Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN

BRONCHOPNEUMONIA
dengan dosen pembimbing:Didit Damayanti, S. Kep.Ns., M. Kep

Oleh:

Kelompok 6

Begha Apri Mahendra (201801022)

ChiesaRefinda N. R ( 201801024)

Cindy Damayanti (201801025)

Mitha Khafidhotul Fadhilah (2018010150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA KEDIRI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah makalah tentang penyakitBronkopneumoniaini dapat terselesaikan dengan baik.
Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.

Makalah tentang penyakitBronkopneumoniaini adalah sebagai pemenuhan tugas mata


kuliah keperawatanAnak 1

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Serta bagi semua pihak yang turut
mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang penyakitterutamapenyaktBronkopneumonia.Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami
sendiri sebagai penyusun.

Pare, 30 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................ 5

BAB 2. TINJAUAN TEORI ...................................................................... 7

2.1 Pengertian Bronkopneumonia.......................................................... 7


2.2 Epidemiologi Bronkopneumonia...................................................... 7
2.3 Etiologi danTandaGejalaBronkopneumonia..................................... 8
2.4 Patofisiologi Bronkopneumonia........................................................ 9
2.5 Komplikasidan prognosisBronkopneumonia.................................... 9
2.6 Penatalaksanaan Bronkopneumonia................................................. 10
2.7 Pencegahan Bronkopneumonia....................................................... 11
2.8 PemerikasaanPenunjangBronkopneumonia...................................... 11

BAB 3. PATHWAY................................................................................... 12

BAB 4. KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ............................. 13

4.1 Pengkajian......................................................................................... 13
4.2 DiagnosaKeperawatan....................................................................... 16
4.3Intervensi Keperawatan ...................................................................... 17

4.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................... 22


BAB 5. PENUTUP................................................................................... 23

5.1 Kesimpulan...................................................................................... 23
5.2 Saran............................................................................................... 23

DAFTAR PUST......................................................................................... 24

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan serius yang
sebagian besar menyerang anak balita dibawah usia 5 tahun, pneumonia merupakan
penyakit terbesar penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia, ada 15 negara
dengan angka kematian tertinggi dikalangan anak-anak akibat pneumonia, Indonesia
termasuk dalam urutan ke 8 yaitu sebanyak 22.000 kematian (WHO, 2016).
Insiden penemuan kasus pneumonia pada balita usia 1-4 tahun menurut Kemenes RI
(2017), tertinggi di Provinsi Jawa Barat (126.936 kasus) dan terendah pada Provinsi
Papua (51 kasus), kemudian jumlah kematian balita karna pneumonia tertinggi terdapat di
Provinsi Jawa Tengah (339 kematian) dan terendah di Provinsi Kalimantan Tengah (1
kematian).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kelompok umur penduduk, period
prevalence pneumonia yang paling tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun.
Sedangkan period prevalence pneumonia pada balita di Indonesia adalah 18,5% balita
pneumonia yang berobat hanya 1,6 %. Lima Provinsi yang mempunyai insiden
pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%), Bangka
Belitung (34,8%), dan Kalimantan Tengah (32,7%). Insiden tertinggi pneumonia balita
terdapat pada kelompok usia 12-23 bulan (21,7%). Sedangkan pada insiden pneumonia
per 1000 balita banyak dialami oleh anak berusia 12-35 bulan. Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2013 pada pasien anak balita yang di rawat
inap di rumah sakit tertinggi di Provinsi Jawa Tengah (1.942 jiwa), terendah di
Provinsi Bangka Belitung (7 jiwa). Sedangkan pada pasien rawat jalan terbesar di
Jawa Barat sebesar (1.132 jiwa), terendah di Provinsi Sulawesi Utara (5 jiwa) ( Infodatin,
2013).
Temuan kasus pneumonia pada tahun 2016 pada balita di Kota Samarinda sebanyak
1.383 kasus, menurun ditahun 2015 sekitar 23,7%, kasus tertinggi ditemukan di
Kecamatan Sungai Kunjang (269 kasus), dan terendah pada Kecamatan Sungai
Pinang (20 kasus) (Dinkes Kab/Kota, 2016).
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak dengan bronkopneumonia
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

4
produksi sputum, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap deman dan proses
infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum,
distensi abdomenatau gas, intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi O2
untuk aktifitas sehari-hari, resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
perubahan kadar elektrolit dalam serum (diare) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Salah satu upaya tindakan mandiri yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah dengan melakukan fisioterapi dada,
gangguan pertukaran gas dengan tindakan memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, intoleransi aktivitas dengan monitor
respon fisik, emosi, social, dan spiritual, resiko ketidakseimbangan elektrolit dengan
monitor status cairan intake dan output cairan (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Berdasarkan uraian diatas dimana masih banyaknya angka kejadian
bronkopneumonia pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi bronkopneumonia?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
1.2.4 Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?
1.2.5 Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsepbronkopneumonia
pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;
b. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia;

5
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi
bronkopneumonia;
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis bronkopneumonia;
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan
penunjang bronkopneumonia; dan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bronkopneumonia


Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing. (wijayaningsih,2013)
Bronkopneumonia adalah cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus.(Riyadi dan Sukarmin, 2009).

2.2 Epidemiologi Bronkopneumonia Disease


Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data
SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika
adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama
akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di
Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya
ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa
hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian
bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika
secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran
napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF

7
Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 %
diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya
kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 %
diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data
sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia
komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per
tahun.

2.3 Etiologi Bronkopneumonia Disease


Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.
Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi
kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada
penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan
infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan
infeksi saluran kemih).
c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan
menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).

2.4 Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease


Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut
Wijayaningsih (2013), ialah :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
2. Demam (39o-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

8
3. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut.
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokusyang menyebabkan atelectasis
absorbsi

2.5 Patofisiologi Bronkopneumonia Disease


Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi
ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari
tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh
menyesuaikan diri makatimbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat
merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke
alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen patogen sehingga timbul masalah GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam
paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang ada di nasofaring dan
orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara
hematogen.
2.6 Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease
2.6.1 Komplikasi

9
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat
tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada
diantara nya sebagai berikut:
1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati
sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci
sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga
terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru –
paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi
akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
2.6.2 Prognosis
Prognosis daripenyakitbronkopneumoniayaitudapat sembuh total, mortalitas
kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.Interaksi sinergis antara
malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan
melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan
infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

2.7 Penatalaksanaan
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:

10
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari
atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5%
dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol
infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

2.8 Pencegahan Bronkopneumonia Disease


Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan
teratur,menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza,
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya
tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum
anak sakit.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan statuspulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan

11
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai
15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan
pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
BAB III
PATHWAYS

12
BAB IV
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Anak usia 5 tahun datang ke Rumah sakit. Orang tua mengeluhkan bahwa anaknya
sudah 3 hari batuk,muntah,pilek,sesak nafas disertaimuntah.Ibunya juga mengatakan anaknya
demam. Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa An.S Tampak gelisah ,sianosis, adanyaretraksi
dada, pernafasan cuping hidung, terdapat secret, terdapat suara tambahan ronchi, lemah, suhu
: 38,50C, RR : 34x/menit, Nadi :120x/menit, CRT>2 detik
4.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama : An.S
b. Umur : 5 th
c. JenisKelamin : Laki-Laki
d. TinggiBadan : 98 cm
e. BeratBadan : 24 kg
f. Agama : islam
g. Alamat : rejotangan tulungagung
2. Keluhan utama
PasienmengatakanSesaknafas
a. Riwayat keluhanutama
Pasien mengeluhkan Sesak Nafas, demam tinggi, batuk, pile ksejak 3 hari yang
lalu, keluarga pasien membawa pasien ke Rs. Ananda untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
b. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan sebelumnya anak tidak memiliki keluhan tersebut.

13
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa di keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
tersebut
3. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah dangelisah, suhu tubuh 38,50C,
nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB : 24 kg.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pada anak dengan bronkopneumonia :
1. Kepala : Normocephali
2. Mata : kelopak mata cekung, konjungtiva anemis,sklera ikterik, pupil
isokor.
3. Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, pembesaran KGB preaurikular
dan retroaurikular(-).
4. Hidung : bentuk normal, sekret (-),NCH (+).
5. Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tenang, tidak hiperemis.
6. Mulut : Bentuk normal, bibir kering.
7. Leher : pembesaran KGB dan kelenjar tiroid (-).
8. Thorax :
● Inspeksi : Tampak simetris pada keadaan statis dan dinamis, ada
retraksi sela iga.
● Palpasi : sela iga normal, tidak teraba masa, ictus cordis tak teraba.
● Perkusi
Paru : sonor di seluruh lapang paru.
Jantung : Batas jantung sulit dinilai.
● Auskultasi
Paru : suara nafas bronvesikuler melemah.
Jantung : Bunyi jantung I & II, Reguler, murni, murmur (-),gallop (-).
9. Abdomen :
● Inspeksi : datar
● Palpasi : Teraba tegang, supel(+), turgor kulit sedikit lambat
Hati : Tak teraba pembesaran
Limpa : Tidak teraba pembesaran
● Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

