Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing :

Andri Nurmansyah, S. Kep, Ners, M. Kep

Disusun oleh :

Wita Belalestari

211FK04087

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021
1. Masalah Utama:
Resiko Perilaku Kekerasan
2. Proses Terjadinya Masalah
Pengertian perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis (Berkowitz dalam Harnawati, 1993). Sementara, menurut (Towsend,
1998) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalamai
perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik
(Keltner et al, 1995).
Penyebab perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala Fisik :
 Muka merah
 Pandangan tajam
 Otot tegang
 Nada suara tinggi
 Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
 Memukul jika tidak senang
Tanda dan gejala Emosional:
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
(Budiana Keliat, 1999)
Tanda dan Gejala Sosial:
 Memperlihatkan permusuhan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
 Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
 Mempunyai rencana untuk melukai
Tanda dan Gejala Intelektual :
 Mendominasi
 Cerewet
 Cenderung suka meremehkan
 Berdebat
 Kasar
Tanda dan Gejala Spiritual:
 Merasa diri kuasa
 Merasa diri benar
 Keragu-raguan
 Tak bermoral
 Kreativitas terhambat
Faktor Predisposisi Perilaku Kekerasan
1. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak
yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku
perilaku kekerasan
2. Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan
yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan
dijadikan perilaku yang wajar
3. Sosial Budaya : Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal
yang wajar
4. Bioneurologis : Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut
menyumbang terjadi perilaku kekerasan
Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan
Klien itu sendiri, lingkungan yang mendukung perilaku kekerasan, kelemahan fisik,
kehilangan orang / sesuatu yang berharga, interaksi sosial yang provokatif.
C. Pohon Masalah
Efek Resiko bunuh diri / mencelakai orang lain

Masalah Resiko perilaku kekerasan

Penyebab halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak effektif
D. Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
Perilaku kekerasan / amuk
1. Data Subjektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2. Data Objektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang barang.
Gangguan harga diri : harga diri rendah
1. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2. Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
Data lain yang juga dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual.
Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil
melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan
seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan
dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien :……………. Ruangan :…………….

No. CM :……………. Dx Medis :……………

Dx Perencanaan

Keperawatan Tujuan K riteria Evaluasi Intervensi

Risiko Perilaku Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan, SP I


Kekerasan / pasien mampu : a. Identifikasi penyebab, tanda
1. Mengidentifik
Perilaku 1. Menyebutkan dan gejala serta akibat
asi penyebab
Kekerasan penyebab, tanda, perilaku kekerasan
dan tanda
gejala dan akibat b. Latih cara fisik: Tarik nafas
perilaku
perilaku kekerasan dalam dan pukul kasur/bantal
kekerasan
2. Memperagakan cara c. Masukkan dalam jadwal
2. Menyebutkan fisik untuk harian pasien
jenis perilaku mengontrol perilaku
kekerasan kekerasan
yang pernah
dilakukan Setelah ….x pertemuan SP 2
pasien mampu : a. Evaluasi kegiatan yang lalu
3. Menyebutkan 1. Menyebutkan (SP1)
akibat dari kegiatan yang sudah b. Latih patuh obat :
perilaku dilakukan a) Minum obat secara teratur
kekerasan 2. Memperagakan cara dengan prinsip 5 B
yang patuh obat b) Susun jadwal minum obat
dilakukan secara teratur

4. Menyebutkan c. Masukkan dalam jadwal

cara harian pasien

mengontrol
perilaku Setelah ….x pertemuan SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu
pasien mampu : (SP1 dan 2)
1. Menyebutkan b. Latih secara sosial / verbal
kegiatan yang sudah c. Menolak dengan baik
dilakukan d. Meminta dengan baik
2. Memperagakan cara e. Mengungkapkan dengan baik
sosial / verbal untuk f. Masukkan dalam jadwal harian
mengontrol perilaku pasien
kekerasan

kekerasan Setelah ….x pertemuan, SP 4


pasien mampu : a. Evaluasi kegiatan yang lalu
5. Mengontrol
a. Menyebutkan (SP1,2&3)
perilaku
kegiatan yang sudah b. Latih secara spiritual:
kekerasannya
dilakukan a) Berdoa
dengan cara :
b. Memperagakan cara b) Sholat
- Fisik spiritual c. Masukkan dalam jadwal harian
pasien
- Sosial / verbal

- Spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, 2003 ,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo,
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Keliat Budi Ana, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
Keliat Budi Ana, 1999, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC,
Stuart GW, Sundeen, 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book,
Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran,EGC;Jakarta.
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/askep-perilaku-kekerasan.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/

Anda mungkin juga menyukai