jelas, telah menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi berbagai
strain mikroba dari Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemofilus
influenzae, Moraxella catarrhalis dan lainnya terhadap antibiotik. Sehingga pemilihan
antibiotik empiris pada penderita tonsilitis kronis harus memperhatikan pola kuman
penyebab yang paling sering ditemukan di masing-masing rumah sakit agar pengobatan
yang dijalani bisa adekuat (Nizar, Qamariah, and Muthmainnah 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Tonsilitis ?
2. Bagaimanakah anotomi fisiologi dari Tonsilitis ?
3. Apakah penyebab Tonsilitis ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari Tonsilitis ?
5. Bagaimana klasifikasi Tonsilitis ?
6. Bagimanakah manifestasi klinis dari tonsillitis ?
7. Bagaimanakah Faktor resiko Tonsilitis ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan dari Tonsilitis ?
9. Bagaimanakah pengkajian terfokus yang muncul pada penderita Tonsilitis ?
10. Apa Saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
Tonsilitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Tonsilitis.
2. Tujuan Khusus
3. Mampu memahami definisi Tonsilitis
4. Mampu memahami anatomi fisiologi dari Tonsilitis
5. Mampu memahami penyebab dan factor resiko dari Tonsilitis
6. Mampu memahami klasifikasi dari Tonsilitis
7. Mampu memahami manifestasi klinis dari tonsillitis
8. Mampu memahami patofisiologi dari tonsillitis
9. Mampu memahami penatalaksanaan dari Tonsilitis
10. Mampu meahami pengkajian terfokus dari Tonsilitis
11. mampu memahami asuhan keperawatan yang mungkin muncul dari tonsillitis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Tonsilitis

Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal, (Adenoid), dan tonsil
palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian
belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi. Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi dan
membentuk kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014). Tonsil palatina yang biasanya
disebut tonsil terletak didalam fosatonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan
celah intra tonsil yang merupakan sisa kantung faring yang kedua. Kutub bawah
tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil berbentuk aneka
ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Tonsil mendapat darah dari arteri
palatine minor, arteri palatine asendens, dan arteri lingualis dorsal. Tonsil lingual
terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika.
Digaris tengah, disebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks,
yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang
menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat
penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus
(Rusmarjono & Hermani B, 2012)
Tonsil merupakan bagian dari sistem limfatik yang berperan dalam imunitas,
bersama dengan tonsil lingual dan tonsil palatine membentuk cincin waldeyer selaku
agregat limfoid pertama pada saluran aerodiestife. Tonsil akan menghasilkan limfosit
dan aktif mensintesis immunoglobulin saat terjadinya infeksi di tubuh. Tonsil akan
membengkak saat berespon terhadap infeksi (Klarissa C & Fardizza F, 2014).
B. Definisi Tonsilitis
Peradangan pada tonsil yang dapat disebabkan oleh bakteri atau virus,
termasuk strain bakteri Streptokokus, Adenovirus, virus Influenza, virus
Epstein-Barr, Enterovirus, dan virus Herpes simplex. Salah satu penyebab paling
sering pada tonsilitis adalah bakteri grup A Streptococcus beta hemolitik
(GABHS) dan disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman.
Peradangan tonsil akan menyebabkan pembesaran di daerah tonsil sehingga sulit
untuk menelan. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil,
dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri patogen akan
bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut
dengan tonsilitis kronis (Fakh, Novialdi, & Elmatris, 2016; Sundariyati, 2017).
C. Penyebab
1. Tonsillitis disebabkan oleh virus
Mayoritas tonsilitis disebabkan oleh virus (seperti Adenovirus, virus
Influenzae, virus Parainfluenzae, Respiratory Syncytial Virus dll) yang dapat
mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas, termasuk virus yang
menyebabkan mononukleosis infeksius (virus Epstein-Barr). Tonsilitis akut
yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang dapat menyebabkan infeksi
mononukleosis. Ini juga disebut 'penyakit berciuman' karena
penyebarannya melalui air liur dan biasanya menyerang remaja dan dewasa
muda. Ini ditandai dengan :
a. Sakit tenggorokan
b. Demam
c. Pembesaran kelenjar getah bening serviks
d. Amandel membesar dan kelelahan
e. Manifestasi klinis lainnya adalah splenomegali (pembesaran limpa),
hepatomegali dan hepatitis (pembesaran hati dan peradangan hati) dan
jumlah trombosit dan darah putih yang rendah (Otolaringology, 2018).
2. Tonsillitis disebabkan oleh bakteri
Tonsilitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti
spesies Streptococcus, spesies Staphylococcus). Gejala yang disebabkan
antara lain :
a. Tiba-tiba timbul rasa sakit dan rasa sakit saat menelan
b. Kelenjar getah bening lembut di leher
c. Demam tinggi Kurangnya gejala saluran pernapasan atas (seperti hidung
tersumbat, sumbatan hidung) (Otolaringology, 2018)
D. Patofisiologi
Tonsilitis merupakan penyakit yang ditularkan melalui droplet sehingga kuman
menginfiltrasi lapisan epitel ketika terjadi infeksi yang berulang maka akan
menyebabkan tonsil tidak dapat membunuh kuman yang berada pada tonsil sehingga
menyebabkan banyak kuman yang mendiami tonsil maka akan terjadi dimana
kondisi tubuh akan mengalami gangguan pada fungsi pertahanan tubuh menurun
maka akan semakin berat jika kondisi tubuh sedang menurun karena peradangan
sebelumnya pada saat epitel terkikis maka jaringan limfoid superkistal mengambil
perannya yaitu mencegah radang dengan menginfiltrasi leukosit polimorfonuklear
karena peradangan yang berulang maka selain epitel mukosa dan jariangan
limfoid diganti dengan jaringan parut sehingga terjadi pengecilan atau pengerutan
dan kripti melebar kemudian proses perjalanan infeksi masih terus berlanjut sampai
menembus kapsul tonsil sehingga menyebabkan pelekatan pada jaringan disekitar
fossa tonsilaris yang menyebabkan tonsilitis (Sundariyati, 2017)
Tonsilitis akut bisa diakibatkan karena bakteri yang menyebabkan peradangan
lokal primer diarea tonsil dan itu dapat menyebabkan gangguan seperti rasa nyeri
karena pembesaran atau biasa disebut edema pada tonsil sehingga terasa nyeri pada
saat menelan karena saat menelan terjadi gerakan yang menyentuh area peradangan
di tonsil dan juga mengakibatkan ngorok / mendukur saat tidur karena jalan nafas
yang terrganggus terkadang sampai sesak nafas jika pembesaran tonsil semakin
besar dan menuntup jalan nafas apabila peradangan tidak dapat disembuhkan dan
kembali seperti semula dan terjadi infeksi yang berulang maka akan terjadi
peradangan kronis atau disebut tonsilitis kronis (Ivan Maulana, 2016)

1.
Penyebaran limfogen

Pathway Tonsilitis

Menuju faring & tonsil

Infeksi bakteri/ virus patogen

Inflamasi
Penyebaran limfogen

Menuju faring & Tonsilitis


tonsil akut Hipertermi

Inflamasi
Edema tonsil Pembengkakan tonsil

Tonsilitis akut Hipertermi


Nyeri/ sulit menelan Saluran nafas terganggu

Edema tonsil Pembengkakan tonsil

Nafsu makan menurun Mengorok/mendengkur saat tidur


Nyeri/ sulit menelan Saluran nafas terganggu

Kekurangan nutrisi Sesak nafas


Nafsu makan menurun Mengorok/mendengkur saat tidur

Kekurangan nutrisi Sesak nafas

E. Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsillitis akut : tonsillitis disebabkan oleh beberapa bakteri dan virus. Tonsilitis
akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβ- hemolyticus,
pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes (Nizar,M dkk,
2016).
2. Tonsilitis akut diagi menjadi 2 yaitu: (Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsillitis viral
Penyebab tonsillitis viral sering diakibatkan oleh virus Epstein Barr.
Selain itu tonsillitis viral lebih mirip dengan common cold yang memiliki rasa
nyeri pada tenggorokan penderita.
b. Tonsilitis bakterial
Tonsilitis akut lebih sering disebabkan oleh kuman jenis Astreptococusβ-
hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes
3. Tonsilitis membranosa : diartikan sebagai tonsil yang telah bengkak tertutupi oleh
tonsilitis menyerupai seperti membran. Membran ini mudah diangkat, seperti
lapisan putih kekuning-kuningan. Tonsilitis membranosa dibagi menjadi 2 yaitu :
(Setyo,P dkk, 2015)
a. Tonsilitis Difteri
Merupakan tonsillitis yang disebabkan oleh kuman Coryne bacterium
diphteriae. Kuman ini merupakan jenis gram positif. Difteri biasanya
memiliki ciri-ciri tertutupnya tonsil yang bengkak dengan membran berwarna
putih kekuning-kuningan.
b. Tonsilitis Septik
Tonsillitis septik ini disebabkan oleh streptococcus hemoliticus yang dapat
menyebabkan epidemi. Bakteri ini terdapat pada susu sapi mentah yang
langsung dikonsumsi, jadi sangat sianjurkan untuk memasak susu sapi terlebih
dahulu sbelum dikonsumsi.
4. Tonsillitis kronik : merupakan kondisi pembesaran tonsil disertai serangan infeksi
yang berulang-ulang. Tonsillitis kronik juga disebabkan oleh kuman yang menyerang
tonsillitis akut seperti Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus
viridans dan Streptococcus pyogenes, tetapi terkadang kuman pada tonsillitis kronik
berubah menjadi kuman gram negatif ( Nizar,M dkk, 2016).
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tonsilitis ditandai dengan gejala-gejala di hidung, nyeri pada
tenggorokan dan kemerehan yang menyeluruh pada tonsil. Tonsilitis umumnya
disebabkan oleh virus. Tonsilitis streptokokus lebih jarang
ditemukan dan biasanya ditandai dengan demam (Hull dan Johnston, 2008)
Adapun gejala klinis Tonsilitis (Soepardi, 2007) :
1. Gejala lokal, ditandai dengan rasa yang tidak enak ditenggorokan, sakit pada
tenggorokan, sulit dan sakit untuk menelan
2. Gejala sistemis, ditandai dengan tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala,
demam subfebris, nyeri otot dan persendian
3. Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis folikularis
kronis), edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis), tonsil
fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris anterior hiperemis
dan pembengkakan kelenjar limfe regional. Pada pemeriksaan
tonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar
dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Ada rasa yang mengganjal
ditenggorokan, merasa kering di tenggorokan dan nafas berbau.
G. Faktor Resiko
1. Umur
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak usia 5 tahun sampai 15 tahun.
2. Sering terpapar kuman
Anak-anak usia sekolah berada dalam kontak dekat dengan teman sebaya
mereka dan sering terpapar virus atau bakteri yang dapat menyebabkan tonsilitis.
Tonsillitis dapat disebarkan melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman.
3. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk
Terdapat hubungan antara kebersihan gigi dan mulut dengan infeksi toraks.
Ketika seseorag mengalami deman atau dehidrasi sering terjadi infeksi di sepanjang
ductus kelenjar liur yang menyebabkan menurunnya kebersihan mulut dan bisa
terjadi tonsillitis.
4. Kebiasaan merokok
Perubahan panas akibat merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi, sekresi
kelenjar liur dan penurunan antibodi pada tonsil. Apabila terdapat patogen
menembus lapisan epitel maka sel fagositik mononuclear akan mengenali dan
mengeliminasi antigen sehingga terjadi gangguan fungsi sel- sel pertahanan
tubuh. Asap dari rokok merangsang tonsil untuk memproduksi antibody,
apabila terjadi terus menerus maka tonsil kan mengalami peradangan.
5. Kebiasaan makan
Tonsillitis dapat timbul akibat tidak menjaga kebiasaan makan makanan yang
sehat. Seperti makan di tempat yang berdekatan dengan pembuangan sampah, yang
banyak dihinggapi lalat, dan terkontaminasi oleh tangan yang tidak bersih. Juga
dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung penyedap rasa,
makanan berminyak, dan kebiasaan minum minuman dingin (Mita, 2017;
Otolaringology, 2018).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum yaitu:
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut), selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi), dilakukan apabila:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun
d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan keperawatan Pre Operatif


Hari/tanggal : Rabu, 9 Maret 2022
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Ruag IBS Rumah Sakit Roemani Semarang
Metode : Wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
Sumber : Klien, keluarga, dan rekam medis
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Tn A
Umur/tgl lahir : 18 th
Normor RM :190 xxx
Diagnose medis : Tonsilektomi
Jenis kelamin : Laki- laki
Agama :Islam
Alamat : Semarang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : tidak tahu
Tanggal masuk RS : 08 maret 2022
Bangsal : Suleman 6
b. Penanggung jawab
Nama :ny F
Umur : 36 th
Pendidikan :SMA
` Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : semarang
Hub. Dengan klien : Ibu
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan takut akan tindakan operasi yang akan dilakukan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasa takut dengan tindakan operasi karena baru pertama kali melakukan
operasi amandel
c. Riwayat keluhan saat masuk rs
Klien datang dengan keluhan nyeri tean

3. Check list pre operatif


Rekam medis klien ada : ada
Persyaratan asministrasi : ada
Persiapan darah :-
Premeedikasi :-
Terakhir makan/minum :-
Inform consent : inform bedah dan infrm anastesi (lengkap)
Persiapan kulit/cukur : sudah
Gigi palsu/softlens :tidak ada
Perhiasan yang digunakan :tidak ada
Lab darah :ada
Infuse :terpasang infus RL 1 jalur, 20 tt/mnt
Chateter urine :terpasang
Alergi obat :tidak ada
Lain-lain :-
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : terlihat lemas dan cemas
Keadaran : composmentis
Status psikolos : baik
Data subyektif :klien mengatakan cemas menghadapi operasi
Data obyektif : klien terlihat tegang dan gelisah, kulit teraba dingin, tanda vital
TD 110/70 mmHg, nadi 90x/mnt, RR 24x/mnt, suhu 36,8oC, dan SpO2 90%
5. Data penunjang

No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


normal
1. Leukosit 5820 10*3/uL 3.6-11
2. Eritrosit L 3.55 10*6/uL 3.8-5.2
3. HB L 13,9 G/dL 11.7-15.5
4. HT L 40.4 35-47
5. MCV 84.80 fL 80-100
6. MCH 29.90 Fg 26-34
7. MCHC 35.20 g/dL 32-36
8. Trombosit 230 10*3/uL 150-440
9. RDW 13.00 11.5-14.5
10.PLCR 29.5
11.Eosinophil absolute 0.14 10*3/uL 0.045-0.44
12.Besofil absolute 0.02 10*3/uL 0-0.2
13.Netrofil absolute 6.48 10*3/uL 1.8-8
14.Limfosit absolute 1,13 10*3/uL 0.9-5.2
15.Monosit absolute 0,58 10*3/uL 0.16-1
16.Eosinophil L 1,70 2-4
17.Besofil 0,20 0-1
18.Neutrophil H &&,70 50-70
19.Limfosit L 13,50 25-40
20.Monosit 6.90 2-8
21.Golongan darah AB Rh(+)
22.Glukosa sewaktu 98 Mg/dL <125

6. Analisa Data pre operatif


Nama : tn. A
Umur : 18tahun 10 bulan 22 hari
No RM :192xxx

NO Tanggal /Jam data Fokus masalah Etiologi


1. 09 -03-2022 / 09.00 DS: Ansietas Krisis
Wib - klien mengatakan situasional
takut dengan (kecemasan
tindakan operasi terhadap
yang akan tindakan
dilakukan Adenotonsilitis)
DO: Gejala dan
- klien tampak tanda mayor
gelisah subjektif
- Hamilton rating 1. Merasa
scale for anxiety : kawatir
17 dengan
akibat dari
kondisi yang
dihadapi
Gejala dan
tanda mayor
objektif
1. Tampak
gelisah
2. Tampak
tegang

7. Intervensi intra operatif


Nama : tn. A
Umur /tanggal lahir : 18 tahun 10 bulan 22 hari
No RM : 190xx

NO Tanggal /jam Tujuan dan criteria intervensi paraf


hasil
1. 09-03-2022 / 09.00 Setelah dilakukan Observasi Kelompok
Wib tindakan 1x 15 menit - Identifikasi saat
diharapkan tingkat tingkat ansietas
ansietas klien berubah
menurun dengan - Monitor tanda –
criteria hasil sebagai tanda ansietas
berikut Terapautik
a. Perilaku gelisah - Ciptakan suasana
ditingkatkan terapetik untuk
menjadi 4 menumbuhkan
b. Perilaku tegang kepercayaan
ditengkatkan - Temani pasien
menjadi 4 untuk mengurangi
c. Pucat kecemasan
ditingkatkan - Gunakan
menjadi 4 pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami

8. Implementasi keperawatan pre operatif


Nama :Tn. A
Umur /tanggal lahir : 18 tahun 10 bulan 22 hari
No RM : 190xxx

NO Tanggal Tindakan Keperawatan Respon Paraf


1. 09-03-2022 - mengidentifikasi saat DS: Klien mengatakan kelompok
tingkat ansietas berubah khawatir terhadap proses
operasi
DO:
- pasien tampak cemas
dan sering bertanya
mengenai proses
operasinya

DS: Pasien mengatakan


- memonitor tanda – tanda
baru pertama kali akan
ansietas
dilakukan operasi
DO: pasien tampak
cemas

- menciptakan suasana
terapetik untuk DS: -
menumbuhkan DO: pasien tampak
kepercayaan tenang

- menemani pasien untuk


mengurangi kecemasan
DS: -
DO: Pasien tampak
- menggunakan tenang
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
DS: -
DO: -

- memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu DS: -
kecemasan DO: Pasien tampak
percaya diri dalam
menghadapi operasinya
- menjelaskan prosedur
termasuk sensasi yang DS: Pasien mengatakan
mungkin dialami sudah mengerti tentang
prosedur operasinya
DO: -

9. Evaluasi keperawatan pre operatif


Nama :Tn. A
Umur/ tanggal lahir : 18 tahun 10 bulan 22 hari
No RM : 190xxx

NO Tanggal / jam Catatan perkembangan paraf


1. 09-03-2022 / S: klien mengatakan dirinya tidak takut lagi dan siap kelompok
09.20 wib untuk dioperasi
O: klien tampak tenang
A: masalah keperawatan teratasi
P: intervensi di hentikkan

B. Asuhan Keperawatan intra Operatif


1. Pengkajian intra operasi
Tn. A masuk ke kamar operasi pukul 9.30 wib
a. Data subjektif
Klien mengatakan dingin
b. Data objektif
- Tn A dilakukan General anestesi
- Tn A diatur dalam posisi trlentng
- Kulit teraba dingin
- Klien tampak menggigil
- TTV :
TD: 117/82 mmhg
Nadi :86 x/menit
RR : 20X/menit
S: 36,4oC
SPO2 : 99 %
CRT : Kurang dari 2detik

2. Analisa data intra operasi

NO Tanggal/jam Data etiologi Masalah Paraf


1. 09 -03– 2022 DS: klien Terpapar suhu Hipotermi kelompok
09.40 wib mengatakan lingkungan
dingin rendah
DO: - Gejala dan tanda
- ekstermitas mayor objektif :
klien teraba - Kulit teraba
dingin dingin
- S: 35,5 Oc - Suhu tubuh
- Suhu dibawah nilai
kamar normal
operasi
19Oc
2. 03-03-2022 DS: - Tindakan Resiko kelompok
09.50 wib DO : pembedahan perdarahan
- Mulai insisi Data mayor
- Output objektif :
terjadi
perdarahan
± 60cc

3. Intervensi keperawatan intra operasi


Diagnosa intra operasi dan intervensi keperawatan

no Diagnosa Tujuan dan Intervensi paraf


criteria hasil
1. Hipotermi Setelah dilakukan Observasi Kelompok
berhubungan tindakan - Monitor suhu tubuh
dengan keperawatan -
Terpapar suhu selama 1x60 - terapetik
lingkungan menit diharapkan- - lakukan penghangatan
rendah hipotermi dapat pasif (menambahkan
teratasi dengan selimut)
criteria hasil -
- Menggigil di
tingkatkan
menjadi 4

2. Resiko Setelah dilakukan Observasi kelompok


perdarahan tindakan - Monitor tanda dan gejala
berhubungan keperawatan perdarahan
dengan selama Terapetik
Tindakan 1x60menit Pertahankan bed rest selama
pembedahan diharapkan resiko perdarahan
perdarahan
menurun dengan
criteria hasil:
- Kelembapan
membrane
mukosa
ditingkatkan
menjadi 4
- Perdarahan
pasca operasi
ditingkatkan
menjadi 5
- Suhu tubuh
ditingkatkan
menjadi

4. Implementasi keperawatan intra operasi

No Tanggal Implentasi Respon Paraf


Dx
1. 09-03- - Monitor suhu tubuh DS: - kelompok
2022 DO:
TD 116/85 mmhg
HR: 88 X/menit
Terpasang selimut

- lakukan penghangatan DS: -


pasif (menambahkan DO:Klien sudah tidak
selimut tampak pucat

2. 09-03- Memonitor tanda dan gejala DS:- Kelompok


2022 perdarahan DO: Jumlah
perdarahan klien ±60
cc
Pertahankan bed rest selama
perdarahan DS:-
DO:pasien tampak
tidak mengalami
kedinginan

C. Asuhan keperawatan post operatif


1. Pengkajian post operasi
Klien dipindahkan ke recovery room jam 11.03 wib
a. Data subjektif
Klien mengatakan badannya lemas setelah dilakukan operasi
b. Data objektif

Klien  Reflek motorik 


sadar
GCS (E4  Delirium -
M5 V6)
General  Sianosis -
anestesi
General - Konjungtiva anemis -
anestesi
Local - bibir kering -
anestesi
Suara - Akral dingin 
nafas
ngorok

Tanda – tanda vital


TD: 116/78 mmhg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 X/menit
S: 36,9oC
SPO2 : 99 %
CRT : Kurang dari 2detik

2. Analisa data post operasi

No Tanggal / Data Etiologi Masalah paraf


jam
1. 09-02- DS: - Factor Nyeri Kelompok
2022 DO: terdapat luka mekanis
11.20 wib insisi 2cm di
daerah
tenggorokan
2. 09-023- DS: klien Efek agen Resiko jatuh Kelompok
2022 mengatakan farmokologis
masi mengantuk
DO: klien
dipindahkan dari
meja operasi ke
brangkar dengan
bantuan perawat
Nilai bromage
score 5

3. Intervensi keperawatan post operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi paraf


criteria hasil
1 Gangguan integritas Setelah Observasi:
kulit / jaringan dilakukan -identifikasi
berhubungan dengan tindakan penyebab gangguan kelompok

Faktor mekanis keperawatan integritas kulit( suhu


selama lingkungan)
1x15menit - anjurkan makan
diharapkan makanan yang
gangguan lembek dan hangat
integritas kulit
menurun
dengan criteria
hasil:
- Elastisitas
ditingkatkan
ke 4
- Nyeri
ditingkatakan
ke 4
- Suhu kulit
ditingkatkan
ke4

2 Resiko jatuh Setelah Observasi: kelompok


berhubungan dengan dilakukan - Identifikasi
Faktor mekanis tindakan kebutuhan
keperawatan keselamatan
selama - Monitor
1x15menit perubahan status
diharapkan keselamatan
resiko jatuh lingkungan
menurun - Gunakan
dengan criteria perangkat
hasil: pelindung(train)

4. Implementasi keperawatan post operasi

No Tanggal Implementasi Respon hasil Paraf


DX keperawatan
1 09-03-2022 -mengidentifikasi DS:- kelompok
penyebab DO: tampa
gangguan nyeri luka pada
daerah
tenggorokan
- menganjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi DS: klien
mengatakan
akan makan
tanpa
pantangan
DO:
-
2 09-03-2022 - mengidentifikasi DS:- kelompok
kebutuhan DO:
keselamatan - TD 117/85
mmhg
HR: 88
X/menit
Terpasang
selimut
-terpasang
- Memonitor
train kanan
perubahan status
dan kiri
keselamatan
DS:
lingkungan
DO:
- TD 117/85
mmhg
HR: 88
X/menit

- menggunakan Terpasang

perangkat selimut

pelindung(train) -terpasang
train kanan
dan kiri

DS:
DO:
- TD 117/85
mmhg
HR: 88
X/menit
Terpasang
selimut
-terpasang
train kanan
dan kiri

5. evaluasi keperawatan

No Tanggal Evaluasi Paraf


DX
1 09-03-2022 S: - kelompok
O:
-klien mengerti dan paham tentang
informasi yang diberikan oleh
perawat
A:
-masalah keperawatan gangguan
nyeri teratasi
P:
-lanjutkan terapi caring sampai di
ruang RR
2 09-03-2022 S:- kelompok
O:
-klien terpasang pengaman tempat
tidur
-klien tampak tenang
-bromag score dengan nilai out 2
A:
-masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi
P:
pertahankan intervensi

BAB IV
PMBAHASAN KASUS

HIPKABI Bangsal : Sulaiman 6 Kelamin : L Nomor: 190***


Nama : Tn A Umur : 18 Th Tgl/BI/Th: 18 tahun 10
bulan 22 hari
Kelas/Jaminan : VIP/ Km. Operasi No : 4 Jam OP: 3
bpjs
Tgl : 09/03/ 2022
Praktikan : Eksan Trainer :
LAPORAN LANGKAH-
Paraf : Paraf :
LANGKAH OPERASI
PENGHITUNGAN
INSTRUMEN DAN
BAHAN HABIS PAKAI
Diagnosa Medis : tonsilofaringitis kronis Operator: dr. A,. Sp.THT

Tindakan Operasi : Adenotonsilectomy


Peran Praktikan Observer Asisten Instrumen Instrumen Pendampingan Instrumen Mandiri

Jenis Anestesi : General Anastesi (GA)


Persiapan Anestesi :

- Noveron 50mg/5ml IV - Glove steril no 7,5


- Nupovel 10mg/ml 20 ml IV - Lubrikan (gel)
- Fentanyl 100mcg/2ml - Ambu bag
- Sevoflurance 250ml - Plester
- Dexametason IV - Alat suction/yankeur
- Ondancetron 4mg IV - Oropharingeal Airway (OPA) No. 7
- Keterolac 30mg IV
- Tramadol 100mg IV
- Laryngoscope no. 3
- Endotrakeal tube ID 6.5
- Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc,
PENGHITUNGAN INSTRUMENT DAN BAHAN HABIS PAKAI

NO. INSTRUMENT DAN SPONGE JUMLAH


PRE INTRA + Tak POST
Terpakai
INSTRUMEN
1. Bengkok/ kidney tray 1 1 - 0 1
2. Kom/Bowl (round bowl) 2 2 - 0 2
3. Ovarium klem (Sponge holding 1 1 - 0 1
forceps)
4. Sludder ballenger/ Blade TE No 2 1 1 - 0 1
5. Pinset Anatomis (Dissecting Forceps) 2 2 - 0 2
6. Pinset cirurgis (T'issue Forceps) 2 2 - 0 2
7. Klem lurus (Hemostatic Forceps) 2 2 - 0 2
8. Klem begkok sedang 4 4 - 0 4
(Hemostatic Forceps)
9. Kocker (Hemostatic forsep) 2 2 - 0 2
10. Duk klem (Dressing Forceps) 6 6 - 0 6
11. Mouthgage 1 1 - 0 1
12. Tongue spatel (tongue depressors) 1 1 - 0 1
13. Adenoid currete 1 1 - 0 1
14. Tonsil forceps 1 1 - 0 1
15. Klem right angle (tonsil I 2 2 L 2 2 - 0 2
forceps/negus BH951R)
16. Dissecting scissor/metzenbaum 2 2 - 0 2
17. Gunting benang (Delicate scrissor) 1 1 - 0 1
18. Duk kecil 3 3 - 0 3
19. Perlak 2 2 - 0 2
20. Sarung mayo 1 1 - 0 1
21. Jas Operasi 2 2 - 0 2
BAHAN HABIS PAKAI
22. Glove Steril No.6/7/7,5 1/1/1 1/1/1 - 1/1/1
23. Yankeur suction 1 1 - 1
24. Towel 1 1 - 1
25. Apron 4 4 - 4
26. Underpad 1 1 - 1
27. Nacl 0,9% 500 cc 150 cc - 350 cc
28. Providone iodine 10% 100 cc 100 cc - -
29. Transofix 1 1 - 1
30. Kassa steril 20 20 - 20
31. Kassa bulat 5 5 - 5

PENGELOLAAN PASIEN PERIOPERATIF


SERAH TERIMA PASIEN
1.Pasien dari ruang Sulaiman 6 datang ke IBS dilakukan serah terima pasien antara perawat
ruangan dengan perawat IBS
2. Melakukan transfer pasien dari brankart ruangan dengan menggunakan easy move ke
brankart kamar bedah di holding room
3. Mengganti baju pasien dan memakaikan topi operasi serta memasang siderail brankart
kamar bedah
4. Melakukan pengecekan pengisian ceklist yang berisi lama puasa, pengecekan informed
concern (persetujuan operasi), identitas pasien, kelengkapan serah terima pasien
lainnya termasuk obat-obatan yang dibawa
5. Memeriksa keadaan pasien di ruang pra induksi, meliputi tingkat kesadaran, tanda
tanda vital (TTV) dan kaji riwayat alergi, memasang stiker warna merah bila mana
terjadi reaksi alergi obat-obat pre medikasi tertentu.
6. Mengantar pasien ke ruang operasi.