14
● Auskultasi : Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
10. Ekstremitas :
● Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
● Kelelahan (malaise)
● Kelemahan
● CRT < 2 detik dan keluhan
11. Genetalia dan anus :
● Kelengkapan (laki-laki: penis,srotum; perempuan: labia minora, labia
mayora, klitoris) beserta fungsi BAK & BAB
12. Hospitalisasi
● Protes :
1. Menangis kuat
2. Menjerit
3. Memanggil orang tua
4. Menolak perhatian yang diberikan orang lain
● Putus asa :
1. Menangis berkurang
2. Anak tidak aktif
3. Kurang minat untuk bermain
4. Sedih dan apatis

5. PemeriksaanPenunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukanadanyaproses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai
15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan

15
pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus.
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus.
10. Kultur sputum, yaitu mengambil sampel dahak pasien dan memeriksanya di
laboratorium guna mengetahui kuman penyebab bronkopneumonia secara
spesifik.
6. Keadaan Umum
Suhu : 38,50C
Nadi : 120x/menit
RR : 34x/menit

4.2 Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
3. ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress,
keengganan untuk makan)
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
asing, ketidaknyamanan.
7. Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua, keterbatasan
lingkungan
8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.

16
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1 (D.0001) Bersihan jalan Tujuan : 1. Auskultasi suara
nafas tidak Jalan nafas paten nafas sebelum dan
efektif berhubungan dengan Kriteria hasil : sesudah suctioning
spasme jalan nafas . 1. Mampu melakukan 2. Keluarkan sekret
Batasan karakteristik : batuk efektif dan dengan batuk efektif
● Suara nafas tambahan suara nafas yang atau suction
● Perubahan frekuensi bersih, tidak ada 3. Berikan O2 dengan
nafas sianosis dan menggunakan nasal
● Perubahan irama dsypneu (mampu kanul untuk
nafas mengeluarkan memfasilitasi suction
● Sianosis sputum, mampu 4. Anjurkan pasien
● Mengeluh sesak bernafas dengan untuk istirahat dan
nafas mudah, tidak ada napas dalam
● Batuk tidak efektif pursed lips). 5. Posisikan pasien
● Sputum berlebihan 2. Jalan nafas bersih untuk
● gelisah (klien tidak merasa memaksimalkan
tercekik, irama ventilasi
nafas, frekuensi 6. Auskultasi suara
pernafasan dalam nafas, catat adanya
rentang normal, suara tambahan

17
tidak ada suara 7. Monitor respirasi
nafas abnormal). dan status O2
3. Mampu 8. Lakukan fisioterapi
mengidentifikasi dada bila perlu
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
nafas.

2 D.0003) Gangguan Tujuan : 1. Posisikan pasien


pertukaran gas berhubungan Pertukaran gas efektif untuk
dengan ketidakseimbangan Kriteria hasil : memaksimalkan
ventilasi-perfusi, perubahan 1. mendemonstrasikan ventilasi
membrane peningkatan 2. Keluarkan sekret
alveolus-kapiler ventilasi dan dengan batuk efektif
Batasan karakteristik : oksigenasi yang atau suction
● Irama pernafasan adekuat 3. Atur intake untuk
tidak teratur 2. Memelihara cairan
● pH darah arteri kebersihan mengoptimalkan
abnormal paru-paru dan bebas keseimbangan.
● pernafasan cuping dari tanda-tanda 4. Monitor respirasi dan
hidung distress pernafasan status O2
● gelisah 3. mendemonstrasikan 5. Catat pergerakan
● takikardi batuk efektif dan dada,amati
● hiperkapnea suara nafas yang kesimetrisan,
● hipoksia bersih, tidak ada penggunaan otot
● samnollen sianosis dan tambahan, retraksi
● gangguan penglihatan dyspnea (mampu otot supraclavicular
● sianosis (pada mengeluarkan dan intercostal
neonates saja) sputum, mampu 6. Monitor suara nafas,
bernafas dengan seperti dengkur

18
mudah, tidak ada 7. Monitor pola nafas :
pursed lips) bradipena, takipenia,
4. tanda-tanda vital kussmaul,
dalam rentang hiperventilasi, cheyne
normal stokes, biot
- N :75-160x/menit 8. Auskultasi suara
- RR :21-30x/menit nafas,catat
- T : 36-37oC areapenurunan / tidak
adanya ventilasi
dansuara tambahan
9. Observasi sianosis
khususnya membrane
mukosa
10. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
iramadan denyut
jantung

3 (D.0019) Defisit nutrisi Tujuan : 1. Kaji adanya alergi


berhubungan dengan Kebutuhan nutrisi terpenuhi makanan
kurangnya asupan makanan, Kriteria hasil : 2. Kolaborasi dengan
ketidakmampuan mencerna 1. Adanya peningkatan ahli gizi untuk
makanan, faktor psikologis berat badan sesuai menentukan jumlah
(mis. Stress, keengganan dengan tujuan kalori dan nutrisi
untuk makan). 2. Mampu yang dibutuhkan
Batasan karakteristik : mengidentifikasi pasien
● Diare kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien
● Kram abdomen 3. Tidak ada untuk menigkatkan
● Berat badan 20% atau tanda-tanda mal Fe
lebih dibawah ideal nutrisi 4. Anjurkan pasien
● Kehilangan rambut 4. Menujukkan untuk meningkatkan
berlebih peningktan fungsi protein dan vitamin C

19
● Kurang makan pengecapan dari 5. Berikan substansi
● Bising usus hiperaktif menelan dan tidak gula
● Membrane mukosa terjadi penurunan 6. Yakinkan diet yang
pucat berat badan yang dimakan
● Ketidakmampuan berarti. mengandung tinggi
menghabiskan serat untuk mencegah
makanan konstipasi
● Kekuatan otot 7. Monitor adanya
menurun penurunan BB dan
gula darah
8. Berikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
9. Monitor intake
nuntrisi
10. Informasikan pada
klien dan
keluargatentang
manfaat nutrisi
11. Anjurkan banyak
minum
12. Monitor turgor kulit
13. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
14. Monitor mual dan
muntah
15. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtivaBerikan

20
informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan
kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.

4 (D.0056) Intoleransi aktifitas Tujuan : 1. Bantu pasien


berhubungan dengan Mampu melakukan mengidentifikasi
ketidakseimbangan antara aktivitas aktivitas yang
suplai dengan kebutuhan tanpa disertai peningkatan mamou dilakukan
oksigen, kelemahan. tanda-tanda vital 2. Monitor respon fisik,
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : emosi, social, dan
● Respon tekanan 1. Mampu melakukan spiritual
darah abnormal aktivitas fisik tanpa 3. Sediakan penguatan
terhadap aktivitas di sertai yang positif
● Respon frekuensi peningkatan tekanan 4. Bantu pasien/`
jantung abnormal darah keluarga untuk
terhadap aktivitas 2. Mampu melakukan mengidentifikasi
● Sesak setelah kativitas sehari-hari kekuragan saat
beraktivitas (ADLs) secara beraktivitas
● Menyatakan merasa mandiri 5. Bantu pasien untuk
letih 3. Tanda-tanda vital membuat jadwal
● Menyatakan merasa normal latihan diwaktu luang
lemah 4. Mampu berpindah 6. Bantu untuk
● Ketidaknyamanan dengan atau tanpa mengidentifikasi
setelah beraktivitas bantuan alat aktivitas yang disukai
5. Sirkulasi status baik
6. Status respirasi
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat

21
5 cemas berhubungan dengan Tujuan : 1. Pertahankan sikap
perpisahan dengan orang tua, Rasa cemas anak dapat yang tenang dan
lingkungan yang asing, berkurang atau hilang meyakinkan
ketidaknyamanan Kriteria Hasil : 2. Jelaskan prosedur
Batasan karakteristik 1. Anak istirahat dan aktivitas lain
● Gelisah dengan tenang sebelum memulai
● Kontak mata buruk 2. Anak 3. Jawab pertanyaan
● Kesedihan yang mendiskusikan dan jelaskan tujuan
mendalam prosedur dan aktivitas
● Ketakutan aktivitas tanpa bukti 4. Anjurkan orang
● Wajah tegang kecemasan terdekat bagi anak
● Menangis untuk tetap bersama
● Peningkatan anak sebanyak
mungkin
5. Melakukan terapi
bermain

4.2 Evaluasi
Pasien mampu:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
e. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
f. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
g. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
h. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya

22
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhinanah dan cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah,selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit
tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit bronkopneumonia dan mampu

23
menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap anggota keluarga yang lain dapat
terhindar dari penyakit bronkopneumonia.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia utamanya dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia
dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat
penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin
kerja sama dengan keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara operasional.

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC


Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan olehVidhia Umami.
2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:Salemba
Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Budiono, dkk (2015) Konsep Keperawatan Jakarta : Bumi Medika
Kemenkes RI (2018) Data dan informasi profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017 Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Infodatin (2015) Pusat dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Jakarta : Infodatin
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

24
Nurarif, A. Huda dan Hardhi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1 Yogyakarta : Mediaction

25

Anda mungkin juga menyukai