Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN GANGGUAN RESIKO


PERILAKU KEKERASAN

1. Urfina
2. Nanda Yulistia
3. Silvia puspita sari
4. Ersita Putri
5. Siti Nurlela
6. Repiona
7. Rhendy Pratama Putra
8. Marina Gusvarianda
9. Arie Pranata
10.Finka Yolanda Fh
11.Deki Haryanto
12.Andri Saputra
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi


mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang
marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya:
memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting
barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan
membakar rumah, mobil dan sepeda montor.

Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa


terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta
dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan
keperawatan perilaku kekerasan yaitu asuhan keperawatan
yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku
kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada
keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat
dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.
B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan


klien dengan perilaku kekerasan.

2.      Tujuan Khusus

 Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan


 Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan
 Mengetahui Rentang Respon
 Mengetahui tanda  dan gejala dari perilaku kekerasan
 Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan
 Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan
 Mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasan
 Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku
kekerasan
 
BAB II
TINJAUAN TEORI

 
A.    Konsep Dasar Penyakit

1.      Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai


respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk


perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana


seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain.
2.      Etiologi
a.       Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang


merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu, yaitu faktor sebagai
berikut : Psikologis, Perilaku, Sosial budaya,
Bioneurologis. 

b.      Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan


atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti
kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi penyebab perilaku kekerasan.
      3.      Rentang respon
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang
adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti,
melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan
harga diri orang lain.
2) Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal
mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami
sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3) Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu
mengungkapkan perasaan yang dialami.
4) Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah
namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang
agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain.
Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5) Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang
kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini
individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
4.      Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul
karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang
dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya
atau keinginannya yang tidak baik.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke alam sadar.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku
yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti
yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
5. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara
lain :

1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)


2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya
disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang
ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
6.      Tanda dan gejala

a. Data Obyektif:
 Muka merah
 Pandangan tajam
 Otot tegang
 Nada suara tinggi
 Berdebat
 Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
 Merampas makanan, memukul jika tidak senang

b.  Data Subyektif:
 Mengeluh perasaan terancam
 Mengungkapkan perasaan tidak berguna
 Mengungkapkan perasaan jengkel
 Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar,
merasa tercekik, dada sesak, bingung.
 
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
      1.      Pengkajian
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Aspek biologis
Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan
dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat.
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain,
mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut. 
3. Aspek intelektual/psikologis
Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan
orang lain.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan.
b.      Klasifikasi data

Data yang didapat pada pengumpulan data


dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif
dan data obyektif.
Data subyektif adalah data yang disampaikan secara
lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan
melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga.

Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata.


Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan
langsung oleh perawat.
c.       Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data objektif


dapat menentukan permasalahan yang dihadapi
klien dan dengan memperhatikan pohon masalah
dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari
masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah
dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
2.      Diagnosa keperawatan

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada


klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :

1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,


lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri


rendah.
      3.      Intervensi keperawatan
a.       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain /
lingkungan.
Tujuan khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan.
 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan
yang biasa dilakukan.
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan.
 Klien dapat melakukan cara berespons terhadap
kemarahan secara konstruktif.
 Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku
kekerasan.
 Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan.
 Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel / kesal
4. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan
saat jengkel.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
6. Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang
dialami klien.
7. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
8. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
9. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang
klien lakukan masalahnya selesai.
10. Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan
yang dilakukan klien.
11. Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku
kekerasan yang dilakukan.
b.      Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah

Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku


kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.
Tujuan khusus :

 Klien dapat membina hubungan saling percaya.


 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek yang positif yang dimiliki.
 Klien dapat menilai kemampuan yang
digunakan.
 Klien dapat menetapkan dan merencanakan
kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya.
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada.
4.      Rencana Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien.
c) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi
penilaian negatif.
d) Utamakan memberi pujian yang realistik pada
kemampuan dan aspek positif klien.
e) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan.
f) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya di rumah sakit.
g) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau
dilakukan di rumah sakit.
h) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang
telah dilatih.
i) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan.
j) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
k) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
dirawat.
      5.      Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam proses


keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau
tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk
menilai apakah tujuan tercapai sebagian,
seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan
dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang
lainnya.

Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap


rencana keperawatan semula. Untuk mencapai
rencana keperawatan berikutnya yang lebih
relevan.
 
BAB III
PENUTUP
 

A.    Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku
kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang
ekstrim dari marah atau ketakutan (panic).
 
B.     Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah perilaku kekerasan
sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai