Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang lain,
diri sendiri baik secara fisik, emosional dan atau seksualitas (Nanda, 2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkawi,1993 dalam Depkes 2000).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang
dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan dan termasuk orang lain (Maramis, 1998).

B. ETIOLOGI
Menurut Budiana Keliat (2004) faktor presipitasi dan predisposisi dari perilaku kekerasan
adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Psikologi
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif
atau amuk
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan,
merupakan aspek yang menstimulasi dan mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-
olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter.
2. Faktor presipitasi
Yaitu faktor yang bersumber:
a. Klien, misalnya : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang.
b. Lingkungan sekitar klkien, misalnya : padat,ribut, kritikan mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan.
c. Interaksi dengan orang lain, misalnya: provokatif dan konflik
C. MANIFESTASI KLINIK
a. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel
b. Fisik
Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan obat
dan tekanan darah
c. Intelektual
Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
d. Spiritual
Kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan kreativitas
terhambat
e. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor (Budiana Keliat, 2000)

Tanda ancaman kekerasan (Kaplan dan Sadock,1997) adalah :


a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang
b. Ancaman verbal atau fisik
c. Membawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai senjata. Misalnya: Garpu,
asbas, dll
d. Agitasi psikomotor progresif
e. Intoksikasi alkohol atau zat lain
f. Ciri paranoid ada pasien psiotik
g. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua pasien berada ada resiko
tinggi
h. Penyakit otak global atau dengan temuan lobus frontalis, lebih jarang pada temuan lobus
temporalis (kontroversial)
i. Kegembiraan katatonik
j. Episode manik tertenttu
k. Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol impuls)
D. AKIBAT PERILAKU KEKERASAN
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi minciderai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/mrmbahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

E. POHON MASALAH

F. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan keperawatan
1. Berteriak, menjerit, memukul
Terima kemarahan klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak
mudah rusak seperti bantal dan kasu.
2. Cari gara-gara
Bnatu klien melakukan relaksasi. Misalnya latihan fisik maupun oahraga. Latihan pernapasan
2kali/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
3. Bantu melalui humor
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan
diskusikan cara umum yang sesuai.
(Keliat, 2002)
b. Terapi medis
1. Clorpimazine (CPZ)
Untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas, ketegangan,kebingungan
insomnia,halusinasi, waham dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, maniak, depresi,gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.cara pemberian perroral atau intra muskular.
2. Haloperidol
Untuk gangguan psikotik, sindroma gilles dela tourett pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: depresi saraf pusat. Penyakit parknson, mengantuk, tremor, letih, lesu,
gelisah, gejala ekstra piramidal.
3. Trihexyphenidyl (THP,Artane,Tremin)
Untuk gejala skizofrenia
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada
gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
b, Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan
dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien
seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain
sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar
yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.

B. Diagnosa Keperawatan
 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
 Perilaku kekerasan

C. Rencana tindakan keperawatan/intervensi


1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6. Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7. Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9. Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
4. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
6. Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
7. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
8. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
9. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
10. Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
11. Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
12. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
13. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
14. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
15. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain :
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
3. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
4. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
5. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
6. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
7. Berikan pujian.
8. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
9. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
10. Beri pujian atas keberhasilan klien.
11. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
12. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
13. Beri pujian atas keberhasilan klien.
14. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
15. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”. Jakarta :
FKUI
Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku
Kedokteran,EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai