Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Teori

a. Pengertian

Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara

fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang

timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016)

Resiko erilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap

stressor yang dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang

yang di tunjukan dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri

maupun orang lain dan lingkungan baik secara verbal maupun

non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk,

bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun

kata- kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020)

Resiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku

yang bertujuan melukai seseorang secara fisik maupun psikologis

dapat terjai dalam dua bentuk yaitu saat berlangsung kekerasan

atau riwayat resiko perilaku kekerasan. resiko perilaku kekerasan

merupakan respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu

klien untuk
mengatasi strssor lingkungan yang dialaminya (Estika, 2021).

b. Rentang Respon Marah

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Ket :

1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti,

melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga

diri orang lain.

2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai

tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu

ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat

menimbulkan kemarahan.

3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu

mengungkapkan perasaan yang dialami.

4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun

masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya

tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa

setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan

sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang

lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat

merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain

c. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan

 Faktor Predisposisi Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor

predisposisi dan faktor presipitasi terjadinya perilaku

kekerasan, yaitu :

1. Psikoanalisis : Teori ini menyatakan bahwa perilaku

agresif merupakan hasil dari dorongan insting

2. Psikologis : Berdasarkan teori frustasi-agresif,

agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan frustasi.

Tujuan tidak trecapai dapat menyebabkan frustasi

berekepanjangan.

3. Biologis : Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan

terjadinya agresivitas sebagai berikut : Pada disfungsi

neuron akan berdampak pada aktivitas fungsi

pendengaran, kognitif, gangguan memori yang mencetus

kejadian pada resiko perilaku kekerasan (Stuart, 2016).

4. Sistem limbik Merupakan organ yang mengatur

dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti

makan, agresif dan respons seksual.Selain


itu, mengatur, mengatur sistem informasi dan memori.

5. Lobus temporal Organ yang berfungsi sebagai

penyimpan memori dan melakukan interpretasi

pendengaran.

6. Lobus frontal Organ yang berfungsi sebagai bagian

pemikiran yang logis, serta pengelolaan emosi dan alasan

berpikir.

7. Neurotransmiter Beberapa neurotransmiter yang

berdampak pada agresivitas adalah serotonin, Dopamin,

Neropineprin, Acetylcholine dan GABA.

8. Perilaku

a. Kerusakan organ otak, retardasi mental dan

gangguan belajar mengakibatkan

kegagalan kemampuan dalam berespon

positif terhadap frustasi.

b. Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau

godaan orang tua memengaruhi kepercayaan dan

percaya diri individu.

c. resiko perilaku kekerasan di usia muda, baik korban

kekerasan pada anak atau

mengobservasi kekerasan dalam keluarga

memengarduhi penggunaan kekerasan sebagai

koping.
9. Sosial Kultural

a. Norma merupakan kontrol masyarakat pada

kekerasan. Hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku

kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan

menimbulkan sanksi.

b. Budaya asertif di masyartakat membantu individu

yang berespon terhadap marah yang sehat.

 Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau

interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan

fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang

kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula

dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang

mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai

atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab lain

(Parwati, Dewi & Saputra 2018).

d. Tanda Dan Gejala

Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala resiko perilaku

kekerasan sebagai berikut :

1. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah

(dendam), dan jengkel


2. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan

meremehkan

3. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat,

sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat

4. Spiritual : kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri,

keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.

5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,

ejekan, dan humor.

e. Mekanisme Koping

Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi

mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk

mengembangkan koping yang konstruktif dalam mengekpresikan

kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah

mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,

proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.

Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara

lain :

1. Menyerang atau menghindar Pada keadaan ini respon

fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom

bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan

tekanan darah meningkat, takikardi, wajah marah, pupil


melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster

menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal,

tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif Resiko Perilaku yang sering

ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya

yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif adalah

cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa

marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun

psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat

mengembangkan diri.

3. Memberontak Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan

akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.

4. Resiko erilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang

ditujukan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian

orang lain

f. Penatalaksanaan Yang diberikan pada klien yang mengalami

gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu :

1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku

psikososial.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku

merusak diri
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri

dan menenangkan hiperaktivitas.

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan

klien bila mengarah pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Psikoterapeutik

b. Lingkungan terapieutik

c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d. Pendidikan kesehatan

g. Pohon Masalah

Menurut Yosep 2016

Resiko mencederai diri sendiri,


Affeck
orang lain dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan


Core Problem
Regimen Terapeutik
Inefektif Harga Diri Rendah Isolasi sosial :
Kronis Menarik diri

Koping keluarga tidak efektif Disfungsional


2. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan dan merupsksn proses yang sistematis dala

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith

2015). Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah pasien :

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,

pekerjaan status mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, ruang rawat dan alamat.

b. Alasan Masuk Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga

datang atau dirawat di rumah sakit. Faktor pencetus perilaku

kekerasan meliputi ancaman terhadap fisik, ancaman internal

dan ancaman eksternal.

c. Riwayat Penyakit sekarang Keluhan saat ini pada pasien

perilaku kekerasan, faktor yang memperberat kejadian seperti

putus pengobatan, melukai orang lain, diri sendiri maupun

lingkungan.

d. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku

kekerasan adalah faktor biologi (biasanya klien


mempunyai keluarga yang mempunyai riwayat perilaku

kekerasan, klien pernah mengalami gangguan jiwa) ,

psikologis ( harapan yang tidak sesuai, sering melihat perilaku

kekerasan atau mengalami perilaku kekerasan dan

sosiokultural (Dermawan, 2016). Faktor Presipitasi Stressor

yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu

yang bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari

luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain)

maupun dalam (putus hubungan dengan orang berarti,

kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik dan lain-

lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan

yang mencegah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat

memicu perilaku kekerasan.

e. Pemeriksaan Fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan

tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.

f. Pengkajian Psikososial

 Genogram

Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi

keluarga dilihat dari pola komunikasi, pengambilan

keputusan dan pola asuh.


 Konsep diri

a) Gambaran diri Menggambarkan persepsi pasien

terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang tidak disukai,

reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang tidak

disukai dan bagian yang disukai.

b) Identitas diri Status dan posisi pasien sebelum pasien

dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan

posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau

perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan

jenis kelaminnya dan posisinya.

c) Fungsi peran Tugas atau peran pasien dalam keluarga

atau kelompok masyarakat, kemampuan pasien

dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan

yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana

perasaan pasien akibat perubahan tersebut.

d) Ideal diri Harapan pasien terhadap keadaan tubuh

ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan

atau sekolah, harapan pasien terhadap penyakitnya,

bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan

harapannya.

e) Harga diri Hubungan pasien dengan orang lain sesuai

dengan kondisi, dampak pada pasien dalam

berhubungan dengan orang lain, harapan,


identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak

sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,

penilaian pasien terhadap pandangan atau

penghargaan orang lain.

 Hubungan Sosial

Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup

pasien, dan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,

kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, peran

dalam kelompok, hambatan dalam berhubungan dengan

orang lain.

 Spiritual

Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan

keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

g. Status Mental

1) Penampilan Melihat penampilan pasien dari ujung rambut

sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapi,

penggunaan pakaian sesuai, cara berpakaian.

2) Pembicaraan Biasanya pada klien perilaku kekerasan

ketika bicara nada suara keras, tinggi, menjerit atau

berteriak.

3) Aktivitas motorik Agitasi (gerakan motorik yang

menunjukan kegelisahan), kompulsif (kegiatan berulang-

ulang), grimasem (otot-otot wajah yang berubah-ubah dan

tidak terkontrol). Seperti


menggepalkan tangan, merusak barang atau benda,

rahang mengatup.

4) Afek dan Emosi

a) Afek Biasanya klien labil, emosi cepat berubah- rubah

dan tidak sesuai, emosi bertentangan dan berlawanan

dengan stimulus

b) Emosi Biasanya klien memiliki emosi yang tidak

adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,

dendam, jengkel, bermusuhan, mengamuk serta

menuntut.

5) Interaksi selama wawancara

a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap

pewawancara

b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan

dengan spontan

c) Mudah tersinggung

d) Bermusuhan

e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara

f) Curiga

6) Persepsi sensori Persepsi ini meliputi persepsi mengenai

pendengaran, penglihatan, pengecapan, penghidu.


7) Proses pikir

a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai

pada tujuan.

b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak

sampai pada tujuan.

c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan

antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.

8) Isi pikir Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang

wajar, dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan pulang

dan mengharapkan pertemuan dengan keluarga dekatnya.

9) Tingkat kesadaran Biasanya klien tampak bingung dan

kacau (perilaku yang tidak mengarah pada tujuan)

10)Memori

a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat

mengingat kejadian

b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat

mengingat dalam minggu terakhir

11)Tingkat konsentrasi dan berhitung Menilai tingkat

konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak mampu

berkonsentrasi.
12)Kemampuan penilaian

Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan

penilaian terhadap situasi, kemudian dibandingkan dengan

yang seharusnya.

