Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POSTNATAL KOMPLIKASI


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas

Dosen pembimbing :
Inggrid Dirgahayu, S.Kp., M.Km

Di susun oleh :
SITI RODIYANTI
211FK04085

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
A. Definisi Intranatal
Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan kala II
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan pengeluaran bayi.
Setelah serviks membuka lengkap janin akan segera keluar. His 2-3x/menit
lamanya 60- 90 detik (Ilmiah, 2015).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan
yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong
janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat
atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin
(Indah & Firdayanti, 2019).
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan
turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin secara alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan (37-
42minggu), lahir spontan tanpa komplikasi pada ibu maupun janin (Dwi Asri
H & Cristine Clervo P, 2010).

B. Fisiologis Proses Persalinan


Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim
sensitif sehingga menimbulkan his. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas otototot rahim yang memicu
terjadinya kontraksi sehingga terdapat tandatanda persalinan.Otot rahim
mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas
tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Bila dindingnya
teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya.(Th. Endang Purwoastuti, S. Pd, APP & Elisabeth Siwi Walyani, Amd.
Keb., 2015).

C. Perubahan Fisiologis Persalinan Kala II


Adapaun perubahan fisiologis dan psikologis pada persalinan Kala II menurut
(Buda & Fajrin, 2011) sebagai berikut:
a) Tekanan Darah meningkat selama proses persalinan : Kenaikan sistole
15 (10-20) mmhg, kenaikan diastole 5-10 mmhg.
b) Metabolisme, metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat
secara perlahan, terjadi akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu
yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu badan ibu, nadi, dan
pernafasan.
c) Suhu, meningkat 0,5-1 C disebabkan peningkatan metabolisme tubuh
d) Pernafasan, meningkat karena peningkatan metabolisme
e) Perubahan Renal, poliuria sering terjadi, disebabkan kenaikan angka
filtrasi glomerula serta peningkatan aliran plasma ginjal
Perubahan Hematologi, Hb akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2
gr % dan akan kembali pada masa pra persalinan pada hari pertama pasca
kelahiran. Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala II hingga
mencapai ukuran jumlah maksimal.

D. Perubahan Psikologis Kala II


1. Persepsi terhadap rasa sakit
2. Takut dan cemas
3. Kepribadian
4. Kelelahan
5. Pengharapan

E. Jenis-Jenis Persalinan
1. Menurut cara persalinan
a. Persalinan spontan.
Adalah Proses persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir, yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Persalinan buatan.
Adalah Persalinan pervaginam dengan bantuan tenaga dari luar,seperti
vakum ekstraksi atau melalui dinding perut dengan operasi sectio
caesaria.
c. Persalinan anjuran
Adalah Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan, ditimbulkan dari luar
(rangsangan) seperti tindakan induksi/pemberian prostaglandin.
2. Menurut usia kehamilan
a. Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau
bayi dengan berat badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus : Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg - 28 mg atau
bayi dengan berat badan antara 500 - 999 gram.
c. Partus prematurus : Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg - 36mg atau
dengan berat badan 1000 - 2499 gram.
d. Partus maturus / aterm (cukup bulan) : Pengeluaran buah kehamilan antara
37 mg - 40 mg atau bayi dengan BB 2500 gram atau lebih.
e. Partus post maturus / serotinus : Pengeluaran buah kehamilan setelah 42
mg, atau persalinan yang terjadi 2 Minggu atau lebih dari waktu partus
yang diperkirakan.

F. Etiologi
Penyebab sari persalinan belum diketahui secara pasti,hanya saja terdapat
teori- teori yang cukup kompleks. Antara lain dikemukakan faktor-faktor
humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh pada penekanan syaraf, dan
rutrisi.
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan Progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot
polos rahim,otot rahim akan relaksasi. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah,
tctepi pada akhir kehamilan kadar progesterone dan estrogen menurun
yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga hal ini
akan menimbulkan his.
2. Teori oksitosin.
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat, Oleh karena itu timbul
kontraksi otot - otot rahim.
3. Teori placenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
a) Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak usia hamil 15 minggu yang
dihasilkan oleh sel desidua.
b) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim.
5. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

G. Manifestasi Klinis
1. Lightening merupakan sebutan bahwa kepala janin sudah turun ke pintu
bawah panggul, lightening mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang
persalinan, lightening menimbulkan rasa tidak nyaman akibat tekanan
bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Hal-hal yang spesifik
berikut yang dialami ibu: ibu jadi sering berkemih, karena kandug kemih
ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang, perasaan
tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat
ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu
perlu dikeluarkan, kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan
bagian presentasi pada syaraf yang menjalar melalui foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai (Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).
2. Kontraksi Braxton-Hicks. Pada stadium akhir kehamilan otot uterus
bersiap untuk persalinan dan pelahiran melalui kontraksi dan relaksasi
pada interval tertentu. Kontraksi Braxton-Hicks biasanya tidak nyeri
kontraksi tersebut juga disebut persalinan palsu. Kontraksi persalinan
palsu umumnya dirasakan rendah di abdomen. Kontraksi persalinan palsu
terjadi dalam pola yang tidak teratur, dan intensitasnya tidak bertambah
secara bermakna dari waktu kewaktu. Persalinan palsu dapat mengganggu
kontraksi tersebut datang dan pergi, dan perubahan posisi atau aktivitas
dapat meredakan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Pada persalinan
sejati kontraksi uterus yang terjadi secara involunter berlangsung secara
teratur, semakin kuat dari waktu ke waktu, dan memulai kerja persalinan
yang sebenarnya. Kontraksi tersebut terjadi jarak sekita 20 sampai 30
menit, hingga pada jarak 2 sampai 3 menit. Kontraksi persalinan sejatinya
biasanya berlangsung 30 detik pada awalnya dan durasinya meningkat
seiring kemajuan persalinan.
3. Kontraksi Uterus, kontraksi otot uterus pada persalinan akan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat ada beberapa kemungkinan penyebab
terjadinya nyeri saat kontraksi seperti hipoksia pada miometrium yang
sedang berkontraksi, peritoneum yang berada diatas fundus mengalami
peregangan, peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks.
setiap kontraksi serabut otot uterus menegang saat kontraksi berakhir dan
uterus istirahat, otot tetap lebih sedikit lebih pendek dibanding pada awal
kontraksi. Kondisi ini disebut retraksi otot, saat proses ini terus
berlangsung sepangjang jam-jam persalinan otot yang memendek menarik
titik resistensi terendah menyebabkan penipisan dan kemudian dilatasi
serviks. Penekanan dari kantung ketuban yang menegang atau bagian
presentasi janin membantu mempertahankan dilatasi serviks. Setiap
kontraksi persalinan memiliki tiga fase:
a) Increment: fase ini, ketika kontraksi berkembang dari fase istirahat
menuju kekuatan penuh, terhitung lebih lama dibanding kombinasi
dua fase lain.
b) Acme: fase ini merupakan masa ketika kontraksi berada pada
intensitas maksimum. Fase ini menjadi lebih lama seiring kemajuan
persalinan.
c) Decrement: selama fase ini, kontraksi uterus menurun, hingga fase
istirahat dicapai (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski,
Buku Ajar Keperawatan Dasar Keperawatan Maternal & Bayi Baru
Lahir, Edisi 10, 2012)
4. Ketuban pecah pada akhir kala 1 persalinan. Apabila terjadi sebelum
awitan persalinan, disebut ketuban pecah dini (KPD). Kurang lebih 80%
wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD
mulai mengalami persalinan spontan mereka dalam waktu 24 jam
5. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina) dengan
his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis
lepas, kapiler pembuluh pecah, yang menjadi pendarahan sedikit (Ai
Nurasiah & dkk, 2012).Sumbatan mukus yang menyekat serviks selama
kehamilan tepat sebelum persalinan, serviks membuka secara perlahan
dan sumbatan tersebut lepas. Pada saat bersamaan beberapa kapiler
serviks rupture membuat mukus yanglengket menjadi warna merah muda.
Proses ini disebutshow atau bloody show dan mengindikasikan bahwa
persalinan akan segara terjadi (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T.
Kowalski, 2014).
6. Lonjakan energi, banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih
24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan
minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga
pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita
merasa enerjik melakukan sbelum kedatangan bayi, selama beberapa jam
sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas yang sebelumnya
tidak mampu mereka lakukan, akibatnya mereka memasuki masa
persalinan dalam keadaan letih (Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).
7. Pollakisuria : Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya
dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.
Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
8. Perubahan cervix : Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang
lunak namun menjadi: lebih lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing
ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada
primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
9. Gastrointestinal Upsets Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-
tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan
hormon terhadap sistem pencernaan.
Tanda-tanda persalinan kala I :
1. Timbulnya his persalinan, ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya
sebagai berikut:
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
c) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
2. Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran
dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus
3. Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak dari
jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
Tanda-tanda persalinan Kala II :
1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya
tiap 2- 3 menit. \
2. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuning - kuningan dan banyak.
3. Pasien mulai mengejan.
4. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
5. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi
waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini
disebut: “Kepala membuka pintu”.
6. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.
7. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi
dan mulut pada commissura posterior.
8. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir
depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut.
9. Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir
sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
10. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul
seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
11. Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar
waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah.
12. Lama kala II pada primi ± 50 menit pada multi ± 20 menit.
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar). Power pertama pada
persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot rahim yang
terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :
a) His (kontraksi otot rahim pada persalinan).
b) Tenaga mengejan.
Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB
namun lebih kuat). Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul
suatu reflek pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot–otot
perutnya dan menekan diafragma kebawah. Hal ini berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada kontraksi.
2. Passage (jalan lahir). Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan
lahir lunak (serviks dan vagina).
3. Passanger (janin). Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu
dan sumbu panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang.
Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pintu atas panggul
yang dapat berupa kepala, bokong, bahu atau muka.
4. Psikologi. Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu
akan mengalami kondisi yang tidak baik, karena saat stress dapat
menyebabkan disekresinya epineprin yang dapat menghambat aktifitas
miometrial sehingga mengakibatkan tidak terkoordinasinya aktivitas
uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon ibu harus diberikan
support dan dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa support
emosional dan fisik mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat
persalinan.

I. Patofisiologi
Proses persalinan terdiri dari 4 kala :
1. Kala I (pembukaan serviks). Pada kala ini pada primigravida terjadi
pendataran serviks (effacement) terlebih dulu baru terjadi pembukaan
(dilatasi), sedangkan pada multigravida pendataran serviks dan
pembukaan dapat terjadi bersamaan (Cunningham, 2006). Kala 1 terdapat
2 fase : 1).
a) Fase laten. Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada
pembukaan leher rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang
perlahan makin nyeri dan sering serta makin lama, sejak pembukaan
0cm–3cm umumnya berjalan lambat. Fase laten terjadi ± 8 jam pada
primigravida dan ± 5 jam pada multigravida. Pencatatan kondisi
selama fase laten (JNPK-KR, 2007) :
1) Denyut jantung janin setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam.
3) Nadi setiap ½ jam.
4) Pembukaan serviks setiap 4 jam.
5) Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam
b) Fase aktif
Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5 jam
pada primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi (biasanya
kepala) mulai turun kepanggul dan ibu mulai merasakan desakan
untuk mengejan. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase:
1) Fase akseleratif (pembukaan menjadi 4 cm).
2) Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm).
3) Fase deselerasi (pembukaan menjadi 10 cm).
2. Kala II (Pengeluaran janin)
Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama ± 2 – 3 menit
sekali. Kepala janin mulai turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot–otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum ibu merasa
seperti mau BAB dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Pada ibu
primigravida dianjurkan melakukan episiotomi agar tidak terjadi robekan
(rupture uteri). Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida terjadi selama
± 1½ - 2 jam, sedangkan pada multigravida ± ½ - 1 jam.
3. Kala III (Pengeluaran plasenta)
Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi
pusat. 5 – 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi dan ibu akan
merasakan sakit, rasa sakit ini menandakan lepasnya plasenta dari
perlekatanya dirahim. Dalam waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas,
terdorong kedalam vagina dan akan keluar dengan spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simfisis pubis atau fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah ± 100 – 200 cc. Setelah itu
plasenta akan diperiksa guna memastikan apakah plasenta sudah lengkap
(jika masih ada jaringan plasenta yang tertinggal dalam rahim dapat
terjadi perdarahan). Pada primigravida kala III terjadi ±½ jam, pada
multigravida ±¼ jam.
4. Kala IV (Pengawasan)
Dilakukan selama 1 – 2 jam setelah persalinan dan pengeluaran plasenta.
Tujuanya adalah untuk mengawasi kondisi ibu terutama terhadap bahaya
pendarahan post partum. Lama proses persalinan pada primigravida 14,5
jam, sedangkan pada multigravida 7,5 jam.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Rekaman kardiotogravi. Pemantauan secara berkala denyut jantung janin
dengan stetoskop leance atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk
mendenganr denyut jantung janin. Dilakukan pada kala 1 untuk
mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim serta kemajuan
persalinan.
2. Partograf. Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan
dan membantu petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi
data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada pembukaan
mulut rahim 4 cm (fase aktif).
3. Ultrasonografi (USG). Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi
janin dalam kandungan

K. Definisi Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda
persalinan yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara
spontan sebelum pembukaan 5 cm.
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi
pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36
minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).

L. Anatomi Fisiologi
1. Air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris \
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari
lapisan selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air
ketuban (loquor amnii). Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500
ml: warna agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis. Cairan ini
dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam
anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat rambut lanugo
(rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata-rata 2,6%
perliter,sebagian besar sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu).
Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di dalam air
ketuban dengan melakukan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim melalui dinding
depan perut unutk memperoleh sampel cairan ketuban (amniocentesis).
Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra sonografi
ditentukan sebelum letak plasenta, untuk menghindari plasenta ditembus. Fungsi
melalui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran liquir amni oleh
darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma pada janin. Plasenta
pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu dengan kemungkinan sensitive
(sensitization), dan abortus,meskipun ini jarang diterjadi, maka dari hal itu,
amnioncentesis hendaknya hanyaa dikerjakan bila ada indikasi yang tepat. Air
ketuban mempunyai fungsi yaitu :
a) Melindungi janin terhadap trauma luar
b) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c) Melindungi suhu tubuh janin
d) Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga
serviks membuka.
e) Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril,
dan akan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak
mengalami infeksi.
f) Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum
yang kemudian dikeluarkan melalui kencing.
2. Fisiologi selaput ketuban.
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus. Ketika
amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini meliputi embrio yang sedang
berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya. Distensi kantong amnion
akhirnya mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan bagian didalam
ketuban (interior korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama
mengakibatkan kantong tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban
(entrior korion), amnion dan korion walaupun sedikit menempel tidak pernah
berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada
waktu atterm. amnion normal mempunyai tebal 0,02 sampai 0,5 mm.
M. Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah.

N. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan
terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami
devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit
ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban
makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya
infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim proteolotik dan kolagenase yang
diikuti oleh ketuban pecah spontan.

O. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti
atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu,
demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti,2017).

P. Penatalaksanaan
Menurut Ratnawati (2017), penatalaksanaan ketuban pecah dini, yaitu :
1) Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
2) Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi
bersujud.
3) Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat
tidak tertekan kepala janin
4) Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat yang dilapisi plastic
5) Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
6) Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan
posisi berbaring miring, berikan antibiotik.
7) Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis.
8) Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan.
Pathway
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien
(Hidayat, 2010).
1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa
keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan
menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus
didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan
kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam
keluarga keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien
d) Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas
bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin
meningkat dan membuat harga diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat : Karena kurangnya
pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : Pada klien nifas biasanaya terjadi
peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.
c) Pola aktifitas : Pada pasien pos partum klien dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.
d) Pola eleminasi : kencing selama masa nifas yang ditimbulkan
karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi
dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita
takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
e) Pola istirahat dan tidur : Pada klien intra partum terjadi perubahan
pada pola istirahat dan tidur karena adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan nyeri sebelum persalinan.
f) Pola hubungan dan peran : Peran klien dalam keluarga meliputi
hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan stres : Biasanya klien sering merasa cemas
dengan kehadiran anak.
h) Pola sensori dan kognitif : Pola sensori klien merasakan nyeri
pada perut akibat kontraksi uterus pada pola kognitif klien
intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal
melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.
i) Pola persepsi dan konsep diri : Biasanya terjadi kecemasan
terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain
dan body image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial : Terjadi disfungsi seksual yaitu
perubahan dalam hubungan seksual atau atau fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah
k) Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang
persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal
ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga
aktifitas
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadang kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas
kontraksi
2. Risiko ketidakseimbangan cairan yang berhubungan dengan
berkurangnya asupan cairan
3. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan defekasi
saat mengejan
4. Koping tidak efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan yang
berlawanan dengan keinginan untuk mengejan
III. Intervensi Keperawatan
No Intervensi Keperawatan
Diagnosa (SDKI) Luaran Keperawatan
. (SIKI)
1. Nyeri Setelah dilakukan (I.08238) – Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan
Observasi
selama 3x24jam
diharapkan: - Identifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun (5) frekuensi, kualitas,
 Gelisah menurun intensitas nyeri
(5) - Identifikasi skala nyeri
 Kemampuan - Identifikasi faktor yang
menggunakan memperberat dan
teknik non- memperingan nyeri
farmakologis Terapeutik
meningkat (5) - Berikan teknik non-
 Dukungan orang farmakologis untuk
terdekat mengurangi rasa nyeri
meningkat (5) - Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan (I.03098) – Manajemen Cairan
tindakan keperawatan
cairan Observasi
selama 2x24jam
diharapkan: - Monitor status hidrasi
 Asupan cairan - Monitor hasil lab (Ht, Na,
meningkat (5) K, Cl)
Terapeutik
- Catat intake-output
- Berikan cairan intravena,
jika perlu
3. Ansietas Setelah dilakukan (I.09314)- Reduksi Ansietas
tindakan keperawatan
Observasi
selama 2x24jam
diharapkan: - Identifikasi saat tingkat
 Perilaku gelisah ansietas berubah
menurun (5)
 Perilaku tegang Terapetik
menurun (5) - Ciptakan suasana terapetik
 Konsentrasi
membaik (5) untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta.

Bobak. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta.

Cunningham. (2009). Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta.

Manuaba. (2009a). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2009b). Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Giinekologi.


Jakarat.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Nugraheni , Esti, 2009. Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Rima, Yogyakarta.

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika. Jakarta

Sujiatini, 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Nuha Medika.


Wilkinson, J M.

Anda mungkin juga menyukai