SIGN IN
Perawat sirkuler melakuka sign in di ruang pra induksi sebelum induksi anastesi. dan dihadiri minimal
oleh dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi.
a. Apakah pasien telah memberikan konfirmasi kebenaran identifikasi, lokasi operasinya.
prosedurnya dan telah memberikan persetujuan dalam lembar informed concern? (Ya)
b. Apakah lokasi operasi sudah diberikan tanda/marking? (Tidak)
c. Apakah mesin dan obat anestesi telah di cek dan lengkap? (Ya)
d. Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi? (Sudah)
Apakah pasien memiliki
a. Riwayat alergi yang diketahui? Alergi dingin
b. Resiko kesulitan pada jalan napas atau resiko aspirasi? (Tidak ada)
c. Resiko kehilangan darah > 200 ml (35ml/kgBB pada dewasa)? (Tidak ada)

PERSIAPAN TIM BEDAH, ANASTESI DAN PENGELOLAAN PASIEN


1. Dokter operator, asisten operator, perawat instrument menggunakan APD (penutup
kepala, masker, apronjas operasi, sandal/sepatu boot)
2. Alasi meja operasi dengan menggunakan duk bersih dan underpad kemudian pasien
dipindahkan ke meja operasi dari brankart secara aman dengan menggunakan easy
move
3. Perawat instrument menyiapkan Set instrument Tonsilectomy yang akan digunakan
untuk tindakan operasi Adenotonsilectomy.
4. Perawat sirkuler memasang pulse oxymeter, bedside monitor, sphygmomanometer,
menempatkan infus pada standart infus, cek mesin suction dan pasang tabung suction.
5. Tim anestesi (dokter anestesi dan penata anestesi) melakukan anestesi dengan teknik
General Anastesi (GA)
6. Perawat sirkuler mengatur posisi pasien supinasi
7. Dokter operator, asisten operator dan perawat instrument mengggunakan APD
(penutup kepala, masker, apron, sepatu boot)

SCRUBING
Dokter operator, asisten operator dan perawat instrument melakukan cuci tangan bedah (air mengalir,
chlorehexidine 4%, pembersih kuku, sponge, sikat). Dengan langkah-langkah :
a. Lepaskan asesoris yang berada ditangan
b. Pakai apron
c. Lipat lengan baju 10 cm diatas siku
d. Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air mengalir
e. Bersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku dibawah alir mengalir dari arah
dalam keluar
f. Tuang cairan chlorehexidine 4% ke spons secukupnya (5ml)
g. Basahi spon dan remas-remas sampai berbusa, lumuri dan gosok seluruh permukaan
tangan sampai 5 cm diatas siku
h. Sikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit (dengan arah menjauhi
badan)
i. Buang sikat dan bilas dengan air mengalir sampai bersih (spon tetap dipegang)
j. Dengan meremas spon sampai berbusa, lumuri kembali tangan sampai / lengan (5
detik untuk 2 orang)
k. Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari 15 detik secara
berurutan. Setiap jari digosok seolah mempunyai 4 sisi) lalu buang spon
kemudian bilas dibawah air mengalir sampai bersih.
l. Lumuri kembali dan gosok telapak tangan sampai pergelangan tangan dengan
chlorehexidine 4% lakukan cuci tangan procedural.
m. Bilas degan air mengalir sampai bersih
n. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai siku, jangan dikibas.
o. Pertahankan posisi tangan agar telapak tangan sejajar dengan bahu.

GOWNING DAN GLOVING


8. Dokter operator dan perawat instrument mengeringkan tangan dengan towel kemudian
memakai jas operasi dan glove steril (jari-jari tidak boleh melewati manset jas operasi).
9. Perawat instrument menyiapkan meja mayo, yaitu memasang sarung meja, perlak
pengalas dan menyiapkan instrument di meja mayo

INSTRUMENTASI
10. Scrubing nurse/instrumentator menyiapkan set instrument tonsilectomy , bahan habis pakai yaitu
kassa steril 20, set yankeur dan benang plain 2.0

ASEPSIS
11. Perawat instrumen memberikan kassa steril yang telah dijepit dengan ovarium klem/sponge holding
forcep yang berisi povidon iodine 10 % di dalam kom, kepada operator untuk melakukan asepsis
pada area operasi (dengan cara memutar dari dalam ke luar area yang akan diinsisi).

DRAPPING
12. Perawat instrumen memberikan duk steril kepada asisten operator untuk melakukan
drapping
a. Satu duk sedang dibentangkan melebar, 1 duk kecil dilipat segitiga satukan ujungke ujung dimana
duk segitiga diatas, masukkan dibawah kepala pasien kemudian duk segitigadilipat menutup area
wajah yang tidak dilakukan asepsis pasang duk klem
b. Berikan 1 duk besar untuk menutupi area cudal, pasang set duk perlak diatas duk besar bagian caudal
untuk mencegah tumpahan darah, cairan tubuh pasien yang merembes / tembus dan pasang duk
lubang diatas daerah operasi.
c. Siapkaan suction yankeur serta difiksasi dengan towl klem.

TIME OUT
13. Perawat sirkuler memimpin time out. Dilakukan sebelum insisi dihadiri minimal oleh perawat, ahli
anestesi dan operator.
a. Seluruh anggota telah menyebutkan nama dan peran masing-masing
b. Konfirmasi klien mengenai (identitas klien, diagnosa, prosedur operasi dan area
insisi)
c. Antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit? (ya, ceftriaxone lg IV)
14. Antisipasi kejadian kritis :
Operator
a. Hal kritis atau langkah tak terduga apakah yang mungkin diambil? (Tidak ada)
b. Berapa estimasi lama operasi? (1 jam)
c. Antisipasi kehilangan darah yang dipersiapkan? (tidak ada)
Tim Anastesi
a. Adakah masalah spesifik yang timbul? (tidak ada)
b.. Adakah terdapat hal penting mengenai pasien yang perlu diperhatikan? (airway
dan hemodinamik)
Tim Keperawatan
a. Apakah perlatan sudah steril (sesuai indikator)? (sesuai indikator)
b. Adakah masalah atau perhatian khusus mengenai peralatan? (tidak ada)
15. Operator memimpin doa.