13)Daya litik diri

a) Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak

menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)

pada dirinya dan pasien menyangkal keadaan

penyakitnya.

b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan

orang lain atau lingkungan yang menyebabkan

timbulnya penyakit atau masalah sekarang.

14) Kebutuhan makan dan mandi

a) Makan Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi,

macam dan cara makan, observasi kemampuan pasien

menyiapkan dan membersihkan alat makan

b) Buang Air Besar dan Buang Air Kecil Observasi

kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan

BAK, pergi menggunakan WC

c) Mandi Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara

mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku,

observasi kebersihan tubuh.


d) Berpakaian Observasi kemampuan pasien dalam

mengambil, memilih dan mengenakan pakaian,

observasi penampilan dadanan pasien.

e) Istirahat dan tidur Observasi dan tanyakan lama dan

waktu tidur siang,malam, persiapan sebelum tidur dan

aktivitas sesudah tidur.

f) Penggunaan obat Observasi penggunaan obat,

frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.

g) Pemeliharaan kesehatan Biasanya tentang perawatan

lanjut yang dilakukan klien.

h) Aktivitas di dalam rumah Observasi kemampuan

pasien dalam mengolah dan menyajikan makanan,

merapikan rumah, mengatur kebutuhan biaya sehari-

hari.

i) Aktivitas di luar rumah Biasanya menggambarkan

kemampuan pasien dalam belanja untuk keperluan

sehari-hari.

j) Mekanisme koping

Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang

ditandai dengan tingkah laku yang tidak terorganisir,

marah-marah bila keinginannya tidak terpenuhi,

memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat

rumah tangga.
k) Masalah psikologis dan lingkungan

Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami

masalah interaksi dengan lingkungan.

2. Diagnosa keperawatan

Dari data pengkajian subyektif dan obyektif yang didapatkan

bahwa pasien sering memperlihatkan mengancam secara fisik,

verbal, emosional kepada orang lain atau lingkungan sekitar,

pasien termasuk kedalam diagnosa perilaku kekerasan sesuai

yang sudah dijelaskan. Data pengkajian dalam kasus ini

menyimpulkan bahwa perilaku pasien termasuk kepada golongan

resiko perilaku kekerasan (Mukti, 2021)

3. Intervensi

pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat

dilakukan dengan pemberian teknik mengontrol perilaku

kekerasan dengan pemberian SP I cara fisik yaitu relaksasi tarik

nafas dalam serta penyaluran energi, SP II dengan pemberian

obat, SP III verbal atau social, SP IV spiritual. Intervensi tersebut

dilakukan kepada pasien lalu pasien diberikan jadwal kegiatan

sehari dalam upaya mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol

perilaku kekerasan pasien (Hasannah, 2019).

Tindakan keperawatan resiko perilaku kekerasan mengacu pada

SP pasien perilaku kekerasan sebagai berikut :


1. Tujuan

1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab resiko prilaku

kekerasan

2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko perilaku

kekerasan

3) Klien dapat menyebutkan jenis resiko perilaku kekerasan

yang pernah dilakukannya

4) Klien dapat menyebutkan akibat dari resiko perilaku

kekerasan yang dilakukannya

5) Klien dapat menyebutkan cara mencegah / mengontrol

resiko perilaku kekerasannya

6) Klien dapat mencegah / mengontrol resiko perilaku

kekerasannya secara fisik, spiritual, social, dan denga

terapi psikofarmaka(kelliat, 2013)

2. Tindakan Keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya, dalam membina

hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar

klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan

perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam

membina hubungan saling percaya adalah : a)

Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabatan tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d)

Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali

bertemu klien 2) Diskusikan


bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan

yang lalu.

4. Implementasi

Implementasi adalah tahapan ketika perawat

mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna

membantu klien mencapai 10 tujuan yang telah di tetapkan.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap

implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemampuan utnuk menciptakan saling percaya dan saling

membantu, kemampuan melakukan teknik, psikomotor,

kemampuan melakukan observasi sistemis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan

kemampuan evaluasi (Anggit, 2021).

5. Evaluasi

Evaluasi kemampuan pasien mengatasi resiko perilaku

kekerasan berhasil apabila pasien dapat : 1) Menyebutkan

penyebab, tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan, resiko

perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari resiko

perilaku kekerasan. 2) Mengontrol resiko perilaku kekerasan

secara teratur sesuai jadwal : a. secara fisik : tarik nafas dalam dan

pukul bantal/kasur b. secara sosial/verbal: meminta, menolak, dan

mengungkapkan perasaan dengan cara baik

Anda mungkin juga menyukai