LANGKAH – LANGKAH OPERASI


No. URAIAN LANGKAH – LANGKAH OPERASI INSTRUMENT, BHP, DAN
SPONGE
1. Memberikan mounthgage kepada operator untuk membuka Mouthgauge
mulut pasien.
2. Memberikan Tongue spatel kepada asisten operator untuk Tounge spatel
menekan lidah pasien dan memperluas lapang pandang
3. Perawat instrument memberikan yankeur kepada operator Set yankeur
untuk melakukan suction menghilangkan providone iodine
10% dan lendir dari rongga mulut pasien
4. Operator melakukan curret faring untuk membesihkan bagian Bone curretts, yunkeur
dalam dengan menggunakan cendok curret dan lakukan suction
5. Operator memastikan letak memperkirakan ukurannya tounge Tounge spatel
spatel
tonsil dan menggunakan
6. Memberikan sluder ballanger yang terpasang blade no 2 Sluder ballanger
kepada operator, operator memasang sludder ballanger pada
tonsil yang akan diangkat
7. Operator memotong tonsil menggunakan sluder ballanger, Sludder ballanger Bengkok
asisten operator melakukan suction perdarahan, perawat
instrument menerima kembali sludder ballanger, memisahkan
tonsil dan meletakkan pada bengkok
8. Memberikan haemostatic forceps operator untuk mencepit Haemostatic forceps
peradarahan
9. Memberikan kassa depper dijepit menggunakan haemostatic Kassa bulat Haemostatie forceps
forceps untuk mengontrol perdarahan
10. Memberikan right angel kepada operator untuk mejepit sumber Haemostatic forceps Right angel
perdarahan dibawah haemostatic forceps kemudian lepas
haemostatic setelah right angel terpasang
11. Asisten operator membantu memegang right angel dan tounge Right angel Tounge spatel
spatel
12. Memberikan kassa steril yang telah dipotong! menjadi 2 bagian Kassa steril
kepada operator untuk mengontrol perdaran
13. Memberikan suction kepada asisten operator untuk mensuction Yankeur
sisa perdarahan di rongga mulut
14. Kemudian dicek perdarahan ambil depper dan right angel 1. Depper
2. Right angel
15. Mengulangi langkah no 5 sampai no 17 untuk melalukan
pemotongan pada tonsil yang satunya
16. Operator mengeluarkan menggunakan pinset anatomis
20. SINGN OUT
Dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar bedah,
a. Tim keperawatan secara lisan mengkonfirmasi dihadapan tim
1) Nama prosedur : Adenotonsilektomi
2) Kelengkapan hitungan instrumen, spons, dan jarum sudah sesua
Nama Barang Pre Intra (+) Post
Instrumen 40 40 - 40
Kassa 20 20 - 20
3) Labeling specimen (minimal terdapat asal jaringan, nama pasien, no
RM, tanggal lahir)? Ada 2 jaringan tonsil di masukan di dalam pot
4) Apakah terdapat permasalahan peralatan yang perlu disikapi? (Tidak
ada)
Kepada operator, dokter anastesi dan tim keperawatan, apakah terdapat pesan khusus untuk
pemulihan pasien? (Hemodinamik, vital sign, perdarahan, airway)
21. Asiste instrument melepas mouthgage dan
membersihkan bagian dalam mulut menggunakan kassa steril
22. Memberikan specimen tonsil kepada perawat sirkuler untuk Pot sample
dimasukkan di dalam pot sample
23. Melepaskan towel klem dan duk kedalam kantong linen, dan Kantong linen kotor Box alat
memasukkan towel klem pada box alat kotor kotor
24. Perawat instrument membersihkan menggunakan towel
25. Meletakkan instrument ke box alat kotor setelah dihitung
kelengkapannya dan dipastikan tidak ada yang tertinggal dalam
tubuh pasien.
26. Perawat instrument, asisten operator dan operator melepas jas
steril, melepas sarung tangan, apron, kemudian cuci tangan
procedural dengan chlorhexidine 4%
27. Tim anestesi melakukan pengecekan kesadaran pasien
28. Pasien dipindahkan ke brankart dan dibawa ke recovery room
29. Sesampainya di ruang recovey room pasien dipasang bedside
monitor dan oksigen untuk mengetahui status himodinamika
pasien
30. Monitor kesadaran pasien, ttv dan atur posisi pasien
31. Melakukan penilaian mengguanakan aldrete
score dan pasien dapat dipindahkan ke bangsal apabila score
nya >8
32. Nurse hand over antara perawat RR dengan
perawat ruang Sulaiman 6

Semarang, 20 Oktober 2021

Pembimbing klinik/Cl

Anda mungkin juga menyukai